Kegiatan ini dilaksanakan di SD Kanisius Ambarketawang Gamping Yogyakarta. Khalayak sasaran adalah guru-guru, Kepala Sekolah, anggota Komite Sekolah, serta Yayasan yang membawahi sekolah yang dijadikan lokasi kegiatan. Metode kegiatan dengan kolaboratif-partisipatif dialogis melalui pelatihan, simulasi, produksi dan pengembangan.
Hasil kegiatan menunjukkan 85% peserta terlibat aktif dalam seluruh kegiatan, 80% yang dikerjakan sesuai harapan, 75% kemampuan menerapkan model-model pembelajaran cukup memuaskan, 90% memiliki komitmen tinggi (memuaskan).
ABSTRACT
THE IMPROVEMENT OF ELEMENTARY SCHOOL TEACHER’S ABILITIES
IN USING INOVATIVE TEACHING AND LEARING MODELS AND
LEARNING MEDIA
The purpose of this activity in social communities was to improve the teacher’s abilities in using thematic and cooperative teaching and learning models, taking advantage of using the learning media and learning resourses, and managing the learning media and learning resourses in school.
This activity was conducted in SD Kanisius Ambarketawang Gamping Yogyakarta. The objects were The Principal, the teachers, the member of School’s Committee, and The Foundation of the school. Collaborative-Participative Dialogue Method, done by training, simulation, production, and development.
The result of this activity shows that 85% of the participants were actively involved in all activities, 80% the assignments which were done are correct, 75% the application of teaching and learning models was satisfactory, and 90% of the participants have great determination and commitment (satisfactory).
Kata kunci: Kemampuan guru, Model pembelajaran inovatif (tematik dan kooperatif), media dan sumber-sumber belajar.
PENDAHULUAN
Guna meningkatkan kualitas pembelajaran, berbagai upaya terus saja dilakukan di Indonesia. Tujuannya untuk memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik. Model-model pembelajaran yang ditawarkan cukup luas dan inovatif, diantaranya merupakan penerapan konsep-konsep belajar Siswa Aktif, Multiple Intellegence, Holistic Education, Experiential Learning, Problem-Based Learning, Accelerated Learning, Cooperative Learning, Collaborative Learning, Mastery Learning, Contextual Learning, Constructivism, dan lain-lain. Namun, model-model pembelajaran tersebut tidak dengan sendirinya mudah diterapkan di ruang-ruang kelas. Diperlukan komitmen, tekad dan pemahaman para guru serta pimpinan sekolah dalam menyikapinya.
Upaya-upaya perbaikan yang dilakukan mengarah kepada pembelajaran yang berpusat kepada siswa (student-centred, learning-oriented) untuk memberikan pengalaman belajar yang menantang sekaligus menyenangkan. Peserta didik diharapkan terbiasa mengguna-kan pendekatan mendalam (deep approach) dan pendekatan strategis (strategic approach) dalam belajar, bukan sekedar belajar mengingat informasi atau belajar untuk lulus saja. Yang terakhir ini sering disebut sebagai pendekatan permukaan (surface approach), atau belajar hafalan (rote learning) yang masih dominan di kalangan para siswa (PKP, 2005).
Persoalan yang dihadapi sekolah-sekolah dari kalangan ekonomi menengah ke bawah adalah, ketidakmampuannya dalam menyediakan biaya investasi dan operasi dalam pengadaan maupun pemeliharaan sarana sebagai pendukung belajar. Di samping kesadaran memanfaatkan media dan sumber-sumber belajar masih kurang, tidak adanya sistem pengelolaan yang memadai menyebabkan guru repot dalam memanfaatkannya. Akibatnya, pembelajaran kurang berkualitas.
Pendidikan yang berkualitas sekaligus berpihak pada rakyat bawah memang memerlu-kan anggaran yang besar di samping adanya komitmen para penyelenggara dan penang-gungjawab lembaga pendidikan. SD Kanisius Ambarketawang Gamping yang terletak di luar kota Yogyakarta, sebagai salah satu sekolah dasar swasta dimana sebagian besar siswanya dari keluarga kurang mampu, juga mengalami hal demikian. Hasil penelitian Asri Budiningsih dengan dua orang guru di sekolah tersebut (2007) menunjukkan bahwa penggunaan Model Pembelajaran Kreatif-Produktif di kelas dua dan kelas tiga pada Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika.
Hasil penelitian tersebut mampu menggugah minat, perhatian, dan keinginan para guru lainnya untuk dapat melaksanakan model pembelajaran serupa, bahkan menghen-daki diterapkannya model-model pembelajaran lain untuk berbagai mata pelajaran. Di sisi lain, upaya memvalidasi model-model pembelajaran dengan cara menguji kesesuai-annya dengan fakta empirik dalam praktek pembelajaran merupakan kegiatan yang tidak saja penting tetapi sangat diperlukan. Landasan konseptual model-model pembelajaran serta dukungan fakta empirik, memberikan tambahan kemantapan terhadap kemampuan model-model tersebut dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran. Bila upaya ini dijalankan, maka bukti lain akan dapat ditemukan. Perbedaan kondisi sekolah dan karakteristik peserta didik serta sifat mata pelajaran akan memberikan pengaruh yang cukup berarti dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran.
Untuk keperluan tersebut, kegiatan PPM ini bertujuan meningkatkan kemampuan guru-guru dalam menggunakan model-model pembelajaran inovatif yaitu Model Pembelajaran Tematik dan Model Pembelajaran Kooperatif, serta meningkatkan kemampuan guru dalam memanfaatkan media dan sumber-sumber belajar. Agar para guru tidak merasa repot dalam memanfaatkan media dan sumber-sumber belajar, maka diupayakan adanya sistem pengelolaan secara komprehensif, sistematis dan sinergis di dalam wadah Layanan Sumber Belajar (LSB) di tingkat sekolah. Semua upaya ini dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran yang memadai, yaitu pembelajaran yang menantang, menyenangkan, mendorong peserta didik bereksplorasi, memberi pengalaman sukses, serta mengembangkan kecakapan berpikir kritis.
Berdasarkan uraian di atas permasalahan yang ingin dijawab adalah; 1) Bagaimana agar pembelajaran efektif, efisien dan memiliki daya tarik? 2) Bagaimana menggunakan model-model pembelajaran tematik dan kooperatif? 3) Bagaimana memanfaatkan dan mengadakan sumber-sumber/media pembelajaran untuk mendukung proses pembelajaran yang berkualitas? 4) Bagaimana mengelola sumber-sumber/media pembelajaran berdasarkan a) fungsi pengembangan sistem pembelajaran, b) fungsi pelayanan, c) fungsi produksi, dan d) fungsi administrasi di sekolah. Tujuan kegiatan ini meningkatkan kemampuan guru menggunakan model pembelajaran tematik dan kooperatif serta memanfaatkan dan mengembangkan media serta sumber-sumber belajar, mengembang-kan bentuk pengelolaan media dan sumber-sumber belajar di sekolah.
KAJIAN PUSTAKA
Belajar merupakan upaya pemberian makna oleh pesera didik kepada pengalamannya yang mengarah kepada pengembangan struktur kognitifnya dan dilakukan baik secara mandiri maupun sosial (Brooks & Brooks, 1993). Oleh sebab itu, pembelajaran diupayakan agar dapat memberikan kondisi terjadinya proses pembentukan tersebut secara optimal pada diri peserta didik. Pada dasarnya berbagai upaya perbaikan pembelajaran dilakukan mengarah kepada pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student-centred, learning-oriented), untuk memberikan pengalaman belajar yang menantang dan sekaligus menyenangkan. Peserta didik diharapkan terbiasa menggunakan pendekatan mendalam (deep approach) dan pendekatan strategis (strategic approach) dalam belajar. Anak tidak sekedar belajar mengingat informasi atau belajar untuk lulus saja, dengan ungkapan lain tidak sekedar menggunakan pendekatan permukaan (surface approach) dan belajar hafalan (rote learning).
Beberapa pakar pembelajaran mengembangkan konsepnya tentang belajar, diantara-nya adalah Marzano (1992). Ia melukiskan kegiatan belajar akan efektif jika melalui lima dimensi belajar sebagai berikut: a) Memiliki persepsi dan sikap positif terhadap belajar, termasuk di dalamnya persepsi dan sikap terhadap matapelajaran, guru, media dan fasilitas belajar, serta iklim belajar. b) Mau dan mampu mendapatkan dan mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan serta membangun sikapnya. c) Mau dan mampu memperluas serta memperdalam pengetahuan dan ketrampilan serta memantapkan sikapnya. d) Mau dan mampu menerapkan pengetahuan, ketrampilan, dan sikapnya secara bermakna. e) Mau dan mampu membangun kebiasaan berpikir, bersikap dan bekerja produktif.
Namun, sering kali terjadi kesenjangan belajar yang cukup besar dalam proses pembelajaran. Light dan Cox (2001) menyebutkan kesenjangan belajar tersebut sbb: a) Kesenjangan antara pengetahuan hafalan dengan pemahaman, b) Kesenjangan antara pemahaman dengan kompetensi, c) Kesenjangan antara kompetensi dengan kemauan untuk melakukan, d) Kesenjangan antara kemauan untuk melakukan dengan benar-benar melakukan, e) Kesenjangan antara benar-benar melakukan dengan menghasilkan perubahan secara terus menerus. Untuk itu, dikembangkan-lah berbagai model pembelajaran inovatif guna mengurangi kesenjangan-kesenjangan dalam belajar.
Agar mampu menghasilkan proses, hasil, dan dampak belajar yang optimal, diperlu-kan upaya untuk mengintegrasikan semua komponen masukan instrumental pembelajaran secara sistemik dan sinergis. Komponen instrumental yang dimaksud adalah guru, kurikulum atau bahan ajar, media/sumber-sumber belajar, fasilitas, iklim belajar, materi dan sistem pembelajaran. Pembelajaran berkualitas yaitu pembelajaran yang dapat menciptakan lingkungan belajar yang menantang, menyenangkan, mendorong bereksplo-rasi, memberi pengalaman sukses, dan mengembangkan kecakapan berpikir. Berbagai model pembelajaran dikembangkan bertujuan untuk menciptaan pembelajaran yang berkualias, diantaranya adalah merupakan penerapan konsep-konsep Pembelajaran Siswa Aktif, Multiple Intellegence, Holistic Education, Experiential Learning, Problem-Based Learning, Accelerated Learning, Cooperative Learning, Collaborative Learning, Mastery Learning, Contextual Learning, Constructivism, dan lain-lain. Model-model pembelajar-an yang akan dikembangkan dalam kegiatan PPM ini adalah Model Pembelajaran Tematik dan Model Pembelajaran Kooperatif.
Pembelajaran Tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Satu tema ditinjau dari beberapa mata pelajaran atau bidang studi. Satu unit tematik merupakan epitome dari seluruh bahasa pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik menjawab pertanyaan yang dimunculkan sendiri.
Keuntungan Pembelajaran Tematik bagi Guru adalah tersedianya waktu yang lebih banyak untuk pembelajaran, hubungan antar pelajaran dan topik dapat diajarkan secara logis dan alami, ditunjukkan bahwa belajar merupakan kegiatan kontinyu, bebas membantu peserta didik melihat masalah, situasi, atau topik dari berbagai sudut pandang. Keuntungan Pembelajaran Tematik bagi pesera didik adalah bisa lebih fokus kepada proses dari pada hasil, menghilangkan batas semu antara bagian-bagian kurikulum, menyediakan kurikulum yang berpusat pada peserta didik, dikaitkan dengan minat, kebutuhan, dan kecerdasan, merangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas.
Kaitan Pembelajaran Tematik dengan Standar Isi yaitu; kurikulum kelas I, II, dan III SD dilaksanakan melalui pendekatan tematik, mata pelajaran yang harus dicakup: 1) agama, 2) kewarganegaraan, 3) bahasa Indonesia, 4) matematika, 5) IPA, 6) IPS, 7) seni budaya & keterampilan, 8) penjas dan orkes. Standar kompetensi dan kompetensi dasar harus ter-cover.
Cara merancang Pembelajaran Tematik yaitu; 1) memilih tema, yaitu topik-topik dalam kurikulum, isu-isu, masalah-masalah, event-event khusus, minat pesrta didik, dan literatur. 2) mengorganisasikan tema, misalnya tema tentang ”AIR” dapat dikaji dari sudut pandang agama, seni, kewarganegaraan, olah-raga, bahasa Indonesia, IPS, matemaika, dan IPA. 3) mengumpulkan bahan dan sumber: sumber-sumber tercetak, sumber-sumber visual, sumber-sumber literatur, artifac. 4) Mengimplementasikan pembelajaran tematik contohnya mengintegrasikan pelajaran bahasa yang terdiri dari membaca, menulis, berbicara, dan mendengar. Hendaknya bersifat holistik, menekankan pada pendekatan “hands-on, minds-on”, dan sifatnya lintas kurikulum. 5) Mendesain kegiatan dan proyek, dapat dilakukan pembelajaran tematik sepanjang hari untuk beberapa hari, selama setengah hari untuk beberapa hari, untuk satu-dua pelajaran, untuk beberapa pelajaran, atau untuk kegiatan lanjutan.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berpijak pada beberapa pendekatan yang diasumsikan mampu meningkatkan proses dan hasil belajar peserta didik. Pendekatan yang dimaksud adalah belajar aktif, konstruktivistik, dan kooperatif. Pendekatan kooperatif memberi kesempatan kepada peserta didik untuk trampil berkomunikasi. Artinya, anak didorong untuk mampu menyatakan pendapat atau idenya dengan jelas, mendengarkan orang lain dan menanggapinya dengan tepat, meminta feedback serta mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan baik. Anak juga mampu membangun dan menjaga kepercayaan, terbuka untuk menerima dan memberi pendapat serta ide-idenya, mau berbagi informasi dan sumber, mau memberi dukungan pada orang lain dengan tulus. Mereka juga mampu memimpin dan trampil mengelola kontroversi (managing controvercy) menjadi situasi problem solving, mengkritisi ide bukan persona orangnya.
