PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG KONSEP KPK DAN FPB MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V SD xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx SEMESTER I TAHUN PELAJARAN ............
ABSTRAK
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mendiskripsikan peningkatan minat dan hasil belajar matematika tentang konsep KPK dan FPB pada siswa kelas V SD xxxxx semester I Tahun pelajajaran 2011/2012 melalui pendekatan kontekstual.
Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan yaitu bulan Agustus sampai dengan bulan November 2011. Penelitian dilaksanakan di kelas V SD xxxxxxxxxx Kabupatenxxxxxxxxxxxxx Provinsi Jawa Tengah. Alasan memilih tempat penelitian tersebut didasarkan atas pertimbangan karena peneliti bertugas di SD Negeri Sonorejo 01 tahun pelajaran 2011/2012. Subjek dalam penelitian adalah konsep KPK dan FPB siswa kelas V SD xxxxxxxxxxx yang terdiri atas 25 siswa yaitu 8 laki-laki dan 17 perempuan.
Prosedur peneilitian yang digunakan yaitu prosedur jenis penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yatu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Analisis data kualitatif model pembelajaran dianalisis menggunakan analisis deskritif kualitatif dengan membandingkan siklus I dan siklus ke II sedangkan data yang berupa angka (kuantitatif) dari hasil belajar siswa dianalisis menggunakan deskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai siklus 1 dan nilai tes siklus II kemudian direfleksi.
Hasil penelitian melalui pendekatan kontekstual peningkatan minat dan hasil belajar matematika tentang konsep KPK dan FPB pada siswa kelas V SD xxxxxxxxxxxxx semester I tahun pelajajaran 2011/2012 , Dari siklus I ke siklus II terdapat peningkatan tentang minat belajar dari rata-rata 75,8 menjadi 89 meningkat 13,2, dari kategori cukup menjadi tinggi. Hasil belajar dari Kondisi awal ke siklus II mengalami peningkatan yaitu, Nilai tuntas dari 9 siswa (36%) menjadi 25 siswa (100%) yaitu meningkat 16 siswa (64%). Nilai rata-rata 57,2 menjadi 93,6 meningkat 36,4.
Kata Kunci :Minat dan Hasil Belajar Matematika Konsep KPK dan FPB. Pendekatan Kontekstual
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pembelajaran matematika pada pendidikan dasar khususnya di sekolah dasar (SD) perlu mendapat perhatian yang serius dari berbagai pihak yaitu pendidik, pemerintah, orang tua dan masyarakat, karena pembelajaran matematika di sekolah dasar merupakan peletak konsep dasar yang dijadikan landasan untuk belajar pada jenjang berikutnya. Berdasarkan hasil observasi dalam pembelajaran matematika tentang KPK (Kelipatan Persekutuan Terkecil) dan FPB (Faktor Persekutuan Terbesar), siswa masih merasa kesulitan hal ini disebabkan karena siswa belum memahami betul masalah perkalian, pembagian, penjumlahan, pengurangan, pemangkatan, maupun faktorisasi bilangan prima. Pada saat siswa dihadapkan pada soal mencari KPK dan FPB merasa kebingungan dan kurang berminat. Rendahnya minat siswa dalam belajar matematika dalam proses pembelajaran siswa tampak bingung, kurang aktif, belum ada kerja sama dan tampak kurang senang. Berdasarkan hasil belajar matematika khususnya pada materi KPK dan FPB siswa kelas V SD xxxxxxxxxxxxxxx semester I tahun pelajaran 2011/2012 masih rendah belum sesuai dengan standar keberhasilan yang ditetapkan atau belum semua siswa dapat mencapai Kriteria Ketuntasan minimal ( KKM) dari 25 siswa yang mendapat nilai di atas KKM hanya 9 siswa (36%) dan16 siswa atau (64%), nilai rata-rata ulangan kondisi awal yaitu 57,2
Rendahnya minat dan hasil belajar matematika disebabkan karena pembelajaran terpusat pada guru, interaksi aktif antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa jarang terjadi. Siswa kurang bisa bekerja sama dalam kelompok diskusi dalam pemecahan masalah yang diberikan. Mereka cenderung belajar sendiri-sendiri sehingga siswa jarang menemukan jawaban permasalahan atau konsep yang dipelajari. Dalam proses pembelajaran di kelas guru aktif mentransfer pengetahuan ke pikiran siswa (guru mengajar siswa), siswa menerima secara pasif (murid berusaha menghafalkan pengetahuan yang diterima), ppppdimulai oleh guru dengan menjelaskan konsep atau prosedur menyelesaikan soal, memberi soal latihan pada siswa, memeriksa dan memberi nilai pada pekerjaan siswa dan kemudian memberi penjelasan lagi atau memberi tugas pekerjaan rumah pada siswa. Penyampaian materi yang bersifat monoton atau tanpa variasi siswa cenderung cepat merasa bosan, jenuh dan pasif.
Berdasarkan masalah di atas perlu adanya cara pemecahan masalah atau solusi tindakan yaitu dengan pendekatan kontekstual. Dengan pendekatan kontekstual proses pembelajaran diharapkan dengan alamiah dalam bentuk kegiatan siswa. Dengan pendekatan kontekstual (CTL) proses pembelajaran diharapkan berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa untuk bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan proses dari pada hasil. Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, mereka akan menyadari bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya.
Rumusan Masalah
Melalui penelitian tindakan kelas ini akan diungkapkan rumusan masalah sebagai berikut.
Bagaimanakah peningkatan minat belajar matematika tentang konsep KPK dan FPB melalui pendekatan kontekstual pada siswa kelas V SD xxxxxxxxxxxxxxx semester I tahun pelajaran 2011/2012?
Bagaimanakah peningkatan hasil belajar matematika tentang konsep KPK dan FPB pada siswa kelas V SD Negeri Sonorejo 01 semester I tahun pelajaran 2011/2012 setelah melalui pendekatan kontekstual?
Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian tindakan kelas di bawah ini adalah sebagai berikut.
