Terbaru

6/recent/ticker-posts

Cerita Rakyat Jawa: Si Pitung Dari Betawi

Cerita Si Pitung sangat terkenal di Betawi pada masa lampau. Ia ,  menjadi tokoh yang sangat dipuja oleh rakyat jelata. Namun sebaliknya menjadi momok bagi orang-orang kaya dan dicap sebagai penjahat oleh Kompeni Belanda.
Saat kecil, SI Pitung tak beda dengan anak-anak kecil lainnya di Rawabelong, gemar mengaji dan belajar ilmu silat. Bang Piun dan Pok Pinah yang hidupnya sangat bersahaja kemudian menitipkan Si Pitung kepada Haji Naipin. Dalam didikan Haji Naipin inilah jiwa kependekaran si Pitung ditempa untuk menolong rakyat yang tertindas. Semangatnya semakin membara ketika dia sendiri harus mengalami pengeroyokan dari berandal-berandal Tanah Abang. Namun jagoan-jagoan pasar itu bukan tandingan Si Pitung yang sejak kecil sudah digembleng silat. Jagoan-jagoan pasar itu babak belur dan mengadu kepada pimpinan mereka.
“Celaka, Bang. Ada jagoan baru muncul di Tanah Abang!” lapor mereka dengan nafas terengah-engah.
“Jagoan baru? Apa kalian sepuluh orang tidak mampu membereskannya, Hah!” hardik Rais pimpinan mereka.
“Maaf, Bang. Jagoan baru itu berilmu silat tinggi. Kami sepuluh orang seperti bola mainan saja bagi dia,” jawab anak buahnya lagi.
Rais pun menjadi berang. Dengan diiringi semua anak buahya segera mencari Si Pitung. Tak beberapa lama Si Pitung berhasil ditemukan masih menunggu di Pasar.
Rais rupanya berhati jantan, dia tidak suka main keroyok. Dengan senjata golok yang berukuran besar, dia menantang duel Si Pitung.
“Kalau kau bisa mengalahkan aku, Kau jadi pimpinan kami, tapi bila engkau kalah, cepat enyah dari hadapanku!” kata Rais dengan mantap.
“Setuju!” jawab Si Pitung pula. Dia sudah mempunyai rencana sendiri untuk pimpinan Tanah Abang itu.
Tanpa membuang waktu lagi, Rais segera menerjang dengan sambetan golok yang kuat.  tidak menghindari sabetan golok itu.
“Trang …!” golok besar itu seperti menghantam tambok baja ketika mengenai tubuh Si Pitung. Tangan Rais pun menjadi kesemutan seperti tersengat arus listrik. Goloknya menjadi terlepas dan dengan kecepatan kilat sudah berpindah ke tangan Si Pitung.
Mereka kembali menahan nafas ketika Si Pitung yang sudah memegang golok meloncat tinggi dan siap menebas Rais.
 “Crass…!” golok pun menebas sasarannya. Namun bukan tubuh Rais yang terbelah melainkan sebatang kayu besar.
“Akan seperti itulah nasibmu bila engkau tak menuruti kata-kataku!” kata Si Pitung dengan penuh wibawa.
Si Pitung pun berhasil menaklukkan gerombolan Tanah Abang pimpinan Rais. Setelah itu dia berhasil menaklukan jagoan lain di daerah Betawi lainnya. Di bawah pimpinan Pitung, mereka dilarang keras memeras dan merampok rakyat. Sebagai gantinya mereka dianjurkan merampok harta benda Kompeni dan orang-orang kaya antek Kompeni. Dan semua harta benda rampasan itu kemudian dibagikan kepada rakyat yang sedang membutuhkannya. 
Orang yang tidak punya beras dan bingung untuk makan, tiba-tiba saja mendapat kiriman beras beserta uang sekedarnya. Keluarga yang terlilit hutang dari para tuan tanah dibebaskan masalahnya karena didatangi dan diancam anak buah Si Pitung. Anak-anak yatim pun tak luput dari perhatian Si Pitung, meraka mendapat kiriman baju-baju baru dan uang perbekalan pula.
Si Pitung pun menjadi pujaan dan pahlawan rakyat. Geromboan Si Pitung kini dicintai rakyat, terutama rakyat jelata yang tertindas. Sebaliknya, kompeni dan antek-anteknya sangat membenci gerombolan Si Pitung. Kompeni pun menetapkan gerombolan Si Pitung sebagai gerombolan penjahat yang harus dilenyapkan. Kompeni kemudian menyebarkan sayembara dengan hadiah yang besar bagi siapa saja yang dapat menangkap hidup atau mati Si Pitung.
Namun usaha Kompeni itu sia-sia belaka. Kesetiaan rakyat kepada SI Pitung tak dapat dibeli dengan harta benda. Kompeni tak berputus asa, mereka mendatangkan para pendekar dan jagoan-jagoan lainnya dari seluruh Betawi untuk menangkap hidup dan mati Si Pitung. Namun mereka tak berhasil menemukan keberadaan Si Pitung yang seperti hantu. Kompeni dan para jagoan sewaan saudagar-saudagar kaya tak juga kehilangan akal. Mereka menggunakan cara yang licik untuk membunuh Si Pitung. Mereka menangkap haji Naipin dan memaksa Haji yang baik hati itu membocorkan rahasia kebal Si Pitung.
Si Pitung tak punya pilihan, Haji Naipin sudah dianggap sebagai ayahnya sendiri. Si Pitung tak ingin gurunya itu sengsara karena dirinya. Dengan gagah jagoan Betawi keluar dari sarangnya. Namun para jagoan sewaan kompeni dan orang-orang kaya segera melempari Si Pitung dengan telur busuk. Si Pitung pun kehilangan ilmu kebalnya, jago Betawi itu mati di bawah berondongan senapan-senapan kompeni. Namun begitu namanya tidak pernah mati di hati rakyat Betawi sampai sekarang.


***

Posting Komentar

0 Komentar