Model pembelajaran ini akan dapat terlaksana dengan baik jika dapat ditumbuhkan suasana belajar yang memungkinkan diantara peserta didik serta antara peserta didik dan guru merasa bebas mengeluarkan pendapat dan idenya, serta bebas dalam mengkaji serta mengeksplorasi topik-topik penting dalam kurikulum. Guru dapat mengajukan berbagai pertanyaan atau permasalahan yang harus dipecahkan di dalam kelompok. Peserta didik berupaya untuk berpikir dan saling mendiskusikan di dalam kelompok. Guru juga mendorong mereka untuk mampu mendemonstrasikan pemahamannya tentang pokok-pokok permasalahan yang dikaji menurut cara kelompok. Model pembelajaran kooperatif mampu memotivasi peserta didik dalam melaksanakan berbagai kegiatan, sehingga mereka merasa tertantang untuk menyelesaikan tugas-tugas bersama secara kreatif. Model pembelajaran ini dapat diterapkan dalam pembelajaran di berbagai bidang studi untuk topik-topik yang bersifat abstrak maupun yang bersifat konkrit.
Kompetensi yang dapat dicapai melalui model pembelajaran kooperatif disamping; (1) pemahaman terhadap nilai, konsep atau masalah-masalah yang berhubungan dengan materi tertentu, serta (2) kemampuan menerapkan konsep/memecahkan masalah, dan (3) kemampuan menghasilkan sesuatu secara bersama-sama berdasarkan pemahaman terha-dap materi yang menjadi obyek kajiannya, juga dapat dikembangkan (4) softskills kemampuan berfikir kritis, berkomunikasi, bertanggung jawab, serta bekerja sama. Materi yang sesuai disajikan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif adalah materi-materi yang menuntut pemahaman terhadap nilai, konsep, atau prinsip, serta masalah-masalah aktual yang terjadi di masyarakat. Materi ketrampilan untuk menerapkan suatu konsep atau prinsip dalam kehidupan nyata juga dapat diberikan. Materi dapat berasal dari berbagai bidang studi, seperti bahasa, masalah-masalah sosial, masalah kehidupan bermasyarakat, peristiwa-peristiwa alam, serta ketrampilan dan masalah-masalah lainnya
Kegiatan pembelajaran dipilahkan menjadi empat langkah, yaitu; orientasi, bekerja kelompok, kuis, dan pemberian penghargaan. Evaluasi belajar dilakukan pada awal pelajaran sebagai prates, selama pembelajaran, serta hasil akhir belajar peserta didik baik individu maupun kelompok. Selama proses pembelajaran, evaluasi dilakukan dengan mengamati sikap, ketrampilan dan kemampuan berpikir serta berkomunikasi siswa.
Media dan sumber-sumber belajar merupakan salah satu komponen masukan instrumental pembelajaran yang amat penting diperhatikan untuk menunjang pencapaian pembelajaran yang berkualitas. Seels & Richey (1994) merumuskan sumber belajar meliputi semua sumber (data, orang, dan barang) yang dapat digunakan oleh peserta didik baik secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan, biasanya dalam situasi informal, untuk memberikan fasilitas belajar. Sumber itu meliputi pesan, orang, bahan, peralatan, teknik, dan tata tempat. Dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu a) sumber belajar yang direncanakan (by design), yaitu semua sumber yang secara khusus telah dikembangkan sebagai “komponen sistem pembelajaran” untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal, dan b) sumber belajar karena dimanfaatkan (by utilization), yaitu sumber-sumber yang tidak secara khusus didesain untuk keperluan pembelajaran namun dapat ditemukan, diaplikasikan dan digunakan untuk keperluan belajar.
Sumber belajar sebagai komponen sistem pembelajaran adalah sumber-sumber belajar atau media yang disusun terlebih dahulu dalam proses desain atau pemilihan dan pemanfaatan, dan disatukan ke dalam sistem pembelajaran yang lengkap, untuk mewu-judkan proses belajar yang terkontrol dan berarah tujuan. Contoh masing-masing sumber belajar adalah sebagai berikut: 1) sumber belajar yang berupa pesan atau materi-materi pelajaran, contohnya; sejarah Yunani, hukum Ohm, perubahan kata kerja “to be”, Cahaya, dsb. 2) Sumber belajar yang berupa orang, contohnya; pelaku, pembicara, guru, maupun siswa. 3) Sumber belajar yang berupa bahan, contohnya; macam batu-batuan, tape audio, transparansi, jurnal, software komputer, dsb. 4) Sumber belajar yang berupa peralatan, contohnya; OHP, perekaman audio, radio, TV, komputer, peralatan percobaan, dsb. 5) Sumber belajar yang berupa teknik, contohnya; permainan, studi eksplorasi, belajar mandiri, kelompok, simulasi, dsb. 6) Sumber belajar yang berupa latar, contohnya; lingkungan fisik (sudut-sudut pelajaran, laboratorium, perpustakaan, kebun sekolah, dll), sedangkan lingkungan non fisik contohnya; penerangan, sirkulasi udara, pemanasan/pendinginan, dsb.
Media dan sumber belajar dikatakan berkualitas jika: a) Dapat menciptakan pengala-man belajar yang bermakna. b) Mampu memfasilitasi proses interaksi antara peserta didik dan guru, antara peserta didik sendiri, serta peserta didik dengan ahli bidang ilmu yang relevan serta lingkungan sekitarnya. c) Sumber belajar dapat memperkaya pengalaman belajar siswa. d) Dengan sumber belajar, mampu mengubah suasana belajar dari peserta didik yang pasif dan guru sebagai sumber ilmu satu-satunya, menjadi anak aktif berdiskusi dan bereksplorasi mencari informasi melalui berbagai sumber belajar.
Pengelolanan sumber belajar bertujuan untuk meningkatkan kualitas belajar peserta didik. Secara khusus bertujuan untuk meningkatkan efektifitas, efisiensi dan daya tarik pembelajaran. Hal ini dilaksanakan dengan menyediakan berbagai macam pilihan guna menunjang kegiatan kelas tradisional, dan untuk menggunakan cara-cara baru yang paling sesuai demi tercapainya tujuan belajar. Pengelolaan sumber belajar dikembangkan dengan maksud untuk a) menyediakan berbagai macam pilihan komunikasi dan kegiatan guna menunjang aktivitas pembelajaran, b) mendorong penggunaan cara-cara belajar baru yang paling tepat untuk mencapai tujuan belajar, c) memberikan pelayanan dalam merencanakan dan melaksanakan sistem pembelajaran yang bermakna, d) menyebarkan informasi yang dapat membantu penggunaan berbagai macam sumber belajar agar pembelajaran lebih efektif dan efisien, e) mengadakan pelayanan pengembangan media dan sumber-sumber belajar, f) membantu mengembangkan standar penggunaan media dan sumber-sumber belajar, g) menyediakan pelayanan pemeliharaan berbagai macam peralatan, h) membantu pemilihan dan pengadaan bahan-bahan belajar dan peralatannya, serta i) menyediakan pelayanan evaluasi terhadap efektivitas strategi pembelajaran.
Sasaran penyelenggaraan layanan sumber belajar adalah siswa-siswa dan guru. Siswa mendapat kesempatan berkembang sesuai dengan kemampuannya. Memberi kemung-kinan pembelajaran lebih individual karena mengurangi kontrol yang kaku dan tradisional baik dalam penggunaan waktu maupun tempat. Memungkinkan belajar dapat dilakukan seketika (immediacy of learning), dengan mengurangi gap antara pelajaran verbal dan abstrak dengan realita yang konkrit. Disamping itu, memberi kesempatan para guru untuk berfungsi lebih baik dengan mengurangi beban guru. Kegiatannya dapat dialihkan untuk lebih meningkatkan gairah belajar siswa.
Misi utamanya adalah mengembangkan sistem pembelajaran yang bermakna dan merupakan sarana utama untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi dan daya tarik pembelajaran. Oleh sebab itu, segala fungsi dan kegiatan yang dilaksanakan, termasuk pengadaan dan pelayanan penggunaan bahan dimaksudkan untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan misi tersebut. Fungsi dan kegiatannya difokuskan kepada; a) fungsi pengembangan sistem pembelajaran (perencanaan program pembelajaran, seleksi peralatan dan bahan, prosedur evaluasi, dsb), b) fungsi pelayanan sumber-sumber belajar (penggunaan sumber-sumber belajar untuk kelompok besar maupun kelompok kecil, program belajar mandiri, pengadaan, pemeliharaan dan penggunaan bahan serta peralatan, dsb.), c) fungsi produksi (produksi sumber-sumber belajar sendiri, trasparansi untuk OHP, dll.), d) fungsi administrasi (pendataan, pencatatan, supervisi penggunaan sumber-sumber belajar, pengembangan koleksi dan spesifikasi) (Merrill & Drob, 1997).
Keempat fungsi tersebut merupakan fungsi dan kegiatan yang ideal. Seberapa jauh kegiatan yang ideal tersebut dapat dilaksanakan tergantung dari tujuan program, fasilitas dan peralatan yang dimiliki, serta personalia yang tersedia. Keempat fungsi tersebut akan selalu dijumpai, namun yang berbeda hanyalah pada kegiatan-kegiatan nyata sesuai dengan keterbatasan masing-masing sekolah.
METODE PENGABDIAN
Khalayak sasaran kegiatan ini adalah guru-guru, Kepala Sekolah, anggota/pengurus Komite Sekolah, serta Yayasan yang membawahi sekolah yang dijadikan lokasi kegiatan. Pendekatan yang digunakan adalah kolaboratif-partisipatif dialogis, melalui kgiatan pelatihan, simulasi, pengadaan dan pengembangan. Untuk melihat keberhasilan kegiatan, aspek-aspek yang dievaluasi adalah, sikap dan motivasi guru, kepala sekolah, komite sekolah, Yayasan, serta kelompok lain yang terlibat, penguasaan guru-guru dan kepala sekolah terhadap materi pelatihan serta simulasi, kamampuan menyusun action plan dan RPP. Kemampuan guru dalam mensimulasikan penerapan model-model pembelajaran tematik dan kooperatif, memanfaatkan media/sumber-sumber belajar, menyusun action plan dan RPP, serta pengadaan dan pengembangan pengelolaan media/sumber-sumber belajar di sekolah.
Faktor pendukung kegiatan ini meliputi dukungan dari LPM-UNY, tanggapan positif dan partisipasi aktif dari Yayasan yang membawahi sekolah tempat PPM, keterlibatan pengurus dan anggota Komite Sekolah, Guru-guru dan Kepala Sekolah yang berpartisipasi penuh dalam seluruh tahapan kegiatan. Sedangkan faktor penghambatnya adalah waktu pelaksanaan program kurang optimal karena terpotong oleh liburan kenaikan kelas dan liburan hari raya keagamaan yang cukup lama. Keterlambatan pendanaan juga menjadi kendala kelancaran program. Pengadaan tenaga khusus mengelola media/sumber-sumber belajar di sekolah hingga kini belum teratasi (masih dalam proses).
HASIL PENGABDIAN DAN PEMBAHASAN
PPM ini dilaksanakan di SD Kanisius Ambarketawang, Gamping, Sleman Yogyakarta. Sekolah memiliki enam kelas (kelas 1-6) dengan personalia seorang Kepala Sekolah, enam guru kelas, empat guru honorer, dan seorang tenaga pembersih. Kegiatan dilakukan pada bulan Juni-Oktober 2008 meliputi; 1) Pengurusan ijin, mengidentifikasi masalah di sekolah dan menyepakati bersama kegiatan yang akan dilaksanakan. 2) Pelatihan dan simulasi model pembelajaran Tematik dan Kooperatif, memanfaatkan media dan sumber-sumber belajar, 3) Menyusun action plan dan RPP. 4) Pengadaan dan pengelolaan media serta sumber-sumber belajar. 5) Monitoring, evaluasi dan refleksi proses dan hasil kegiatan PPM. 6) Sosialisasi hasil kegiatan dan penyusunan laporan.
Kegiatan diikuti oleh 47 orang yang terdiri dari 12 guru SD Kanisius Gamping, 5 Pengurus Komite Sekolah, 15 orang guru yang mewakili SD-SD lain yang ditunjuk oleh Pimpinan Yayasan untuk mengikuti kegiatan PPM, serta anggota Tim PPM UNY. Pengumpulan data menggunakan observasi partisipatif. Aspek-aspek yang diamati adalah; perhatian dan keterlibatan peserta dalam seluruh kegiatan, apakah yang dikerjakan sesuai harapan, kemampuan menerapkan strategi pemecahan masalah, komitmen, kesabaran dan ketelitian dalam mengatasi masalah, penghargaan terhadap program-program kegiatan, kemampuan, kelancaran dan akurasi pemecahan masalah, serta kemampuan menjelaskan ide dan menunjukkan cara yang relevan mengatasi masalah kepada sesama rekan guru. Teknik analisis data secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan prosentase. Respon dikatakan sangat memuaskan jika memiliki persentase 85%-100%, memuaskan 71%-85%, cukup memuaskan 56%-70%, kurang memuaskan <>
Secara keseluruhan hasil kegiatan menunjukkan bahwa semua peserta terlibat aktif dalam melaksanakan seluruh tahapan kegiatan, sehingga sebagian besar kegiatan sudah dapat menjawab masalah-masalah yang dirumuskan. Secara rinci hasil kegiatan sbb:
1) Agar kegiatan pembelajaran lebih efektif, efisien dan memiliki daya tarik, dengan cara mengadakan pelatihan dan simulasi untuk meningkatkan kemampuan guru menggu-nakan model pembelajaran Tematik dan Kooperatif, pemanfaatan, pengembangan serta pengelolaan media/sumber-sumber belajar. Respon dari peserta menunjukkan, 85 % peserta memperhatikan dan terlibat aktif dalam seluruh kegiatan (memuaskan). 80% yang dikerjakan semuanya sesuai harapan (cukup memuaskan), 75% kemampuan menerapkan strategi pemecahan masalah sesuai harapan (cukup memuaskan), 90% memiliki komitmen tinggi (memuaskan), 85% sangat sabar, teliti, dan menggunakan strategi lebih dari satu cara dalam mengatasi masalah (memuaskan), 100% menghargai semua kegiatan yang diprogramkan (memuaskan), 75% lancar dan akurat dalam menemukan cara memecahkan masalah sesuai kondisi yang ada (cukup memuaskan), 80% mampu menjelaskan ide dan menunjukkan cara yang relevan kepada sesama teman guru dan patut dicontoh (cukup memuaskan)..
