Terbaru

6/recent/ticker-posts

Contoh PTK TEMATIK/ TERPADU SD



Meningkatkan Kemampuan Belajar Untuk Pemahaman dalam Pembelajaran Terpadu melalui Efektivitas Pengelolaan Kelas

Abstrak

Keberlakukan Kurikulum Berbasis Sekolah (KBK) di Sekolah Dasar (SD) membawa nuansa baru dalam pembaharuan pendidikan khususnya yang berkaitan dengan proses dan hasil belajar di kelas. Terciptanya kondisi kelas yang kondusif merupakan salah satu faktor yang menunjang pada keberhasilan pengembangan implementasi kurikulum di sekolah. Dalam konteks praktik Pembelajaran Terpadu (PT) yang menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan sangat dibutuhkan Pengelolaan Kelas (PK) yang efektif.
Melalui Metoda Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan secara kooperatif dan kolaboratif dengan kepala sekolah dan guru-guru di SD Haurngombong I Sumedang, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas praktik PT model integrated melalui penerapan PK yang efektif dalam upaya meningkatkan pemahaman dan kebermaknaan belajar bagi siswa SD.
Hasil penelitian membuktikan praktik PT model integrated dengan penerapan PK yang efektif dapat meningkatkan belajar untuk pemahaman siswa di SD.
Kata kunci : Efektivitas Pengelolaan Kelas, Pembelajaran Terpadu,Belajar Untuk Pemahaman.

Latar Belakang Masalah

Misi utama diberlakukannya KBK tahun 2004 di SD untuk meningkatkan mutu pendidikan khususnya yang menyangkut proses maupun hasil belajar. Fenomena praktik pendidikan di SD yang terjadi selama ini; terjadi pengkotakkan bidang studi yang ketat, pembelajaran menekankan pada pencapaian efek intruksional dan sistim evaluasi berorientasi testing dengan menekankan reproduksi informasi. (Dikti, 1997).
Karakteristik khusus dalam KBK yaitu keterpedulian terhadap keterkaitan inter dan antar bidang studi yang dalam inplementasinya merupakan satu sistem PT. Dalam wujud praktik keterpaduan belajar perserta didik, mendorong perlunya penataan pembelajaran di kelas. Data empiris menunjukan PK dalam pembelajaran di SD kurang mendapat perhatian sehingga suasana dan kondisi belajar kurang menunjang terhadap kebermaknaan hasil belajar. Hal ini dapat dilihat dari indikator: (1) kurang terciptanya kondisi emosional antara guru dan siswa, (2) kurang terciptanya kondisi sosial antara siswa dengan siswa lainnya, (3) kurang berkembangnya kondisi intelektual siswa dalam belajar, (4) kurang terciptanya suasana belajar yang menyenangkan dan menggairahkan siswa, (5) kurang terciptanya partisipasi, bentuk kerjasama, dan motivasi siswa dalam belajar. Salah satu faktor yang mempengaruhi berbagai kelemahan kinerja guru dan aktivitas siswa di atas adalah model pengelolaan kelas yang diterapkan.
Selama ini model PK dilakukan hanya sebatas menciptakan kondisi fisik kelas atau penataan ruang kelas, kurang ada upaya yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar yang efektif, menyenangkan, serta dapat memotivasi siswa untuk belajar sesuai dengan kemampuan. Dengan demikian penerapan PK yang efektif merupakan upaya sadar untuk mengetahui keberhasilan proses dan prestasi belajar yang sistematis. Usaha sadar itu mengarah pada kinerja guru dalam upaya menciptakan suasana dan kondisi kelas yang kondusif serta kegairahan dan motivasi sebagai aktivitas siswa guna meningkatkan kemampuan belajar untuk pemahaman bagi siswa SD.
Atas dasar tersebut di atas perlu adanya pengembangan penerapan model PK yang efektif, untuk menciptakan suasana dan kondisi kelas yang memungkinkan siswa dalam kelas dapat belajar secara optimal (Rachman, 1998)


Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian
                Secara umun masalah penelitian yang akan ingin dikaji adalah “Bagaimana upaya perbaikan dan atau meningkatkan kualitas praktik PT melalui penerapan PK yang   efektif guna meningkatkan belajar untuk pemahaman bagi siswa SD”
                Mengacu kepada rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah untuk memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktik PT melalui penerapan model PK yang efektif dalam rangka pembentukan pemahaman dan kebermaknaan belajar bagi siswa SD

