Terbaru

6/recent/ticker-posts

Contoh PTK Matematika Kelas 2 SD: PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PERKALIAN BILANGAN CACAH MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK (PADA SISWA KELAS II SD)



ABSTRAK


Pelaksanaan pembelajaran Matematika SD dalam proses belajar mengajarnya harus diciptakan secara aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan melalui Pendekatan Matematika Realistik, serta didukung kompetensi guru untuk mengelola proses belajar mengajar dengan menggunakan Pendekatan Matematika Realistik secara edukatif. Kondisi SD menunjukkan belum dilaksanakan atau digunakan Pendekatan Matematika Realistik secara optimal untuk pembelajaran Perkalian Bilangan Cacah, termasuk di SD Negeri Lembasari 02. Karenanya dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas melalui kolaborasi dengan guru dan kepala sekolah. Tujuannya mendeskripsikan efektifitas penggunaan Pendekatan Matematika Realistik untuk perbaikan mutu pembelajaran, khususnya dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep perkalian bilangan cacah. Hipotesisnya, jika prosedur pelaksanaan pengajaran perkalian bilangan cacah disajikan menggunakan Pendekatan Matematika Realistik maka pemahaman siswa akan konsep perkalian bilangan cacah akan meningkat dari sebelum diberikan pengajaran melalui Pendekatan Matematika Realistik.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang menggunakan metode deskriptif kualitatif model siklus dengan langkah: perencanaan, tindakan,observasi, dan refleksi. Subjeknya adalah siswa dan guru kelas II SD Negeri Lembasari 02. Waktunya semester II tahun 2010. Pengumpulan data dengan observasi langsung selama tindakan dan hasil tes kemampuan siswa. Hasilnya: Penggunaan Pendekatan Matematika Realistik dapat meningkatkan pemahaman konsep perkalian bilangan cacah ; Pelaksanaan pendekatan matematika realistik dapat dilakukan dengan kegiatan matematisasi; Hambatan yang dialami adalah keterbatasan waktu, bahan/alat peraga, serta kemampuan guru dan siswa.
Kesimpulan : Penanganan masalah yang dihadapi siswa kelas II SD dalam meningkatkan pemahaman konsep perkalian bilangan cacah melalui Pendekatan Matematika Realistik perlu dilakukan secara terencana, sistematis dan berkelanjutan sehingga secara bertahap siswa menguasai kompetensi yang berhubungan dengan kegiatan matematisasi atau proses mematematikakan dunia nyata.



Kata Kunci : konsep perkalian bilangan cacah, matematika realistik, matematisasi.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan dan menyusun laporan penelitian tindakan kelas ini. Penulisan ini diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Dengan segala kerendahan hati penulis juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun material sehingga penulisan Laporan PTK ini dapat terselesaikan. Terlebih lagi ucapan terima kasih ini dihaturkan kepada :
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Prof. Dr. Rernat. Sajidan, M.Si. selaku Pembantu Rektor I Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Kartono, M.Pd. selaku kepala Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS.
4. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd. selaku Ketua Pelaksana Program PJJ S1 PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS.
5. Taufiq Lilo, S.T., M.T. selaku pembimbing yang telah memberi bimbingan, sehingga penulisan tindakan kelas ini dapat selesai tepat waktu.
6. Kartoni, S.Pd. selaku Supervisor/ teman sejawat yang telah bersedia membantu terselenggaranya PTK ini.
7. Sutiyono, selaku Kepala Sekolah SD Negeri Lembasari 02 dan Bapak Ibu/Guru, atas segala bantuannya.
8. Siswa kelas II SD Negeri Lembasari 02, yang dengan semangat telah membantu berhasilnya penelitian tindakan kelas.
Atas segala bantuan yang telah diberikan, hanya doa yang dapat penulis panjatkan semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan dan menjadikan amal ibadah yang mulia. Selanjutnya sebagai manusia biasa yang tidak lepas dari segala kekurangan, untuk itu penulis mohon maaf yang setulus-tulusnya. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun akan sangat membantu penulis dalam penyempurnaan penyusunan selanjutnya.



Surakarta, Juni 2010
Penulis
Kholidin

DAFTAR ISI



Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
HALAMAN PERSETUJUAN iii
ABSTRAK iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah dan Pemecahannya 4
C. Tujuan Penelitian 5
D. Manfaat Hasil Penelitian 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA 7
A. Kajian Teori 7
B. Temuan Hasil Penelitian yang Relevan 12
C. Kerangka Pikir 13
D. Hipotesis Tindakan 14
BAB III METODE PENELITIAN 15
A. Lokasi dan Waktu Penelitian 15
B. Subjek Penelitian 16
C. Prosedur Penelitian 16
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 24
A. Hasil Penelitian 24
B. Pembahasan 32
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 34
A. Simpulan 34
B. Saran 35
DAFTAR PUSTAKA 37




DAFTAR TABEL

Halaman
1. Jadwal Penelitian 15
2. Jadwal Pelaksanaan Setiap Siklus 16


























DAFTAR GAMBAR



Halaman
1. Matematisasi Konseptual 8
2. Matematisasi Horizontal dan Vertikal 9
3. Kerangka Berpikir 14
4. Siklus PTK untuk e-TA PJJ S-1 PGSD 21
5. Grafik Ketuntasan Belajar Siswa 32





















DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Melalui PTK Siklus I 38
2. Evaluasi Siklus I 46
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Melalui PTK Siklus II 48
4. Evaluasi Siklus II 53
5. Format Presensi Siswa di Kelas 54
6. Format Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa 55
7. Format Lembar Observasi Pembelajaran Matematika 56
8. Format Angket Pendapat Siswa 58
9. Format Daftar Nilai Formatif 59
10. Format Analisis Nilai 60
11. Personalia Peneliti 61
12. Curriculum Vitae Peneliti 62
13. Curriculum Vitae Supervisor 63
14. Presensi Siswa di Kelas Sebelum Tindakan (Kondisi Awal) 64
15. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Sebelum Tindakan 65
16. Lembar Observasi Pembelajaran Matematika Sebelum Tindakan 66
17. Angket Pendapat Siswa Sebelum Tindakan 68
18. Daftar Nilai Formatif Sebelum Tindakan 71
19. Analisis Nilai Sebelum Tindakan 72
20. Daftar Hadir Mahasiswa Siklus I 73
21. Kegiatan Mahasiswa di Sekolah Siklus I 74
22. Presensi Siswa di Kelas Siklus I 75
23. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I 76
24. Lembar Observasi Pembelajaran Matematika Siklus I 77
25. Angket Pendapat Siswa Siklus I 79
26. Daftar Nilai Formatif Siklus I 82
27. Analisis Nilai Siklus I 83
28. Daftar Hadir Mahasiswa Siklus II 84
29. Kegiatan Mahasiswa di Sekolah Siklus II 85
30. Presensi Siswa di Kelas Siklus II 86
31. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II 87
32. Lembar Observasi Pembelajaran Matematika Siklus II 88
33. Angket Pendapat Siswa Siklus II 90
34. Daftar Nilai Formatif Siklus II 93
35. Analisis Nilai Siklus II 94
36. Rekap Hasil Belajar Siswa 95
37. Foto atau bukti pendukung lainnya 96