2) Sebelum menerapkan model-model pembelajaran inovatif, guru menyusun RPP dengan memanfaatkan media/sumber-sumber belajar sesuai yang dikehendaki.
3) Dalam pengadaan media/sumber-sumber belajar untuk menunjang pembelajaran yang berkualitas, masing-masing guru telah memproduksi minimal satu macam media.
4) Pengelolaan media/sumber-sumber belajar di sekolah yang mengacu pada; a) fungsi pengembangan sistem pembelajaran, b) fungsi pelayanan, c) fungsi produksi, d) fungsi administrasi, telah dihasilkan sbb: a) Sudah tersedia tempat/ruang yang difungsikan sebagai tempat Layanan Sumber Belajar (LSB), b) Di tempat ini para guru dan siswa dapat menyimpan dan menggunakan media/ sumber-sumber belajar untuk kegiatan pembelajaran, c) Guru dan siswa dapat melakukan produksi media/sumber-sumber belajar sederha-na yang bahannya berasal dari lingkungan sekitar, d) Namun, untuk pengelolaannya sementara ini masih ditangani secara bersama-sama oleh guru-guru karena belum ada pengangkatan tenaga tetap yang bertugas di LSB.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sebagian besar peserta terlibat secara aktif melaksanakan semua tahapan kegiatan, sehingga masalah-masalah yang telah dirumuskan dapat teratasi dengan baik. Terciptanya kondisi demikian karena adanya faktor-faktor pendukung seperti, dukungan dari UNY, kekompakan bekerja sama di antara anggota tim PPM, adanya persiapan yang jelas, serta diadakan monitoring bersama hingga selesainya kegiatan. Tanggapan positif dari pihak Yayasan yang membawahi sekolah tempat kegiatan ini berlangsung juga sangat mendukung terselesainya kegiatan ini tepat waktu. Bahkan pihak Yayasan juga bersedia menyajikan materi tentang visi dan misi pendidikan khususnya keSDan di lingkungan Kanisius, serta menyertakan 15 orang guru yang mewakili SD-SD lain untuk mengikuti kegiatan pelatihan. Dengan demikian faktor pendukung dari pihak Yayasan sangat bermanfaat untuk memotivasi peserta serta keberlanjutan program setelah kegiatan ini selesai.
Dengan diikutsertakan para pengurus dan anggota Komite Sekolah dalam kegiatan ini, dapat mendorong apa yang diprogramkan sesuai harapan. Terjadi kesepakatan antara Sekolah dan tim PPM yang diprakarsai oleh Komite Sekolah untuk mengadakan kegiatan-kegiatan lain di luar kegiatan PPM, seperti pelatihan komputer, dll.
Keberhasilan kegiatan sangat ditentukan oleh metode yang digunakan. Pendekatan kolaboratif-partisipatif dialogis, sangat mendukung kebersamaan dan tanggung jawab dalam menyelesaikan kegiatan. Hal ini tampak dari sikap untuk menghargai semua kegiatan yang diprogramkan, lancar dan akurat dalam menemukan cara-cara memecahkan masalah sesuai kondisi yang ada, mampu menjelaskan ide dan menunjukkan cara-cara yang relevan kepada sesama rekan guru, sehingga kegiatan yang diprogramkan dapat berjalan dengan lancar.
KESIMPULAN DAN SARAN
Agar pembelajaran lebih efektif, efisien dan memiliki daya tarik, sehingga mampu menantang, menyenangkan, mendorong peserta didik untuk bereksplorasi, memberi pengalaman sukses, dan mengembangkan kecakapan berpikir kritis, dilakukan pelatihan dan simulasi menggunakan model pembelajaran Tematik dan Kooperatif. Respon peserta menunjukkan; 85 % memperhatikan dan terlibat aktif dalam seluruh kegiatan, 80% yang dikerjakan semuanya sesuai harapan, 75% kemampuan menerapkan model/strategi pemecahan masalah sesuai harapan, 90% memiliki komitmen tinggi, 85% sangat sabar, teliti, dan menggunakan model/strategi lebih dari satu cara dalam mengatasi masalah, 100% menghargai semua kegiatan yang diprogramkan, 75% lancar dan akurat dalam menemukan cara memecahkan masalah sesuai kondisi yang ada, 80% mampu menjelaskan ide dan menunjukkan cara yang relevan kepada sesama rekan guru.
Semua guru menyusun RPP dengan memanfaatkan media dan sumber-sumber belajar untuk mendukung pelaksanaan model-model pembelajaran yang dikembangkan. Untuk mengadakan media-media pembelajaran guru memproduksi minimal satu media. Telah tersedia ruang yang difungsikan sebagai tempat Layanan Sumber Belajar (LSB). Guru dan siswa dapat menyimpan dan menggunakan kembali berbagai media/sumber-sumber belajar untuk kepentingan pembelajaran. Guru dan siswa dapat melakukan produksi media/sumber-sumber belajar sederhana yang bahannya berasal dari lingkungan sekitar. Namun, sementara ini masih ditangani secara bersama-sama oleh para guru sambil menunggu pengangkatan tenaga tetap yang bertugas di LSB.
Dari hasil kegiatan ini disarankan, agar dilakukan kegiatan-kegiatan serupa guna menguji kemampuan model-model pembelajaran lainnya sesuai dengan kondisi nyata. Replikasi kegiatan serupa sebaiknya menjangkau sekolah-sekolah seperti SMP, SMA atau SMK, termasuk sekolah-sekolah dengan latar belakang yang lebih spesifik. Kegiatan dengan menggunakan pendekatan berbeda dari kegiatan ini atau kombinasi, mungkin sangat baik dilakukan untuk memperoleh bukti lebih akurat tentang penggunaan model-model pembelajaran dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Asri Budiningsih, C. 1994. Intensitas penggunaan media IPA di beberapa SD wilayah kota Yogyakarta (Tesis S2 tidak dipublikasikan). Malang: PPs IKIP Malang.
___________., dkk. 1996. Pengembangan media kotak unit pelajaran IPA bagi siswa-siswa SD. (Program Vucer). Jakarta: DPPM Dirjen Dikti
___________. 1997. Pengembangan pusat sumber belajar: kasus UPSB IKIP Yogyakarta. Yogyakarta: FIP-UNY
___________. 2005. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta
___________.2004.Karakteristik siswa:sebagai pijakan pembelajaran. Yogyakarta: FIP UNY
___________. 2004. Desain pesan pembelajaran. Yogyakarta: FIP UNY
___________. 2005. Pengembangan model pembelajaran berbasis masalah-masalah komponen masukan instrumental untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Jakarta: Dikti Program SP4
Brooks, J.G., & Brooks, M., (1993). The case for constructivist classrooms. association for supervision and curriculum development. Alexandria, Virginia.
Christison, M.1975. Instruments for the evaluation of instructional materials centers. Dalam Planning and operating media centers. Washington DC: AECT
Gillespie, J.T. & Spirt, D.L., 1993. Administering the school library media center. New York: R.R.Bowker Company
Kirkland. 1977. Management of resource centres: justification and role. Jordanhill College of Education.
Light,G. & Cox, R. 2001. Learning and teaching in higher education. London: Paul Chapman Publishing.
Marzano, R. J. 1992. A different kind of classroom, teaching with dimension of learning. Alexandria: ASCD
Mcmahan, M. 1975. A model for designing media centers. Dalam Planning and operating media centers. Washington DC: AECT
Merrill, I.R. & Drob, H.A. 1997. Criteria for planning the college and university learning resources center. Washington DC: AECT
Rowntree, D., 1990. Teaching through self-instruction: how to develop open learning materials. New York: Nichols Publishing.
Seels, B.B. & Richey, R.C. 1994. Instructional technology: the definition and domains of the field. Washington DC.:AECT
Tim PKP, 2005. Peningkatan kualitas pembelajaran. Jakarta: Ditjen Dikti P2TK & KPT
BIODATA PENULIS
Nama Dr. C. Asri Budiningsih, M.Pd, tempat dan tanggal lahir di Sala, 14 Februari 1956.
Pendidikan terakhir di Malang lulus tahun 2001 pada program studi S-3 Teknologi Pembelajaran. Sejak tahun 1983 hingga sekarang sebagai dosen FIP UNY. Karya-karya yang pernah dihasilkan diantaranya berupa buku teks berjudul “Pembelajaran moral berpijak pada karakteristik siswa dan budayanya” serta “Belajar dan pembelajaran”. Karya-karya lain berupa buku pegangan kuliah adalah “Pembelajaran Kecerdasan Ganda sebagai upaya mengembangkan Ketrampilan hidup”, “Desain Pesan Pembelajaran”, “Karakteristik Siswa”, “Perkembangan teori belajar dan pembelajaran menuju revolusi sosiokultural Vygotsky”, “Strategi Pembelajaran”.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Analisis Situasi:
Masih banyak dijumpai ketika pembelajaran berlangsung di kelas, peserta didik jarang atau tidak terbiasa terlibat aktif dalam proses belajar. Mereka sangat pasif, gurupun kurang memahami bagaimana strateginya agar peserta didik mengalami proses belajar yang optimal. Anak kurang dilatih tentang cara-cara efektif untuk memperoleh pengetahuan, kemudian menguasainya, mengolah dan mengembangkan pengetahuan, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Akibatnya pemahaman pengetahuan mereka sangat minim dan belajar menjadi kurang bermakna.
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, berbagai upaya pembaharuan di bidang pembelajaran terus dilakukan di Indonesia. Pemerintah berupaya agar setiap satuan pendidikan wajib menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Tujuannya untuk memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik. Bahkan Pemerintah telah menetapkan standar sarana dan prasarana pendidikan di dalam PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 42 s.d. 48. Badan Akreditasi Sekolah (BAS) yang diselenggarakan di setiap kabupaten juga menempatkan kelengkapan fasilitas dan sumber-sumber belajar serta sistem pelembagaannya sebagai salah satu komponen penting dalam menentukan terakreditasi tidaknya suatu sekolah.
Model-model pembelajaran yang ditawarkan dan dikembangkan di sekolah-sekolahpun cukup luas dan inovatif, diantaranya merupakan penerapan konsep-konsep Pembelajaran Siswa Aktif, Multiple Intellegence, Holistic Education, Experiential Learning, Problem-Based Learning, Accelerated Learning, Cooperative Learning, Collaborative Learning, Mastery Learning, Contextual Learning, Constructivism, dan lain-lain. Namun, model-model pembelajaran tersebut tidak dengan sendirinya mudah untuk diterapkan di ruang-ruang kelas. Diperlukan komitmen, tekad dan pemahaman para pengajar serta pimpinan lembaga pendidikan dalam menyikapinya.
Pada dasarnya upaya-upaya perbaikan pembelajaran yang dilakukan mengarah kepada pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centred, learning-oriented) untuk memberikan pengalaman belajar yang menantang sekaligus menyenangkan. Lebih jauh, siswa diharapkan terbiasa menggunakan pendekatan mendalam (deep approach) dan pendekatan strategis (strategic approach) dalam belajar, bukan sekedar belajar mengingat informasi atau belajar untuk lulus saja. Yang terakhir ini sering disebut sebagai pendekatan permukaan (surface approach), atau belajar hafalan (rote learning) yang masih dominan di kalangan para siswa dewasa ini (PKP, 2005).
Persoalan yang dihadapi sekolah-sekolah dari kalangan ekonomi menengah ke bawah (termasuk SD Kanisius Gamping Yogyakarta) adalah, sekolah tidak mampu menyediakan biaya investasi dan operasi dalam pengadaan maupun pemeliharaan sarana belajar. Di samping kesadaran memanfaatkan sumber-sumber belajar dan media pembelajaran di antara guru masih kurang, tidak adanya sistem pelayanan dan pengelolaan yang memadai menyebabkan guru merasa repot dalam memanfaatkan sumber-sumber belajar dan media pembelajaran. Akibatnya, pembelajaran kurang berkualitas.
Pendidikan yang berkualitas sekaligus berpihak pada rakyat bawah memang memerlu-kan anggaran yang besar di samping adanya komitmen para penyelenggara dan penang-gungjawab lembaga pendidikan. Kesenjangan pendanaan terhadap sekolah-sekolah negeri dan swastapun menjadi ironi, karena justru peserta didik di sekolah-sekolah swasta yang pada umumnya berasal dari keluarga kurang mampu dengan kecerdasan terpinggir-kan justru mendapat subsidi jauh lebih kecil. Untuk menarik sumbangan di tengah keterpurukan ekonomi para orang tua tidak mungkin dilakukan, apalagi bagi keluarga-keluarga dari kalangan ekonomi menengah ke bawah.
SD Kanisius Ambarketawang Gamping yang terletak di luar kota Yogyakarta, sebagai salah satu sekolah dasar swasta dimana sebagian besar siswanya dari keluarga kurang mampu juga mengalami kondisi demikian. Namun, hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Asri Budiningsih beserta dua orang guru di sekolah tersebut (2007) menunjukkan bahwa penggunaan Model Pembelajaran Kreatif-Produktif di kelas 2 dan kelas 3 dengan strategi Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika. Dalam arti, pembelajaran lebih efektif, menantang, menyenangkan, mampu mendorong bereksplorasi, memberi pengalaman sukses, mengembangkan kecakapan berpikir kritis, serta dapat memanfaatkan waktu belajar secara optimal.
