Terbaru

6/recent/ticker-posts

Contoh PTK Matematika Kelas III SD: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SD NEGERI 2 JAPANAN KECAMATAN CAWAS, KAB.KLATEN MATERI PECAHAN MELALUI BANTUAN ALAT PERAGA BENDA KONKRIT SEMESTER I TAHUN 2010/2011



UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SD NEGERI 2 JAPANAN KECAMATAN CAWAS, KAB.KLATEN MATERI  PECAHAN MELALUI  BANTUAN ALAT PERAGA BENDA KONKRIT SEMESTER I TAHUN 2010/2011
Oleh : Sri Subekti

ABSTRAK
Sri Subekti;2011.”Upaya Meningkatkan Hasil belajar Matematika siswa kelas III SD Negeri 2 Japanan Kecamatan Cawas Kab. Klaten  Materi Pecahan Melalui  bantuan alat peraga benda konkrit tahun 2010/2011”
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas penggunaan media pembelajaran alat peraga benda konkrit dalam meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas III SD Negeri 2 Japanan Kecamatan cawas Kabupaten Klaten.Penelitian ini disebut penelitian populatif yang berupa tindakan kelas dengan subyek penelitian adalah semua siswa kelas III SD negeri 2 Japanan Kecamatan cawas yang berjumlah 24 siswa pada tahun pelajaran 2010/2011.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Observasi langsung yang dilakukan peneliti selama proses pembelajaran berlangsung adalah observasi partisipatif agar hasilnya obyektif, selain itu observasi juga dilakukan untuk mengamati siswa dalam mengikuti pembelajaran dan Tes yang dilaksanakan pada awal penelitian untuk mengetahui sejauh mana kemampuan membaca anak dan pada akhir setiap siklus untuk mengetahui prestasi belajar matematiika siswa. Teknik analisis data adalah deskriptif komparatif.
Berdasarkan analisis penelitian, diketahui bahwa nilai rata-rata pada siklus I sebesar 35 % sebesar 61,6 pada siklus II yang telah mencapai rata-rata 7,3 dengan persentase ketuntasan belajar 70,8 %. dan Sehingga hasil belajar yang diperolehpun meningkat drastis. Rata-rata nilai yang diperoleh pada siklus sebelumnya sampai siklus III ini meningkat hingga daya serapnya mencapai 88 %. Semula hanya mencapai rata-rata 6,2 kini meningkat menjadi 8,8. peningkatan ini telah melebihi dari yang peneliti targetkan (KKM) pada siklus III. maka dapat diambil kesimpulan hasil penelitian : bahwa penggunaan media pembelajaran benda konkrei dan alat peraga dengan nyata efektif dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas III SD Negeri 2 Japanan Kecamatan cawas Kabupaten Klaten semester I tahun pelajaran 2010/2011.

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Keberhasilan   proses   pembelajaran   merupakan   hal   utama   yang didambakan dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah. Pada era globalisasi ini penerapan ilmu pengetahuan dan tekhnologi harus didukung oleh sumber daya  manusia yang berkualitas tinggi. Matematika sebagai  salah satu ilmu dasar   dewasa   ini  telah  berkembang   amat  pesat,  baik   materi   maupun kegunaannya.  Namun   sayang,  sampai  saat   sekarang   matematika   masih dipandang sebagai pelajaran yang membosankan dan tidak menarik.
Karena  matematika  merupakan ide-ide abstrak  yang berisi  simbol-simbol,  maka konsep-konsep  matematika  harus dipahami  terlebih dahulu, sebelum   memanipulasi  simbol-simbol  itu.   Seseorang   akan  lebih   mudah mempelajari   sesuatu   bila   belajar   itu   didasari   pada   apa   yang   telah diketahuinya.  Dalam  hal  ini penulis mengangkat materi pecahan untuk dijadikan bahan penelitian karena selama penulis  mengajar di kelas III SD Negeri 2 Japanan Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten dapat ditarik kesimpulan bahwa materi pecahan kurang diminati siswa. Hal ini tercermin dari kurang antusiasnya siswa dalam mengikuti pelajaran khususnya pada materi pecahan serta kurang adanya respon positif dan siswa yang dapat mengerjakan soal tes formatif dengan betul kurang dari 65% dengan ketuntasan  kurang dari 60%.
Rumusan Masalah
Rumusan  masalah  pada  penelitian  ini  adalah “Bagaimanakah  cara meningkatkan hasil belajar  siswa kelas III SD Negeri 2 Japanan Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten tahun  pelajaran  2010/2011  dalam   materi  pecahan   melalui bantuan alat peraga benda konkret” ?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar  siswa  kelas III SD Negeri 2 Japanan Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten semester I tahun pelajaran 2010/2011 dalam materi pecahan melalui bantuan alat peraga benda konkret.

Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi siswa
Dengan adanya penelitian ini diharapkan:
a. Pengetahuan   dan   kemampuan   siswa   dalam   berpikir   semakin meningkat,
b. Dapat membentuk sifat logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin,
c. dapat  mengembangkan   pengetahuan   dasar  matematika   sebagai bekal belajar di kelas yang lebih tinggi,
2. Manfaat bagi guru
Dengan adanya penelitian ini diharapkan guru dapat:
Memperoleh   kemudahan   dalam   penyampaian   materi   sehingga mudah dipahami oleh siswa,
memperoleh banyak variasi dalam mengajar,
3. Manfaat bagi sekolah
Dengan adanya penelitian ini diharapkan:
a. Mutu pendidikan di sekolah semakin meningkat,
b. dapat  melahirkan siswa  yang siap dalam  jenjang pendidikan  yang lebih bermutu, dan sekolah semakin dipercaya oleh masyarakat.
LANDASAN TEORI DAN  PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Landasan teori
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses yang harus disadari dengan perubahan pada diri seseorang sebagai hasil proses dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain pada individu yang belajar. Perubahan tingkah laku tersebut karena adanya interaksi.
Menurut Nasution (1982:38) mengartikan belajar sebagai berikut. Belajar adalah perubahan tingkah laku akibat pengalaman sendiri. Dengan belajar seseorang akan mengalami perubahan tingkah laku, sehingga terjadi perubahan baik pengetahuan, sikap, keterampilan, maupun kelakuannya. Dengan kata lain ada perbedaan sikap dan tingkah laku antara sebelum dan sesudah belajar.
2. Prinsip-prinsip Belajar
Proses belajar itu komplek sekali, tetapi juga dapat dianalisis dan diperinci dalam bentuk asas-asas atau prinsip-prinsip belajar. Menurut Abu Ahmadi (1986:14) prinsip-prinsip itu adalah sebagai berikut.
Belajar harus bertujuan dan terarah. Tujuan akan menuntutnya dalam belajar untuk mencapai harapan-harapannya.
Belajar memerlukan bimbingan. Baik bimbingan dari guru atau buku pelajaran itu sendiri.
Belajar memerlukan atas hal-hal yang dipelajari sehingga memperoleh pengertian-pengertian.
Belajar memerlukan latihan dan ulangan agar apa yang telah dipelajari dapat dikuasainya.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Pada proses belajar mengajar, hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dari dalam (Internal) dan faktor yang berasal dari luar (external).
4. Pengajaran Matematika
Pengertian Matematika
Menurut R. Soedjadi dan masriyah (1994:1), menyatakan Meskipun terdapat berbagai pendapat yang tampaknya berlainan, tetapi dapat ditarik ciri-ciri yang sama, yakni matematika mempunyai objek kajian yang abstrak, matematika mendasarkan diri pada kesepakatan-kesepakatan, matematika sepenuhnya menggunakan pola pikir deduktif, dan matematika dijiwai dengan kebenaran konsistensi.
5. Teori Belajar Matematika
Ada beberapa teori belajar yang populer dan cocok untuk diterapkan pada pembelajaran matematika di Pendidikan Dasar, diantaranya adalah sebagai berikut.
Teori belajar dari William Brownell
Menurut William Brownell, dalam mengerjakan matematika di Pendidikan Dasar sebaiknya:
1) Menggunakan alat peraga benda konkret;
2) materi disajikan secara permanen dan terus menerus dalam jangka waktu yang lama.
Teori belajar dari Richard Skemp
Menurut Richard Skemp (dalam Amin Suyitno, 2005:35), belajar matematika perlu dua tahap, yaitu sebagai berikut.
Perlu menggunakan benda-benda konkret untuk memberikan basis bagi siswa dalam menghayati ide-ide matematika yang abstrak.
Tingkat abstrak, yaitu mulai meninggalkan benda konkret untuk menuju kepemahaman matematika yang memang memuat objek-objek abstrak.
Dari beberapa teori belajar matematika di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran matematika di Pendidikan Dasar sangat diperlukan suatu media pengajaran matematika.
6. Media Pengajaran Matematika
Hubungan antar Media dan Proses Pembelajaran
Pada hakikatnya pembelajaran (belajar dan mengajar) merupakan proses komunikasi antar guru dan siswa. Sebagai komunikasi pada proses pembelajaran di atas adalah siswa, sedangkan komunikatornya adalah guru dan siswa. Jika sekelompok siswa menjadi komunikator terhadap siswa lainnya dan guru sebagai fasilitator, maka akan terjadi proses interaksi dengan kadar pembelajaran yang tinggi. Seorang guru perlu menyadari bahwa proses komunikasi tidak selalu berjalan dengan lancar, bahkan proses komunikasi dapat menimbulkan kebingungan, salah pengertian, atau bahkan salah konsep.
Pengertian Media Pembelajaran
1) Menurut Darhim
Alat peraga yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran yang telah tertuang dalam Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) dan bertujuan untuk meningkatkan pembelajaran (Kegiatan Belajar Mengajar).
2) Menurut Anderson
Alat peraga sebagai media atau perlengkapan yang digunakan untuk membantu guru mengajar.
7. Pegertian Pecahan
Pecahan adalah salah satu cara untuk menuliskan bilangan. Pecahan menunjukkan bahwa jika sebuah bilangan merupakan bagian dari satu bilangan utuh (Lynette Long dalam John Wiley & Sons, Inc, 2003:1)
a. Bilangan cacah diadakan untuk menggambarkan salah satu sifat himpunan. Banyaknya anggota setiap himpunan adalah bilangan cacah. Pecahan diadakan untuk menggambarkan satu atau beberapa bagian dari suatu benda. Relasi dua pecahan
3) Nama lain suatu pecahan (pecahan senilai) Kita dapat menunjukkan kepada siswa bahwa :
 =   =    dan seterusnya, dengan beberapa cara:
Dengan peragaan luas