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Guru memiliki peran yang sangat besar terhadap keberhasilan pendidikan. Untuk itu guru seyogyanya menguasai kemampuan mengajarkan pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan hidup pada siswanya agar dapat menumbuhkan proses pembelajaran yang baik yang pada gilirannya dapat mencapai hasil yang optimal sesuai dengan tujuan instruksional yang diharapkan.
Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang paling pokok yang harus dilaksanakan oleh guru dalam rangka menyampaikan berbagai pesan pada siswa, dengan tujuan agar siswa dapat menguasai pengetahuan, kecakapan, keterampilan dan sikap sesuai dengan tujuan pembelajaran yang disajikan guru, serta tujuan yang digariskan dalam pelaksanaan kurikulum.
Oleh karena itu, guru di dalam proses belajar mengajar diharapkan mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti rencana pembelajaran, alat peraga, metode, alat evaluasi, serta pendekatan yang sesuai, sehingga diharapkan tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.
Salah satu bagian KTSP, guru harus mengembangkan pembelajaran pada mata pelajaran matematika. Mata Pelajaran Matematika sebagai kurikulum yang universal sangat mendasari perkembangan teknologi modern. Matematika sangat berperan aktif dalm berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Mata pelajaran ini perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analisis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.
Matematika dapat digunakan untuk memecahkan masalah, mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain. Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model matematika, menyelesaikan masalah, dan manafsirkan solusinya.
Terlepas dari betapa pentingnya mempelajari matematika seperti diungkap diatas, kenyataan berkata lain. Matematika diterima sebagian besar siswa sebagai mata pelajaran yang menakutkan, tidak menyenangkan dan sulit. Hal tersebut dikuatkan dengan data yang terhimpun dari daftar hadir, tercatat dalam proses belajar mengajar matematika kelas II SD Negeri Lembasari 02 pada Kompetensi Dasar melakukan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka, masih terdapat 5 siswa yang tidak hadir dari 30 siswa yang ada atau kehadiran hanya mencapai 83%. Sedangkan dari hasil angket yang telah dihimpun setelah pembelajaran matematika di kelas II SD Negeri Lembasari 02 pada Kompetensi Dasar melakukan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka, sebagian besar siswa kesulitan dan tidak merasa senang dengan pembelajaran matematika yang telah dilaksanakan.
Data-data tersebut dikuatkan dengan hasil belajar siswa setelah dievaluasi dalam mata pelajaran matematika pun tidak memuaskan. Tercatat, pada mata pelajaran matematika kelas II SD Negeri Lembasari 02 pada Kompetensi Dasar melakukan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka, hanya 13 siswa dari 30 siswa (43%) yang tuntas dengan KKM 60, sedangkan 17 siswa dari 30 siswa (57%) belum tuntas.
Adanya fenomena tersebut tentunya dikarenakan adanya beberapa sebab. Dari segi kurikulum, substansinya bisa jadi terlalu memberatkan guru sebagai penyampai kepada siswa. Guru mungkin juga kurang kompeten dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini juga dapat dimungkinkan siswa sendiri memiliki input yang rendah. Disamping itu, Rencana Pembelajaran, alat peraga, metode, dan alat evaluasi yang dipersiapkan guru, serta pendekatan yang digunakan guru bisa juga jadi turut mempengaruhi keadaan tersebut.
Untuk mengetahui sebab-sebab tersebut benar-benar mempengaruhi, seorang guru harus melaksanakan Penelitian. Hal ini sesuai dengan kompetensi yang harus ada dalam diri guru SD beserta pengalaman belajar yang harus dilalui menurut Dikdasmen pada butir 10 (Djumiran, dkk, 2009 : 3.10) yaitu menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran. Dalam hal ini tentunya dengan mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Agar penelitian lebih terfokus, pendekatan yang digunakan guru dalam mengajarkan mata pelajaran matematika menjadi permasalahan yang diteliti dalam penelitian tindakan kelas ini.
Dalam pembelajaran matematika yang telah terjadi, khususnya pada kelas II SD Negeri Lembasari 02, guru cenderung menggunakan pendekatan pemindahan matematika, dimana guru yang telah memiliki ilmu matematika secara matang langsung ditransfer atau dipindahkan kepada siswa. pembelajaran cenderung hanya mengaktifkan guru, sedangkan siswa pasif. Guru hanya memindahkan konsep perkalian bilangan cacah kepada siswa tanpa terlebih dahulu mengeksplorasi kemampuan dasar dan kemampuan siswa tentang penyelesaian masalah dalam konsep perkalian bilangan cacah.
Dengan kondisi tersebut, maka diupayakan pendekatan yang sesuai agar siswa mudah dalam mempelajari matematika khususnya dalam konsep perkalian bilangan cacah. Salah satu pendekatan itu diantaranya pendekatan matematika realistik.
Pendekatan Matematika Realistik diindikasikan dapat mendekatkan matematika kepada siswa melalui masalah yang nyata. Selain itu, Pendekatan Matematika Realistik juga mampu mengaktifkan siswa dengan guru sebagai fasilitatornya. Hal tersebut dapat terlihat pada saat kegiatan matematisasi, yaitu proses mematematikakan dunia nyata. Dalam hal ini, Pendekatan Matematika Realistik sangat mementingkan proses disamping hasil melalui matematisasi tersebut.
Bila Pendekatan Matematika Realistik dilakukan, bukan tidak mungkin konsep perkalian bilangan cacah akan mudah dipahami siswa kelas II SD Negeri Lembasari 02 tahun pelajaran 2009/2010. Dalam hal ini siswa menyelesaikan masalah yang berkaitan sesuai dengan jalan pikirnya. Pembelajaran pun akan lebih interaktif dimana siswa dengan siswa lainnya atau dengan guru akan saling bertanya, atau menanggapinya. Hal ini sesuai dengan karakteristik Pendekatan Matematika Realistik seperti yang diungkapkan oleh Suryanto (dalam Nyimas Aisyah, 2007 : 7.7). Pembelajaran juga akan dirasakan siswa sebagai pembelajaraan yang bermakna karena siswa memahami konsep perkalian bilangan cacah melalui penemuan kembali konsep tersebut oleh siswa dengan bimbingan guru.

B. Rumusan Masalah dan Pemecahannya
1. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini, diajukan rumusan permasalahan sebagai berikut :
a. Apakah melalui pendekatan matematika realistik dapat meningkatkan Pemahaman Konsep Perkalian Bilangan Cacah dalam pembelajaran Matematika kelas II SD Negeri Lembasari 02 ?
b. Bagaimana cara pelaksanaan pendekatan matematika realistik agar dapat meningkatkan Pemahaman Konsep Perkalian Bilangan Cacah siswa kelas II SD Negeri Lembasari 02 dalam pembelajaran matematika?
c. Hambatan apa yang dialami jika dilaksanakan pembelajaran matematika dengan pendekatan matematika realistik?
2. Pemecahan Masalah
Kesulitan siswa dalam memahami konsep matematika dalam hal ini perkalian bilangan cacah akan dipecahkan melalui Pendekatan Matematika Realistik. Pendekatan Matematika Realistik dianggap mampu membantu siswa dalam memahami konsep yang dianggap sulit oleh siswa. Selain itu juga Pendekatan Matematika Realistik berhasil dalam penelitian yang sejenis yang pernah dibaca.


Secara garis besar langkah-langkahnya sebagai berikut :
a. Pada saat pembelajaran, siswa akan dihadapkan pada masalah nyata yang sering terjadi di dalam kehidupannya yang sesuai dengan materi. Kemudian mengaitkannya/ merekonstruksi topik baik secara kelompok maupun individu.
b. Siswa diberi kebebasan dalam menyelesaikan permasalahan tersebut sesuai jalan pikirnya.
c. Siswa secara interaktif menyampaikan jawabannya kemudian ditanggapi siswa lain.
d. Guru menghargai jawaban siswa.
e. Siswa bersama guru menyepakati tentang penyelesaian masalah yang terbaik dan sesuai kesepakatan umum sehingga dapat menyimpulkan.

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
1. Meningkatkan Pemahaman Konsep Perkalian Bilangan Cacah siswa dengan mengaktifkan siswa untuk membangun pengetahuan matematikanya secara real.
2. Mengetahui bagaimana implementasi pembelajaran matematika dengan pendekatan matematika realistik menjadikan pembelajaran lebih bermakna bagi siswa.
3. Mengetahui hambatan apa yang dialami jika dilaksanakan pembelajaran matematika dengan pendekatan matematika realistik

D. Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat hasil penelitian ini khususnya untuk perbaikan kualitas pendidikan dan/ atau pembelajaran berupa terwujudnya pembelajaran matematika yang bermakna serta memudahkan siswa dalam memahami konsep perkalian bilangan cacah.