Kajian Teoritis
Konsep dasar Pengelolaan Kelas
Pengerian PK menurut Dirjen PUOD (1996) adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan. Tujuan setiap kegiatan belajar baik yang sifatnya intruksional atau dampak pengiring akan dapat tercapai secara optimal apabila dapat diciptakan dan dipertahankan kondisi yang menguntungkan bagi siswa. Raka Joni. (1985) usaha guru dalam menciptakan kondisi kelas yang diharapkan akan efektif apabila; (1) diketahui secara tepat faktor-faktor manasajakah yang dapat menunjang terciptanya kondisi yang menguntungkan dalam proses belajar mengajar, (2) dikenal masalah-masalah apasajakah yang diperkirakan dan biasanya timbul dan dapat merusak iklim belajar mengajar, (3) dikuasainya berbagai pendekatan dalam PK dan diketahui kapan dan untuk masalah mana suatu pendekatan digunakan. Rachman. (1998) menjelaskan “Tentang pengaturan kondisi dan penciptaan iklim belajar yang menunjang, sebagai salah satu faktor penting dalam pembelajaran adalah kondisi atau suasana belajar”. Di kelaslah segala apek pembelajaran bertemu dan berproses. Guru dengan segala kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang dan potensinya, kurikulum dengan segala komponennya, metoda dengan segala pendekatannya, media dengan segala perangkatnya, materi dengan segala sumber belajarnya, bertemu dan berinteraksi di dalam kelas. Oleh karena itu selayaknya kelas dikelola secara baik dan profesional, terus menerus dan berkelanjutan.
Berdasarkan pendapat di atas maka kinerja guru dalam melaksanakan fungsi pengelolaan disesuaikan dengan kebutuhan dan  sasaran yang akan dicapai dalam penelitian ini, adalah kemampuan guru dalam merancang, melaksanakan, mengevaluasi, menentukan indikator keberhasilan dan menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan PK.

Masalah dan Pendekatan Pengelolaan Kelas
PK bermaksud menegakkan dan memelihara perilaku siswa menuju pembelajaran yang efektif dan efisien. Dalam proses belajar mengajar di sekolah dapat dibedakan dua kelompok masalah yaitu masalah pengajaran dan masalah pengelolaan. Penanggulangannyapun berbeda, masalah pengelolaan ditanggulangi dengan tindakan korektif sedang masalah pengajaran harus ditanggulangi dengan tindakan pembelajaran (Entang dan T. Raka Joni, 1998). Pengelolaan dalam proses pemecahan masalah bukan terletak pada banyaknya macam kepemimpinan dan kontrol, tapi terletak pada keterampilan memberikan fasilitas yang berbeda-beda untuk setiap peserta didik. Pemecahan masalah merupakan proses penyelesaian yang beragam dan tergantung dari pada pendekatan PK yang digunakan. Menurut W.A. Weber (1996) “Macam-macam pendekatan yang bisa dipilih meliputi pendekatan; otoriter, intimidasi, permesif, buku masak, intruksional, perubahan perilaku, iklim sosio emosional, proses kelompok, elektik, dan pendekatan analitik pluralistik”. 

Konsep Pembelajaran Terpadu
 Pengetian pembelajaran terpadu Hadi Subroto dan Herawati (2000) adalah “Pembelajaran yang diwakili dari suatu pokok bahasan atau tema tertentu dikaitkan dengan pokok bahasan lain, konsep lain yang dilakukan secara spontan atau direncanakan dalam suatu bidang studi atau lebih dan beragam pengalaman belajar agar anak lebih bermakna”. Kebermaknaan belajar tidak sebatas memperoleh informasi tapi belajar untuk memahami. Memahami menyangkut proses keterkaitan atau koneksi, menggunakan pengetahuan secara lincah dan fleksibel sehingga terbentuk suatu wawasan yang bermakna.
Ada tiga elemen penting dalam belajar untuk pemahaman; (1) pengembangan topik generatif, (2) pengajaran ditekankan kepada pembentukan pemahaman dan kebermaknaan, (3) assesmen dalam konteks.
Banyak model pembelajaran terpadu yang dikembangkan, salah satunya ialah model keterpaduan (integrated). Model ini merupakan PT yang menggunakan pendekatan antar bidang studi. Model ini diusahakan dengan cara menggabungkan bidang studi dengan menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang saling tumpang tindih di dalam beberapa bidang studi. Berdasarkan kesamaan yang ditemukan disusun pembelajarannya dengan keterpaduan tema yang berkaitan. Penyusunan Rancangan PT model integrated dalam penelitian ini bertolak dari tema yang digunakan sebagai inti (centre core) dari bidang studi dan dari komplesitasnya.