Dengan garis bilangan







Penjumlahan pecahan dengan garis bilangan
Contoh:

a)




b)


B. Kerangka Berpikir
Dalam proses pembelajaran komponen utamanya adalah guru dan siswa. Agar proses pembelajaran berhasil, guru harus dapat membimbing siswa, sehingga dapat mengembangkan pengetahuannya. Untuk mencapai keberhasilan tersebut guru harus memahami sepenuhnya materi yang diajarkan. Namun pada kenyataannya siswa cenderung enggan untuk belajar jika materi tidak dapat dipahami, sehingga konsep-konsep baru akan sulit dipahami apabila konsep-konsep yang relevan belum dimiliki oleh siswa.
C. Hipotesis Tindakan
Melalui pembelajaran dengan alat peraga benda konkret maka hasil belajar siswa kelas III SD Negeri 2 Japanan Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten semester I tahun pelajaran 2010/2011 dalam materi pecahan dapat ditingkatkan.
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas III SD Negeri 2 Japanan Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten smester I tahun pelajaran 2010/2011  yang beralamat di dukuh turasan desa Japanan Kecamatan Cawas. Salah satu  Sekolahan yang berada di wilayah kecamatan Cawas dengan  latar belakang pendidikan dan ekonomi  orang tua  yang beragam  hal ini menjadikan daya tarik tersendiri untuk melakukan penelitian tindakan kelas.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas III SD Negeri 2 Japanan Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten Semester I  tahun pelajaran 2010/2011. Jumlah siswa kelas III sebanyak 24 siswa terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan.

C. Prosedur   Penelitian
Prosedur kerja dalam penelitian tindakan kelas ini ditempuh secara bertahap. Tahapan tersebut meliputi tahapan perencanaan, tahap pelaksanaan atau tindakan, tahap pengamatan, dan tahap refleksi. Tahapan tersebut disusun dalam tiga siklus.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1.Pelaksanaan Siklus I
1) Pemberian materi tentang pengenalan pecahan sederhana dengan bantuan gambar-gambar bangun datar.
2) Penyajian alat peraga berupa model bangun datar yang terbuat dari plastik dan kertas warna-warni untuk menjelaskan pecahan bernilai   dan seterusnya.
3) Guru meminta beberapa siswa untuk menunjukkan pecahan yang bernilai   dan seterusnya dengan bantuan alat peraga yang telah disediakan. Pada tes akhir pembelajaran baru 58% siswa yang mendapat nilai di atas 6, dari 24 siswa hanya 14 siswa yang dinyatakan tuntas sedangkan 10 siswa masih mendapat nilai rendah karena masih kurang memahami materi, contohnya siswa masih belum paham dan belum dapat membedakan antara pembilang dan penyebut.
Contoh soal:
a.Tuliskan nilai pecahan gambar di bawah ini pada daerah yang diarsir!



Jawab :

   Seharusnya :


b.Buatlah gambar yang sesuai dengan nilai pecahan 1/3!