Adapun manfaatnya bagi siswa, guru, dan sekolah yaitu :
1. Siswa
Meningkatkan Pemahaman siswa terhadap Konsep Perkalian Bilangan Cacah dan memudahkannya dalam mempelajarinya sehingga diharapkan dapat meningkat pula prestasi belajarnya.
2. Guru
Menumbuhkan kreativitas guru dengan menggunakan pendekatan matematika realistik dalam pembelajaran matematika.
3. SD Negeri Lembasari 02
Meningkatkan pemberdayaan pendekatan matematika realistik agar prestasi belajar siswa lebih baik dan perlu dicoba untuk diterapkan pada pelajaran lainnya.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Tinjauan tentang Konsep Perkalian Bilangan Cacah
Menurut Moore dalam Silvester Petrus Taneo, dkk (2009 : 3.118) bahwa konsep adalah sesuatu yang tersimpan dalam pikiran-suatu pemikiran, suatu ide atau suatu gagasan.
Pendapat Mukhtar A. Karim dkk,(1996 : 99 - 102) bahwa Bilangan cacah didefinisikan sebagai bilangan yang digunakan untuk menyatakan cacah anggota atau kardinalitas suatu himpunan. Sedangkan operasi perkalian bilangan cacah pada dasarnya dapat didefinisikan sebagai hasil penjumlahan berulang bilangan-bilangan cacah.
Dalam konteks ini, pemahaman konsep perkalian bilangan cacah dapat disimpulkan sebagai proses, perbuatan, cara memahami atau memahamkan suatu gagasan tentang penjumlahan berulang bilangan-bilangan cacah dalam hal ini dikenal dengan perkalian.
Pada siswa SD khususnya kelas II SD, penanaman konsep perkalian bilangan cacah perlu dilakukan dengan memberikan pengalaman dengan benda-benda konkrit yang sebanyak-banyaknya kepada para siswa. Aktivitas-aktivitas yang menggunakan benda-benda konkrit sebagai sarana belajar, hendaknya mencirikan segala aktivitas pembelajaran untuk menanamkan suatu konsep kepada siswa.
2. Pendekatan Matematika Realistik Dalam Pembelajaran Matematika
Pendekatan matematika realistik didasarkan pada anggapan Hans Freudenthal yang mengemukakan bahwa matematika adalah kegiatan manusia. Menurut pendekatan ini, kelas matematika bukan tempat memindahkan matematika dari guru kepada siswa, melainkan tempat siswa menemukan kembali ide dan konsep matematika melalui eksploasi masalah-masalah nyata. Disini matematika dilihat sebagai kegiatan manusia yang bermula dari pemecahan masalah (Dolk, 2006) dalam Nyimas Aisyah, 2007:7.3. Karena itu, siswa tidak dipandang sebagai penerima pasif, tetapi harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan guru. Proses penemuan kembali ini dikembangkan melalui penjelajahan berbagai persoalan dunia nyata (Hadi, 2005) dalam Nyimas Aisyah, 2007:7.3. Di sini dunia nyata diartikan sebagai segala sesuatu yang berada di luar matematika, seperti kehidupan sehari-hari, lingkungan sekitar, bahkan mata pelajaran lain pun dapat dianggap sebagai dunia nyata. Dunia nyata digunakan sebagai titik awal pembelajaran matematika. Untuk menekankan bahwa proses lebih penting daripada hasil, dalam pendekatan matematika realistik digunakan istilah matematisasi, yaitu proses mematematikakan dunia nyata. Proses ini digambarkan oleh de Lange (Hadi, 2005 dalam Nyimas Aisyah, 2007:7.3) sebagai lingkaran yang tak berujung.

Gambar 1 : Matematisasi Konseptual

Gambar tersebut menjelaskan bahwa matematisasi horizontal adalah proses penyelesaian soal-soal kontekstual dari dunia nyata. Dalam matematika horizontal, siswa mencoba menyelesaikan soal-soal dari dunia nyata dengan cara mereka sendiri, dan menggunakan bahasa dan simbol mereka sendiri. Sedangkan matematisasi vertikal adalah proses formalisasi konsep matematika. Dalam matematisasi vertikal, siswa mencoba menyusun prosedur umum yang dapat digunakan untuk menyelesaikan soal-soal sejenis secara langung tanpa bantuan konteks. Dalam istilah Freudenthal, matematisasi horizontal berarti bergerak dari dunia nyata ke dalam dunia simbol, sedangkan matematisasi vertikal berarti bergerak di dalam dunia simbol itu sendiri. Dengan kata lain, menghasilkan konsep, prinsip, atau model matematika dari masalah kontekstual sehari-hari termasuk matematisasi horizontal, sedangkan menghasilkan konsep, prinsip, atau model matematika dari matematika sendiri termasuk matematisasi vertikal.
Selanjutnya, oleh Treffers (van den Heuvel-Panhuisen, 1996 dalam Nyimas Aisyah, 2007:7.3) matematisasi dibedakan menjadi dua, yaitu matematisasi horizontal dan matematisasi vertikal. Kedua proses ini digambarkan oleh Gravenmeijer ( Hadi, 2005 dalam Nyimas Aisyah, 2007:7.3.) sebagai proses penemuan kembali.

Gambar 2 : Matematisasi horizontal dan vertikal

Pada Gambar tersebut, matematisasi horizontal ditandai dengan panah garis sedangkan matematisasi vertikal sebagai panah blok.

3. Konsepsi siswa dalam pendekatan matematika realistik
Konsepsi siswa dalam pendekatan ini (Hadi, 2005) dalam Nyimas Aisyah, 2007 : 7.3 adalah sebagai berikut :
a. Siswa memiliki seperangkat konsep alternatif tentang ide-ide matematika yang mempengauhi belajar selanjutnya.
b. Siswa memperoleh pengetahuan baru dengan membentuk pengetahuan itu untuk dirinya sendiri.
c. Siswa membentuk pengetahuan melalui proses perubahan yang meliputi penambahan, kreasi, modifikasi, penghalusan, penyusunan kembali, dan penolakan
d. Siswa membangun pengetahuan untuk dirinya sendiri dari beragam pengalaman yang dimilikinya.
e. Siswa memiliki kemampuan untuk memahami dan mengerjakan matematika tanpa memandang ras, budaya, dan jenis kelamin.
4. Peran guru dalam Pendekatan Matematika Realistik
Adapun Peran guru dalam pendekatan matematika realistik (Hadi, 2005) dalam Nyimas Aisyah, 2007 : 7.3 dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Guru harus berperan sebagai fasilitator belajar
b. Guru harus mampu membangun pengajaran yang interaktif
c. Guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif memberi sumbangan pada proses belajarnya
d. Guru harus secara aktif memberi siswa dalam menafsirkan masalah-masalah dari dunia nyata
e. Guru harus secara aktif mengaitkan kurikulum matematika dengan dunia nyata baik fisik maupun sosial.





5. Karakteristik Pendekatan Matematika Realistik
Beberapa karakteristik pendekatan matematika realistik menurut suryanto, (Nyimas Aisyah, 2007:7.7) adalah sebagai berikut:
a. Masalah kontekstual yang realistik (realistic contextual Problems) digunakan untuk mempekenalkan ide dan konsep matematika kepada siswa.
b. Siswa menemukan kembali ide, konsep, dan prinsip atau model matematika melalui pemecahan masalah kontekstual yang realistik dengan bantuan guru atau temannya.
c. Siswa diarahkan untuk mendiskusikan penyelesaian terhadap masalah yang mereka temukan (yang biasanya ada yang berbeda, baik cara menemukannya maupun hasilnya).
d. Siswa merefleksikan (memikirkan kembali) apa yang telah dikerjakan dan apa yang telah dihasilkan; baik hasil kerja mandiri maupun hasil diskusi.
e. Siswa dibantu untuk mengaitkan beberapa isi pembelajaran maetamtika yang memang adan hubungannya.
f. Siswa diajak mengembangkan, memperluas, atau meningkatkan hasil-hasil dari pekerjaannya agar menemukan konsep atau prinsip metamatika yang lebih rumit.
g. Matematika dianggap sebagian kegiatan bukan sebagian produk atau hasil yang siap pakai. Mempelajari matematika sebagai kegiatan paling cocok dilakukan melalui learning by doing (belajar dengan mengerjakan).
6. Implikasi Pendekatan Matematika Realistik Pada Pembelajaran
Menurut Nyimas Aisyah dkk, (2007:7.14) ada 5 karakteristik utama yang dapat diimplikasikan dalam pendekatan matematika realistik sebagai pedoman dalam merancang pembelajaran matematika yaitu sebagai beikut :
a. Pembelajaran harus dimulai dari masalah kontekstual yang diambil dari dunia nyata. Masalah yang digunakan sebagai titik awal pembelajaran harus nyata bagi siswa agar mereka dapat terlibat dalam situasi yang sesuai dengan pengalaman mereka.
b. Dunia abstrak dan nyata harus dijembatani oleh model. Model harus sesuai dengan tingkat absktraksi yang harus dipelajari siswa. Disini model dapat berupa keadaan atau situasi nyata dalam kehidupan siswa, model dapat pula berupa alat peraga yang dibuat dari bahan-bahan yang juga ada di sekitar siswa.
c. Siswa dapat menggunakan strategi, bahasa atau simbol mereka sendiri dalam proses mematimatikakan dunia mereka. Artinya siswa mempunyai kebebasan untuk mengekspresikan hasil kerja mereka dalam menyelesaikan masalah nyata yang diberikan guru.
d. Proses pembelajaran harus interaktif. Interaksi baik antara guru dan siswa maupun antara siswa dengan siswa merupakan elemen penting dalam pembelajaran matematika.
e. Hubungan di antara bagian-bagian dalam matematika, dengan disiplin ilmu lain, dan dengan masalah dari dunia nyata diperlukan sebagai satu kesatuan yang saling kait mengait dalam menyelesaikan masalah.

