Terbaru

6/recent/ticker-posts

Materi Kuliah PGSD Bahasa Indonesia: TEKNIK ECOLA

TEKNIK ECOLA
Dosen Mata Kuliah : Sujak, S.Pd., M.Pd
ECOLA  (Extending Concept through Language Activities) yang dikembangkan oleh Smith-Burke (1982), mengungkapkan usaha untuk mengintegrasikan membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan untuk tujuan  pengembangan kemmapuan membaca. Kemampuan tersebut bermanfaat untuk memaknai dan mengawasi pemahaman mahasiswa.
Sebagaimana dikemukakan oleh Smith-Burke (melalui Tierney, 1990:154), ICOLA difokuskan pada “kegiatan para siswa sampai mahasiswa  membangun untuk memastikan bahwa interpretasi mereka tepat”kemampuan alamiah membaca dan kebutuhan memonitor  untuk memastikan bahwa interpretasi mereka tepat”. Untuk tujuan itu, kerangka pembelajaran ICOLA yang terpenting terletak pada pengalaman-pengalaman belajar berikut ini.
(1)   Membaca dengan tujuan tertentu. Tujuan membaca teks dikembangkan berdasarkan pada maksud penulis dan beberapa alasan kenapa pendidik memilih bacaan. Namun demikian, tujuan-tujuan membaca tetap ditentukan oleh mahasiswa.
(2)   Tanggapan tertulis. Siswa atau mahasiswa diharapkan melakukan interpretasi sendiri yang dituangkan  dalam aktivitas menulis. Hasil interpretasi tersebut dapat ditinjau ulang setelah mereka melakukan berdiskusi.
(3)   Diskusi. Diskusi dipandang sebagai dasar untuk membangkitkan  gagasan-gagasan, menguji tujuan, mengevaluasi, pemaknaan, dan mempertimbangkan efektivitas  strategi yang digunakan dalam membaca.
(4)   Self monitoring. Para siswa atau mahasiswa didorong untuk mengungkapkan kebingungan  mereka, melakukan interpretasi secara mandiri,  dan melakukan diskusi tentang strategi untuk memahami bacaan secara baik.
Langkah-Langkah Penerapan ICOLA
Menurut  Darmiyati Zuchdi (2007: 161) ICOLA dibangun melalui lima tahap yaitu: (1)  menentukan tujuan yang komunikatif untuk membaca, (2) membaca dalam hati untuk sebuah tujuan dan standar tugas, (3) mewujudkan pemahaman melalui aktivitas menulis, (4)  melaksanakan diskusi dan klarifikasi atas pemaknaan, dan (5) menulis dan membandinkan. Tahapan-tahapan ICOLa tersebut dapat dijelaskan berikut ini.
  1. 1. Menentukan Tujuan yang komunikatif
Pendidik dapat mendorong siswa atau mahasiswa agar melakukan diskusi di dalam kelas untuk menentukan tujuan membaca mereka. Para siswa atau mahasiswalah yang menentukan sendiri tujuan mereka  dalam membaca. Penentuan membaca dalam membaca dapat didasarkan pada  pertimbangan tujuan penulis. Namun, siswa atau mahasiswa  dapat menentukan tujuan mereka dengan mempertimbangkan alasan pendidik ketika memberikan bacan.
Dalam pembelajaran di SD, peranan guru sangat penting untuk mengarahkan tujuan siswa dalam membaca. Hal ini harus dilakukan oleh guru karena dalam belajar di kelas harus berkaitan dengan SK dan KD standar isi.
  1. 2. Membaca dalam Hati
Para siswa atau mahasiswa diingatkan dengan tujuan mereka membaca sehingga memunculkan kesadaran bahwa mereka  harus dapat mendukung interpretasi mereka dengan ide-ide dari bacaan,  yang didasarkan latar belakang pengetahuan atau alasan-alasan mereka.  Smith-Bureke (melalui Tierny, 1990: 155) dalam Darmiyai Zuhdi  (2007:162)  menyarankan bahwa  hal itu layak dilakukan untuk mahasiswa yang berbeda dengan tujuan  yang berbeda pula ketika membaca. Dalam itu juga layak dilakukan oleh para siswa dalam membaca di kelas karena teknik bisa mengembangkan kemampuan membaca secara individual.