Mendiskripsikan peningkatan minat belajar matematika tentang konsep KPK dan FPB melalui pendekatan kontekstual pada siswa kelas V SD xxxxxxxxxxxxxxx semester I tahun pelajaran 2011/2012?
Mendiskripsikan peningkatan hasil belajar matematika tentang konsep KPK dan FPB pada siswa kelas V SD xxxxxxxxxxxxxx semester I tahun pelajaran 2011/2012 setelah melalui pendekatan kontekstual.
Manfaat Penelitian
a. Manfaat bagi siswa, memperoleh pengalaman belajar nyata dalam suasana yang menyenangkan.
b. Manfaat bagi guru, meberikan bekal dan solusi dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran.
c. Manfaat bagi sekolah, memberikan berbagai alternatif tindakan pembelajaran dalam mengembangkan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas.
Kajian Teori
Hakikat Minat Belajar Matematika
Tidak adanya minat seseorang terhadap suatu pelajaran akan menimbulkan kesulitan belajar, belajar yaitu tidak menimbulkan minat mungkin tidak sesuai dengan kecakapan, tidak sesuai dengan tipe khusus siswa sehingga pelajaran pun tidak pernah terjadi proses dalam proses otak, akibatnya timbul kesulitan. Ada tidaknya terdapat suatu pelajaran dapat dilihat dari cara siswa mengikuti pelajaran, lengkap tidaknya catatan, memperhatikan atau tidaknya dalam pembelajaran Minat merupakan suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran antara perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut atau kecenderungan-kecenderungan lain yang mengarahkan seseorang kepada suatu pilihan tertentu. Cita-cita merupakan perwujudan dari minat, dalam hubungan dengan masa depan yang perlu direncanakan oleh seseorang, terkait dengan menentukan pilihan terhadap pendidikan, pekerjaan, teman hidup, dan sebagainya. Semakin sering minat dan mengkspresikan dalam kegiatan, semakin kuatlah minat tersebut. Sebaliknya minat akan padam bila tidak disalurkan (Depdiknas, 2002:9).
Selain hasil belajar matematika, faktor lain yang perlu ditingkatkan pada diri siswa adalah minat belajar matematika siswa. Minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu; gairah; keinginan. Minat juga berhubungan dengan persepsi seseorang mengenai kegiatan yang menarik hati dan berguna atau menyenangkan untuk kepentingannya. Contoh: seseorang membaca buku, atau menyelesaikan tugas yang penting. Minat merupakan suatu sikap batin dalam diri seseorang, maka tumbuhnya minat bermuara dari berbagai dorongan batin (Gie, 1998:130). Minat menunjukkan jenis pengalaman perasaan yang disebut kegunaan, yang dihubungkan dengan perhatian pada objek, atau tindakan (Drever, 1988:235). Dengan minat, seseorang dapat terdorong untuk melakukan apa yang diinginkannya. Apabila seseorang melihat sesuatu objek yang menarik minatnya, maka ia akan berusaha keras untuk dapat mengetahui, mempelajari, dan mengkaji secara sungguh-sungguh objek yang dimaksudkan. Seseorang yang berminat terhadap sesuatu, maka orang itu akan melakukan langkah-langkah nyata untuk mengetahui segala sesuatu yang diinginkan atau diminatinya (Walgito, 1983:67).
Minat belajar matematika adalah keterlibatan sepenuhnya seorang siswa dengan segenap kegiatan pikiran secara penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan dan mencapai pemahaman tentang matematika yang dituntutnya di sekolah. Minat belajar matematika adalah suatu usaha yang besar terhadap kegiatan, pikiran yang sungguh-sungguh untuk menggali keterangan dan mencapai pemahaman tentang segenap materi pelajaran matematika. Dengan demikian minat dalam belajar matematika adalah kecenderungan dan kegairahan untuk terlibat sepenuhnya baik fisik maupun mental seorang siswa dengan menggunakan segenap (1) waktu, (2) perhatian, (3) biaya, (4) energi /tenaga, dan (5) konsentrasi secara penuh untuk mempelajari dan memperoleh pengetahuan matematika.
Hakikat Hasil Belajar Matematika
Belajar merupakan kegiatan yang terjadi pada semua orang tanpa mengenal batas usia, dan berlangsung seumur hidup (long live educational). Belajar merupakan usaha yang dilakukan seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya untuk merubah perilakunya. Dengan demikian hasil dari kegiatan belajar adalah berupa perubahan perilaku yang relatif permanen pada diri orang yang belajar, perubahan tersebut diharapkan adalah perubahan perilaku positip. Menurut Iskandar ( 2009:102) belajar dapat didifinisikan sebagai suatu proses yang mana suatu keinginan berasal atau berubah lewat reaksi dari suatu situasi yang dihadapi, dengan keadaan bahwa karakteritis –karakteritis dari perubahan aktivitas tersebut tidak dapat dijelaskan dengan dasar kecenderungan-kecenderungan reaksi asli, kematangan, atau perubahan sementara dari organisme.
Dalam belajar mengenal tiga prinsip belajar yaitu sebagai berikut: pertama, prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri: 1) sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu ubahan yang disadari, 2) kontinu atau berkesinambungan dengan prilaku lainnya, 3) fungsional atau bermafaat sebagai bekal hidup, 4) positif atau berkomunikasi, 5) aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan, 6) permanen atau tetap, 7) bertujuan dan terarah, dan mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan. Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong keburtuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistematis yang dinamis, kontruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan yang fungsional dari berbagai komponen belajar. Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya (Suprijono, 2009::4).
Makna dari belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku, karena memperoleh pengalaman baru. Melalui pengalaman belajar siswa memperoleh pengertian, sikap penghargaan, kebiasaan, kecakapan atau kompetensi dan lain sebagainya. Agar siswa memperoleh sejumlah pengalaman baru, maka mereka harus mengikuti kegiatan belajar. Kegiatan belajar merupakan aktivitas tingkah laku yang diperoleh dari dalam proses belajar seperti: mengamati, meangkaji, mendengar, membaca, menghafal, merasakan dan menerima.