B. Temuan Hasil Penelitian Yang Relevan
Adapun kajian empiris / temuan hasil penelitian yang relevan sebagai berikut :
Sumarsi, Diah Sri (2008) Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan Matematika Realistik Pada Siswa Sekolah Dasar (PTK di MIM Gayam Pada Pokok Bahasan Bangun Datar Kelas II Semester II Tahun 2007 / 2008). Skripsi Thesis, UMS.
Hasil : Tercapainya 85% siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan RME dapat memperoleh nilai lebih besar sama dengan 6,5 (Ketentuan sekolah) serta guru berhasil melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan RME dengan minimal 85% skenario pembelajaran yang dibuat telah dilaksanakan.

C. Kerangka Pikir
Mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang sulit dikuasai siswa jika dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Siswa juga kurang menyenangi dan takut apabila mengikuti mata pelajaran tersebut. Adapun guru, selama ini dalam menyajikan pembelajaran matematika masih monoton dan mendominasi pembelajaran sehingga siswa menjadi pasif. Akibatnya, hasil belajar siswa rendah, khususnya dalam hal ini pemahaman konsep perkalian bilangan cacah masih rendah. Semua kondisi tersebut merupakan permasalahan yang terjadi selama ini.
Oleh karena itu, dalam pembelajarannya perlu dicari inovasi baru yang mampu mengatasi masalah tersebut. Pembelajaran matematika melalui Pendekatan Matematika Realistik yang di dalamnya terdapat kegiatan matematisasi diharapkan dapat menjadi solusinya. Pembelajaran yang dirancang menekankan pada aktifitas siswa dalam menemukan kembali ide dan konsep matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata sesuai proses berpikir siswa. Selama pembelajaran, siswa tidak dipandang sebagai penerima pasif, tetapi diberi kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan guru.
Dengan demikian, permasalahan yang terjadi selama ini dapat diatasi. siswa tidak lagi asing terhadap materi matematika khususnya dalam memahami konsep perkalian bilangan cacah. Siswa juga merasa dihargai di dalam pembelajaran yang berlangsung sehingga merasa betah dan menyukai pelajaran matematika. Guru juga dapat mengeksplorasi kemampuan siswa, sehingga siswa aktif dalam pembelajaran. Hasilnya, pemahaman siswa terhadap konsep perkalian bilangan cacah dapat meningkat, sehingga hasil belajar siswa juga dapat meningkat.





Dengan demikian, dapat digambarkan kerangka berpikirnya sebagai berikut :


















Gambar 03 : Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Tindakan
Jika pendekatan matematika realistik diterapkan pada pembelajaran matematika maka diharapkan Pemahaman Konsep Perkalian Bilangan Cacah pada siswa Kelas II SD Negeri Lembasari 02 Tahun Pelajaran 2009/2010 meningkat.

BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri Lembasari 02, Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal. Sekolah terletak di tengah pedesaan dimana sebagian besar orang tua siswa bekerja sebagai petani, buruh tani dan ada pula yang merantau ke Jakarta. Adapun kondisi ruang kelas cukup baik meskipun sarana dan prasarana belum tersedia secara memadai.

2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2010, dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 1
Jadwal Penelitian
NO JENIS KEGIATAN BULAN
Jan Peb Mar Apr Mei Jun
1 Observasi dan identifikasi masalah X
2 Penyusunan rancangan tindakan X X
3 Pelaksanaan PTK siklus 1 X
4 Refleksi dan analisis hasil siklus 1 X
5 Pelaksanaan PTK siklus 2 X
6 Refleksi dan analisis hasil siklus 2 X
7 Penyusunan laporan PTK X X




B. Subjek Penelitian
Peneliti adalah guru kelas II SD Negeri Lembasari 02, Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal dan sebagai pengamat atau teman sejawat Sdr. Kartoni, S.Pd. selaku rekan guru.
Penelitian ini dilaksanakan terhadap siswa kelas II SD Negeri Lembasari 02, Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal sebanyak 30 siswa yang terbagi atas 15 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Adapun mata pelajaran yang dilaksanakan adalah matematika dengan permasalahan yang diteliti berkaitan dengan masalah belajar siswa berupa peningkatan pemahaman siswa tersebut terhadap konsep perkalian bilangan cacah.

C. Prosedur Penelitian
1. Seting Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang sampai dua siklus, yaitu jika pada siklus I setelah direfleksi kriteria keberhasilan tindakan belum tercapai, maka akan diperbaiki pada siklus berikutnya. Atau jika pada siklus I kriteria keberhasilan tindakan telah tercapai, maka kriteria keberhasilan tindakan pada siklus berikutnya akan ditingkatkan agar lebih baik lagi daripada siklus I. Adapun pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dengan jadwal sebagai berikut :
Tabel 2
Jadwal Pelaksanaan Setiap Siklus
No. Siklus Tempat Pelaksanaan
1. I SD Negeri Lembasari 02 Kelas II Rabu,
31 Maret 2010
2. II SD Negeri Lembasari 02 Kelas II Kamis,
29 April 2010

Pelaksanaan pembelajaran melalui PTK dilaksanakan Setelah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran melalui PTK siklus I (RPP I) disetujui oleh kepala sekolah. Untuk mengumpulkan data, penulis meminta bantuan teman sejawat. Adapun untuk menyamakan persepsi guru peneliti dan pengamat, sebelum pelaksanaan perbaikan dimulai, guru peneliti dan pengamat membuat aspek-aspek perbaikan atau lembar observasi yang dirumuskan bersama-sama. Dalam pelaksanaannya teman sejawat duduk di belakang dan mengamati seluruh jalannya perbaikan pembelajaran. Untuk mencatat informasi mengenai penampilan perbaikan pembelajaran ini, pengamat mengisi lembar observasi dan lembar penilaian yang telah dirumuskan.