Efektivitas PK dalam PT
Kriteria keberhasilan suatu pengelolaan pendidikan ialah produktifitas pendidikan, produktifitas pendidikan dapat dilihat atau diukur dari sudut efektivitas (kemangkusan) dan efisiensi (kesangkilan) pendidikan. Efektivitas pendidikan dapat dilihat dari sudut proses dan prestasi pendidikan. Proses pendidikan meliputi kegairahan atau motivasi belajar yang tinggi pada peserta didik. Disiplin, semangat, dan etos kerja yang tinggi pada tenaga kependidikan. Prestasi pendidikan dapat dilihat dari masukan dan keluaran (Engkoswara, 2001).  Efektivitas PK dalam PT dilihat dari paradigma pendidikan secara mikro dapat diukur dari proses dan hasil pembelajaran. Proses dilihat dan diukur dari kinerja guru dan aktivitas siswa dalam penerapan model PK dan hasil dapat diukur dan dilihat dari kebermaknaan belajar siswa dalam PT.

Metode dan Prosedur penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode PTK yang dilakukan pada siswa kelas IV SD Negeri Haurngombong I Sumedang dengan waktu pelaksanaan sehari penuh (integrated day). Prosedur penelitian tindakan ini dilakukan dalam bentuk siklus model Kemmis dan Taggart (1988), dengan tahap-tahap sebagai berikut :
1.       Plan, berangkat dari hasil pengamatan awal bahwa suasana dan kondisi pembelajaran kurang menunjang terhadap pembentukan pemahaman dan kebermaknaan dalam konteks PT di SD. Untuk menciptakan kondisi yang kondusif dalam pembelajaran, permasalah penelitian kepada tindakan yaitu penerapan model PK yang efektif maka disusun rancangan model PK untuk tema tertentu dalam konteks PT dengan prosedur; (1) merumuskan kondisi ideal (dimensi prefentif), (2) menganalisa keadaan aktual, (3) mengenal masalah dan memilih pendekatan yang tepat, (4) menilai efektivitas tindakan.
2.       Action, untuk menciptakan suasana dan kondisi yang kondusif dalam PT dengan tema tertentu mulai diterapkan rancangan dan prosedur model PK di kelas IV SD Negeri Haurngombong I Sumedang.
3.       Observation, Analisa proses melalui alat pemantauan terhadap kinerja guru dan aktivitas siswa serta analisa hasil terhadap peningkatan kemampuan belajar untuk pemahaman bagi siswa SD.
4.       Reflection, dari hasil analisa tindakan (proses dan hasil)  dengan mengacu pada kondisi awal, kondisi ideal, dan kondisi nyata dapat mengenal masalah dan mengetahui faktor-faktor mana yang belum menunjang terhadap terciptanya suasana dan kondisi yang kondusif dalam pembelajaran. Dengan memilih pendekatan yang tepat pada penerapan model PK dalam PT sebagai perbaikan tindakan maka dilakukan revisi perencanaan dengan modifikasi melalui bentuk pendekatan baru.