Jadi inti belajar adalah kata kuncinya adalah proses perubahan tingkah laku individu melalui perubahan perilaku individu terjadi secara sengaja dan sadar, perubahan perilaku individu bersifat kontinu dan fungsional, perubahan perilaku individu bersifat positif dan aktif, perubahan sepanjang hayat, proses belajar terarah dan bertujuan dan perubahan mencakup aspek perilaku individu.
Konsep KPK dan FPB
Kelipatan suatu bilangan adalah himpunan bilangan-bilangan asli yang habis oleh bilangan tersebut. Misalnya himpunan 3 adalah {3, 6, 9, 12, 15...} himpunan kelipatan dari 5 adalah {5, 10, 15, 20, . . . } kelipatan persekutuan adalah himpunan irisan dari himpunan-himpunan kelipatan. Misalnya dari himpunan kelipatan persekutuan 3 dan 5 adalah {5,15, . . .} dari himpunan itu anggota terkecilnya adalah 5, maka kelipatan persekutuan terkecil (KPK) adalah anggota terkecil dari himpunan kelipatan persekutuan. Faktor suatu bilangan adalah himpunan bilangan-bilangan yang habis membagi bilangan tersebut. Misalnya himpunan faktor 12 adalah {1, 2, 3, 4, 6, 12} himpunan faktor 18 adalah {1, 2, 3, 6, 9, 18}. Faktor persekutuan dari 12 dan 18 adalah irisan dari himpunan faktor 12 dan 18 yaitu 1, 2, 3, 6 dimana 6 adalah faktor persekutuan terbesar (FPB). Dalam menentukan FPB dan KPK bilangan-bilangan besar dapat dengan menguraikan faktor-faktor primanya. Misalnya faktor prima dari 12 adalah 2 dan 3 karena 12 = 2 x 2 x 3, sedangkan faktor prima dari 18 adalah 2 dan 3 karena 18 = 2 x 3 x 3 KPK dapat dihitung dari 2 x 2 x 3 x 3 = 36 dan FPB dihitung dari 3 x 2 = 6, dalam penentuan FPB dan KPK untuk mencari faktor-faktor primanya bisa dengan pohon faktor maupun tabel matriks.
KPK adalah kelipatan persekutuan dari dua bilangan yang nilainya paling kecil. FPB adalah faktor persekutuan dari dua bilangan yang nilainya paling besar (Indriayatuti, 2008 : 22). Dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai permasalahan yang penyelesaiannya menggunakan teori KPK. Ciri dari permasalahan tersebut adalah bermula dari hal/kesempatan yang sama dan ditanyakan hal/kesempatan yang sama pada waktu/keadaan berikutnya. Ciri dari permasalahan yang penyelesaianyan menggunakan FPB diantaranya adalah menentukan obyek sebanyak-banyaknya yang mendapatjan hasil bagi yang sama.
Pendekatan Kontekstual
Hakikat Pendekatan Kontekstual
Belajar dalam konteks CTL bukan hanya sekedar mendengar dan mencatat, tetapi belajar adalah proses berpengalaan secara langsung. Melalui proses berpengalaman itu diharapkan pengembangan siswa terjadi secara utuh, yang tidak hanya berkembang dalam aspek kognitif saja, tetapi juga aspek afektig dan juga psikomotor. Belajar melalui CTL diharapkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang dipelajarinya. Menurut Nurhadi (2004:103) pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Dan juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapanya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pengetahuan dan ketrampilan siswa diperoleh dari usaha siswa mengkontruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan baru ketika ia belajar.
Menurut Asmani (2011:53) CTL adalah suatu proses pendidikan yang bertujuan untuk membantu siswa dalam memahami makna yang ada pada bahan ajar yang menghubungkan pelajaran dalam konteks kehidupan sehari-harinya dengan konteks kehidupan pribadi, sosial dan kultural. Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus kita pahami. Pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran. Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan. Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkan dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan, akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.
Alasan memilih pendekatan kontekstual dalam penelitian ini adalah karena pendekatan ini lebih memperdayakan siswa atau sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal kata-kata, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Melalui pendekatan ini siswa diharapkan belajar melalui ‘mengalami’, bukan ‘menghafal’ . dengan pendekatan kontekstual proses pembelajaran diharapkan berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa untuk bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, mereka dalam status apa dan bagaimana mencapainya. Mereka akan menyadari bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya. Dengan demikian mereka memposisikan dirinya untuk memerlukan suatu bekal untuk kehidupanya nanti. Mereka mempelajari yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya menanggapinya. Dalam upaya itu, mereka memerlukan guru sebagai pengaruh dan pembimbing.
Departemen Pendidikan Nasional (2002:5) menyatakan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) sebagai konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen, yakni: 1) kontruktivisme (constuctivism), 2) bertanya (questioning), 3) menemukan (inquiri), 4) masyarakat belajar (learning community), 5) permodelan (modeling), 6) refleksi (reflection), 7) penilaian sebenarnya (authentic assessment).
Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika
Sunardi (2005:34-35) menjelaskan ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian khusus agar proses pembelajaran dengan pendekatan CTL dapat berlangsung secara obtimal, diantaranya: 1) perlu mengubah kebiasaan siswa yang terbiasa pasip sebagai penerima materi pelajaran dari guru menjadi siswa aktif, 2) perlu memotivasi siswa agar mau bertanya, memberikan tanggapan atau pendapat yang berkaitan dengan materi pelajaran, dan guru perlu mengatur waktu sebaik-baiknya, misalnya pada saat mengatur kelompok, memajang hasil karya siswa.
Secara garis besar penerapan pendekatan kontekstual di dalam kelas dapat dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut. 1) mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan menkonstruksikan sendiri pengetahuan dan kompetensi barunya, 2) melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik, 3) mengembangkan sikap ingin tahu siswa dengan bertanya, 4) menciptakan “masyarakat belajar” (belajar dalam kelompok-kelompok), 5) menghadirkan “ model” sebagai contoh pembelajaran, 6) melakukan refleksi di akhir pertemuan, dan melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara (Nurhadi, 2004:106).