Penggunaan Model Pembelajaran Kreatif-Produktif di kelas PKR kelas 2 dan kelas 3 dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Secara keseluruhan menunjukkan 92,7% peserta didik kelas 2 berhasil dalam belajar, sedangkan pestasi belajar peserta didik kelas 3 100% berhasil. Respon mereka selama proses pembelajaran memuaskan yaitu; 85% memperhatikan penjelasan guru, 82% menjawab soal dengan benar, 83% komputasi sebagian besar benar, tulisan penjelasan dan strategi pemecahan masalah dalam soal sebagian besar sesuai dengan yang diharapkan, 88% aturan permainan sebagian besar dipenuhi, 73% cukup sabar, teliti, dan mampu menggunakan strategi baik dalam mengerjakan soal atau menggunakan media, 70% dapat menghargai pendapat teman dalam diskusi kelompok, 78% mampu mengikuti cara guru memecahkan soal dan menggunakan media pembelajaran matematika, 82% lancar, tepat dan akurat dalam menggunakan media-media pembelajaran matematika, 74% mampu menjelaskan dan menunjukkan cara yang benar kepada teman lain di depan kelas dan patut dicontoh.
Hasil penelitian tersebut mampu menggugah minat, perhatian, dan keinginan para guru lainnya untuk dapat melaksanakan model pembelajaran serupa, bahkan menghen-daki diterapkannya model-model pembelajaran lain untuk berbagai mata pelajaran. Di sisi lain, upaya memvalidasi model-model pembelajaran dengan cara menguji kesesuai-annya dengan fakta empirik dalam praktek pembelajaran merupakan kegiatan yang tidak saja penting tetapi sangat diperlukan. Landasan konseptual model-model pembelajaran serta dukungan fakta empirik, memberikan tambahan kemantapan terhadap kemampuan model-model tersebut dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran. Bila upaya ini dijalankan, maka bukti lain akan dapat ditemukan. Perbedaan kondisi sekolah dan karakteristik peserta didik serta karakteristik mata pelajaran akan memberikan pengaruh yang cukup berarti dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran.
Untuk keperluan tersebut, kegiatan PPM ini bertujuan untuk meningkatkan kemampu-an guru-guru dalam menggunakan berbagai model pembelajaran inovatif yaitu Model Pembelajaran Tematik dan Model Pembelajaran Kooperatif, serta meningkatkan kemampuan guru dalam memanfaatkan media dan sumber-sumber belajar. Agar para guru tidak kesulitan atau tidak merasa repot dalam memanfaatkan media dan sumber-sumber belajar, maka diupayakan adanya sistem pengelolaan media dan sumber-sumber belajar secara komprehensif, sistematis dan sinergis di dalam wadah Layanan Sumber Belajar (LSB) di tingkat sekolah. Semua upaya ini dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran yang memadai, dalam arti pembelajaran yang mampu menantang, menyenangkan, mendorong siswa untuk bereksplorasi, memberi pengalaman sukses, dan mengembangkan kecakapan berpikir kritis.
B. Tinjauan Pustaka
1. Hakekat belajar dan pembelajaran
Belajar merupakan upaya pemberian makna oleh pesera didik kepada pengalamannya yang mengarah kepada pengembangan struktur kognitifnya dan dilakukan baik secara mandiri maupun sosial (Brooks & Brooks, 1993). Oleh sebab itu, pembelajaran diupayakan agar dapat memberikan kondisi terjadinya proses pembentukan tersebut secara optimal pada diri peserta didik. Pada dasarnya berbagai upaya perbaikan pembelajaran dilakukan mengarah kepada pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student-centred, learning-oriented), untuk memberikan pengalaman belajar yang menantang dan sekaligus menyenangkan. Peserta didik diharapkan terbiasa menggunakan pendekatan mendalam (deep approach) dan pendekatan strategis (strategic approach) dalam belajar. Anak tidak sekedar belajar mengingat informasi atau belajar untuk lulus saja, dengan ungkapan lain tidak sekedar menggunakan pendekatan permukaan (surface approach) dan belajar hafalan (rote learning).
Beberapa pakar pembelajaran mengembangkan konsepnya tentang belajar, diantara-nya adalah Marzano (1992). Ia melukiskan kegiatan belajar akan efektif jika melalui lima dimensi belajar sebagai berikut:
Proses, hasil, dan dampak belajar akan optimal jika peserta didik:
a. Memiliki persepsi dan sikap positif terhadap belajar, termasuk di dalamnya persepsi dan sikap terhadap matapelajaran, guru, media dan fasilitas belajar, serta iklim belajar.
b. Mau dan mampu mendapatkan dan mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan serta membangun sikapnya.
c. Mau dan mampu memperluas serta memperdalam pengetahuan dan ketrampilan serta memantapkan sikapnya.
d. Mau dan mampu menerapkan pengetahuan, ketrampilan, dan sikapnya secara bermakna.
e. Mau dan mampu membangun kebiasaan berpikir, bersikap dan bekerja produktif.
Namun, sering kali terjadi kesenjangan belajar yang cukup besar dalam proses pembelajaran. Light dan Cox (2001) menggambarkan kesenjangan belajar tersebut sbb:
a. Kesenjangan antara pengetahuan hafalan dengan pemahaman
b. Kesenjangan antara pemahaman dengan kompetensi
c. Kesenjangan antara kompetensi dengan kemauan untuk melakukan
d. Kesenjangan antara kemauan untuk melakukan dengan benar-benar melakukan
e. Kesenjangan antara benar-benar melakukan dengan menghasilkan perubahan secara terus menerus.
Untuk itu, dikembangkanlah berbagai model pembelajaran inovatif guna mengurangi kesenjangan-kesenjangan dalam belajar.
2. Model-model Pembelajaran Inovatif
Agar mampu menghasilkan proses, hasil, dan dampak belajar yang optimal, diperlu-kan upaya untuk mengintegrasikan semua komponen masukan instrumental pembelajaran secara sistemik dan sinergis. Komponen instrumental yang dimaksud adalah guru, kurikulum atau bahan ajar, media/sumber-sumber belajar, fasilitas, iklim belajar, materi dan sistem pembelajaran. Pembelajaran berkualitas yaitu pembelajaran yang dapat menciptakan lingkungan belajar yang menantang, menyenangkan, mendorong bereksplo-rasi, memberi pengalaman sukses, dan mengembangkan kecakapan berpikir. Berbagai model pembelajaran dikembangkan bertujuan untuk menciptaan pembelajaran yang berkualias, diantaranya adalah merupakan penerapan konsep-konsep Pembelajaran Siswa Aktif, Multiple Intellegence, Holistic Education, Experiential Learning, Problem-Based Learning, Accelerated Learning, Cooperative Learning, Collaborative Learning, Mastery Learning, Contextual Learning, Constructivism, dan lain-lain. Model-model pembelajar-an yang akan dikembangkan dalam kegiatan PPM ini adalah Model Pembelajaran Tematik dan Model Pembelajaran Kooperatif.
a. Model Pembelajaran Tematik
Pembelajaran Tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Satu tema ditinjau dari beberapa mata pelajaran atau bidang studi. Satu unit tematik merupakan epitome dari seluruh bahasa pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik menjawab pertanyaan yang dimunculkan sendiri.
Keuntungan Pembelajaran Tematik bagi Guru adalah tersedianya waktu yang lebih banyak untuk pembelajaran, hubungan antar pelajaran dan topik dapat diajarkan secara logis dan alami, ditunjukkan bahwa belajar merupakan kegiatan kontinyu, bebas membantu peserta didik melihat masalah, situasi, atau topik dari berbagai sudut pandang. Keuntungan Pembelajaran Tematik bagi pesera didik adalah bisa lebih fokus kepada proses dari pada hasil, menghilangkan batas semu antara bagian-bagian kurikulum, menyediakan kurikulum yang berpusat pada peserta didik, dikaitkan dengan minat, kebutuhan, dan kecerdasan, merangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas.
Kaitan Pembelajaran Tematik dengan Standar Isi yaitu; kurikulum kelas I, II, dan III SD dilaksanakan melalui pendekatan tematik, mata pelajaran yang harus dicakup: 1) agama, 2) kewarganegaraan, 3) bahasa Indonesia, 4) matematika, 5) IPA, 6) IPS, 7) seni budaya & keterampilan, 8) penjas dan orkes. Standar kompetensi dan kompetensi dasar harus ter-cover.
Cara merancang Pembelajaran Tematik yaitu; 1) memilih tema, yaitu topik-topik dalam kurikulum, isu-isu, masalah-masalah, event-event khusus, minat pesrta didik, dan literatur. 2) mengorganisasikan tema, misalnya tema tentang ”AIR” dapat dikaji dari sudut pandang agama, seni, kewarganegaraan, olah-raga, bahasa Indonesia, IPS, matemaika, dan IPA. 3) mengumpulkan bahan dan sumber: sumber-sumber tercetak, sumber-sumber visual, sumber-sumber literatur, artifac. 4) Mengimplementasikan pembelajaran tematik contohnya mengintegrasikan pelajaran bahasa yang terdiri dari membaca, menulis, berbicara, dan mendengar. Hendaknya bersifat holistik, menekankan pada pendekatan “hands-on, minds-on”, dan sifatnya lintas kurikulum. 5) Mendesain kegiatan dan proyek, dapat dilakukan pembelajaran tematik sepanjang hari untuk beberapa hari, selama setengah hari untuk beberapa hari, untuk satu-dua pelajaran, untuk beberapa pelajaran, atau untuk kegiatan lanjutan.
b. Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berpijak pada beberapa pendekatan yang diasumsikan mampu meningkatkan proses dan hasil belajar peserta didik. Pendekatan yang dimaksud adalah belajar aktif, konstruktivistik, dan kooperatif. Pendekatan kooperatif memberi kesempatan kepada peserta didik untuk trampil berkomunikasi. Artinya, anak didorong untuk mampu menyatakan pendapat atau idenya dengan jelas, mendengarkan orang lain dan menanggapinya dengan tepat, meminta feedback serta mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan baik. Anak juga mampu membangun dan menjaga kepercayaan, terbuka untuk menerima dan memberi pendapat serta ide-idenya, mau berbagi informasi dan sumber, mau memberi dukungan pada orang lain dengan tulus. Mereka juga mampu memimpin dan trampil mengelola kontroversi (managing controvercy) menjadi situasi problem solving, mengkritisi ide bukan persona orangnya.
Model pembelajaran ini akan dapat terlaksana dengan baik jika dapat ditumbuhkan suasana belajar yang memungkinkan diantara peserta didik serta antara peserta didik dan guru merasa bebas mengeluarkan pendapat dan idenya, serta bebas dalam mengkaji serta mengeksplorasi topik-topik penting dalam kurikulum. Guru dapat mengajukan berbagai pertanyaan atau permasalahan yang harus dipecahkan di dalam kelompok. Peserta didik berupaya untuk berpikir dan saling mendiskusikan di dalam kelompok. Guru juga mendorong mereka untuk mampu mendemonstrasikan pemahamannya tentang pokok-pokok permasalahan yang dikaji menurut cara kelompok. Model pembelajaran kooperatif mampu memotivasi peserta didik dalam melaksanakan berbagai kegiatan, sehingga mereka merasa tertantang untuk menyelesaikan tugas-tugas bersama secara kreatif. Model pembelajaran ini dapat diterapkan dalam pembelajaran di berbagai bidang studi untuk topik-topik yang bersifat abstrak maupun yang bersifat konkrit.
Kompetensi yang dapat dicapai melalui model pembelajaran kooperatif disamping; (1) pemahaman terhadap nilai, konsep atau masalah-masalah yang berhubungan dengan materi tertentu, serta (2) kemampuan menerapkan konsep/memecahkan masalah, dan (3) kemampuan menghasilkan sesuatu secara bersama-sama berdasarkan pemahaman terha-dap materi yang menjadi obyek kajiannya, juga dapat dikembangkan (4) softskills kemampuan berfikir kritis, berkomunikasi, bertanggung jawab, serta bekerja sama. Materi yang sesuai disajikan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif adalah materi-materi yang menuntut pemahaman terhadap nilai, konsep, atau prinsip, serta masalah-masalah aktual yang terjadi di masyarakat. Materi ketrampilan untuk menerapkan suatu konsep atau prinsip dalam kehidupan nyata juga dapat diberikan. Materi dapat berasal dari berbagai bidang studi, seperti bahasa, masalah-masalah sosial, masalah kehidupan bermasyarakat, peristiwa-peristiwa alam, serta ketrampilan dan masalah-masalah lainnya
Kegiatan pembelajaran dipilahkan menjadi empat langkah, yaitu; orientasi, bekerja kelompok, kuis, dan pemberian penghargaan. Evaluasi belajar dilakukan pada awal pelajaran sebagai prates, selama pembelajaran, serta hasil akhir belajar peserta didik baik individu maupun kelompok. Selama proses pembelajaran, evaluasi dilakukan dengan mengamati sikap, ketrampilan dan kemampuan berpikir serta berkomunikasi peserta didik.
3. Media dan Sumber-sumber Belajar
Media dan sumber-sumber belajar merupakan salah satu komponen masukan instrumental pembelajaran yang amat penting diperhatikan untuk menunjang pencapaian pembelajaran yang berkualitas. Seels & Richey (1994) merumuskan sumber belajar meliputi semua sumber (data, orang, dan barang) yang dapat digunakan oleh peserta didik baik secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan, biasanya dalam situasi informal, untuk memberikan fasilitas belajar. Sumber itu meliputi pesan, orang, bahan, peralatan, teknik, dan tata tempat. Dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu a) sumber belajar yang direncanakan (by design), yaitu semua sumber yang secara khusus telah dikembangkan sebagai “komponen sistem pembelajaran” untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal, dan b) sumber belajar karena dimanfaatkan (by utilization), yaitu sumber-sumber yang tidak secara khusus didesain untuk keperluan pembelajaran namun dapat ditemukan, diaplikasikan dan digunakan untuk keperluan belajar.