  1. 3. Mewujudkan Pemahaman Melalui Aktivitas Menulis
Tujuan dari tahap ini adalah mengembangkan kemampuan siswa atau mahasiswa untuk melakukan  pemantauan diri dan mulai belajar untuk  mengungkapkan apa  yang tidak mereka mengerti. Selama melakukan tahap ini, setiap siswa atau mahasiswa dan pendidik  menuliskan tanggapan atas seluruh pertanyaan dan tujuan membaca. Dalam menuliskan tanggapan, para siswa atau mahasiswa  dapat menjamin bahwa jawaban mereka akan dijamin kerahasiannya. Mereka didorong untuk  menginterpretasikan  dan menulis tentang segala yang membingungkan. Untuk mengklarifikasi masalah-masalah yang ditemui tersebut,  para siswa atau mahasiswa didorong untuk bertanya  lepada siswa atau mahasiswa lainnya. Hal ini merupakan tanggung  jawab dari  yang lain untuk menjelaskan  bagaimana mereka  menghadapi masalah yang sama.
  1. 4. Diskusi
Para siswa atau mahasiswa diorganisasikan ke dalam kelompok yang tidak lebih dari empat orang dan diberi batas  waktu. Mereka diharapkan mendiskusikan  hasil interpretasi mereka, membandingkan tanggapan, dan merubah kesimpulan  mereka. Setiap siswa dan mahasiswa diharapkan melakukan tukar gagasan dan menerangkan dasar kesimpulan mereka.
  1. 5. Menulis dan membandingkan
Tahap terakhir yang harus ditempuh oleh siswa atau mahasiswa, baik dalam kelompok kecil maupun secara individual, adalah memunculkan interpretasi yang lain. Jika hal tersebut dilakukan dalam kelompok, maka konsensus  yang terjadi harus diperkaya dengan diskusi dan kesepakatan. Setelah meninjau hasil  interpretasi yang telah dilengkapi, para siswa atau mahasiswa didorong untuk  mendiskusikan perubahan (interpretasi)  yang telah dibuat untuk mengungkapkan strategi yang mereka temukan.
Teknik ECOLA (Extending Concept though  Language Activities) dapat meningkatkan komprehensi membaca. Hal ini terjadi karena  teknik ini memuat proses  monitoring  terhadap hasil interpretasi. Selain itu, teknik ECOLA  mendorong siswa atau mahasiswa untuk selalu mendiskusikan strategi yang efektif untuk memperoleh pemahaman yang baik. Proses diskusi yang dilakukan  dalam teknik ini membangun   kemampuan siswa atau mahasiswa  untuk bekerja sama dalam tim. Kerja sama yang terjalin merupakan langkah strategis untuk memperoleh pemahman yang lebih baik dalam membaca.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakuan oleh Darmiyati Zuchdi dkk. (2007:164), yang berjudul “Peningkatan  Efektivitas Membaca Mahasiswa dengan Teknik ECOLA dapat disimpulkan  bahwa penggunaan teknik ECOLA dapat meningkatkan komprehensi membaca para mahasiswa. Hal ini dibuktikan dengan adanya  peningkatan  skor komprehensi  membaca tersebut diperoleh dari perbedaan  skor rerata pre-test dengan skor rerata pst-test. Peningkatan skor rerata pada saat post test secara kesluruhan 2, 1875).
Berdasarkan frekuensi, hasil tes akhir  siklus menunjukkan  tidak ada lagi mahasiswa yang memperoleh skor dalam rentang 6,0 – 7,5.  Frekuensi mahasiswa dengan skor  di atas 8,0 sebanyak 16 orang (100%). Dari sisi penilaian proses, diketahui bahwa  mahasiswa makin biasa menerapkan teknik Ecola di kelas. Mereka mulai menikmati penggunaan teknik tersebut. Tidak tampak dalam diri mereka  kebosanan, bahkan cenderung bersemangat, antusias, dan sangat dinamis.