2. Rencana Tindakan
Adapun mengenai pelaksanaan tindakan secara umum melalui tahapan sebagai berikut :
1. SIKLUS I
a. Perencanaan
1) Mengidentifikasi masalah pembelajaran.
2) Penyiapan perangkat pembelajaran berupa skenario pembelajaran
3) Penyiapan media pembelajaran
4) Penyiapan bahan dan alat pembelajaran
5) Penyiapan instrumen observasi pembelajaran
6) Penyiapan instrumen evaluasi pembelajaran
7) Penyiapan instrumen refleksi pembelajaran
b. Pelaksanaan tindakan dan observasi
Pada tahap pelaksanaan tindakan, melakukan proses pembelajaran sebagai berikut :
1) Siswa dihadapkan pada masalah nyata yang sering terjadi di dalam kehidupannya, contohnya: guru menanyakan jumlah kaki seekor anak ayam kepada siswa.(Aspek penggunaan masalah kontekstual yang realistik)
2) Guru membawa gambar seekor anak ayam, kemudian guru menanyakan lagi jumlah kaki empat anak ayam kepada siswa. (Aspek dunia abstrak dijembatani dengan model)
3) Siswa diberi kebebasan dalam menyelesaikan permasalahan tersebut sesuai jalan pikirnya. Disini siswa mengaitkan/ merekonstruksi masalah nyata menjadi kalimat matematika baik secara kelompok maupun individu untuk mendapatkan jawabannya. Sebagai contoh seorang siswa menggunakan konsep penjumlahan berulang dalam menyelesaikannya, siswa lain menjawab dengan menggambar empat anak ayam dan menghitung semua kaki anak ayam dan sebagainya. (Aspek menemukan kembali konsep/ proses mematematikakan dengan simbol,strategi atau bahasa mereka sendiri)
4) Guru mempersilahkan siswa menyampaikan jawabannya. Disini guru menghargai jawaban siswa. Adapun siswa lain menanggapinya. (Aspek proses pembelajaran yang interaktif)
5) Siswa bersama guru menyepakati tentang penyelesaian masalah yang terbaik dan sesuai kesepakatan umum sehingga dapat menyimpulkan. (Aspek refleksi/ memikirkan kembali apa yang telah dikerjakan/ dihasilkan)
Pada tahap observasi dan monitoring, dilakukan observasi dan monitoring serta evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan. Kriteria keberhasilan tindakan adalah bahwa para siswa mampu memahami konsep perkalian bilangan cacah dengan tingkat ketuntasan belajar 75 % dari seluruh siswa yang ada di kelas (kriteria ideal ketuntasan belajar berdasarkan pedoman dari BSNP). Adapun KKM yang ingin dicapai adalah nilai 60.
c. Evaluasi dan refleksi
Evaluasi dilakukan dengan memberikan tes dan tugas menyelesaikan soal yang berdasarkan masalah nyata dengan benar. Tes digunakan untuk mengungkap tingkat pemahaman siswa mengenai ide dan konsep matematika dalam masalah-masalah nyata dan penyelesaiannya dengan baik atau tepat antara sebelum dan sesudah tindakan. Selain itu digunakan analisis deskriptif kualitatif untuk mengetahui secara lebih detail hasil proses pembelajaran matematika melalui pendekatan matematika realistik berupa eksplorasi masalah-masalah nyata.
Pada tahap ini dilakukan analisis, sintesis dan memaknai hasil tindakan pertama untuk kemudian disimpulkan apakah perlu merevisi gagasan umum atau mungkin memikirkan dan merencanakan kembali jenis tindakan berikutnya yang perlu diterapkan agar siswa dapat mudah mempelajari matematika dengan baik. Begitu seterusnya sampai tindakan ini tercapai. Dalam implementasi tindakan ini guru menggunakan metode dan teknik pembelajaran tanya jawab, ceramah, observasi, tugas, kerja kelompok, diskusi, presentasi, dan konstruktivisme.
Pada tahap refleksi, penulis menggunakan prosedur berdiskusi dengan supervisor tentang pelaksanaan tindakan yang telah dilaksanakan. Alat yang digunakan untuk kegiatan refleksi adalah instrumen refleksi. Penulis bersama supervisor melaksanakan kegiatan refleksi dengan sumber informasi berasal dari data-data berupa lembar observasi dan wawancara.
Data-data tersebut dianalisis dengan teknik deskripsi, antara lain rata-rata, persentase, dan sebagainya.

2. SIKLUS II
a. Perencanaan
1) Mengidentifikasi masalah pembelajaran hasil refleksi pada siklus I.
2) Penyiapan perangkat pembelajaran berupa skenario pembelajaran yang telah disempurnakan
3) Penyiapan media pembelajaran
4) Penyiapan bahan dan alat pembelajaran
5) Penyiapan instrumen observasi pembelajaran
6) Penyiapan instrumen evaluasi pembelajaran
7) Penyiapan instrumen refleksi pembelajaran
b. Pelaksanaan tindakan dan observasi
1) Siswa secara kelompok berdiskusi mengerjakan LKS berupa membuat kalimat yang berkaitan dengan masalah kontekstual yang realistik tentang perkalian dan penyelesaiannya berdasarkan kemampuannya. Caranya siswa melihat terlebih dahulu permasalahan sekitar. Kemudian siswa menuliskan ke dalam kalimat matematika tentang masalah tersebut. Masalah bisa diambil dari pengalaman dahulu siswa atau yang sedang dirasakannya.
2) Perwakilan siswa dari kelompoknya mempresentasikan hasil diskusinya, kelompok lain menaggapi.
3) Guru tidak lupa melakukan evaluasi baik proses maupun produk berupa kalimat matematika yang dibuat anak maupun tentang cara menyelesaikannya.
4) Guru memberikan penguatan sebagai kesimpulan dari pembelajaran saat itu.
5) Guru bersama siswa mengadakan refleksi untuk mengetahui kesan-kesan atau respon siswa terhadap pembelajaran yang baru saja berlangsung.
Pada tahap observasi dan monitoring, dilakukan observasi dan monitoring serta evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan. Kriteria keberhasilan tindakan berupa peningkatan pemahaman siswa tentang konsep perkalian bilangan cacah dengan indikatornya adalah meningkatnya tingkat ketuntasan (KKM = 60) dari siklus I.
c. Evaluasi dan refleksi
Evaluasi dilakukan dengan memberikan tes dan tugas menyelesaikan soal yang berdasarkan masalah nyata dengan benar. Tes digunakan untuk mengungkap tingkat pemahaman siswa mengenai ide dan konsep matematika dalam masalah-masalah nyata dan penyelesaiannya dengan baik atau tepat antara sebelum dan sesudah tindakan seperti pada siklus I dengan tujuan untuk menguatkan proses penyimpulan. Selain itu digunakan analisis deskriptif kualitatif untuk mengetahui secara lebih detail hasil proses pembelajaran matematika melalui pendekatan matematika realistik berdasarkan penyempurnaannya. Pada tahap ini dilakukan analisis, sintesis dan memaknai hasil tindakan penyempurnaan untuk kemudian disimpulkan bahwa tindakan ini tercapai. Dalam implementasi tindakan ini guru menggunakan metode dan teknik pembelajaran tanya jawab, ceramah, observasi, tugas, kerja kelompok, diskusi, presentasi, dan konstruktivisme.
Pada tahap refleksi, penulis menggunakan prosedur berdiskusi dengan supervisor tentang pelaksanaan tindakan yang telah dilaksanakan. Alat yang digunakan untuk kegiatan refleksi adalah instrumen refleksi. Penulis bersama supervisor melaksanakan kegiatan refleksi dengan sumber informasi berasal dari data-data berupa lembar observasi, dan wawancara.
Data-data tersebut dianalisis dengan teknik deskripsi, antara lain rata-rata, persentase, dan sebagainya.
Siklus kegiatan PTK dapat digambarkan sebagai berikut :


Gambar 04 : Siklus PTK untuk e-TA PJJ S-1 PGSD
3. Instrumen Penelitian
Penelitian ini melibatkan siswa yang berkaitan dengan pendapat siswa terhadap pembelajaran matematika dan hasil belajarnya. Sumber data adalah siswa, oleh karena itu teknik yang digunakan untuk merekam data yang diperlukan adalah: presensi siswa, lembar pengamatan aktivitas siswa, lembar observasi pembelajaran matematika, angket pendapat siswa, dan daftar nilai formatif.
Presensi siswa merupakan daftar hadir siswa untuk mengetahui siswa yang hadir dan tidak hadir sehingga dapat di ketahui persentase kehadiran siswa dalam pembelajaran di kelas. (pada lampiran halaman 55)
Lembar pengamatan aktivitas siswa merupakan instrumen penilaian secara kualitatif yang disepakati bersama antara praktikan dengan supervisor untuk menilai aktivitas siswa selama pembelajaran dan diisi oleh supervisor. (pada lampiran halaman 56)
Lembar observasi pembelajaran matematika merupakan instrumen penilaian secara kualitatif yang disepakati bersama antara praktikan dengan supervisor untuk menilai efektivitas pembelajaran matematika yang berlangsung. Dalam hal ini fokus yang diamati adalah kegiatan guru dalam pengelolaan pembelajarann dan evaluasi di kelas dan diisi oleh supervisor. (pada lampiran halaman 57)
Angket pendapat siswa merupakan instrumen penilaian secara kualitatif yang disepakati bersama antara praktikan dengan supervisor untuk mengetahui pendapat siswa tentang pembelajaran yang telah berlangsung, sehingga diisi oleh anak itu sendiri. (pada lampiran halaman 59)
Daftar nilai formatif merupakan kumpulan nilai formatif siswa setelah dievaluasi pada akhir pembelajaran. (pada lampiran halaman 60)

4. Prosedur Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah catatan lapangan (lembar observasi, pengamatan, dan presensi siswa), angket, dan tes. Lembar observasi digunakan untuk mengungkap proses pembelajaran oleh guru bersama siswa serta persentase kehadiran siswa. Angket digunakan untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika yang dialami. Tes digunakan untuk mengungkap tingkat penguasaan siswa dalam hal ini hasil belajar siswa setelah diadakan tes formatif dalam pembelajaran matematika.