Sumber belajar sebagai komponen sistem pembelajaran adalah sumber-sumber belajar atau media yang disusun terlebih dahulu dalam proses desain atau pemilihan dan pemanfaatan, dan disatukan ke dalam sistem pembelajaran yang lengkap, untuk mewu-judkan proses belajar yang terkontrol dan berarah tujuan. Contoh masing-masing sumber belajar adalah sebagai berikut: 1) sumber belajar yang berupa pesan atau materi-materi pelajaran, contohnya; sejarah Yunani, hukum Ohm, perubahan kata kerja “to be”, Cahaya, dsb. 2) Sumber belajar yang berupa orang, contohnya; pelaku, pembicara, guru, maupun siswa. 3) Sumber belajar yang berupa bahan, contohnya; macam batu-batuan, tape audio, transparansi, jurnal, software komputer, dsb. 4) Sumber belajar yang berupa peralatan, contohnya; OHP, perekaman audio, radio, TV, komputer, peralatan percobaan, dsb. 5) Sumber belajar yang berupa teknik, contohnya; permainan, studi eksplorasi, belajar mandiri, kelompok, simulasi, dsb. 6) Sumber belajar yang berupa latar, contohnya; lingkungan fisik (sudut-sudut pelajaran, laboratorium, perpustakaan, kebun sekolah, dll), sedangkan lingkungan non fisik contohnya; penerangan, sirkulasi udara, pemanasan/pendinginan, dsb.
Media dan sumber belajar dikatakan berkualitas jika:
1). Dapat menciptakan pengalaman belajar yang bermakna.
2). Mampu memfasilitasi proses interaksi antara peserta didik dan guru, antara peserta didik sendiri, serta peserta didik dengan ahli bidang ilmu yang relevan serta lingkungan sekitarnya.
3). Sumber belajar dapat memperkaya pengalaman belajar siswa.
4). Dengan sumber belajar, mampu mengubah suasana belajar dari peserta didik yang pasif dan guru sebagai sumber ilmu satu-satunya, menjadi anak aktif berdiskusi dan bereksplorasi mencari informasi melalui berbagai sumber belajar yang ada.
4. Pengelolaan media & sumber-sumber belajar
Pengelolanan sumber belajar bertujuan untuk meningkatkan kualitas belajar peserta didik. Secara khusus bertujuan untuk meningkatkan efektifitas, efisiensi dan daya tarik pembelajaran. Hal ini dilaksanakan dengan menyediakan berbagai macam pilihan guna menunjang kegiatan kelas tradisional, dan untuk menggunakan cara-cara baru yang paling sesuai demi tercapainya tujuan belajar. Pengelolaan sumber belajar dikembangkan dengan maksud untuk 1) menyediakan berbagai macam pilihan komunikasi dan kegiatan guna menunjang aktivitas pembelajaran, 2) mendorong penggunaan cara-cara belajar baru yang paling tepat untuk mencapai tujuan belajar, 3) memberikan pelayanan dalam merencanakan dan melaksanakan sistem pembelajaran yang bermakna, 4) menyebarkan informasi yang dapat membantu penggunaan berbagai macam sumber belajar agar pembelajaran lebih efektif dan efisien, 5) mengadakan pelayanan pengembangan media dan sumber-sumber belajar, 6) membantu mengembangkan standar penggunaan media dan sumber-sumber belajar, 7) menyediakan pelayanan pemeliharaan berbagai macam peralatan, 8) membantu pemilihan dan pengadaan bahan-bahan belajar dan peralatannya, serta 9) menyediakan pelayanan evaluasi terhadap efektivitas berbagai strategi pembelajaran.
Sasaran penyelenggaraan layanan sumber belajar adalah siswa-siswa dan guru. Siswa mendapat kesempatan berkembang sesuai dengan kemampuannya. Memberi kemung-kinan pembelajaran lebih individual karena mengurangi kontrol yang kaku dan tradisional baik dalam penggunaan waktu maupun tempat. Memungkinkan belajar dapat dilakukan seketika (immediacy of learning), dengan mengurangi gap antara pelajaran verbal dan abstrak dengan realita yang konkrit. Disamping itu, memberi kesempatan para guru untuk berfungsi lebih baik dengan mengurangi beban guru. Kegiatannya dapat dialihkan untuk lebih meningkatkan gairah belajar siswa.
Misi utamanya adalah mengembangkan sistem pembelajaran yang bermakna dan merupakan sarana utama untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi dan daya tarik pembelajaran. Oleh sebab itu, segala fungsi dan kegiatan yang dilaksanakan, termasuk pengadaan dan pelayanan penggunaan bahan dimaksudkan untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan misi tersebut. Fungsi dan kegiatannya difokuskan kepada; 1) fungsi pengembangan sistem pembelajaran (perencanaan program pembelajaran, seleksi peralatan dan bahan, prosedur evaluasi, dsb), 2) fungsi pelayanan sumber-sumber belajar (penggunaan sumber-sumber belajar untuk kelompok besar maupun kelompok kecil, program belajar mandiri, pengadaan, pemeliharaan dan penggunaan bahan serta peralatan, dsb.), 3) fungsi produksi (produksi sumber-sumber belajar sendiri, trasparansi untuk OHP, dll.), 4) fungsi administrasi (pendataan, pencatatan, supervisi penggunaan sumber-sumber belajar, pengembangan koleksi dan spesifikasi, dll) (Merrill & Drob, 1997).
Keempat fungsi tersebut merupakan fungsi dan kegiatan yang ideal. Seberapa jauh kegiatan yang ideal tersebut dapat dilaksanakan tergantung dari tujuan program, fasilitas dan peralatan yang dimiliki, serta personalia yang tersedia. Keempat fungsi tersebut akan selalu dijumpai, namun yang berbeda hanyalah pada kegiatan-kegiatan nyata sesuai dengan keterbatasan masing-masing sekolah.
C. Identifikasi dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi masalah
Dari uraian analisis situasi di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah penting yang segera perlu dipecahkan;
a). Kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah belum berjalan efektif, kurang efisien dan kurang memiliki daya tarik.
b). Kemampuan guru mengelola pembelajaran yang berkualitas dalam arti, pembelajaran yang menantang, menyenangkan, mendorong bereksplorasi, memberi pengalaman sukses, dan mengembangkan kecakapan berpikir kritis, masih jauh dari harapan.
c). Belum dikenal dan belum digunakan model-model pembelajaran inovatif untuk menunjang pembelajaran yang berkualitas.
d). Ketersediaan dan pengadaan sumber-sumber belajar/media pembelajaran untuk mendukung proses pembelajaran yang berkualitas sangat terbatas, dan belum ada pemikiran untuk mengelolanya secara sistematis, komprehensif, dan sinergis di lingkungan sekolah.
2. Perumusan Masalah
Masalah-masalah yang diangkat dalam kegiatan PPM ini untuk segera diatasi adalah:
a). Bagaimana mengatasi masalah pertama dan kedua, yaitu agar kegiatan pembela-jaran di sekolah lebih efektif, efisien dan memiliki daya tarik, sehingga pembela-jaran mampu menantang, menyenangkan, mendorong siswa untuk bereksplorasi, memberi pengalaman sukses, dan mengembangkan kecakapan berpikir kritis?
b). Bagaimana mengatasi masalah ketiga yaitu belum dikenal dan belum digunakan model-model pembelajaran inovatif untuk menunjang pembelajaran yang berkualitas?
c) Bagaimana mengatasi masalah keempat yaitu ketersediaan dan pengadaan sumber-sumber belajar/media pembelajaran untuk mendukung proses pembelajaran yang berkualitas sangat terbatas, dan belum ada pemikiran untuk mengelolanya secara sistematis, komprehensif, dan sinergis di lingkungan sekolah.
d). Bagaimana mengelola sumber-sumber belajar/media pembelajaran yang komprehensif dan sinergis agar pembelajaran lebih efektif, efisien, dan memiliki daya tarik, yang terfokus kepada; a) fungsi pengembangan sistem pembelajaran, b) fungsi pelayanan, c) fungsi produksi, d) fungsi administrasi (pendataan dan pencatatan, dll).
D. Tujuan Kegiatan PPM
Program PPM ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di SD Kanisius Ambarketawang Gamping Sleman Yogyakarta. Sedangkan secara khusus bertujuan untuk:
1. Meningkatkan kemampuan para guru dalam menggunakan berbagai model pembelajaran inovatif, yaitu model pembelajaran tematik dan model pembelajaran kooperatif, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
2. Meningkatkan kemampuan para guru dalam memanfaatkan media dan berbagai berbagai sumber belajar untuk menunjang penggunaan model-model pembelajaran yang inovatif.
3. Mengembangkan sistem pengelolaan media dan sumber-sumber belajar secara sistematis, komprehensif, dan sinergis dalam bentuk pengelolaan Layanan Sumber-sumber Belajar (LSB) di sekolah.
4. Model-model pembelajaran inovatif yang dikembangkan serta sistem pengelolaan media dan sumber-sumber belajar secara sistematis, komprehensif, dan sinergis dalam bentuk pengelolaan Layanan Sumber-sumber Belajar (LSB) di sekolah, diharapkan dapat digulirkan serta dapat disosialisasikan dan/atau didesiminasikan ke sekolah-sekolah dasar lain di sekitarnya.
E. Manfaat Kegiatan PPM
Berbagai manfaat yang dapat diperoleh melalui kegiatan PPM ini adalah:
1. Meningkatnya kemampuan para guru dalam menggunakan model-model pembelajaran inovatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di SD Kanisius Ambarketawang Gamping Sleman Yogyakarta.
2. Meningkatnya kemampuan para guru dalam memanfaatkan media dan sumber-sumber belajar untuk menunjang penggunaan model-model pembelajaran inovatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
3. Terwujudnya sistem pengelolaan media dan sumber-sumber belajar yang sistematis, komprehensif dan sinergis dalam bentuk Layanan Sumber Belajar (LSB) di sekolah.
BAB II
MTODE KEGIATAN PPM
A. Khalayak Sasaran Kegiatan PPM
Kegiatan PPM ini dilaksanakan di SD Kanisius Ambarketawang Gamping Sleman Yogyakarta. Yang menjadi khalayak sasaran dalam kegiatan ini adalah para Guru, Kepala Sekolah, pengurus/anggota Komite Sekolah, serta Yayasan yang membawahi sekolah yang dijadikan lokasi kegiatan. Ada keterkaitan antara program kegiatan PPM ini dengan berbagai institusi, berupa peran, dukungan atau hal-hal lain yang perlu dilakukan oleh pihak-pihak tertentu. Institusi yang dimaksud serta keterkaitannya dengan program kegiatan ini adalah; 1) pihak Yayasan Kanisius yang membawahi sekolah yang dijadikan tempat kegiatan, berperan untuk memberikan dukungan keberlangsungan program kegiatan PPM serta keberlanjutan program setelah kegiatan PPM selesai. 2) Komite Sekolah berperan untuk turut mengupayakan keberlanjutan program serta memfasilitasi kebutuhan guru dan sekolah dalam rangka mempertahankan bahkan meningkatkan program kegiatan yang sudah dikembangkan.
B. Metode Kegiatan PPM
Agar tujuan PPM ini tercapai, maka pendekatan kegiatan dilakukan secara kolaboratif-partisipatif dialogis, sedangkan strategi yang digunakan adalah pelatihan, simulasi, pengadaan dan pengembangan. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sbb:
1. Melibatkan langsung semua pihak yang terkait dan/atau berkepentingan dalam seluruh rangkaian kegiatan, mengintegrasikan seluruh komponen untuk bekerja bersama secara sistemik dan sinergis dalam rangka mencapai tujuan.
2. Pelatihan dan simulasi untuk meningkatkan kemampuan para guru dalam mengguna-kan berbagai model pembelajaran inovatif (model pembelajaran tematik dan model pembelajaran kooperatif) untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
3. Pelatihan dan simulasi untuk meningkatkan kemampuan para guru dalam memanfaat-kan media dan berbagai sumber belajar untuk menunjang penggunaan model-model pembelajaran yang inovatif.
4. Menyusun action plan dan rancangan pembelajaran yang berkualitas dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar serta media pembelajaran.
5. Pengadaan/produksi media dan sumber-sumber belajar untuk menunjang pelaksanaan model-model pembelajaran inovatif di sekolah oleh guru dan/atau siswa.
6. Mengembangkan sistem pengelolaan media dan sumber-sumber belajar secara sistematis, komprehensif, dan sinergis dalam bentuk pengelolaan Layanan Sumber-sumber Belajar (LSB) di sekolah yang difokuskan kepada; 1) fungsi pengembangan sistem pembelajaran, 2) fungsi pelayanan, 3) fungsi produksi, 4) fungsi administrasi (pendataan, pencatatan, dll).
7. Model-model pembelajaran inovatif yang dikembangkan serta sistem pengelolaan media dan sumber-sumber belajar secara sistematis, komprehensif, dan sinergis dalam bentuk pengelolaan Layanan Sumber-sumber Belajar (LSB) di sekolah, diharapkan dapat digulirkan serta dapat disosialisasikan dan/atau didesiminasikan ke sekolah-sekolah dasar lain di sekitarnya.
Untuk mendukung keberhasilan kegiatan ini disusun pula rumusan kinerja, indikator penilaian model pembelajaran inovatif serta pemanfaatan media dan sumber-sumber belajar sesuai dengan kondisi sekolah, serta strategi pengelolaan media dan sumber belajar. Untuk melihat keberhasilan kegiatan ini maka aspek-aspek yang dimonitor dan dievaluasi adalah:
1. Sikap dan motivasi para guru, kepala sekolah, komite sekolah, Yayasan, serta kelompok lain yang terlibat selama mengikuti kegiatan.
