Terbaru

6/recent/ticker-posts

Materi Pelajaran Multimedia SMK: PRODUKSI PROGRAM AUDIO VISUAL



Agar peserta didik mampu berdisiplin dalam memproduksi suatu karya, termasuk karya komunikasi audio visual, maka standard operation procedure dalam proses produksi perlu diajarkan dan diaplikasikan secara maksimal dalam setiap momen produksi yang melibatkan dirinya. Dalam bab ini, kepada peserta didik peserta praktikum (praktikan) ditunjukkan (tanpa bermaksud menjadi petunjuk satu-satunya) bagaimana prosedur atau langkah-langkah yang sebaiknya dipertimbangkan untuk ditempuh dalam suatu proses produksi karya komunikasi audio visual. Dengan demikian dalam bab ini dikemukakan materi produksi, sarana produksi, organisasi pelaksana produksi dan standard operation procedure dalam produksi karya komunikasi audio visual secara umum, dalam arti standard umum yang bisa diaplikasikan dalam proses produksi berbagai jenis karya komunikasi audio visual. Pada bagian berikutnya (masih dalam bab ini), berturut-turut dikemukakan pedoman umum dalam produksi karya-karya komunikasi audio visual seperti produksi film fiksi, produksi film documenter, dan produksi company profile audio visual.

A.Materi Produksi

Bagi seorang produser, materi produksi karya komunikasi audio visual bisa berupa apa saja. Hasil olah imajinasi berupa cerita rekaan tentang kehidupan manusia atau binatang, kisah nyata kehidupan manusia modern berikut penderitaan atau keberhasilan-keberhasilannya, bisa dijadikan sebagai materi sebuah film (film documenter atau film drama). Dalam mata pelajaran ini, kepada pesrta (praktikan) ditawarkan untuk memilih dan membentuk sendiri kelompok produksi (jumlah maksimal anggota kelompok adalah 8 orang) dan diberi kesempatan memilih jenis produk karya komunikasi audio visual yang mereka minati dan kuasai. Jenis-jenis produk yang ditawarkan ke para peserta antara lain film drama, film documenter, company profile audio visual, iklan audio visual, video clip, dan sebagainya.

Kepekaan kreatif seorang produser dalam melihat materi produksi, dimungkinkan oleh pengalaman, pendidikan dan sikap kritis. Selain itu, visi juga turut menentukan kesanggupan seorang produser menjadikan materi produksi membuahkan hasil karya yang berkualitas. Seorang produser yang tidak memiliki visi akan memilih materi produksi secara sembarangan. Hanya materi yang berkualitaslah yang bisa diolah menjadi karya yang berbobot.

Suatu kejadian atau pengalaman yang istimewa biasanya oleh produser dijadikan sebagai materi produksi untuk program-program televisi semacam film documenter atau dijadikan ide dasar pengembangan cerita dalam sinetron, atau untuk produksi film layar lebar. Dengan didahuluioleh risetsecara mendalam, hingga diperoleh data-data yang mendetail tentang kejadian serta latar belakang terjadinya peristiwa tersebut, dengan dukungan crew, artis serta peralatan yang cukup, karya film yang bermutu bisa dihasilkan.

B.Sarana Produksi

Sarana produksi merupakan penunjang untuk mewujudkan ide menjadi produk (karya). Dalam merubah ide menjadi karya audio visual, tentu diperlukan seperangkat alat yang dengan kualitas atau standard tertentu, agar baik gambar maupun suara sesuai mutu yang diharapkan. Kepastian tercukupinya peralatan sebagaimana yang telah ditetapkan, mendorong kelancaran keseluruhan persiapan produksi. Biasanya, produser menunjuk seseorang untuk diserahi tanggung jawab mengupayakan kelengkapan peralatan. Untuk itu, sebuah daftar lengkap (equipment list) dari seluruh peralatan yang dibutuhkan.

Dalam produksi karya audiovisual, terdapat tiga unit pokok peralatan yang diperlukan, yakni unit peralatan yang memenuhi fungsi perekam gambar, unit alat yang memenuhi fungsi perekam suara, serta unit peralatan penunjang pencahayaan. Untuk itu, dianjurkan setiap unit memiliki daftar peralatan (equipment list) sendiri-sendiri. Daftar tersebut setiap saat bisa dipakai untuk pengecekan kelengkapannya, baik ketika produksi hendak dimulai maupunketika sebuah momen produksi hendak diakhiri. Kualitas dari ketiga macam unit peralatan produksi tersebut menjadi pertimbangan utama seorang produser ketika hendak menyiapkan perencanaan produksi. Selebihnya, adalah sarana penunjang seperti sarana transportasi, penyedia tenaga listrik berikut instalasinya.