Menurut Erwin (2005:4) bahwa pembelajaran matematika yang kontestual mempunyai ciri khas sebagai berikut, ciri yang pertama adalah digunakanya masalah atau soal-soal berkonteks kehidupan nyata (kontekstual) yang konkret atau yang ada pada alam pikiran siswa sebagai titik awal proses pembelajaran. Masalah-masalah itu dapat disajikan dalam bahasa biasa atau cerita, bahasa lambang, benda konkret atau model (gambar, grafik, tabel dll). Pada pembelajaran matematika secara mekanistik (yang sering disebut juga sebagai pembelajaran matematika secara tradisional) masalah atau soal-soal kontekstual juga kadang digunakan dalam pembelajaran, namun biasanya hanya pada bagian akhir pembelajaran sebagai contoh atau soal-soal penerapan dari matematika yang dipelajari. Semantara pada pembelajaran matematika secara kontekstual digunakan sebagai sumber awal pemunculan konsep sekaligus sebagai objek penerapan matematika. Melalui masalah atau soal-soal kontekstual yang dihadapi, siswa diharapkan menemukan alat matematis atau model matematis sekaligus pemahaman tentang konsep atau prinsipnya.
Ciri khas kedua adalah pada pembelajaran matematika yang kontekstual dihindari cara mekanistik yang berfokus pada prosedur penyelesaian soal. Cara mekanistik itu memecah isi pembelajaran menjadi bagian-bagian kecil yang tidak bermakna dan berisi latihan menyelesaikan soal-soal yang kecil-kecil itu. Pada pembelajaran yang kontekstual siswa didorong untuk memunculkan atau mengajukan suatu cara berupa alat atau model matematis dari masalah atau soal kontekstual yang dihadapinya. Ciri khas lainya dalam pembelajaran matematika yang kontekstual adalah siswa diperlukan sebagai peserta aktif dalam proses pembelajaran.
Manfaat yang dapat diambil oleh siswa dalam pembelajaran matematika kontekstual yaitu terciptanya ruang kelas yang di dalamnya siswa akan menjadi peserta aktif bukan hanya pengamat yang pasif, dan mereka akan lebih bertanggungjawab dengan apa yang mereka pelajari. Pembelajaran akan menjadi lebih berarti dan menyenangkan. Siswa akan bekerja keras untuk mencapai tujuan pembelajaran, mereka menggunakan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya untuk membangun pengetahuan baru.
Kerangka Berpikir
Berdasarkan pada landasan teori yang diuraikan di atas dapat dijelaskan kerangka berpikir dalam penelitian sebagai berikut.
Gambar Skema Kerangka Berpikir
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut.
1. Melalui pendekatan kontekstual dapat meningkatkan minat belajar matematika tentang konsep KPK dan FPB melalui pendekatan kontekstual pada siswa kelas V SD Negeri Sonorejo 01 semester I tahun pelajaran 2011/2012.
2. Melalui pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang konsep KPK dan FPB pada siswa kelas V SD Negeri Sonorejo 01 semester I tahun pelajaran 2011/2012 setelah melalui pendekatan kontekstual.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Subjek Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan yaitu bulan Agustus sampai dengan bulan Nopember 2011. Penelitian dilaksanakan di kelas V SD xxxxxxxxx Kabupaten xxxxxxxxxx Provinsi Jawa Tengah. Alasan memilih tempat penelitian tersebut didasarkan atas pertimbangan karena peneliti bertugas di SD Negeri Sonorejo 01 tahun pelajaran 2011/2012.
Subjek dalam penelitian adalah konsep KPK dan FPB siswa kelas V SD xxxxxxxxxx yang terdiri atas 25 siswa yaitu 8 laki-laki dan 17 perempuan.
Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Sumber data pada penelitian tindakan kelas ini ada dua yaitu data yang berasal dari subjek penelitian dan dari bukan subjek. Sumber data dari subjek penelitian merupakan sumber data primer yaitu tentang proses dan hasil belajar siswa. Data primer tentang proses belajar berupa hasil pengamatan selama pelaksanaan tindakan yang meliputi tentang keaktifan, kerja sama, ketelitian suasana kelas siswa sedangkan data primer tentang hasil belajar berupa nilai ulangan harian. Sumber data selain dari subjek penelitian merupakan sumber data skunder yaitu data hasil pengamatan yang dilakukan dengan koloborasi dengan teman sejawat.
Sedangkan teknik pengumpulan data sebagai berikut.
a. Tehnik Dokumen, digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar kondisi awal siswa yaitu berupa daftar nilai/ laporan penilaian, pengolahan dan analisis hasil belajar siswa.
b. Teknik Tes, digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa yang berupa butir soal.
c. Teknik nontes, digunakan untuk mengumpulkan data minat belajar siswa selama proses pembelajaran matematika tentang konsep KPK dan FPB berupa pedomam observasi, catatan harian siswa dan guru.
Validitas Data dan Analisis Data
Untuk memperoleh data yang valid mengenai konsep KPK dan FPB siswa kelas V SDxxxxxxxxxxxx 01 semester I tahun pelajaran 2011/2012 yaitu.
Minat belajar divalidasi dengan melalui trianggulasi sumber yaitu data yang berasal dari siswa, guru, dan kolaborasi teman sejawat. Data kualitatif hasil pengamatan menggunakan analisis deskriftif kualitatif berdasarkan pengamatan dan refleksi dengan membandingkan proses siklus I dan siklus II.
Hasil belajar yang berupa nilai tes yang divalidasi adalah istrumen tes yang berupa butir soal dengan content validity diperlukan kisi-kisi soal. Data yang berupa angka (data kuantitatif menggunakan analisis deskrrptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes siklus I, dan nilai tes siklus II kemudian d
Prosedur Tindakan
Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap tindakan, tahap pengamatan/observasi dan refleksi
ABSTRAK
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mendiskripsikan peningkatan minat dan hasil belajar matematika tentang konsep KPK dan FPB pada siswa kelas V SD xxxxx semester I Tahun pelajajaran 2011/2012 melalui pendekatan kontekstual.
Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan yaitu bulan Agustus sampai dengan bulan November 2011. Penelitian dilaksanakan di kelas V SD xxxxxxxxxx Kabupatenxxxxxxxxxxxxx Provinsi Jawa Tengah. Alasan memilih tempat penelitian tersebut didasarkan atas pertimbangan karena peneliti bertugas di SD Negeri Sonorejo 01 tahun pelajaran 2011/2012. Subjek dalam penelitian adalah konsep KPK dan FPB siswa kelas V SD xxxxxxxxxxx yang terdiri atas 25 siswa yaitu 8 laki-laki dan 17 perempuan.
Prosedur peneilitian yang digunakan yaitu prosedur jenis penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yatu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Analisis data kualitatif model pembelajaran dianalisis menggunakan analisis deskritif kualitatif dengan membandingkan siklus I dan siklus ke II sedangkan data yang berupa angka (kuantitatif) dari hasil belajar siswa dianalisis menggunakan deskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai siklus 1 dan nilai tes siklus II kemudian direfleksi.
Hasil penelitian melalui pendekatan kontekstual peningkatan minat dan hasil belajar matematika tentang konsep KPK dan FPB pada siswa kelas V SD xxxxxxxxxxxxx semester I tahun pelajajaran 2011/2012 , Dari siklus I ke siklus II terdapat peningkatan tentang minat belajar dari rata-rata 75,8 menjadi 89 meningkat 13,2, dari kategori cukup menjadi tinggi. Hasil belajar dari Kondisi awal ke siklus II mengalami peningkatan yaitu, Nilai tuntas dari 9 siswa (36%) menjadi 25 siswa (100%) yaitu meningkat 16 siswa (64%). Nilai rata-rata 57,2 menjadi 93,6 meningkat 36,4.
Kata Kunci :Minat dan Hasil Belajar Matematika Konsep KPK dan FPB. Pendekatan Kontekstual
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pembelajaran matematika pada pendidikan dasar khususnya di sekolah dasar (SD) perlu mendapat perhatian yang serius dari berbagai pihak yaitu pendidik, pemerintah, orang tua dan masyarakat, karena pembelajaran matematika di sekolah dasar merupakan peletak konsep dasar yang dijadikan landasan untuk belajar pada jenjang berikutnya. Berdasarkan hasil observasi dalam pembelajaran matematika tentang KPK (Kelipatan Persekutuan Terkecil) dan FPB (Faktor Persekutuan Terbesar), siswa masih merasa kesulitan hal ini disebabkan karena siswa belum memahami betul masalah perkalian, pembagian, penjumlahan, pengurangan, pemangkatan, maupun faktorisasi bilangan prima. Pada saat siswa dihadapkan pada soal mencari KPK dan FPB merasa kebingungan dan kurang berminat. Rendahnya minat siswa dalam belajar matematika dalam proses pembelajaran siswa tampak bingung, kurang aktif, belum ada kerja sama dan tampak kurang senang. Berdasarkan hasil belajar matematika khususnya pada materi KPK dan FPB siswa kelas V SD xxxxxxxxxxxxxxx semester I tahun pelajaran 2011/2012 masih rendah belum sesuai dengan standar keberhasilan yang ditetapkan atau belum semua siswa dapat mencapai Kriteria Ketuntasan minimal ( KKM) dari 25 siswa yang mendapat nilai di atas KKM hanya 9 siswa (36%) dan16 siswa atau (64%), nilai rata-rata ulangan kondisi awal yaitu 57,2
Rendahnya minat dan hasil belajar matematika disebabkan karena pembelajaran terpusat pada guru, interaksi aktif antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa jarang terjadi. Siswa kurang bisa bekerja sama dalam kelompok diskusi dalam pemecahan masalah yang diberikan. Mereka cenderung belajar sendiri-sendiri sehingga siswa jarang menemukan jawaban permasalahan atau konsep yang dipelajari. Dalam proses pembelajaran di kelas guru aktif mentransfer pengetahuan ke pikiran siswa (guru mengajar siswa), siswa menerima secara pasif (murid berusaha menghafalkan pengetahuan yang diterima), ppppdimulai oleh guru dengan menjelaskan konsep atau prosedur menyelesaikan soal, memberi soal latihan pada siswa, memeriksa dan memberi nilai pada pekerjaan siswa dan kemudian memberi penjelasan lagi atau memberi tugas pekerjaan rumah pada siswa. Penyampaian materi yang bersifat monoton atau tanpa variasi siswa cenderung cepat merasa bosan, jenuh dan pasif.
Berdasarkan masalah di atas perlu adanya cara pemecahan masalah atau solusi tindakan yaitu dengan pendekatan kontekstual. Dengan pendekatan kontekstual proses pembelajaran diharapkan dengan alamiah dalam bentuk kegiatan siswa. Dengan pendekatan kontekstual (CTL) proses pembelajaran diharapkan berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa untuk bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan proses dari pada hasil. Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, mereka akan menyadari bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya.
Rumusan Masalah
Melalui penelitian tindakan kelas ini akan diungkapkan rumusan masalah sebagai berikut.
Bagaimanakah peningkatan minat belajar matematika tentang konsep KPK dan FPB melalui pendekatan kontekstual pada siswa kelas V SD xxxxxxxxxxxxxxx semester I tahun pelajaran 2011/2012?
Bagaimanakah peningkatan hasil belajar matematika tentang konsep KPK dan FPB pada siswa kelas V SD Negeri Sonorejo 01 semester I tahun pelajaran 2011/2012 setelah melalui pendekatan kontekstual?
Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian tindakan kelas di bawah ini adalah sebagai berikut.