2. Pemahaman atau penguasaan guru-guru dan kepala sekolah terhadap materi pelatihan serta simulasi, meliputi model-model pembelajaran temaik dan kooperatif, pemanfaatan media dan sumber-sumber belajar, serta pengelolaannya di sekolah.
3. Kamampuan guru dan kepala sekolah dalam menyusun action plan dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai dengan model pembelajaran yang dipilih, pemanfaatan media dan sumber-sumber belajar, serta pengelolaan Layanan Sumber Belajar (LSB).
4. Kamampuan melakukan praktek menerapkan model pembelajaran inovatif dan memanfaatkan media serta sumber-sumber belajar.
5. Keberlanjutan penerapan model pembelajaran inovatif dan pemanfaatan media serta sumber-sumber belajar dalam tugasnya sehari-hari serta pengelolaannya di kelas serta Layanan Sumber Belajar di tingkat sekolah .
C. Langkah-langkah Kegiatan PPM
1. Untuk mengatasi masalah yaitu kegiatan pembelajaran di sekolah kurang efektif, kurang efisien dan kurang memiliki daya tarik, serta agar pembelajaran menantang, menyenangkan, mendorong siswa untuk bereksplorasi, memberi pengalaman sukses, dan mengembangkan kecakapan berpikir kritis, upaya yang dilakukan adalah menyelenggarakan:
a. Pelatihan dan simulasi pembelajaran yang berkualitas dengan menerapkan model-model pembelajaran inovatif yaitu model pembelajaran tematik dan model pembelajaran kooperatif dalam kegiatan pembelajaran.
b. Pelatihan dan simulasi pemanfaatan media dan sumber-sumber belajar dalam rangka mendukung penerapan model-model pembelajaran inovatif yaitu model pembelajaran tematik dan model pembelajaran kooperatif dalam kegiatan pembelajaran.
2. Untuk mengatasi masalah yaitu pengadaan dan pengelolaan media serta sumber-sumber belajar yang masih sangat kurang, upaya yang dilakukan adalah:
a. Mengidentifikasi sumber-sumber belajar atau media pembelajaran yang dibutuhkan untuk mempelajari masing-masing mata pelajaran.
b. Mengidentifikasi sumber-sumber belajar atau media pembelajaran yang sudah tersedia di sekolah dan masih dapat digunakan.
c. Melengkapi sumber-sumber belajar atau media yang dibutuhkan untuk mempelajari pokok-pokok bahasan, berdasarkan pada data identifikasi no a) dan no b) yang dapat diusahakan sendiri oleh guru dan/atau siswa.
3. Melakukan pengembangan sistem pengelolaan/layanan media dan sumber-sumber belajar secara komprehensif dan sinergis (LSB) agar lebih efektif, efisien dan memiliki daya tarik yang difokuskan pada; a) fungsi pengembangan sistem pembelajaran, b) fungsi pelayanan, c) fungsi produksi, d) fungsi administrasi (pendataan, pencatatan, dll), di tingkat sekolah.
D. Faktor Pendukung dan Penghambat
1. Faktor Pendukung
Ada keterkaitan antara program kegiatan PPM ini dengan berbagai institusi, berupa peran, dukungan atau hal-hal lain yang perlu dilakukan oleh pihak-pihak tertentu untuk mendukung pelaksanaan program. Beberapa institusi terkait serta dukungannya terhadap pelaksanaan program kegiatan PPM ini adalah;
a. Dukungan dari LPM-UNY yang berupa pendanaan kegiatan, persiapan pelaksanaan, monitoring, hingga selesainya kegiatan ini.
b. Pihak Yayasan Kanisius yang membawahi sekolah tempat kegiatan ini berlangsung sangat positif dalam menanggapi program-program yang ditawarkan oleh Tim PPM. Bahkan pihak Yayasan menyertakan pula 15 orang guru yang mewakili SD-SD lain untuk mengikuti kegiatan PPM ini. Pihak Yayasan juga berperan menyajikan materi tentang visi dan misi pendidikan khususnya keSDan di lingkungan Kanisius. Dengan demikian faktor pendukung dari pihak Yayasan sangat bermanfaat untuk memotivasi peserta program serta keberlanjutan program setelah kegiatan PPM ini selesai.
c. Dengan keikutsertaan para pengurus dan anggota Komite Sekolah dalam kegiatan PPM ini, akan menjadi faktor pendukung karena turut mengupayakan keberlanjutan program serta memfasilitasi kebutuhan guru dan sekolah dalam mempertahankan bahkan meningkatkan program kegiatan PPM yang sudah dikembangkan. Hal ini terbukti adanya kesepakatan antara Sekolah dan tim PPM yang diprakarsai oleh Komite Sekolah untuk mengadakan kegiatan-kegiatan lain, seperti pelatihan pemanfaatan komputer, dll.
d. Pihak Sekolah (Guru-guru dan Kepala Sekolah) menunjukkan sikap dan persepsi positif terhadap seluruh kegiatan PPM ini, berpartisipasi penuh dalam semua tahap kegiatan, menjadikan program ini dapat berjalan dengan lancar.
2. Faktor Penghambat
Sedangkan faktor penghambat kegiatan PPM ini adalah:
a. Waktu pelaksanaan program kurang optimal karena terpotong oleh liburan kenaikan kelas dan liburan hari raya keagamaan yang cukup lama. Kesempatan liburan ini banyak dimanfaatkan oleh beberapa guru untuk berlibur ke luar kota. Kondisi demikian otomatis akan mengurangi kesempatan untuk beraktifitas dalam menyele-saikan proram PPM.
b. Keterlambatan pendanaan dari UNY juga menjadi kendala berlangsungnya program, karena ada kegiatan-kegiatan yang memerlukan dana cukup besar, seperti kegiatan pelatihan dan simulasi model-model pembelajaran inovatif yang dilaksanakan selama dua hari dari pukul 08.00 hingga pukul 17.00 yang diikuti oleh 47 peserta. Pengadaan dan produksi media/sumber-smber belajar oleh masing-masing guru juga memerlukan dana yang cukup. Dengan tertundanya dana dari UNY akan berpengaruh terhadap kelancaran kegiatan.
c. Aspek lain yang juga dianggap sebagai faktor penghambat adalah pengadaan tenaga pengelola Layanan Sumber Belajar (LSB) yang hingga kini belum teratasi. Untuk mengangkat tenaga khusus yang bertugas sebagai pengelola LSB di sekolah diperlukan pemikiran banyak pihak, karena menyangkut pendanaan rutin dan sebagainya, yang tidak dapat diatas sendiri oleh tim PPM.
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN PPM
A. Hasil Pelaksanaan Kegiatan PPM
1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan PPM
Kgiatan PPM ini dilakukan di SD Kanisius Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman Yogyakarta. Sekolah tersebut memiliki 6 kelas yaitu dari kelas satu hingga kelas enam. Personalia sekolah terdiri dari seorang Kepala Sekolah, 6 orang guru kelas dan 4 orang guru lain yaitu guru pendidikan agama, komputer, bahasa Inggris dan guru tari, serta seorang tenaga pembersih sekolah.
Kegiatan dilaksanakan pada bulan Juni-November 2008, dengan rincian;
a. Awal bulan Juni, melakukan pengurusan ijin dan pendekatan ke sekolah, Yayasan Kanisius, serta Komite sekolah untuk mengidentifikasi masalah-masalah di sekolah serta menyepakati kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan.
b. Akhir Juni -Juli: Melakukan kegiatan pelatihan dan praktek simulasi model-model pembelajaran Tematik dan Kooperatif, serta memanfaatkan media dan sumber-sumber belajar dalam pembelajaran.
c. Bulan Agustus: Menyusun action plan dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai model pembelajaran yang dikembangkan serta memanfaatkan media dan sumber-sumber belajar untuk mendukung pelaksanaan model-model pembelajaran tsb.
d. Bulan September: Pengadaan dan pengelolaan media dan sumber-sumber belajar.
e. Bulan Oktober: Monitoring, evaluasi dan refleksi proses serta hasil kegiatan PPM.
f. Bulan November: Melakukan sosialisasi hasil kegiatan dan penyusunan laporan akhir PPM.
2. Prosedur Pelaksanaan PPM
a. Tahap persiapan pelaksanaan PPM (bulan Juni 2008):
1). Menghubungi dan membuat kesepakatan bersama antara Kepala Sekolah, para Guru, Pengurus Komite Sekolah, serta pihak Yayasan Kanisius, tentang bentuk-bentuk aktifitas dan waktu pelaksanaan pelatihan serta simulasi model-model pembelajaran inovatif (Model Pembelajaran Tematik dan Kooperatif) dan pemanfaatan media/sumber-sumber belajar.
2). Menyiapkan materi, peralatan dan/atau fasilitas yang diperlukan dalam rangka menunjang kegiatan pelatiahan serta simulasi model-model pembelajaran inovatif dan pemanfaatan media/sumber-sumber belajar.
3). Persiapan mengadakan/produksi sumber-sumber belajar/media pembelajaran serta cara mengelolanya melalui:
a). Mengidentifikasi semua sumber belajar/media pembelajaran yang dibutuhkan untuk mempelajari pokok-pokok bahasan pada masing-masing kelas.
b). Mengidentifikasi sumber-sumber belajar/media pembelajaran yang sudah tersedia di sekolah dan yang masih dapat digunakan.
c). Berdasarkan langkah-langkah identifikasi a) dan b) di atas, dilakukan pencatatan dan pengadaan/produksi sumber-sumber belajar/media yang masih diperlukan.
4). Menyusun rancangan sistem pengelolaan sumber-sumber belajar/media pembelajar-an, yang difokuskan kepada; a) fungsi pengembangan sistem pembelajaran, b) fungsi pelayanan, c) fungsi produksi, dan d) fungsi administrasi (pendataan, pencatatan, dll).
5). Menyiapkan perangkat model pembelajaran yang akan dipraktekkan berupa renca-na dan skenario pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menggunakan Model Pembelajaran Tematik dan Kooperatif .
6). Menyiapkan media, bahan dan sumber-sumber belajar serta alat-alat pelajaran yang digunakan untuk masing-masing model yang akan dipraktekkan.
7). Menyiapkan lembar-lembar tugas, instrumen observasi, alat evaluasi, pertanyaan-pertanyaan refleksi, presensi, dan sertifikat peserta.
8). Menyusun jadwal seluruh kegiatan PPM.
b. Tahap pelaksanaan PPM (bulan Juni-Oktober 2008):
Setelah melakukan persiapan sebagaimana diuraikan di atas, langkah berikutnya adalah melaksanakan kegiatan.
1). Pelaksanaan kegiatan dimulai pada hari Senin dan Selasa tanggal 23 dan 24 Juni 2008 bertempat di SD Kanisius Ambarketawang Gamping Sleman Yogyakarta, bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan model-model pembelajaran inovatif yaitu model pembelajaran Tematik dan model pembelajaran Kooperatif, pemanfaatan media dan sumber-sumber belajar, pengembangan media pembelajaran, dan pengelolaan media serta sumber-sumber belajar di sekolah.
Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk pelatihan dan simulasi dengan materi-materi pelatiahan:
a) Visi dan misi pendidikan keSDan di lingkungan Yayasan Kanisius.
b) Peningkatan Kualitas Pembelajaran,
c) Model Pembelajaran Tematik,
d) Model Pembelajaran Kooperatif,
e) Pemanfaatan media dan sumber-sumber belajar,
f) Pengembangan media pembelajaran,
g) Pengelolaan media dan sumber-sumber belajar di sekolah.
Setelah pelatihan selesai, kegiatan dilanjutkan dengan simulasi dan/atau praktek di kelasnya masing-masing.
Kegiatan dihadiri oleh Wakil pimpinan Yayasan Kanisius yang sekaligus menjadi penyaji materi tentang Visi dan Misi Pendidikan Kanisius khususnya keSDan. Kepala Sekolah dan seluruh guru di sekolah tersebut, para pengurus Komite sekolah yang bersangkutan, serta 15 orang guru lain yang mewakili delapan SD lain yang ditunjuk oleh Yayasan untuk disertakan dalam kegiatan, sehingga jumlah peserta seluruhnya 47 orang. (Materi kegiatan, daftar hadir, dan foto-foto dokumentasi disajikan dalam lampiran).
2). Sesuai kesepakatan bersama, kegiatan dijadwalkan pada hari-hari Jumat dan Sabtu. Bulan Agustus melanjutkan kegiatan dengan menyusun action plan dan rencana pembelajaran (RPP) sesuai dengan model pembelajaran yang dikembangkan dengan memanfaatkan media dan sumber-sumber belajar untuk mendukung pelaksanaan model-model pembelajaran. Setiap guru dibimbing dan didampingi dalam menyusun rencana pembelajaran hingga menghasilkan RPP yang dikehendaki. (sampel RPP yang dihasilkan oleh para guru dapat dilihat pada lampiran).
3). Kegiatan pengadaan sumber-sumber belajar/media pembelajaran dilakukan pada bulan September 2008 dengan cara setiap guru melakukan:
a). Mengidentifikasi semua sumber belajar/media pembelajaran yang dibutuhkan untuk mempelajari pokok-pokok bahasan di kelasnya masing-masing.
b). Mengidentifikasi sumber-sumber belajar/media pembelajaran yang sudah tersedia di sekolah dan yang masih dapat digunakan.
c). Berdasarkan langkah-langkah identifikasi a) dan b) di atas, dilakukan pencatatan dan pengadaan/produksi sumber-sumber belajar/media yang masih diperlukan.
4). Bulan Oktober melakukan pengelolaan media dan sumber-sumber belajar di sekolah. Setiap pertemuan, semua yang terlibat turut mendiskusikan strategi pengelolaan serta situasi lingkungan yang berpengaruh terhadap keefektifan dan efisiensi sistem pengelolaan media serta sumber-sumber belajar di sekolah.