Unit peralatan perekam gambar berupa kamera video beserta lensa tambahan jika diperlukan (dan tersedia), kaset video,  berikut penunjang kelengkapannya seperti tripod kamera, dolly (jika perlu), kabel kamera, monitor pengambilan gambar untuk pengendalian pengambilan gambar oleh sutradara, clip serta clip note untuk menandai adegan demi adegan dalam pengambilan gambar. Dalam pengambilan gambar, perlu juga dicermati kebutuhan pencahayaannya. Maka beberapa macam sarana seperti lampu (standard, broadlight, spotlight), tripod/stand lampu, filter lampu, kabel listrik untuk tiap-tiap lampu, dan reflector perlu dipersiapkan secara cermat. Dengan kamera berikut kelengkapannya serta pencahayaan berikut kelengkapannya yang berkualitas, dimungkinkan dapat menghasilkan gambar yang berkualitas.

Unit peralatan perekam suara merupakan peralatan yang cenderung kurang memperoleh perhatian cukup, padahal persoalan mutu rekaman suara merupakan persoalan sangat menentukan mutu hasil produksi karya audio visual secara keseluruhan. Oleh karenanya mecam-macam mikrofon berikut kelengkapannya seperti boomer/shotgun, clip-on/lavalier, mikestand, monopod mic, kabel audio serta jack/konektor yang sesuai kebutuhan, perlu dicermati dari awal.

C.Organisasi Pelaksanaan Produksi

Suatu produksi karya audio visual bisa melibatkan banyak orang, yang bisa dikelompokkan ke dalam crew, artis, aparat setempat di lokasi shoting diselenggarakan. Supaya produksi bisa berjalan secara efektif dan efisien dari segi waktu (karena shoting sangat terikat oleh waktu), maka produser harus memikirkan dan melakukan penyusunan organisasi pelaksana produksi yang rapi dan mencukupi namun tetap efisien. Suatu organisasi pelaksana produksi yang tak tersusun rapi bisa membuat jalannya pelaksanaan produksi jadi terhambat.

Dalam organisasi pelaksana produksi, produser bisa dibantu oleh seorang pembantu yang disebut produser pelaksana atau production manager. Produser pelaksana, dalam kerjanya membantu produser membawahi sekertariat produksi, bendahara serta sutradara. Di dalam sekertariat terdapat unit manajer yang membawahi bagian perijinan, transportasi, akomodasi (termasuk konsumsi), bagian property, make-up serta wardrop atau kostum. Dalam organisasi pelaksanaan produksi, sutradara dibantu oleh seorang asisten sutradara (co-director), membawahi art designer, direktur fotografi atau Director of Photography (DOP) yang membawahi kameraman, soundman dan lightingman, dan para artis.

Untuk produksi di dalam studio, misalnya untuk komsumsi siaran televisi, organisasi pelaksana produksi sedikit berbeda dengan yang dikemukakan sebelumnya. Dalam produksi di dalam studio untuk program televisi, sutradara lazim disebut pengarah acara atau program director (PD). Ia bekerja di belakang meja control di ruang control (MCR). Dalam kerjanya di studio, program director dibantu oleh asisten ssutradara yang biasa disebut floor director (FD) yang tugasnya membantu PD mengarahkan pemain dan crew di studio. Pembantu PD lainnya adalah switcher, yang bertugas men-switch gambar-gambar dari beberapa kamera di dalam studio (dalam rekaman di stidio biasanya memakai multi kamera). Salah satu gambar yang dipilih di-switch oleh switcher, atass perintah PD, ke switch on air. Di samping switcher gambar, di MCR juga turut terlibat switcher audio, yang bertugas men-switch audio yang berasal dari suara vocal artis atau presenter dan suara musik yang telah disiapkan untuk di-on air-kan.

D.Standard Operation Procedure

Produksi karya komunikasi audio visual merupakan produksi yang prosesnya tidak sederhana. Oleh karenanya diperlukan pencermatan atas prosedur kerja yang telah teruji efektifitas serta efisiensinya. Maka standard prosedur pelaksanaan atau standard operation procedure (SOP), yang secara sederhana (minimal) bisa dibagi ke dalam tiga tahap, yakni:

1.Pra Produksi

Tahap ini merupakan tahap yang amat penting, karena konsep produk yang hendak diproduksi, letaknya dalam tahapan ini. Secara garis besar tahapan ini bisa dirinci ke dalam bagian-bagian kerja berikut ini:

a.Pencarian dan Penemuan Ide

Tahap pra produksi dimulai dengan pencarian ide-ide kreatif dalam rangka menemukaan tema ataau isu yang menarik dan memiliki nilai penting bagi kehidupan. Dalam aktivitasnya, dalam tahap ini lazim menyertakan aktivitas riset dan diskusi, dalam rangka memilih, mengembangkan dan memantapkan ide. Dari pemantapan ide, penulis naskah melanjutkannya ke dalam naskah atau scrip yang siap untuk dijadikan panduan dalam produksi.

b.Perencanaan Produksi

Tahap ini meliputi penetapan-penetapan: jangka waktu kerja (time schedule), kesiapan naskah, pilihan artis, criew, lokasi shoting, alokasi anggaran, jenis dan jumlah peralatan, property serta wardrop atau kostum artis. Dalam kaitannya dengan iklim (kondisi alam), kadang estimasi waktu menjadi meleset. Ini bisa berakibat macam-macam, termasuk akibat pada waktu dan anggaran. Oleh karenanya perencanaan perlu disusun secermat mungkin.

c.Persiapan Produksi

Tahap ini meliputi aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam rangka membereskan beberapa hal seperti perijinan, kesiapan artis (biasanya dengan latihan atau reading), memeriksa kesehatan crew dan artis,pembuatan setting, pemeriksaan alat, property dan wardrop. Itu semua dicermati dengan mengacu pula pada time schedule yang telah dibuat.

2.Produksi

Dalam tahap produksi, sutradara bersama crew dan artis berupaya mewujudkan perencanaan, termasuk di dalamnya adalah naskah yang telah disempurnakan, menjadi gambar dan suara yang ssiap untuk disusun hingga mampu bercerita. Sutradara, dalam pelaksanaan produksi, dibantu oleh asisten sutradara menentukan shot yang akan diambil dalam suatu adegan (scene). Biasanya, sutradaramempersiapkan shot list dari tiap adegan. Sering terjadi dalam produksi, satu kalimat dalam dialog, oleh sutradara (dibantu asistennya) dipecah ke dalam 3 atau 4 shot, untukmemperkaya gambar.

Dalam tahap produksi, selain kameraman, lightingman juga menempati posisi yang amat penting, karena kualitas gambaar turut ditentukan oleh kecukupan cahaya. Kondisi alam (perubahaan cahaya) sering membuat kerja lighting menjadi lebih rumit. Di samping lighting, peran soundman juga amat penting dalam tahap produksi, karena sebuah pengambilan gambar yang berbarengan dengan pengambilan suara bisa membuahkan hasil yang tak layak pakai (termasuk hassil gambarnya) gara-gara mutu suaranya tak layak pakai. Demikian juga property; terkadang property dianggap kurang penting, dan oleh karenanya dalam produksi di lokasi shoting, property tak lengkap dan jika itu terjadi, bagian property dituntut untuk berkreasi menemukan solusi di lapangan dan ditawarkan ke sutradara, atau shoting ditunda.

Dalam produksi di lokasi shoting, sutradara adalah pemimpinnya. Oleh karenanya ia dituntut bisa juga mencermati kondisi lingkungan, baik lingkungan alam maupun manusia di sekitarnya (crew, artis, keamanan), untuk menentukan kapan harus break (makan, istirahat, dan sebagainya), kapan suatu hari shoting harus diakhiri untuk diteruskan keesokan harinya.

3.Pasca Produksi

Dalam tahap pasca produksi, dapat ditetapkan tiga tahap atau langkah utama, yakni:

a.Editing Off Line

Setelah shoting selesai, scrip writer membuat logging, yaitu mencatat kembali semua hasil shoting berdasarkan catatan shoting dan gambar. Di dalam logging time code (nomor kode yang dibuat dan muncul dalam gambar) dan hasil pengambilan setiap shot, dicatat. Berdasarkan catatan tersebut, dibuatlah editing kasar yang disebut editing off line. Setelah editing off line selesai, hasilnya dicermati secara seksama dalam screening. Jika masih perlu diedit lagi atau ditambah, maka pekerjaan perlu segera dilaksanakan, sampai hasilnya memuaskan. Setelah hasil editing off line dianggap mencukupi, dibuatlah editing scrip, naskah editing, yang dilengkapi juga dengan uraian untuk narasi, voice over, ilustrasi musik, efek audio, di bagian-bagian tertentu, untuk diteruskan ke langkah berikutnya, yakni editing on line.