Hasil Penelitian
Data Awal
Orientasi pendahuluan dilkukan terhadap dua aspek yaitu analisa proses dan analisa hasil.
Analisan proses; (1) kinerja guru kurang maksimal dalam menciptakan  kondisi yang kondusif untuk menunjang kebermaknaan belajar pada pelaksanaan PT. PK hanya sebatas penataan ruang kelas, pengaturan tempat duduk (kondisi fisik), (2) partisipasi bentuk kerjasama dan motivasi pada aktivias siswa kurang menunjang suasana belajar
Analisa hasil; (1) siswa tidak terdorong melakukan connection-making, (2) tidak terbentuk pemahaman dan kebermaknaan, (3) assesmen berorientasi kepada efek intrusional tidak assesmen dalam konteks.
Hasli Penelitian Tindakan
Siklus Pertama
Temuan-temuan dan hasil analisa dari survei pendahuluan dijadikan sebagai masukan dalam penyusunan perencanaan program PK (dimensi prepentif). Implementasi program pada siklus pertama ini sesuai dengan rancangan dan prosedur PK yang telah ditetapkan dalam PT model integrated yang bertolak dari bidang studi IPS dengan tema “Bencana Kebakaran”.
1.       Persiapan (Plan); (a) penyusunan rencana PT dengan tema bencana kebakaran melalui tahap-tahap sebagai berikut; (1) peta konsep berbagai bidang studi yang terkait yaitu IPA, Matematika, PPKn, dan Kesehatan, (2) konsep-konsep yang berhubungan, dan (3) rancangan aktivitas belajar. (b) merumuskan kondisi ideal (fisik, emosional, sosial, dan intelektual) untuk implementasi PT dengan tema “Bencana Kebakaran”.
2.       Pelaksanaan (Action); (a) menganalisa kondisi aktual dalam pelaksanaan PT dengan kegiatan pembelajaran sebagai berikut; (1) pelaksanaan tugas, (2) analisa hasil pelaksanaan tugas, dan (3) penyusunan laporan. (b) mengidentifikasi masalah PK pada aktivitas belajar (kelompok maupun individu). (c) penerapan pendekatan  PK yang dianggap tepat yaitu dengan pendekatan “Perubahan Perilaku dan Proses Kelompok”.
3.       Evaluasi (Evaluation); menilai efektivitas tindakan terdiri dari: (a) kinerja guru (merencanakan, melaksanakan, menentukan indikator keberhasilan, dan menilai, (b) aktivitas siswa (motivasi, partisipasi, bentuk kerjasama), (c) hasil belajar (peningkatan kemampuan belajar untuk pemahaman)
Berdasarkan hasil pemantauan selama implementasi PK berlangsung pada siklus pertama terdapat beberapa hal yang dapat diajukan dan digunakan dalam perbaikan rancangan tindakan dalam siklus berikutnya sebagai hasil refleksi; (1) menciptakan kondisi kelas yang kondusif dengan penataan ruang kelas yang sudah baik perlu diarahkan kepada suatu strategi PK yang dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang positif sehingga anak bisa mengembangkan potensinya secara optimal. (2) kegiatan kelompok dan perilaku disiplin anak sudah dianggap baik, namun terciptanya hubungan antar pribadi guru dan anak perlu ditingkatkan untuk lebih memperlancar proses belajar. (3) anak sudah berupaya membuat keterkaitan dan keterhubungan antara bidang studi dengan menggunakan pengetahuan yang sudah dimilikinya secara fleksibel, namun untuk lebih mengembangkan wawasan kebermaknaan perlu diterapkan penilaian dalam konteks.
Siklus Kedua
Perbaikan rancangan dan prosedur PK (dimensi kuratif) dalam proses PT yang telah disusun adalah sebagai berikut:
1.       Persiapan (plan); (a) penyusunan rencana PT bertolak dari bidang studi IPA dengan tema “Sawah” melaui tahap-tahap; (1) peta konsep berbagai bidang studi yang berkait yaitu Kesenian, Matematika, IPS, dan Bahasa. (2) konsep yang berhubungan antara bidang studi, dan (3) rancangan aktivitas belajar. (b) merumuskan kondisi ideal dalam PK untuk implementasi PT dengan tema “Sawah”
2.       Pelaksanaa (Action); (a) menganalisa kondisi aktual pada proses PT dengan tema “Sawah” meliputi kinerja guru dan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran. (b) menemukan masalah PK pada aktivitas belajar. (c) penerapan    strategi PK melalui pendekatan “elektik-sosioemosional”.
3.       Evaluasi (Evaluation); (a) perilaku guru: menentukan indikator keberhasilan dan menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi dalam implemtasi           PK melalui pendekatan “elektik-sosioemosional” masih perlu dikembangkan. (b) perilaku murid: kegairahan siswa pada aktivitas belajar sudah terlihat yang meliputi partisipasi dan kerjasama kelompok namun, perlu dikembangkan motivasi belajar. (c) hasil belajar: wawasan kebermaknaan dalam cara berfikir anak sudah mulai terbentuk dalam upaya membuat keterkaitan antar bidang studi dan keberanian bertanya serta mengemukakan pendapat sudah nampak sebagai dampak pengiring hasli belajar di kelas.
Hasil implementasi pada siklus ini dapat digambarkan sebagai berikut: (1) strategi PK melalui sosio-emosional dengan menggabungkan pendekatan lain (elektik) sudah dapat menciptakan kondisi kelas yang kondusif namun masih mengikat guru pada serangkaian strategi menejerial tertentu saja dalam upaya kebermaknaan belajar. (2) partsipasi bentuk kerjasama dan motivasi anak sudah nampak dalam aktivitas belajar namun, dorongan atau hasrat ingin mencapai prestasi yang tumbuh dalam diri siswa yang perlu diperhatikan. (3) siswa sudah terdorong membuat koneksi (keterkaitan) antar bidang studi dan menggunakan pengetahuan secara fleksibel dan lincah sehingga terbentuk wawsan yang bermakna.
Siklus Ketiga
Berdasarkan hasil implementasi pada siklus kedua perbaikan rancangan dan prosedur PK pada siklus ini disusun sebagai berikut:
1.       Persiapan (Plan); (a) penyusunan rencana PT bertolak dari komplesitas dengan tema sentral “Air Sumber Kehidupan” melalui tahap: (1) peta konsep berbagai bidang studi yang terkait yaitu PPKn, Matematika, IPA, dan Bahasa Indonesia. (2) topik yang relevan dalam setiap bidang studi, dan (3) rancangan aktivitas belajar.
2.       Pelaksanaa (action); (a) menganalisa kondisi aktual meliputi analisa proses maupun hasil, (b) menemukan masalah pengelolaan pada aktivitas belajar, (c) menerapkan strategi pengelolaan kelas melalui pendekatan “analitik-pluralistik”.
3.       Evaluasi (Evaluation); evaluasi dilakukan terhadap proses pembelajaran dengan melihat kinerja guru dan aktivitas siswa, serta evaluasi hasil ditujukan kepada belajar untuk pemahaman bagi anak yang dapat dideskripsikan sebagai berikut: (a) kinerja guru dalam menjalankan fungsi manajerial di kelas sudah baik dengan terciptanya kondisi dan suasana belajar yang kondusif dalam menunjang belajar untuk pemahaman. Guru mengetahui secara tepat faktor-faktor yang menunjang terciptanya kondisi yang menguntungkan dan mengenal masalah-masalah yang diperkirakan timbul serta dikuasainya berbagai pendekatan untuk digunakan sebagai suatu strategi pendekatan yang efektif. (b) aktivitas anak dalam belajar sudah dioptimalkan mencakup partisipasi, kerjasama, dan motivasi. (c) hasil belajar untuk pemahaman sudah nampak anak terdorong secara bergairah melakukan keterkaitan antara konsep satu dengan konsep lain dalam membentuk pemahaman dan kebermaknaan sehingga tidak hanya pencapaian efek intrusional tapi juga efek pengiring (naturant effect)