Temuan lain yang diperoleh dalam penelitian adalah kesimpulan bahwa penggunaan teknik ECOLA dengan tahapan-tahapannya dapat meningkatkan kemampuan kerja sama dalam tim, terutama untuk melakukan diskusi tentang strategi memahami bacaan. Dari sisi frekuensi, sebanyak 14 orang (87, 5 %) menyatakan bahwa kemampuan kerja sama mereka dalam tim mengalami peningkatan, terutama dalam upaya memperoleh pemahaman yang lebih baik. Kemampuan kerja sama  dalam kelompok tersebut terindikasi pada dua hal, (1) sikap keterbukaan terhadap gagasan orang lain, dan (2) dinamika dalam mengungkapkan ide atau gagasan saat berdiksusi. Frekuensi mahasiswa yang dinyatakan bahwa dirinya lebih terbuka ternyata banyak. Sebanyak 10 orang (62,5 %) menyatakan bahwa mereka jauh lebih terbuka terhadap gagasan  dan pemahaman orang lain.
Dengan penerapan ECOLA suasana ruang  lebih dinamis. Mahasiswa berlatih untuk memberikan respons dan argumentasi mereka menjadi lebih baik. Suasana pembelajaran lebih menyenangkan.
Aplikasi ECOLA dalam Pembelajaran di Tingkat Sekolah Dasar
Dalam pembelajaran di Tingkat  Dasar, para guru harus memperhatikan psikologi siswanya. Guru tidak boleh menerapkan seratus persen langkah-langkah tersebut. Penyesuaian dengan siswanya perlu dilakukan oleh guru. Langkah-langkah penyesuain dapat di alkuakan, di antaranya sebagai berikut.
Langkah 1
Guru dan siswa sebelum membaca bertanya jawab tentang apa yang harus dipelajari dalam pertemuan hari ini. Guru mengarahkan pada kompetensi dasar dan indikator yang ada dalam kurikulum. Jika para siswa sudah mengatahui KD dan indikatornya, guru mencoba bertanya pada siswa tujuan apa yang akan dicapai siswa dalam pembelajaran KD tersebut. Jika siswa tidak ada yang menjawab, guru mengarahkannya agar mengerti tujuan membaca/pembelajaran pertemuan ini.
Langkah 2
Setelah siswa mengetahui tujuan membaca pada langkah pertama, guru  mengingatkan bahwa para siswa harus bisa mencapai tujuan yang diinginkan tersebut. Pada saat siswa membaca dalam hati , guru memantau kegiatan tersebut dengan saksama agar kegiatan bisa efektif. Sebab pem,belajaran membaca akan terganggu jika ada salah satu siswa melakukan  sesuatu. Tempat harus tenang dalam membaca dalam hati tersebut.
Langkah 3
Selesai membaca sesuai dengan tujuan, para siswa menulis apa saja yang menjadi halangan dalam membaca dalam hati tersebut. Siswa bebas mengemukakan pendapatnya tentang kesulitan dan kemudahan membaca tersebut.
Langkah 4
Selesai menulis siswa diharapkan bisa memecahkan persoalan yang menghalangi kegiatan pembelajaran tersebut. Siswa  berusaha memecahkan persoalannya sendiri dengan cara menuliskan langkah-langkah mengatasi persoalan yang dihadipinya. Siswa bebas menginterpretasikan langkah-langkah tersebut.
Langkah 5
Siswa berkelompok untuk berdiskusi tentang  hasil tujuan membaca dan hasil interpretasi langkah-langkah mengatasi persoalannya tersebut. Dalam diskusi, siswa bisa mengubah hasil interpretasi dan hasil membaca secara individual tersebut. Dalam berdiskusi masukan yang positif perlu dipertimbangkan, jika perlu bisa digunakan.
Langkah 6
Membandingkan hasil individu dengan hasil kelompok yang telah didisusikan. Mereka bisa memberi kesimpulan terhadap hasil individu dan hasil kelompok setelah selesai kegiatan berdiskusi.
Sumber  Bacaan
Zuhdi, Darmiyati. 2007.  Strategi Meningkatkan Kemampuan Membaca:UNY Press. Yogyakarta

Posting Komentar

1 Komentar

  1. maaf pak, bolehkah saya meminjam buku strategi meningkatkan kemampuan membaca

    BalasHapus