b.Editing On Line

Berdasarkan editing scrip, editor melakukan editing secara cermat, adegan-adegan dan shot-shot yang ada dalam tiap adegan, serta membuat transisi gambar yang menarik, sesuai tuntutan scrip. Dalam editing on line, materi sound juga dimasukkan serta ditata sesuai posisi yang dikehendaki oleh naskah. Setelah editing on line selesai dan dianggap cukup, barulah dilanjutkan ke tahap mixing.

c.Mixing

Narasi yang sudah direkam (jika pakai narasi) dan ilustrasi musik yang sudah direkam pula, dimasukkan ke data editing untuk di-mix bersama elemen-elemen lain yang diperlukan. Keseimbangan antara sound effect, suara asli, ilustrasi musik, dan narasi ditata sedemikian rupa sehingga tidak saling mengganggu danterdengar jelas. Setelah mixing suara serta gambar selesai, termasuk grafisnya, maka tahapan-tahapan penting dalam post production bisa dianggap selesai, dan tahap berikutnya bisa dilakukan preview. Dalam preview, tak ada lagi yang diperbaiki, karena dianggap telah selesai.

EVALUASI HASIL PRAKTIKUM

Dalam evaluasi hasil praktikum dalam mata kuliah ini, yang berupa pelaksanaan produksi karya komunikasi audio visual, secara umum evaluasi dilakukan dengan menilai kualitas proposal yang di dalamnya terdapat latar belakang pemikiran tentang perlunya suatu paket pesan komunikasi mereka produksi, landasan berpikir yang jadi acuan dalam memilih eksekusi, perencanaan produksi serta teknik produksi yang dipilih. Berikutnya, secara umum dievaluasi mutu produk yang dihasilkannya, termasuk proses produksinya ddan yang penting dalam proses produksi, untuk dievaluasi, adalah kekompakan tim, kemampuan individual dan kualitas langkah prosedur dalam kerja produksi. Terakhir, adalah kualitas laporan praktek produksi yang berisi gambaran pengalaman praktek produksi yang meliputi kelengkapan data, sistematika penulisan serta bahasa dan kelengkapan ilustrasi yang diperlukan sebagai lampiran dalam laporan.

Jika item-item yang dievaluasi sebagaimana diutarakan di atas adalah item-item yang umum dalam produksi karya komunikasi audio visual pada umumnya, maka berikut ini adalah item-item yang dievaluasi dalam produksi karya komunikasi audio visual yang berupa:

1.Produksi Film Drama

Dalam produksi film yang dilakukan oleh suatu kelompok peserta, selain item-item umum seperti dikemukakan di atas, evaluasi dilakukan pada item-item seperti pilihan tema atau isu yang diangkat, pengembangan ide ke dalam cerita (termasuk aspek dramatic, plot, pengembangan konflik), mutu scenario, kualitas hasil casting artis, mutu acting artis-artisnya, kualitas ilustrasi musik, mutu audio efek, mutu transisi, keserasian hasil mixing, kualitas grafisnya dan sebagainya.

2.Produksi Film Dokumenter

Lazimnya pembuatan film documenter didahului oleh aktivitas riset secara mencukupi. Oleh karenanya, penyertaan riset dan kecukupan data yang dihasilkan dari riset tersebut, menjadi item penting dalam penilaian. Dalam film documenter, keunikan peristiwa atau fenomena kehidupan yang diangkat, merupakan item penting pula untuk dinilai. Meskipun film documenter bukanlah film drama, namun scenario tetap dianggap amat penting. Oleh karenanya, mutu scenario juga menjadi item evaluasi. Ilustrasi musik, dalam film documenter berfungsi amat menentukan, dan oleh karenanya, item ini juga memperoleh perhatian dalam evaluasi. Meski film documenter bukan film drama, pengembangan dramatic cerita juga penting untuk memperoleh penilaian. Film documenter yang baik, menuntut seminim mungkin penyertaan wawancara dan narasi (film documenter lebih menghargai bahasa gambar oleh kaarenanya pula, soal ini juga memperoleh perhatian dalam penilaian.

3.Company Profile

Dalam produksi company profile, kualitas message merupakan bagian penting dalam evaluasi. Lalu konsepnya; apakah konsepnya bertolak dari narasi lalu atas dasar itu, gambar diproduksi dan dilengkapi? Atau konsepnya bertolak dari kualitas gambar lalu atas dasar itu, narasi dicipta sesuai tuntutan gambar? Jika konsepnya memakai narasi, maka item narasi (kualitas materi, gaya bahasa dan struktur narasi) menjadi bahan penilaian juga. Begitu pula jika dalam company profile menyertakan presentasi atau statement tokoh, maka item ini menjadi bahan penilaian pula, termasuk pilihan tokoh yang ditampilkan.

Posting Komentar

0 Komentar