Mendiskripsikan peningkatan minat belajar matematika tentang konsep KPK dan FPB melalui pendekatan kontekstual pada siswa kelas V SD xxxxxxxxxxxxxxx semester I tahun pelajaran 2011/2012?
Mendiskripsikan peningkatan hasil belajar matematika tentang konsep KPK dan FPB pada siswa kelas V SD xxxxxxxxxxxxxx semester I tahun pelajaran 2011/2012 setelah melalui pendekatan kontekstual.
Manfaat Penelitian
a. Manfaat bagi siswa, memperoleh pengalaman belajar nyata dalam suasana yang menyenangkan.
b. Manfaat bagi guru, meberikan bekal dan solusi dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran.
c. Manfaat bagi sekolah, memberikan berbagai alternatif tindakan pembelajaran dalam mengembangkan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas.
Kajian Teori
Hakikat Minat Belajar Matematika
Tidak adanya minat seseorang terhadap suatu pelajaran akan menimbulkan kesulitan belajar, belajar yaitu tidak menimbulkan minat mungkin tidak sesuai dengan kecakapan, tidak sesuai dengan tipe khusus siswa sehingga pelajaran pun tidak pernah terjadi proses dalam proses otak, akibatnya timbul kesulitan. Ada tidaknya terdapat suatu pelajaran dapat dilihat dari cara siswa mengikuti pelajaran, lengkap tidaknya catatan, memperhatikan atau tidaknya dalam pembelajaran Minat merupakan suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran antara perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut atau kecenderungan-kecenderungan lain yang mengarahkan seseorang kepada suatu pilihan tertentu. Cita-cita merupakan perwujudan dari minat, dalam hubungan dengan masa depan yang perlu direncanakan oleh seseorang, terkait dengan menentukan pilihan terhadap pendidikan, pekerjaan, teman hidup, dan sebagainya. Semakin sering minat dan mengkspresikan dalam kegiatan, semakin kuatlah minat tersebut. Sebaliknya minat akan padam bila tidak disalurkan (Depdiknas, 2002:9).
Selain hasil belajar matematika, faktor lain yang perlu ditingkatkan pada diri siswa adalah minat belajar matematika siswa. Minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu; gairah; keinginan. Minat juga berhubungan dengan persepsi seseorang mengenai kegiatan yang menarik hati dan berguna atau menyenangkan untuk kepentingannya. Contoh: seseorang membaca buku, atau menyelesaikan tugas yang penting. Minat merupakan suatu sikap batin dalam diri seseorang, maka tumbuhnya minat bermuara dari berbagai dorongan batin (Gie, 1998:130). Minat menunjukkan jenis pengalaman perasaan yang disebut kegunaan, yang dihubungkan dengan perhatian pada objek, atau tindakan (Drever, 1988:235). Dengan minat, seseorang dapat terdorong untuk melakukan apa yang diinginkannya. Apabila seseorang melihat sesuatu objek yang menarik minatnya, maka ia akan berusaha keras untuk dapat mengetahui, mempelajari, dan mengkaji secara sungguh-sungguh objek yang dimaksudkan. Seseorang yang berminat terhadap sesuatu, maka orang itu akan melakukan langkah-langkah nyata untuk mengetahui segala sesuatu yang diinginkan atau diminatinya (Walgito, 1983:67).
Minat belajar matematika adalah keterlibatan sepenuhnya seorang siswa dengan segenap kegiatan pikiran secara penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan dan mencapai pemahaman tentang matematika yang dituntutnya di sekolah. Minat belajar matematika adalah suatu usaha yang besar terhadap kegiatan, pikiran yang sungguh-sungguh untuk menggali keterangan dan mencapai pemahaman tentang segenap materi pelajaran matematika. Dengan demikian minat dalam belajar matematika adalah kecenderungan dan kegairahan untuk terlibat sepenuhnya baik fisik maupun mental seorang siswa dengan menggunakan segenap (1) waktu, (2) perhatian, (3) biaya, (4) energi /tenaga, dan (5) konsentrasi secara penuh untuk mempelajari dan memperoleh pengetahuan matematika.
Hakikat Hasil Belajar Matematika
Belajar merupakan kegiatan yang terjadi pada semua orang tanpa mengenal batas usia, dan berlangsung seumur hidup (long live educational). Belajar merupakan usaha yang dilakukan seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya untuk merubah perilakunya. Dengan demikian hasil dari kegiatan belajar adalah berupa perubahan perilaku yang relatif permanen pada diri orang yang belajar, perubahan tersebut diharapkan adalah perubahan perilaku positip. Menurut Iskandar ( 2009:102) belajar dapat didifinisikan sebagai suatu proses yang mana suatu keinginan berasal atau berubah lewat reaksi dari suatu situasi yang dihadapi, dengan keadaan bahwa karakteritis –karakteritis dari perubahan aktivitas tersebut tidak dapat dijelaskan dengan dasar kecenderungan-kecenderungan reaksi asli, kematangan, atau perubahan sementara dari organisme.
Dalam belajar mengenal tiga prinsip belajar yaitu sebagai berikut: pertama, prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri: 1) sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu ubahan yang disadari, 2) kontinu atau berkesinambungan dengan prilaku lainnya, 3) fungsional atau bermafaat sebagai bekal hidup, 4) positif atau berkomunikasi, 5) aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan, 6) permanen atau tetap, 7) bertujuan dan terarah, dan mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan. Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong keburtuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistematis yang dinamis, kontruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan yang fungsional dari berbagai komponen belajar. Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya (Suprijono, 2009::4).
Makna dari belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku, karena memperoleh pengalaman baru. Melalui pengalaman belajar siswa memperoleh pengertian, sikap penghargaan, kebiasaan, kecakapan atau kompetensi dan lain sebagainya. Agar siswa memperoleh sejumlah pengalaman baru, maka mereka harus mengikuti kegiatan belajar. Kegiatan belajar merupakan aktivitas tingkah laku yang diperoleh dari dalam proses belajar seperti: mengamati, meangkaji, mendengar, membaca, menghafal, merasakan dan menerima.
