Guru dan Siswa Mengaku Butuh Pendidikan Karakter

Siswi-siswi SMP 216 Jakarta setelah mengikuti Upacara Peringatan Hardiknas

Jakarta (Dikdas): Guru dan siswa yang ikut dalam upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional mengaku butuh pendidikan karakter, dan menyambut positif Tema Hari Pendidikan Nasional, yaitu Pendidikan Karakter Sebagai Pilar Kebangkitan Bangsa, Raih Prestasi Junjung Tinggi Budi Pekerti.

“Tema ini sangat cocok, tinggal bagaimana kita menjalani ke depannya,” kata Ni Made Mariyani, guru Seni Budaya SMP 216 Jakarta Pusat, setelah mengikuti upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional di halaman Kementerian Pendidikan Nasional, Senin (02/05).

Menurut Ni Made Mariyani, zaman dahulu anak didik selalu hormat bila bertemu dengan guru-guru mereka. Tapi sekarang, sikap ini sudah mulai pudar.

Pendapat Ni Made Mariyani tersebut diamini dua siswinya, yaitu Tiara Nabila dan Aninda Sekar. Menurut siswa kelas 8 SMP 216 Jakarta Pusat ini, murid-murid zaman sekarang ini, meski sudah berprestasi namun masih kurang dalam budi pekerti.

“Misalkan, masih banyak tawuran antarsekolah. Makanya tema ini cocok banget,” kata Tiara Nabila dan Aninda Sekar, yang mengaku bahwa SMP 216 tidak pernah terlibat tawuran.

Menurut Tiara Nabila dan Aninda Sekar, tawuran itu terjadi karena kurangnya sikap menghargai perbedaan antarsiswa. Dan sedihnya, sikap ini banyak ditemukan di mana-mana, seperti di televisi, dan juga jejaring sosial facebook serta twitter.

“Di situ, mereka ngomongnya tidak sopan,” kata Tiara Nabila dan Aninda Sekar.

Menanggapi hal tersebut, Ni Made Mariyani mangatakan bahwa fenomena pudarnya karakter tidak bisa hanya dibebankan kepada sekolah. Namun orang tua dan masyarakat juga perlu memberikan perhatian kepada perkembangan anak didik.

“Budi pekerti itu, sebenarnya sudah masuk dalam materi Pendidikan Kewarganegaraan dan Agama. Namun ini kan tidak cukup. Orangtua dan masyrakat perlu juga mengawasi anak didik karena hidup mereka tidak hanya di sekolahan,” tegas Ni Made Mariyani.*