5. Teknik Analisis Data
Sedangkan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif kuantitatif, digunakan untuk mengetahui adanya perbedaan tingkat pemahaman siswa terhadap materi matematika antara sebelum dan sesudah tindakan. Selain itu digunakan juga teknik analisis deskriptif kualitatif untuk mengetahui secara lebih memadai proses pembelajaran matematika.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas pada siswa kelas II SD Negeri Lembasari 02 Tahun Pelajaran 2009/ 2010 pada mata pelajaran matematika telah dilaksanakan sebanyak dua siklus. Selanjutnya disampaikan laporan pelaksanaan tindakan setiap siklus serta hasilnya pada masing-masing siklus.

1. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Tindakan siklus I telah dilaksanakan dengan lancar pada hari Rabu, tanggal 31 Maret 2010 bertempat di kelas II SD Negeri Lembasari 02.
Adapun proses pembelajaran yang dilaksanakan sebagai berikut :
a. Siswa dihadapkan pada masalah nyata yang sering terjadi di dalam kehidupannya, contohnya: guru menanyakan jumlah kaki seekor anak ayam kepada siswa.(Aspek penggunaan masalah kontekstual yang realistik)
b. Guru membawa gambar seekor anak ayam, kemudian guru menanyakan lagi jumlah kaki empat anak ayam kepada siswa. (Aspek dunia abstrak dijembatani dengan model)
c. Siswa diberi kebebasan dalam menyelesaikan permasalahan tersebut sesuai jalan pikirnya. Disini siswa mengaitkan/ merekonstruksi masalah nyata menjadi kalimat matematika baik secara kelompok maupun individu untuk mendapatkan jawabannya. Sebagai contoh seorang siswa menggunakan konsep penjumlahan berulang dalam menyelesaikannya, siswa lain menjawab dengan menggambar empat anak ayam dan menghitung semua kaki anak ayam dan sebagainya. (Aspek menemukan kembali konsep/ proses mematematikakan dengan simbol,strategi atau bahasa mereka sendiri)
d. Guru mempersilahkan siswa menyampaikan jawabannya. Disini guru menghargai jawaban siswa. Adapun siswa lain menanggapinya. (Aspek proses pembelajaran yang interaktif)
e. Siswa bersama guru menyepakati tentang penyelesaian masalah yang terbaik dan sesuai kesepakatan umum sehingga dapat menyimpulkan. (Aspek refleksi/ memikirkan kembali apa yang telah dikerjakan/ dihasilkan)
Pada tahap observasi dan monitoring, dilakukan observasi dan monitoring serta evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan.

2. Deskripsi Hasil Tindakan Siklus I
Pelaksanaan pembelajaran untuk siklus I dapat dilaksanakan dengan lancar. Seluruh siswa kelas II yang berjumlah 30 siswa (laki-laki : 15 dan perempuan 15) semuanya hadir. (lihat presensi siswa di kelas siklus I pada lampiran halaman 75).
Siswa mulai aktif dalam proses pembelajaran. Sikap siswa terhadap pelajaran matematika sangat baik. Siswa juga sudah mampu menemukan masalah nyata yang berkaitan dengan matematika serta memecahkan masalah tersebut meskipun baru sedikit siswa yang aktif. Siswa sudah dapat bekerja sama dengan teman se kelas, lebih mandiri serta memiliki motivasi belajar yang tinggi. Berdasarkan pengamatan supervisor, nilai rata-rata aktivitas siswa mencapai 4,0 (lihat lembar pengamatan aktivitas siswa siklus I pada lampiran halaman 76).
Proses pembelajaran juga bisa dikatakan memuaskan, meskipun masih ada kekurangan yang masih perlu untuk disempurnakan. Berdasarkan hasil observasi dari teman sejawat dan kepala sekolah, Guru dalam mempersiapkan maupun melaksanakan pembelajaran sudah cukup baik. apersepsi sudah dapat menarik perhatian siswa. Aktivitas siswa sudah baik. Siswa sudah tidak pasif lagi, tetapi siswa sudah mau untuk menyampaikan pendapatnya dan hubungan antara siswa dengan guru maupun dengan siswa lain sudah banyak terlihat meskipun masih saja ada siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran serta pengetahuan siswa masih perlu dieksplorasi lebih luas lagi oleh guru. (lihat lembar observasi pembelajaran matematika siklus I pada lampiran halaman 77)
Siswa juga mengikuti pembelajaran dengan baik, bersemangat, dan bergembira, hal ini dikuatkan dengan pendapat siswa yang telah dihimpun. (lihat pendapat siswa siklus I pada lampiran halaman 79).
Adapun hasil evaluasi yang dilaksanakan setelah diadakan tindakan pada siklus I tercatat nilai kurang dari 60 atau belum tuntas ada 6 siswa (20%) dan yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 60 atau tuntas ada 24 siswa (80%). (lihat daftar nilai siklus I dan analisis nilai siklus I pada lampiran halaman 82 dan 83)

3. Refleksi Siklus I
Setelah dilaksanakan proses kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran Matematika pokok materi perkalian bilangan cacah terhadap siswa kelas II SD Negeri Lembasari 02 ternyata hasil evaluasi siswa ada peningkatan dari hasil belajar sebelum tindakan, dengan hasil belajar perbaikan pembelajaran pada siklus I. Hasil belajar pada sebelum tindakan, siswa memperoleh nilai kurang dari 60 (KKM) ada 13 siswa ( 43%) dan yang memperoleh nilai lebih dari 60 ada 17 siswa ( 57% ). Sedangkan pada siklus I yang memperoleh nilai kurang dari 60 ada 6 siswa ( 20% ) dan yang memperoleh nilai lebih dari 60 ada 24 siswa ( 80% ). Jadi dalam pelaksanaan kegiatan perbaikan pembelajaran menggunakan pendekatan matematika realistik dikatakan berhasil atau tercapai indikator keberhasilannya yaitu tarap serap diatas 75 %.
Proses pembelajaran juga bisa dikatakan memuaskan, meskipun masih ada kekurangan yang masih perlu untuk disempurnakan. Berdasarkan hasil observasi dari teman sejawat dan kepala sekolah, Guru dalam mempersiapkan maupun melaksanakan pembelajaran sudah cukup baik. Apersepsi sudah dapat menarik perhatian siswa. siswa sudah tidak pasif lagi, tetapi siswa sudah mau untuk menyampaikan pendapatnya dan hubungan antara siswa dengan guru maupun dengan siswa lain sudah banyak terlihat meskipun masih saja ada siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran serta pengetahuan siswa masih perlu dieksplorasi lebih luas lagi oleh guru.
4. Rencana Strategi dan Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Berdasarkan hasil refleksi dari pelaksanaan tindakan siklus I maka untuk mengatasinya perlu diadakan pelaksanaan perbaikan siklus 2. Guru harus dapat mengeksplorasi pengetahuan siswa dengan metode diskusi. Disini dalam proses kegiatan guru perlu memberikan LKS yang dikerjakan secara kelompok dengan lebih menantang siswa. Siswa diberi banyak waktu untuk berdiskusi tentang contoh permasalahan sehari-hari. Siswa juga diberi kebebasan dalam menemukan contoh permasalahan sehingga nantinya setiap kelompok menemukan contoh permasalahan matematika yang berbeda yang dapat menambah keanekaragaman contoh permasalahan yang diperoleh siswa. Siswa juga diwajibkan membawa alat hitung untuk membantunya menghitung. Selain itu juga guru harus aktif memantau jalannya diskusi kelompok agar semua siswa aktif dalam kegiatan diskusi.
Hal tersebut dimaksudkan agar siswa dapat lebih memahami konsep perkalian bilangan cacah sehingga siswa kelas II SD Negeri Lembasari 02 akan mencapai peningkatan ketuntasan dalam belajar pada materi yang telah disampaikan oleh guru, dan prestasi belajar siswa akan lebih baik lagi.
Perencanaan siklus 2 dilaksanakan melalui langkah- langkah implementasi strategi penyelesaian masalah dalam siklus 1 sebagai berikut :
a. Guru Mengkondisikan siswa untuk siap baik fisik maupun perlengkapan belajarnya
b. Guru tidak mendominasi pembelajaran, namun selalu menjadi fasilitator bagi kelancaran belajar siswa.
c. Siswa secara kelompok berdiskusi mengerjakan LKS berupa membuat kalimat yang berkaitan dengan masalah kontekstual yang realistik tentang perkalian dan penyelesaiannya berdasarkan kemampuannya.
Caranya siswa melihat terlebih dahulu permasalahan sekitar. Kemudian siswa menuliskan ke dalam kalimat matematika tentang masalah tersebut. Masalah bisa diambil dari pengalaman dahulu siswa atau yang sedang dirasakannya.
d. Perwakilan siswa dari kelompoknya mempresentasikan hasil diskusinya, kelompok lain menaggapi, disini diusahakan semua siswa aktif.
e. Guru tidak lupa melakukan evaluasi baik proses maupun produk berupa kalimat matematika yang dibuat siswa maupun tentang cara menyelesaikannya serta hasil evalusai secara individu.
f. Guru memberikan penguatan sebagai kesimpulan dari pembelajaran saat itu.
g. Guru bersama siswa mengadakan refleksi untuk mengetahui kesan-kesan atau respon siswa terhadap pembelajaran yang baru saja berlangsung.

5. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Tindakan siklus II telah dilaksanakan sesuai rencana tanpa hambatan yang berarti pada hari Kamis, tanggal 29 April 2010 bertempat di kelas II SD Negeri Lembasari 02.
Adapun proses pembelajaran yang dilaksanakan sebagai berikut :
a. Siswa secara kelompok berdiskusi mengerjakan LKS berupa membuat kalimat yang berkaitan dengan masalah kontekstual yang realistik tentang perkalian dan penyelesaiannya berdasarkan kemampuannya. Caranya siswa melihat terlebih dahulu permasalahan sekitar. Kemudian siswa menuliskan ke dalam kalimat matematika tentang masalah tersebut. Masalah bisa diambil dari pengalaman dahulu siswa atau yang sedang dirasakannya.
b. Perwakilan siswa dari kelompoknya mempresentasikan hasil diskusinya, kelompok lain menaggapi.
c. Guru tidak lupa melakukan evaluasi baik proses maupun produk berupa kalimat matematika yang dibuat anak maupun tentang cara menyelesaikannya.
d. Guru memberikan penguatan sebagai kesimpulan dari pembelajaran saat itu.
e. Guru bersama siswa mengadakan refleksi untuk mengetahui kesan-kesan atau respon siswa terhadap pembelajaran yang baru saja berlangsung.
Pada tahap observasi dan monitoring, dilakukan observasi dan monitoring serta evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan.

6. Deskripsi Hasil Tindakan Siklus II
Pada pelaksanaan pembelajaran untuk siklus II seluruh siswa kelas II yang berjumlah 30 siswa (laki-laki : 15 dan perempuan 15) semuanya hadir. (lihat presensi siswa di kelas siklus II pada lampiran halaman 86).
Siswa sudah sangat aktif dalam proses pembelajaran. Sikap siswa terhadap pelajaran matematika sangat baik. Sebagian besar siswa juga sudah mampu menemukan masalah nyata yang berkaitan dengan matematika serta memecahkan masalah tersebut. Siswa sudah dapat bekerja sama dengan teman se kelas, lebih mandiri serta memiliki motivasi belajar yang tinggi. Berdasarkan pengamatan supervisor, nilai rata-rata aktivitas siswa mencapai 4,6 (lihat lembar pengamatan aktivitas siswa siklus II pada lampiran halaman 87).
Berdasarkan hasil observasi dari teman sejawat dan kepala sekolah, Guru dalam mempersiapkan maupun melaksanakan pembelajaran sudah cukup baik, apersepsi sudah dapat menarik perhatian siswa. siswa sudah tidak pasif lagi, tetapi siswa sudah mau untuk menyampaikan pendapatnya dan hubungan antara siswa dengan guru maupun dengan siswa lain sudah banyak terlihat meskipun masih saja ada siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran apalagi guru menerapkan metode diskusi secara maksimal sehingga pengetahuan siswa dieksplorasi secara maksimal. (lihat lembar observasi pembelajaran matematika siklus II pada lampiran halaman 88)
Siswa juga mengikuti pembelajaran dengan baik, bersemangat dan semakin bergembira. Hal ini dikuatkan dengan pendapat siswa yang telah dihimpun. (lihat pendapat siswa siklus II pada lampiran halaman 90).
Adapun hasil evaluasi yang dilaksanakan juga meningkat. Pada siklus I tercatat nilai kurang dari 60 atau belum tuntas ada 6 siswa ( 20% ) dan yang memperoleh nilai lebih dari 60 atau tuntas ada 24 siswa ( 80% ). Namun, setelah diadakan tindakan 2/ siklus II tercatat nilai kurang dari 60 atau belum tuntas ada 2 siswa ( 7% ) dan yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 60 atau tuntas ada 28 siswa ( 93% ). (lihat daftar nilai siklus II dan analisis nilai siklus II pada lampiran halaman 93 dan 94)

7. Refleksi II
Setelah dilaksanakan siklus 2 PTK ternyata hasil evaluasi siswa ada peningkatan juga dari hasil belajar perbaikan pembelajaran pada siklus 1, dengan hasil belajar perbaikan pembelajaran pada siklus 2. Pada siklus I tercatat nilai kurang dari 60 atau belum tuntas ada 6 siswa ( 20% ) dan yang memperoleh nilai lebih dari 60 atau tuntas ada 24 siswa ( 80% ). Namun, setelah diadakan siklus II tercatat nilai kurang dari 60 atau belum tuntas ada 2 siswa ( 7% ) dan yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 60 atau tuntas ada 28 siswa ( 93% ). Proses pembelajaran juga bisa dikatakan memuaskan, meskipun masih ada kekurangan yang masih perlu untuk disempurnakan. Berdasarkan hasil observasi dari teman sejawat dan kepala sekolah, Guru dalam mempersiapkan maupun melaksanakan pembelajaran sudah cukup baik, apersepsi sudah dapat menarik perhatian siswa. Siswa sudah tidak pasif lagi, tetapi siswa sudah mau untuk menyampaikan pendapatnya dan hubungan antara siswa dengan guru maupun dengan siswa lain sudah banyak terlihat meskipun masih saja ada siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran apalagi guru menerapkan metode diskusi secara maksimal sehingga pengetahuan siswa dieksplorasi secara maksimal.

8. Rencana Strategi dan Tindak lanjut
Dari hasil refleksi terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar pada siklus I PTK, Kendala dan masalah yang muncul sebagai berikut:
a. Adanya siswa yang kesulitan dalam menulis dan membaca sehingga tertinggal dalam belajar dengan siswa lainnya.
b. Keterbatasan waktu sehingga siswa yang kesulitan tersebut kurang maksimal dalam bimbingan belajarnya.
c. Siswa belum terbiasa dengan matematisasi sehingga waktu guru sebagian besar tercurah pada kegiatan tersebut.
Berdasarkan masalah tersebut maka untuk mengatasinya perlu diadakan perhatian khusus terhadap siswa yang kesulitan dalam menulis dan membaca serta guru perlu membiasakan metode diskusi dalam proses belajar mengajar serta tidak lupa untuk menggunakan pendekatan matematika realistik sehingga siswa merasa akrab dengan pelajaran matematika.
Sebagai tindak lanjut, maka diadakan langkah-langkah implementasi strategi penyelesaian masalah sebagai berikut :
a. Guru menganalisa kebutuhan dan keadaan siswa dalam hal ini kelebihan dan kekurangannya sebelum pembelajaran.
b. Guru tidak mendominasi pembelajaran, namun selalu menjadi fasilitator bagi kelancaran belajar siswa.
c. Pembelajaran matematika diawali dengan hal-hal yang menyenangkan dan akrab dengan siswa.
d. Guru bersama siswa mengadakan refleksi untuk mengetahui kesan-kesan atau respon siswa terhadap pembelajaran yang baru saja berlangsung.
e. Siswa yang kesulitan dalam menulis dan membaca diberi bimbingan khusus di luar jam pelajaran.
f. Guru senantiasa menggunakan pendekatan matematika realistik sehingga siswa merasa akrab dengan pelajaran matematika serta dapat diujicoba pada pelajaran lainnya.