Jadi inti belajar adalah kata kuncinya adalah proses perubahan tingkah laku individu melalui perubahan perilaku individu terjadi secara sengaja dan sadar, perubahan perilaku individu bersifat kontinu dan fungsional, perubahan perilaku individu bersifat positif dan aktif, perubahan sepanjang hayat, proses belajar terarah dan bertujuan dan perubahan mencakup aspek perilaku individu.
Konsep KPK dan FPB
Kelipatan suatu bilangan adalah himpunan bilangan-bilangan asli yang habis oleh bilangan tersebut. Misalnya himpunan 3 adalah {3, 6, 9, 12, 15...} himpunan kelipatan dari 5 adalah {5, 10, 15, 20, . . . } kelipatan persekutuan adalah himpunan irisan dari himpunan-himpunan kelipatan. Misalnya dari himpunan kelipatan persekutuan 3 dan 5 adalah {5,15, . . .} dari himpunan itu anggota terkecilnya adalah 5, maka kelipatan persekutuan terkecil (KPK) adalah anggota terkecil dari himpunan kelipatan persekutuan. Faktor suatu bilangan adalah himpunan bilangan-bilangan yang habis membagi bilangan tersebut. Misalnya himpunan faktor 12 adalah {1, 2, 3, 4, 6, 12} himpunan faktor 18 adalah {1, 2, 3, 6, 9, 18}. Faktor persekutuan dari 12 dan 18 adalah irisan dari himpunan faktor 12 dan 18 yaitu 1, 2, 3, 6 dimana 6 adalah faktor persekutuan terbesar (FPB). Dalam menentukan FPB dan KPK bilangan-bilangan besar dapat dengan menguraikan faktor-faktor primanya. Misalnya faktor prima dari 12 adalah 2 dan 3 karena 12 = 2 x 2 x 3, sedangkan faktor prima dari 18 adalah 2 dan 3 karena 18 = 2 x 3 x 3 KPK dapat dihitung dari 2 x 2 x 3 x 3 = 36 dan FPB dihitung dari 3 x 2 = 6, dalam penentuan FPB dan KPK untuk mencari faktor-faktor primanya bisa dengan pohon faktor maupun tabel matriks.
KPK adalah kelipatan persekutuan dari dua bilangan yang nilainya paling kecil. FPB adalah faktor persekutuan dari dua bilangan yang nilainya paling besar (Indriayatuti, 2008 : 22). Dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai permasalahan yang penyelesaiannya menggunakan teori KPK. Ciri dari permasalahan tersebut adalah bermula dari hal/kesempatan yang sama dan ditanyakan hal/kesempatan yang sama pada waktu/keadaan berikutnya. Ciri dari permasalahan yang penyelesaianyan menggunakan FPB diantaranya adalah menentukan obyek sebanyak-banyaknya yang mendapatjan hasil bagi yang sama.
Pendekatan Kontekstual
Hakikat Pendekatan Kontekstual
Belajar dalam konteks CTL bukan hanya sekedar mendengar dan mencatat, tetapi belajar adalah proses berpengalaan secara langsung. Melalui proses berpengalaman itu diharapkan pengembangan siswa terjadi secara utuh, yang tidak hanya berkembang dalam aspek kognitif saja, tetapi juga aspek afektig dan juga psikomotor. Belajar melalui CTL diharapkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang dipelajarinya. Menurut Nurhadi (2004:103) pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Dan juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapanya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pengetahuan dan ketrampilan siswa diperoleh dari usaha siswa mengkontruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan baru ketika ia belajar.
Menurut Asmani (2011:53) CTL adalah suatu proses pendidikan yang bertujuan untuk membantu siswa dalam memahami makna yang ada pada bahan ajar yang menghubungkan pelajaran dalam konteks kehidupan sehari-harinya dengan konteks kehidupan pribadi, sosial dan kultural. Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus kita pahami. Pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran. Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan. Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkan dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan, akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.
Alasan memilih pendekatan kontekstual dalam penelitian ini adalah karena pendekatan ini lebih memperdayakan siswa atau sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal kata-kata, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Melalui pendekatan ini siswa diharapkan belajar melalui ‘mengalami’, bukan ‘menghafal’ . dengan pendekatan kontekstual proses pembelajaran diharapkan berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa untuk bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, mereka dalam status apa dan bagaimana mencapainya. Mereka akan menyadari bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya. Dengan demikian mereka memposisikan dirinya untuk memerlukan suatu bekal untuk kehidupanya nanti. Mereka mempelajari yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya menanggapinya. Dalam upaya itu, mereka memerlukan guru sebagai pengaruh dan pembimbing.
Departemen Pendidikan Nasional (2002:5) menyatakan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) sebagai konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen, yakni: 1) kontruktivisme (constuctivism), 2) bertanya (questioning), 3) menemukan (inquiri), 4) masyarakat belajar (learning community), 5) permodelan (modeling), 6) refleksi (reflection), 7) penilaian sebenarnya (authentic assessment).
Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika
Sunardi (2005:34-35) menjelaskan ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian khusus agar proses pembelajaran dengan pendekatan CTL dapat berlangsung secara obtimal, diantaranya: 1) perlu mengubah kebiasaan siswa yang terbiasa pasip sebagai penerima materi pelajaran dari guru menjadi siswa aktif, 2) perlu memotivasi siswa agar mau bertanya, memberikan tanggapan atau pendapat yang berkaitan dengan materi pelajaran, dan guru perlu mengatur waktu sebaik-baiknya, misalnya pada saat mengatur kelompok, memajang hasil karya siswa.
Secara garis besar penerapan pendekatan kontekstual di dalam kelas dapat dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut. 1) mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan menkonstruksikan sendiri pengetahuan dan kompetensi barunya, 2) melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik, 3) mengembangkan sikap ingin tahu siswa dengan bertanya, 4) menciptakan “masyarakat belajar” (belajar dalam kelompok-kelompok), 5) menghadirkan “ model” sebagai contoh pembelajaran, 6) melakukan refleksi di akhir pertemuan, dan melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara (Nurhadi, 2004:106).