Semua yang terlibat secara bersama-sama melakukan perbaikan, modifikasi, penambahan atau pengurangan terhadap hal-hal yang dirasa belum efektif untuk meningkatkan kualitas pengelolaan dan pemanfaatan media pembelajaran serta sumber-sumber belajar di tingkat sekolah.
5). Monitoring, evaluasi dan refleksi proses serta hasil kegiatan dilakukan secara bersama-sama. Refleksi atau permenungan kembali terhadap seluruh kegiatan, kemudian menganalisis dan menemukan makna terhadap proses, serta merumuskan kembali pokok-pokok permasalahan yang dapat segera diatasi, serta permasalahan-permasalahan yang masih dijumpai untuk dipecahkan brsama-sama dan segera dicarikan solusinya.
6). Bulan November melakukan sosialisasi hasil kegiatan dan penyusunan laporan akhir kegiatan PPM.
3. Teknik pengumpulan data dan analisis data
Pengumpulan data kegiatan PPM ini menggunakan teknik observasi partisipatif yang dilakukan oleh semua yang terlibat untuk memperoleh data tentang jalannya proses kegiatan, respon peserta, ketepatan tindakan, serta situasi lingkungan yang berpengaruh terhadap upaya peningkatan kualitas pembelajaran. Wawancara terbuka juga dilakukan kepada peserta kegiatan berkenaan dengan suasana hati serta hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan selama PPM berlangsung. Instrumen penilaian yang digunakan sbb:
Tingkat (level) | Kriteria (Deskriptif) | Skor |
Sangat baik | -Sangat memperhatikan dan terlibat dalam seluruh kegiatan. -Yang dikerjakan semuanya sesuai harapan. -Kemampuan menerapkan model/strategi pemecahan masalah melebihi dari yang diharapkan. -Memiliki komitmen yang tinggi. -Sangat sabar, teliti, dan menggunakan strategi lebih dari satu cara dalam mengatasi masalah. -Sangat menghargai semua kegiatan yang diprogram-kan. -Sangat mampu lancar dan akurat dalam menemukan cara memecahkan masalah sesuai kondisi yang ada. -Sangat mampu menjelaskan ide dan menunjukkan cara yang relevan kepada sesama teman guru lain dan patut dicontoh. | 3 |
Memuaskan dengan sedikit kekurangan | - Memperhatikan dan terlibat dalam seluruh kegiatan. -Yang dikerjakan sebagian besar sesuai harapan. -Kemampuan menerapkan model/strategi pemecahan masalah sesuai yang diharapkan. -Memiliki komitmen yang baik. -Sabar dan teliti dalam menggunakan strategi untuk mengatasi masalah. -Menghargai semua kegiatan yang diprogramkan. -Mampu, lancar dan akurat dalam menemukan cara memecahkan masalah dan sesuai kondisi yang ada. -Mampu menjelaskan ide dan menunjukkan cara yang relevan mengatasi masalah kepada sesama teman guru lain dan patut dicontoh. | 2 |
Cukup memuaskan dengan banyak kekurangan | - Ada perhatikan dan terlibat dalam beberapa kegiatan. -Beberapa yang dikerjakan sesuai harapan. -Mampu menerapkan model/strategi pemecahan masalah dengan baik. -Memiliki komitmen cukup. -Cukup sabar dan teliti dalam mengatasi masalah. -Menghargai kegiatan yang diprogramkan. -Mampu dan lancar dalam memecahkan masalah dan sesuai kondisi yang ada. -Mampu menjelaskan ide dan menunjukkan cara yang relevan mengatasi masalah kepada sesama teman guru lain. | 1 |
Tidak memuaskan | -Tidak ada perhatikan dan tidak terlibat dalam kegiatan. -Yang dikerjakan tidak sesuai harapan. -Tidak mampu menerapkan model/strategi pemecah-an masalah dengan baik. -Tidak memiliki komitmen. -Kurang sabar dan tidak teliti dalam mengatasi masalah. -Tidak menghargai kegiatan yang diprogramkan. -Tidak mampu dan kurang lancar dalam memecahkan masalah serta tidak sesuai kondisi yang ada. -Tidak mampu menjelaskan ide dan tidak mampu menunjukkan cara mengatasi masalah kepada sesama teman guru lain. | 0 |
Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif bagi data hasil pengamatan dan wawancara, sedangkan analisis kuantitatif dengan prosentase untuk melihat respon peserta. Respon dikatakan sangat memuaskan jika memiliki persentase 85%-100%, memuaskan 71%-85%, cukup memuaskan 56%-70%, kurang memuaskan <>
4. Hasil Kegiatan PPM
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa semua peserta terlibat secara aktif dalam melaksanakan semua tahapan kegiatan. Hanya ada satu peserta yang tidak aktif, karena harus mengikuti penataran kompetensi guru agama di kota lain. Namun, secara keseluruhan hasil pengamatan menunjukkan bahwa semua peserta terlibat aktif dalam melaksanakan seluruh tahapan kegiatan PPM, sehingga sebagian besar kegiatan sudah dapat menjawab masalah-masalah yang dirumuskan.
Secara rinci, hasil PPM untuk mengatasi masalah-masalah yang telah dirumuskan dapat dilaporkan sebagai berikut:
a. Hasil kegiatan untuk mengatasi masalah pertama dan kedua, yaitu agar kegiatan pembelajaran di sekolah lebih efektif, efisien dan memiliki daya tarik, sehingga pembelajaran mampu menantang, menyenangkan, mendorong peserta didik untuk bereksplorasi, memberi pengalaman sukses, dan mengembangkan kecakapan berpikir kritis, dengan cara melaksanakan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan para guru menggunakan model-model pembelajaran inovatif (model pembelajaran Tematik dan Kooperatif), pemanfaatan media dan sumber-sumber belajar, pengembangan media pembelajaran, serta pengelolaan media/sumber-sumber belajar.
Respon peserta pelatihan menunjukkan;
85 % peserta memperhatikan dan terlibat aktif dalam seluruh kegiatan.
80% yang dikerjakan semuanya sesuai harapan.
75% kemampuan menerapkan model/strategi pemecahan masalah sesuai harapan.
90% memiliki komitmen tinggi.
85% sangat sabar, teliti, dan menggunakan strategi lebih dari satu cara dalam mengatasi masalah.
100% menghargai semua kegiatan yang diprogramkan.
75% lancar dan akurat dalam menemukan cara memecahkan masalah sesuai kondisi yang ada.
80% mampu menjelaskan ide dan menunjukkan cara yang relevan kepada sesama teman guru dan patut dicontoh.
b. Hasil kegiatan untuk mengatasi masalah ketiga yaitu belum dikenal dan belum digunakan model-model pembelajaran inovatif untuk menunjang pembelajaran yang berkualitas, dilakukan dengan cara simulasi dan praktek langsung penerapan model pembelajaran Tematik dan model pembelajaran Kooperatif di depan kelas. Sebelum melaksanakan model-model pembelajaran tersebut para guru menyusun RPP dengan memanfaatkan media dan sumber-sumber belajar untuk mendukung pelaksanaan model-model pembelajaran inovatif. Setiap guru dibimbing dan didampingi dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran hingga menghasilkan RPP yang dikehendaki. (Sampel RPP yang dihasilkan oleh guru dan penerapannya dalam pembelajaran dapat dilihat pada lampiran).
c. Hasil kegiatan untuk mengatasi masalah keempat yaitu ketersediaan dan pengadaan sumber-sumber belajar/media pembelajaran untuk mendukung proses pembelajaran yang berkualitas sangat terbatas, dan belum ada pemikiran untuk mengelolanya secara sistematis, komprehensif, dan sinergis di lingkungan sekolah, dilakukan dengan cara:
1). Mengidentifikasi semua sumber belajar/media pembelajaran yang dibutuhkan untuk mempelajari pokok-pokok bahasan di kelasnya masing-masing.
2). Mengidentifikasi sumber-sumber belajar/media pembelajaran yang sudah tersedia di sekolah dan yang masih dapat digunakan.
3). Berdasarkan langkah-langkah identifikasi a) dan b) di atas, dilakukan pencatatan dan pengadaan/produksi sumber-sumber belajar/media yang masih diperlukan.
Hasil identifikasi di atas menjadi bahan pertimbangan bagi setiap guru untuk mengembangkan minimal satu macam media pembelajaran yang dianggap paling penting digunakan di kelasnya. Untuk mengembangkan media, setiap guru dibantu pendanaannya oleh Tim PPM (Media-media pembelajaran yang dapat dikembangkan oleh guru dapat dilihat dalam lampiran).
d. Hasil kegiatan untuk mengelola sumber-sumber belajar/media pembelajaran secara komprehensif dan sinergis agar pembelajaran lebih efektif, efisien, dan memiliki daya tarik, difokuskan kepada; a) fungsi pengembangan sistem pembelajaran, b) fungsi pelayanan, c) fungsi produksi, dan d) fungsi administrasi (pendataan dan pencatatan) dapat dilaporkan sbb:
1). Menentukan tempat/ruang yang difungsikan sebagai tempat Layanan Sumber Belajar (LSB), yaitu bekas ruangan guru yang dikembangkan menjadi perpustakaan dan sekarang merangkap sebagai ruangan pusat Layanan Sumber Belajar.
2). Di tempat inilah para guru dan siswa dapat menyimpan dan menggunakan kembali berbagai media/sumber-sumber belajar untuk kepentingan pembelajaran.
3). Guru dan siswa dapat melakukan produksi media/sumber-sumber belajar sederhana yang bahannya berasal dari lingkungan sekitar.
4). Untuk pengelolaannya, sementara ini masih ditangani secara bersama-sama oleh guru karena belum ada pengangkatan tenaga tetap yang bertugas di LSB.
B. Pembahasan Hasil Pelaksanaan Kegiatan PPM
1. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sebagian besar peserta kegiatan terlibat secara aktif dalam melaksanakan semua tahapan kegiatan, sehingga masalah-masalah yang telah dirumuskan dapat teratasi dengan baik. Terciptanya kondisi demikian karena adanya faktor-faktor pendukung seperti; dukungan dana dari UNY, kekompakan bekerja sama di antara anggota tim PPM, adanya persiapan yang jelas, serta diadakan monitoring bersama hingga selesainya kegiatan ini. Tanggapan positif dari pihak Yayasan Kanisius yang membawahi sekolah tempat kegiatan ini berlangsung juga sangat mendukung terselesainya kegiatan ini tepat waktu. Bahkan pihak Yayasan menyertakan 15 orang guru yang mewakili SD-SD lain untuk mengikuti kegiatan pelatihan. Pihak Yayasan juga bersedia menyajikan materi tentang visi dan misi pendidikan khususnya keSDan di lingkungan Kanisius. Dengan demikian faktor pendukung dari pihak Yayasan sangat bermanfaat untuk memotivasi peserta serta keberlanjutan program ini setelah kegiatan PPM selesai.
2. Dengan diikutsertakan para pengurus dan anggota Komite Sekolah dalam kegiatan PPM ini, mampu mendorong apa yang diprogramkan diselesaikan sesuai harapan. Komite Sekolah turut mengupayakan keberlanjutan program serta memfasilitasi kebutuhan guru dan sekolah dalam mempertahankan bahkan meningkatkan program kegiatan PPM yang sudah dikembangkan. Hal ini terbukti adanya kesepakatan antara Sekolah dan tim PPM yang diprakarsai oleh Komite Sekolah untuk mengadakan kegiatan-kegiatan lain di luar kegiatan PPM, seperti pelatihan komputer, dll.
3. Adanya komitmen yang tinggi, kemampuan menerapkan model/strategi pemecahan masalah sesuai harapan, sangat sabar, teliti, dan menggunakan strategi lebih dari satu cara dalam mengatasi masalah. Ini semua dapat terjadi karena dalam kegiatan ini digunakan pendekatan kolaboratif-partisipatif dialogis, yaitu dengan melibatkan secara langsung semua pihak yang terlibat dan/atau berkepentingan dalam seluruh rangkaian kegiatan, mengintegrasikan seluruh komponen untuk bekerja bersama secara sistemik dan sinergis dalam rangka mencapai tujuan. Kebersamaan dan tanggung jawab bersama dalam melaksanakan kegiatan menimbulkan sikap untuk menghargai semua kegiatan yang diprogramkan, lancar dan akurat dalam menemukan cara-cara memecahkan masalah sesuai kondisi yang ada, mampu menjelaskan ide dan menunjukkan cara-cara yang relevan kepada sesama rekan guru, sehingga kegiatan yang diprogramkan dapat berjalan dengan lancar.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kegiatan PPM untuk mengatasi masalah-masalah yang telah dirumuskan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Agar kegiatan pembelajaran di sekolah lebih efektif, efisien dan memiliki daya tarik, sehingga pembelajaran mampu menantang, menyenangkan, mendorong peserta didik untuk bereksplorasi, memberi pengalaman sukses, dan mengembangkan kecakapan berpikir kritis, dilakukan pelatihan dan simulasi guru-guru menggunakan model pembelajaran Tematik dan Kooperatif, memanfaatkan media dan sumber-sumber belajar, pengembangan/produksi serta pengelolaan media/sumber-sumber belajar.
2. Respon peserta menunjukkan;
85 % memperhatikan dan terlibat aktif dalam seluruh kegiatan.
80% yang dikerjakan semuanya sesuai harapan.
75% kemampuan menerapkan model/strategi pemecahan masalah sesuai harapan.
90% memiliki komitmen tinggi.
85% sangat sabar, teliti, dan menggunakan model/strategi lebih dari satu cara dalam mengatasi masalah.
100% menghargai semua kegiatan yang diprogramkan.
75% lancar dan akurat dalam menemukan cara memecahkan masalah sesuai kondisi yang ada.