Pembahasan
Perbaikan dan peningkatan praktik PT model integrated di sekolah dasar dalam upaya meningkatkan kemampuan belajar untuk pemahaman diperlukan penerapan model PK yang efektif dengan pemilihan pendekatan yang tepat. Berdasarkan hasil penelitian ternyata terciptanya kondisi kelas yang kondusif dalam PT model integrated dapat meningkatkan kemampuan belajar untuk pemahaman secara optimal. Hal ini terbukti dari gambaran proses dan hasil pembelajaran sebagai berikut:
1.       Gambaran kinerja guru dan aktivitas siswa; (a) terciptanya kondisi fisik kelas yang menyenangkan, memperlancar kegairahan untuk belajar. (b) terciptanya kondisi sosial yang menunjang tumbuhnya bentuk kerjasama kelompok maupun antar siswa dalam pembelajaran. (c) terciptanya kondisi emosional atara guru dan anak menimbulkan partisipasi anak dalam belajar. (d) terciptanya kondisi intelektual, menumbuhkan motivasi anak untuk mencapai prestasi belajar.
2.       Gambaran peningkatan kemampuan hasil belajar untuk pemahaman; (a) siswa terdorong secara mendalam dan bergairah melakukan connection-making melalui pengembangan topik-generatif dengan tema yang dipilih. (b) peningkatan kemampuan belajar untuk pemahaman bagi siswa dengan pengajaran ditekankan kepada pembentukan pemahaman dan kebermaknaan. (c) belajar untuk pemahaman tidak semata-mata berorientasi pada pencapaian efek intruksional saja juga efek pengiring (naturant effect). (d) pemenuhan kebutuhan ingin mencapai prestasi belajar yang dapat menciptakan kondisi kompetitif yang sehat antara siswa dalam proses belajar mengajar sehingga menumbuhkembangkan sikap bahwa peningkatan kemampuan belajar untuk pemahaman merupakan kebutuhan bagi dirinya sendiri.