Menurut Erwin (2005:4) bahwa pembelajaran matematika yang kontestual mempunyai ciri khas sebagai berikut, ciri yang pertama adalah digunakanya masalah atau soal-soal berkonteks kehidupan nyata (kontekstual) yang konkret atau yang ada pada alam pikiran siswa sebagai titik awal proses pembelajaran. Masalah-masalah itu dapat disajikan dalam bahasa biasa atau cerita, bahasa lambang, benda konkret atau model (gambar, grafik, tabel dll). Pada pembelajaran matematika secara mekanistik (yang sering disebut juga sebagai pembelajaran matematika secara tradisional) masalah atau soal-soal kontekstual juga kadang digunakan dalam pembelajaran, namun biasanya hanya pada bagian akhir pembelajaran sebagai contoh atau soal-soal penerapan dari matematika yang dipelajari. Semantara pada pembelajaran matematika secara kontekstual digunakan sebagai sumber awal pemunculan konsep sekaligus sebagai objek penerapan matematika. Melalui masalah atau soal-soal kontekstual yang dihadapi, siswa diharapkan menemukan alat matematis atau model matematis sekaligus pemahaman tentang konsep atau prinsipnya.
Ciri khas kedua adalah pada pembelajaran matematika yang kontekstual dihindari cara mekanistik yang berfokus pada prosedur penyelesaian soal. Cara mekanistik itu memecah isi pembelajaran menjadi bagian-bagian kecil yang tidak bermakna dan berisi latihan menyelesaikan soal-soal yang kecil-kecil itu. Pada pembelajaran yang kontekstual siswa didorong untuk memunculkan atau mengajukan suatu cara berupa alat atau model matematis dari masalah atau soal kontekstual yang dihadapinya. Ciri khas lainya dalam pembelajaran matematika yang kontekstual adalah siswa diperlukan sebagai peserta aktif dalam proses pembelajaran.
Manfaat yang dapat diambil oleh siswa dalam pembelajaran matematika kontekstual yaitu terciptanya ruang kelas yang di dalamnya siswa akan menjadi peserta aktif bukan hanya pengamat yang pasif, dan mereka akan lebih bertanggungjawab dengan apa yang mereka pelajari. Pembelajaran akan menjadi lebih berarti dan menyenangkan. Siswa akan bekerja keras untuk mencapai tujuan pembelajaran, mereka menggunakan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya untuk membangun pengetahuan baru.
Kerangka Berpikir
Berdasarkan pada landasan teori yang diuraikan di atas dapat dijelaskan kerangka berpikir dalam penelitian sebagai berikut.
Gambar Skema Kerangka Berpikir
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut.
1. Melalui pendekatan kontekstual dapat meningkatkan minat belajar matematika tentang konsep KPK dan FPB melalui pendekatan kontekstual pada siswa kelas V SD Negeri Sonorejo 01 semester I tahun pelajaran 2011/2012.
2. Melalui pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang konsep KPK dan FPB pada siswa kelas V SD Negeri Sonorejo 01 semester I tahun pelajaran 2011/2012 setelah melalui pendekatan kontekstual.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Subjek Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan yaitu bulan Agustus sampai dengan bulan Nopember 2011. Penelitian dilaksanakan di kelas V SD xxxxxxxxx Kabupaten xxxxxxxxxx Provinsi Jawa Tengah. Alasan memilih tempat penelitian tersebut didasarkan atas pertimbangan karena peneliti bertugas di SD Negeri Sonorejo 01 tahun pelajaran 2011/2012.
Subjek dalam penelitian adalah konsep KPK dan FPB siswa kelas V SD xxxxxxxxxx yang terdiri atas 25 siswa yaitu 8 laki-laki dan 17 perempuan.
Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Sumber data pada penelitian tindakan kelas ini ada dua yaitu data yang berasal dari subjek penelitian dan dari bukan subjek. Sumber data dari subjek penelitian merupakan sumber data primer yaitu tentang proses dan hasil belajar siswa. Data primer tentang proses belajar berupa hasil pengamatan selama pelaksanaan tindakan yang meliputi tentang keaktifan, kerja sama, ketelitian suasana kelas siswa sedangkan data primer tentang hasil belajar berupa nilai ulangan harian. Sumber data selain dari subjek penelitian merupakan sumber data skunder yaitu data hasil pengamatan yang dilakukan dengan koloborasi dengan teman sejawat.
Sedangkan teknik pengumpulan data sebagai berikut.
a. Tehnik Dokumen, digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar kondisi awal siswa yaitu berupa daftar nilai/ laporan penilaian, pengolahan dan analisis hasil belajar siswa.
b. Teknik Tes, digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa yang berupa butir soal.
c. Teknik nontes, digunakan untuk mengumpulkan data minat belajar siswa selama proses pembelajaran matematika tentang konsep KPK dan FPB berupa pedomam observasi, catatan harian siswa dan guru.
Validitas Data dan Analisis Data
Untuk memperoleh data yang valid mengenai konsep KPK dan FPB siswa kelas V SDxxxxxxxxxxxx 01 semester I tahun pelajaran 2011/2012 yaitu.
Minat belajar divalidasi dengan melalui trianggulasi sumber yaitu data yang berasal dari siswa, guru, dan kolaborasi teman sejawat. Data kualitatif hasil pengamatan menggunakan analisis deskriftif kualitatif berdasarkan pengamatan dan refleksi dengan membandingkan proses siklus I dan siklus II.
Hasil belajar yang berupa nilai tes yang divalidasi adalah istrumen tes yang berupa butir soal dengan content validity diperlukan kisi-kisi soal. Data yang berupa angka (data kuantitatif menggunakan analisis deskrrptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes siklus I, dan nilai tes siklus II kemudian d
Prosedur Tindakan
Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap tindakan, tahap pengamatan/observasi dan refleksi
0 Komentar