9. Analisis Hubungan Pelaksanaan Tindakan Setiap Siklus
Ada atau tidaknya peningkatan dan hubungan terhadap tindakan pembelajaran yang dilakukan harus didasarkan oleh bukti-bukti kuat. Bukti nyata, menjadi acuan berada pada hasil tindakan pada siklus I dan siklus II. Hasil yang diperoleh pada setiap siklus melalui rekap hasil belajar siswa (lihat pada lampiran halaman 95) serta grafik yang menggambarkan ketuntasan belajar siswa kelas II SD Negeri Lembasari 02, Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal, sebagai bukti meningkatnya atau ada hubungan terhadap tindakan pembelajaran yang telah dilakukan, seperti tampak sebagai berikut :
persentase

100 --
90 --
80 --
70 --
60 --
50 --
40 --
30 --
20 –
10 --
0 --
Pra Siklus Siklus I Siklus II


Gambar 05 : Grafik Ketuntasan Belajar Siswa

B. Pembahasan
Dari hasil observasi dan evaluasi yang dilaksanakan pada perbaikan pembelajaran dari siklus ke siklus, dapat diperoleh prestasi hasil belajar siswa serta kualitas pembelajaran khususnya aktivitas siswa selalu menunjukkan peningkatan. Pada pembelajaran sebelum tindakan/ kondisi awal dari 30 siswa kelas II SD Negeri Lembasari 02, Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal diperoleh data nilai tertinggi 80, nilai terendah 30, dengan rata-rata nilai 56, adapun siswa belum tuntas dengan KKM 60 ada 17 siswa atau persentase belum tuntas 57% sedangkan siswa yang tuntas ada 13 siswa atau persentase ketuntasan 43%. Dari data tersebut menjadi latar belakang dilaksanakannya Penelitian Tindakan Kelas guna melakukan perbaikan pembelajaran pada mata pelajaran matematika kompetensi dasar melakukan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka.
Pada perbaikan pembelajaran siklus I ada peningkatan sekaligus tercapai kriteria keberhasilan pada siklus I. Dari jumlah 30 siswa yang tuntas ada 24 siswa atau persentase ketuntasan 80%, sedangkan yang belum tuntas ada 6 siswa atau persentase belum tuntas 24%. Peningkatan rata-rata kelas juga meningkat dari 56 menjadi 77 dengan data nilai tertinggi 100, nilai terendah 40.
Setelah diadakan perbaikan pembelajaran siklus II peningkatan juga terjadi serta tercapai juga kriteria keberhasilan pada siklus II Dari sejumlah 30 siswa yang tuntas ada 28 siswa atau persentase ketuntasan 93%, sedangkan yang belum tuntas ada 2 siswa atau persentase belum tuntas 7%. Peningkatan rata-rata kelas juga meningkat dari 77 menjadi 84 dengan data nilai tertinggi 100, nilai terendah 40.
Pelaksanaan tiap-tiap kegiatan siswa dalam mengikuti Pembelajaran dan Evaluasi di kelas II SD Negeri Lembasari 02 dengan menggunakan pendekatan matematika realistik yang menjadi pusat perhatian dalam pengamatan juga mengalami peningkatan, dari pembelajaran sebelum menggunakan pendekatan matematika realistik nilai rata-rata hanya 2,5. Pada siklus I nilai rata-rata dari aktivitas siswa meningkat menjadi 4,0. Kemudian setelah diadakan siklus II kembali meningkat nilai rata-rata d

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Dari hasil perbaikan pembelajaran mata pelajaran matematika kompetensi dasar Melakukan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka, melalui Pendekatan Matematika Realistik dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pendekatan Matematika Realistik dapat meningkatkan Pemahaman Konsep Perkalian Bilangan Cacah dalam pembelajaran Matematika kelas II SD Negeri Lembasari 02. Hal ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya ketuntasan belajar siswa dari kondisi awal sebelum tindakan hanya 13 siswa dari 30 siswa (43%) yang tuntas dengan KKM 60, pada siklus 1 PTK ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 24 siswa ( 80% ). Kemudian setelah diadakan siklus 2 PTK ketuntasan belajar siswa kembali meningkat menjadi 28 siswa (93%).
2. Pelaksanaan pendekatan matematika realistik agar dapat meningkatkan Pemahaman Konsep Perkalian Bilangan Cacah siswa kelas II SD Negeri Lembasari 02 dalam pembelajaran matematika dapat dilakukan dengan cara kegiatan matematisasi yaitu proses mematematikakan dunia nyata. Disini guru mengaktifkan siswa untuk membangun pengetahuan matematikanya secara real sehingga pembelajaran lebih bermakna bagi siswa.
3. Hambatan yang dialami jika dilaksanakan pembelajaran matematika dengan pendekatan matematika realistik yaitu adanya siswa yang kesulitan dalam menulis dan membaca sehingga tertinggal dalam belajar dengan siswa lainnya, keterbatasan waktu sehingga siswa yang kesulitan tersebut kurang maksimal dalam bimbingan belajarnya serta siswa belum terbiasa dengan matematisasi sehingga waktu guru sebagian besar tercurah pada kegiatan tersebut.


B. Saran
Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka peningkatan kualitas pembelajaran mutlak harus diupayakan semaksimal mungkin agar tercipta kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa mencapai tujuan pembelajaran secara optimal, yaitu dengan menciptakan pembelajaran yang di dalamnya merupakan kondisi atau keadaan yang dialami siswa atau di sekitar siswa sehingga siswa termotivasi untuk berpartisipasi atau terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran, sehingga belajar siswa di kelas lebih optimal dan bermakna serta mudah dan menyenangkan .
Oleh karena itu disarankan kepada :

1. Guru, sebaiknya :
a. Menganalisa kebutuhan dan keadaan siswa dalam hal ini kelebihan dan kekurangannya sebelum pembelajaran.
b. Tidak mendominasi pembelajaran, namun selalu menjadi fasilitator bagi kelancaran belajar siswa.
c. Mengawali pembelajaran matematika dengan hal-hal yang menyenangkan dan akrab dengan siswa.
d. Bersama siswa mengadakan refleksi untuk mengetahui kesan-kesan atau respon siswa terhadap pembelajaran yang baru saja berlangsung.
e. Mengadakan bimbingan khusus di luar jam pelajaran terhadap siswa yang kesulitan dalam menulis dan membaca.
f. Senantiasa menggunakan Pendekatan Matematika Realistik sehingga siswa merasa akrab dengan pelajaran matematika serta dapat diujicoba pada pelajaran lainnya.

2. Siswa, sebaiknya :
a. Memanfaatkan sumber dan media belajar secara optimal untuk lebih memahami materi.
b. Selalu minta petunjuk jika mengalami kesulitan dalam belajar.
c. Melakukan matematisasi baik sendiri maupun dengan kelompok serta dalam mengerjakan evaluasi.

3. Sekolah/Pemerintah sebagai pengambil kebijakan pendidikan, sebaiknya :
a. Meningkatkan kualifikasi tenaga kependidikan khususnya pada pendidikan dasar dengan segala konsekuensinya.
b. Meningkatkan sarana dan prasarana yang memadai baik dari segi kuantitas maupun kualitas sebagai penunjang keberhasilan proses belajar mengajar.
c. Meningkatkan pembinaan profesional sistem gugus sekolah dengan melengkapi sarana dan prasarana yang diperlukan serta pendanaannya.
d. Mengefektifkan kunjungan kelas secara terencana untuk memperoleh data hasil proses belajar mengajar sebagai bahan kajian melalui pengawas/ kepala sekolah.
e. Meningkatkan kesejahteraan guru sebagai tenaga profesional.
f. Memberi dukungan dan penghargaan terhadap segala usaha guru dalam rangka menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan, termasuk pembelajaran melalui Pendekatan Matematika Realistik.

DAFTAR PUSTAKA


Aisyah, Nyimas. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta : Dirjen Dikti Depdiknas
A. Karim,Mukhtar. Dkk. 1996. Pendidikan Matematika I. Malang : Depdikbud
Armaini, Rina. 2004. Matematika 2. Bandung : Acaraya Media Utama
Aunurrohman, dkk. 2009. Penelitian Pendidikan SD. Jakarta : Dirjen Dikti Depdiknas
Awalludin, dkk. 2008. Statistika Pendidikan. Jakarta. Dirjen Dikti Depdiknas
Buchori, dkk. 2008.Senang Matematika 2. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Djumiran, dkk. 2009. Profesi Keguruan. Jakarta : Dirjen Dikti Depdiknas
Lise Chamisijatin, dkk. 2008. Pengembangan Kurikulum SD. Jakarta. Dirjen Dikti Depdiknas
Sukamto, dkk. 2008. Panduan E- Tugas Akhir. Jakarta : Dirjen Dikti Depdiknas
Taneo, Silvester Petrus.dkk. 2009. Kajian IPS SD. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.

Posting Komentar

0 Komentar