Jawab:     Seharusnya


Ketelitian siswa terhadap penulisan pecahan baik lambang pecahannya maupun dengan kata-kata masih sangat kurang.
TABEL ANALISIS TES FORMATIF SIKLUS I


  Skor yang diperoleh Ketercapaian
  1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 %
1. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 80 Sudah
2. 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 6 60 Belum
3. 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Belum
4. 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90 Sudah
5. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Sudah
6. 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90 Sudah
7. 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 8 80 Sudah
8. 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 10 Belum
9. 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 90 Sudah
10. 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 10 Belum
11. 1 1 1 1 1 0 0- 1 1 1 8 80 Sudah
12. 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 80 Sudah
13. 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 80 Sudah
14. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 90 Sudah
15. 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 6 60 Belum
16. 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 8 80 Sudah
17. 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Belum
18. 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 10 Belum
19. 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 5 50 Belum
20. 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 90 Sudah
21. 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 90 Sudah
22. 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 5 50 Belum
23. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 90 Sudah
24. 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 2 20 Belum
Jumlah skor 19 17 18 15 11 12 14 14 15 13 148 1480 Sdh=14
Blm=10
Jumlah skor maks 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 240 2400
Ket. Capaian (%) 79 70 75 63 46 50 58 58 63 54 61,6 616 Sdh=58,3%
Blm=41,7%

2. Pelaksanaan Siklus II
1. Bimbingan dan pengawasan terhadap siswa ketika sedang mengerjakan tugas belum dilakukan secara menyeluruh.
2. Keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat belum muncul secara keseluruhan, hanya siswa tertentu saja yang terlihat aktif.
3. Keterampilan siswa dalam menulis di papan tulis belum terlihat rapi, siswa tidak memperhatikan contoh yang telah diberikan.
TABEL  ANALISIS  TES  FORMATIF  SIKLUS II




















3. Pelaksanaan Siklus III
1.Guru memberikan soal-soal latihan kepada siswa. Setelah selesai diterangkan dan siswa terlihat sudah paham, guru membuat beberapa soal latihan untuk melatih keberanian siswa dalam berpendapat, guru menawarkan pada siswa untuk maju mengerjakan soal di depan kelas.
3. Diadakan tes formatif pada akhir pertemuan. Pada 20 menit menjelang akhir pertemuan diadakan tes formatif untuk mengukur tingkat keberhasilan .
ANALISIS  HASIL  TES  FORMATIF  SIKLUS  III

















Hasil tes formatif pada siklus III meningkat drastis, daya serapnya mencapai 87,9% dan ketuntasan belajar mencapai 83,3% dengan nilai rata-rata 8,8. Peningkatan ini telah melebihi dari yang peneliti targetkan.
Berikut adalah tabel partisipasi siswa dalam proses pembelajaran dan tabel prestasi siswa dalam menyerap materi pelajaran selama diadakan penelitian yang terdiri dari 3 siklus dan ditempuh sebanyak 6 kali pertemuan dengan alokasi waktu 12 jam pelajaran.
1. Partisipasi Siswa dalam Proses Belajar Mengajar


  Siklus I Siklus II Siklus III
  Jumlah
Siswa persentase Jumlah
Siswa persentase Jumlah
Siswa persentase
Acuh 10 41,7% 6 25% 3 12,5%

Sedang 8   33,3% 11 45,8% 6 25%

Aktif 6 25% 7 29,2% 15 62,5%

Jumlah 24   100% 24 100% 24 100%

2. Prestasi Siswa dalam Menyerap Materi Pelajaran


  Siklus I Siklus II Siklus III
  Jumlah
Siswa persentase Jumlah
Siswa persentase Jumlah
Siswa persentase
Nilai
< 7,5 10 41,7% 7 29,2%   4 16,7%
Nilai
≥ 7,5 14 58,3% 17 70,8% 20 83,3%
Tuntas
Belajar 14 58,3% 17 70,8% 20 83,3%
Tidak
Tuntas 10 41,7% 7 29,2% 4 16,7%
Nilai
Rata-rata 148 : 24 = 6,2 178 : 24 = 7,3 211 : 24 = 8,8
Daya
Serap 61,7×100% = 61,7% 73,3×100% = 73,3% 87,9×100% = 87,9%