80% mampu menjelaskan ide dan menunjukkan cara yang relevan kepada sesama rekan guru dan patut dicontoh.
3. Sebelum melaksanakan model-model pembelajaran inovatif dalam konteks nyata, para guru menyusun RPP dengan memanfaatkan media dan sumber-sumber belajar untuk mendukung pelaksanaan model-model pembelajaran yang dikembangkan.
4. Untuk mengadakan/produksi media-media pembelajaran guna mendukung proses pembelajaran yang inovatif, dengan cara:
a. Mengidentifikasi semua sumber belajar/media pembelajaran yang dibutuhkan untuk mempelajari pokok-pokok bahasan di kelasnya masing-masing.
b. Mengidentifikasi sumber-sumber belajar/media pembelajaran yang sudah tersedia di sekolah dan yang masih dapat digunakan.
c. Berdasarkan langkah-langkah identifikasi a) dan b) di atas, dilakukan pencatatan dan produksi sumber-sumber belajar/media yang diperlukan.
5. Pengelolaan sumber-sumber belajar/media pembelajaran secara komprehensif dan sinergis yang difokuskan kepada; a) fungsi pengembangan sistem pembelajaran, b) fungsi pelayanan, c) fungsi produksi, dan d) fungsi administrasi (pendataan dan pencatatan) dapat dilaporkan sbb:
1). Menentukan tempat/ruang yang difungsikan sebagai tempat Layanan Sumber Belajar (LSB).
2). Di tempat inilah para guru dan siswa dapat menyimpan dan menggunakan kembali berbagai media/sumber-sumber belajar untuk kepentingan pembelajaran.
3). Guru dan siswa dapat melakukan produksi media/sumber-sumber belajar sederhana yang bahannya berasal dari lingkungan sekitar.
4). Untuk pengelolaannya, sementara ini masih ditangani secara bersama-sama oleh para guru sambil menunggu pengangkatan tenaga tetap yang bertugas di LSB.
B. Saran
1. Upaya memvalidasi model-model pembelajaran dengan cara menguji kesesuaiannya dengan fakta empirik praktek pembelajaran di kelas, merupakan kegiatan yang tidak saja penting, tetapi amat diperlukan. Landasan konseptual model-model pembelajaran inovatif serta dukungan fakta empirik, memberikan tambahan kemantapan terhadap kemampuan model tersebut dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran. Untuk itu disarankan, agar dilakukan kegiatan-kegiatan serupa guna menguji kemampuan model-model pembelajaran lainnya sesuai dengan kondisi nyata.
2. Replikasi kegiatan serupa sebaiknya menjangkau sekolah-sekolah lain seperti SMP, SMA atau SMK, tidak hanya di SD. Termasuk sekolah-sekolah dengan latar belakang yang lebih spesifik. Bila upaya ini dijalankan, maka bukti lain akan dapat ditemukan. Perbedaan kondisi sekolah dan karakteristik peserta didik mungkin akan memberikan pengaruh yang cukup berarti dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran.
3. Kegiatan ini dilakukan dengan pendekatan kolaboratif-partisipatif dialogis, sedangkan strategi yang digunakan adalah pelatihan, simulasi, pengadaan dan pengembangan. Kegiatan dengan menggunakan pendekatan lain atau kombinasi mungkin sangat baik dilakukan untuk memperoleh bukti yang lebih akurat tentang penggunaan model-model pembelajaran dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Asri Budiningsih, C. 1994. Intensitas penggunaan media IPA di beberapa SD wilayah kota Yogyakarta (Tesis S2 tidak dipublikasikan). Malang: PPs IKIP Malang.
___________., dkk. 1996. Pengembangan media kotak unit pelajaran IPA bagi siswa-siswa SD. (Program Vucer). Jakarta: DPPM Dirjen Dikti
___________. 1997. Pengembangan pusat sumber belajar: kasus UPSB IKIP Yogyakarta. Yogyakarta: FIP-UNY
___________. 2005. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta
___________.2004.Karakteristik siswa:sebagai pijakan pembelajaran. Yogyakarta: FIP UNY
___________. 2004. Desain pesan pembelajaran. Yogyakarta: FIP UNY
___________. 2005. Pengembangan model pembelajaran berbasis masalah-masalah komponen masukan instrumental untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Jakarta: Dikti Program SP4
Brooks, J.G., & Brooks, M., (1993). The case for constructivist classrooms. association for supervision and curriculum development. Alexandria, Virginia.
Christison, M.1975. Instruments for the evaluation of instructional materials centers. Dalam Planning and operating media centers. Washington DC: AECT
Gillespie, J.T. & Spirt, D.L., 1993. Administering the school library media center. New York: R.R.Bowker Company
Kartini. 2006. Ketersediaan serta pemanfaatan alat dan sarana belajar matematika di SD daerah Yogyakarta. (tesis tidak dipublikasikan). Yogyakarta: FIP-UNY
Kirkland. 1977. Management of resource centres: justification and role. Jordanhill College of Education.
Light,G. & Cox, R. 2001. Learning and teaching in higher education. London: Paul Chapman Publishing.
Marzano, R. J. 1992. A different kind of classroom, teaching with dimension of learning. Alexandria: ASCD
Mcmahan, M. 1975. A model for designing media centers. Dalam Planning and operating media centers. Washington DC: AECT
Merrill, I.R. & Drob, H.A. 1997. Criteria for planning the college and university learning resources center. Washington DC: AECT
Rowntree, D., 1990. Teaching through self-instruction: how to develop open learning materials. New York: Nichols Publishing.
Seels, B.B. & Richey, R.C. 1994. Instructional technology: the definition and domains of the field. Washington DC.:AECT
Tim PKP, 2005. Peningkatan kualitas pembelajaran. Jakarta: Ditjen Dikti P2TK & KPT
LAMPIRAN-LAMPIRAN
- Surat Perjanjian Pelaksanaan Kegiatan Program Pengabdian Kepada Masyarakat Berbasis Penelitian (Inovatif) Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2008, Nomor Kontrak: 80/Kontrak/H.34/PNBP2008, tanggal 20 Juni 2008.
- Berita Acara Seminar Akhir PPM, FRM/LPM/309-31 Juli 2008.
- Daftar Hadir Seminar Awal PPM Program Unggulan/Inovatif/Internal Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Tahun 2008. Hari/tanggal: Kamis 10 Juli 2008
- Daftar Hadir Seminar Hasil Pelaksanaan PPM Program Unggulan/Inovatif/ Internal Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Tahun 2008. Hari/tanggal: Rabu 22 Oktober 2008
- Daftar Hadir Peserta Pelatihan tentang ”Peningkatan Kemampuan Guru SD dalam Menggunakan Model-model Pembelajaran Inovatif dan Memanfaatan media/ sumber-sumber belajar”. Hari/tanggal: Senin-selasa, 23-24 Juni 2008
- Dokumentasi (photo-photo) Peserta Pelatihan ”Peningkatan Kemampuan Guru SD dalam Menggunakan Model-model Pembelajaran Inovatif dan Memanfaatkan media/sumber-sumber belajar. Hari/tanggal: Senin-selasa, 23-24 Juni 2008
- Dokumentasi (photo-photo) Peserta Pelatihan Simulasi Menggunakan Model-model Pembelajaran Inovatif dan Memanfaatkan media/sumber-sumber belajar.
- Dokumentasi (photo-photo) Media-media pembelajaran yang dihasilkan Peserta Pelatihan Pemanfaatan media/sumber-sumber belajar.
- Dokumentasi (photo-photo) Ruang Pengelolaan Media-media pembelajaran di sekolah.
- Sampel RPP yang disusun oleh guru
Lampiran 6
Dokumentasi (photo-photo) Peserta Pelatihan ”Peningkatan Kemampuan Guru SD dalam Menggunakan Model-model Pembelajaran Inovatif dan Memanfaatkan media/sumber-sumber belajar. Hari/tanggal: Senin-selasa, 23-24 Juni 2008
Lampiran 7
Dokumentasi (photo-photo) Peserta Pelatihan Simulasi Menggunakan Model-model Pembelajaran Inovatif dan Memanfaatkan media/sumber-sumber belajar.
Lampiran 8
Dokumentasi (photo-photo) Media-media pembelajaran yang dihasilkan Peserta Pelatihan Pemanfaatan media/sumber-sumber belajar.
Lampiran 9
Dokumentasi (photo-photo) Ruang Pengelolaan Media-media pembelajaran di sekolah.
Laporan Kegiatan PPM
PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU SD DALAM MENGGUNAKAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF DAN MEMANFAATKAN MEDIA/SUMBER-UMBER BELAJAR
Oleh:
C. Asri Budiningsih.
Ch. Ismaniati
L. Andriani P.
Dibiayai oleh:
Dana DIPA Universitas Negeri Yogyakarta (Program Pendidikan Tinggi yang didanai dari PNBP) Nomor Kontrak: 80/Kontrak/H.34/PNBP/2008 Tanggal: 20 Juni 2008
LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
TAHUN 2008
Lembar Pengesahan
Hasil Evaluasi Laporan Akhir Pengabdian Kepada Masyarakat
Tahun Anggaran 2008
A. Judul PPM | PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU SD DALAM MENGGUNAKAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF DAN MEMANFAATKAN MEDIA/SUMBER-SUMBER BELAJAR
|
B. Ketua Tim Pelaksana
C. Anggota Pelaksana
| Dr. C. Asri Budiningsih, M.Pd
1. Dr. Ch. Ismaniati 2. L. Andriyani P., M.Hum
|
D Hasil Evaluasi
| 1. Pelaksanaan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat telah/belum*) sesuai dengan rancangan yang tercantum dalam proposal LPM. 2. Sistematika laporan telah/belum*) sesuai dengan keten-tuan yang trcantum dalam buku pedoman PPM Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Hal-hal lain telah/belum*) memenuhi persyaratan. Jika belum memenuhi persyaratan dalam hal............................
|
E. Kesimpulan | ............................................................................................ Laporan dapat diterima/belum diterima*) |
Yogyakarta, 27-10-2008
Mengetahui/Menyetujui
Ketua LPM UNY,, Koordinator Bidang P3HP,
(Prof. Dr. Burhan Nurgiyantoro) (Darmono, MT)
NIP: 130799889 NIP: 131930132
JUSTIFIKASI PENGGUNAAN ANGGARAN
Anggaran PPM diajukan untuk kelancaran berlangsungnya proses kegiatan, meliputi: honorarium pelaksana, transport pelaksanaan kegiatan, fasilitas, alat dan bahan habis pakai, dokumentasi, penggandaan makalah dan sertifikat, konsumsi selama kegiatan, serta penyusunan laporan dan penggandaanya.
1). Honorarium pelaksana
Tim PPM | Jumlah orang | Jumlah minggu, bulan, jam | Total Rp | ||
|
| Minggu/ bulan | Bulan kerja | Jam/ minggu |
|
Ketua | 1 | 4x | 6x | 10x | 850.000 |
Anggota I | 1 | 4x | 6x | 8x | 700.000 |
Anggota II | 1 | 4x | 6x | 8x | 700.000 |
Jumlah |
|
|
|
| 2.250.000 |
2). Peralatan
No | Nama alat | Spesif./Vol. | Satuan biaya | Jml. Biaya |
1 | Sewa meja-kursi | 50 unit/2 hr | 2.000 | 200.000 |
2 | Sewa Camera | 2 unit | 100.000 | 200.000 |
3 | Sewa sound sistem, dll | 2 spesf | 100.000 | 300.000 |
4 | Tenaga pembersih | 2 orang/2 hr | 25.000 | 100.000 |
| Jumlah |
|
| 8 00.000 |
3). Bahan
No | Nama Bahan | Volume | Biaya Satuan | Total Biaya |
1 | Kertas HVS | 1 rim | 25.000 | 25.000 |
3 | Alat tulis (bolpoin, pensil, penggaris, penghapus, dll) | 50 buah | 10.000 | 500.000 |
6 | Stopmap | 50 lbr | 1000 | 50.000 |
7 | Penggandaan makalah | 50 ex | 10.000 | 500.000 |
9 | Tinta printer warna | 1 unit | 425.000 | 425.000 |
11 | CD | 10 buah | 3.000 | 30.000 |
13 | Bahan pembuat media: -papan kayu/tripleks, plastik | P:3m, l:25 Cm, t: 3 cm x 20 | 120.000 | 1.000.000 |
15 | Bahan-bahan pertukangan: (paku, pines, lem kayu, dsb) |
|
| 470.000 |
| Jumlah |
|
| 3.000.000 |
4). Perjalanan
No | Kota/tempat tujuan | Jmlah personel/ frekuensi | Biaya satuan | Biaya |
1 | Pelatihan 2 hari | 25 orang x 2
| 30.000 | 1.500.000 |
3 | Konsumsi selama kegiatan | 25 orang x 2
| 15.000 | 750.000 |
2 | Seminar awal/akhir | 4 orang mitra | 50.000 | 200.000 |
| Jumlah |
|
| 2.450.000 |
5). Laporan/publikasi
No | Nama alat | Spesif./Vol. | Satuan biaya | Jml. Biaya |
1 | Laporan/publikasi |
|
| 500.000 |
| Jumlah |
|
| 500.000 |
6). Lain-lain
No | Nama alat | Spesif./Vol. | Satuan biaya | Jml. Biaya |
1 | Lain-lain |
|
| 1.000.000 |
| Jumlah |
|
| 1.000.000 |
7). Total biaya Kegiatan PPM
No | Uraian | Jumlah |
1 | Honorarium pelaksana | 2.250.000 |
2 | Peralatan | 800.000 |
3 | Bahan | 3.000.000 |
4 | Perjalanan | 2.450.000 |
5 | Laporan/publikasi | 500.000 |
6 | Lain-lain | 1.000.000 |
| Jumlah | 10.000.000 |
Jumlah (Rp) | Rp 10.000.000 |
Terbilang | Sepuluh juta rupiah |
0 Komentar