Kesimpulan dan Rekomendasi
Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan penelitian seperti yang diungkapkan dimuka secara umum dapat disimpulkan bahwa melalui metoda PTK yang dilakukan secara kooperatif dan kolaboratif dengan kepala sekolah dan guru-guru di SD Negeri Haurngombong I Sumedang, penelitian ini berhasil mencapai tujuan penelitian yaitu, dapat meningkatkan kualitas praktik pembelajaran terpadu model integrated melalui penerapan pengelolaan kelas yang efektif dalam upaya meningkatkan kemampuan belajar untuk pemahaman bagi siswa SD. Keberhasilan itu tercermin dari hasil evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses ditujukan oleh kinerja guru dalam upaya menciptakan suasana dan kondisi kelas yang kondusif serta aktivitas belajar siswa. Evaluasi hasil ditujukan oleh peningkatan kemampuan belajar untuk pemahaman bagi para siswa SD.

Rekomendasi
Berdasarkan hasil analisa data dan temuan-temuan hasil tindakan tiap siklus dan kesimpulan yang telah dirumuskan di atas maka dapat direkomendasikan sebagai berikut:
1.       Peningkatan kualitas PT dengan penerapan PK yang efektif hanya merupakan suatu model pembelajaran saja, oleh karena itu perlu dikembangkan model-model lainnya sesuai dengan karakteristik perkembangan anak SD.
2.       Pendekatan PK yang digunakan diharapkan tidak mengikat guru pada serangkaian strategi manajerial tertentu saja. Untuk itu yang perlu dipertimbangkan adalah menggunakan model PK dengan pendekatan “analitik-pluralistik” dimana guru bebas mempertimbangan semua strategi yang mungkin efektif. Terdapat empat tahap penerapan model pendekatan analitik-pluralistik yang perlu dicermati dalam penggunaannya: pertama, menentukan kondisi kelas yang efektif ialah menentukan kondisi kelas yang ideal. Kedua, menganalisa kondisi kelas yang nyata yaitu membandingkan keadaan yang nyata dengan keadaan yang diharapkan , analisis ini untuk mengetahui: (a) kesenjangan antara kondisi nyata dengan kondisi ideal. (b) menemukan masalah. (c) kondisi sekarang yang perlu diperlihara dan perlu dipertahankan. Ketiga, memilih dan menggunakan strategi pengelolaan. Guru yang efektif adalah guru yang menguasai berbagai strategi manejerial yang terkandung di dalam berbagai pendekatan PK, dan mampu memilih serta menggunakan strategi yang paling sesuai dalam situasi tertentu yang telah dianalisa sebelumnya. Keempat, menilai efektivitas pengelolaan; proses penilaian memusatkan perhatian kepada dua perangkat perilaku yaitu perilaku guru dalam arti seberapa jauh guru telah menggunakan perilaku pengelolaan dalam pembelajaran dan perliku peserta didik yaitu seberapa jauh peserta didik berperilaku sesuai dengan yang diharapkan untuk dilakukan.
3.       Assesmen tidak semata-mata berorientasi pada pencapaian efek intruksional tapi juga pada efek pengiring (naturnt effect) untuk itu sistim evaluasi berorientasi testing dengan menekankan reproduksi informasi sudah tidak tepat lagi dilakukan guru. Guru harus sudah mengembangkan assesmen dalam kontek, dimana testing bukan bagian terpisah yang berdiri sendiri melainkan terpadu dalam pengajaran dan tugas yang diperhadapkan kepada anak bersifat otentik.

Daftar Pustaka
Engkoswara. (2001) Paradigma Pendidikan Menyongsong Otonomi Daerah. Bandung: Yayasan Amal Keluarga
Entang dan T. Raka Joni. (1998) Pengelolaan Kelas. Bandung: Remaja Rosda Karya
Mamun, Abin S. (1999) Psikologi Kependidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Nana Sujana (1991) Model-Model Mengajar Cara Belajar Siswa Aktip. Bandung: Sinar baru.
Nanang, Fatah, (1996) Landasan Mengajar Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosda Karya
Rachman, Maman. (1998) Manajemen  kelas. Jakarta: Dikbud dirjendikti
Rochiati, Wiraatmaja. (2005) Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya
S, Kemmis, dkk. (1988) The Action Research Planner .victoria: Dekin Univerctity
Tim Pengembang PGSD. (1997) Pembelajaran terpadu. Depdikbud Dirjendikti

Posting Komentar

0 Komentar