B.PEMBAHASAN
1.Siklus I
Dari faktor-faktor penghambat yang peneliti peroleh di atas sangat mempengaruhi hasil pembelajaran sehingga pembelajaran pada siklus I ini belum dapat berjalan dengan baik. Setelah diadakan tes formatif pada akhir pembelajaran diperoleh nilai rata-rata hanya 6,1 dari 24 siswa, hanya 14 siswa yang tuntas belajar sedangkan 10 siswa lainnya tidak tuntas, sedangkan persentase keaktifan siswa hanya 35 % saja. Untuk itu peneliti akan terus berusaha lebih keras lagi pada pembelajaran di siklus berikutnya.
2.Siklus II
Hal ini dapat dilihat dari perolehan hasil tes formatif yang diperoleh siswa di akhir pembelajaran pada siklus II yang telah mencapai rata-rata 7,3 dengan persentase ketuntasan belajar 70,8 %. Dari 24 siswa hanya 29,2 % saja yang tidak tuntas. Namun selain kekurangan yang ada pada siswa, guru pengajar juga masih mempunyai banyak kekurangan diantaranya dalam penggunaan alat bantu pembelajaran seperti alat peraga benda konkret yang digunakan harus dikembangkan lagi, serta kekreatifan guru dalam menggunakan alat peraga dan variasi mengajar yang digunakan perlu ditingkatkan agar siswa lebih termotivasi sehingga siswa lebih aktif dan antusias dalam mengikuti pelajaran.
3. Siklus III
Pelajaran matematika yang sebelumnya membosankan dan materi pecahan yang sebelumnya membingungkan kini berubah menjadi menyenangkan dan selalu dinanti-nantikan sebagaimana layaknya seperti yang harus dialami oleh siswa kelas tiga pada umumnya.
Sehingga hasil belajar yang diperolehpun meningkat drastis. Rata-rata nilai yang diperoleh pada siklus sebelumnya sampai siklus III ini meningkat hingga daya serapnya mencapai 88 %. Semula hanya mencapai rata-rata 6,2 kini meningkat menjadi 8,8. peningkatan ini telah melebihi dari yang peneliti targetkan (KKM). Sehingga, melihat dari hasil penelitian yang cukup baik pada materi pecahan ini dapat  dikatakan bahawa penggunaan peraga benda konkrit dapat meningkatkan  prestasi belajar siswa dan dari hasil ini maka peneliti akan melanjutkan dan menggunakan cara-cara yang sudah peneliti tempuh pada materi-materi lainnya tentunya disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan.
PENUTUP
A. Simpulan
Dapat ditarik simpulan sebagai berikut. Hasil belajar materi pecahan pada siswa kelas III SD Negeri 2 Japanan Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten tahun pelajaran 2010/2011, dapat meningkat melalui bantuan alat peraga benda-benda konkret. Telah dibuktikan pada akhir siklus III, skor rata-rata yang diperoleh 8,8 dengan daya serap 87,9%. Ini berarti, alat peraga benda konkret yang peneliti gunakan sebagai media perantara dalam menjelaskan materi pecahan ini, sangat membantu dan dapat menumbuhkan semangat belajar siswa serta memacu guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan proses pembelajaran yang lebih baik lagi. Dengan bantuan alat peraga benda konkret ini telah membuktikan bahwa hasil belajar pada materi pecahan dapat meningkat sesuai dengan yang diharapkan.
B. Saran
Guru juga hendaknya memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup tentang alat-alat peraga apa saja yang dapat digunakan sebagai alat bantu komunikasi yang sesuai dengan materi pecahan yag nantinya tidak akan membingungkan siswa melainkan dengan adanya bantuan alat peraga benda konkret ini akan lebih membantu siswa untuk menguasai materi sehingga proses pembelajaran akan berjalan lebih aktif dan efektif.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Djauzak. 1996. Petunjuk Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud.

Alwi, Hasan, dkk. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Depdikbud. 1994. Kurikulum Pendidikan Dasar. Jakarta: Depdikbud.

Depdikbud. 2000. Pedoman Pembuatan dan Penggunaan Alat Peraga/Praktik Sederhana Mata Pelajaran matematika Untuk Sekolah Dasar. Bandung: CV. Tidar.

Long, Lynette. 2001. Fabulous Fractions. Canada: John Wiley & Sons,Inc.

Nasution. 1982. Didaktik Asas-asas Mengajar. Bandung: Janmer.

Sudjana, Nana. 1989. CBSA Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Sugiarto. 2005. Matematika Sekolah II. Semarang: FMIPA Universitas Negeri Semarang.

Sugiarto dan Isti Hidayah. 2004. Workshop Pendidikan Matematika. Semarang: FMIPA Universitas Negeri Semarang.

Sukahar dan dwi Juniati. 2004. Matematika 3. Jakarta: Balai Pustaka.

Suyitno, Amin. 2004. Matematika Sekolah I. Semarang: FMIPA Universitas Negeri Semarang.

Suyitno, Amin. 2005. Pendidikan Matematika I. Semarang: FMIPA Universitas Negeri Semarang.

Posting Komentar

0 Komentar