Terbaru

6/recent/ticker-posts

PTK INGGRIS SMP: PEMBELAJARAN TEXT PROSEDURE MELALUI LEARNING BY DOING DI KELAS IX D SMP NEGERI 3 NGUTER SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2010/2011

PEMBELAJARAN TEXT PROSEDURE MELALUI LEARNING BY DOING DI KELAS IX D SMP NEGERI 3 NGUTER SEMESTER II  TAHUN PELAJARAN 2010/2011
    Oleh            
MULYANI
ABSTRAK
Tujuan Penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris dengan pembelajaran Text Prosedure melalui Learning by Doing pada siswa Kelas IX D SMP N 3 Nguter, Kecamatan Nguter, Kabupateng Sukoharjo. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas melalui tindakan tiga siklus. Tiap siklus terdiri atas empat tahapan, yakni.perencanaan, pelaksanaan/tindakan, observasi dan refleksi.
Dari hasil pembahasan tiap siklus, dari tahap pra siklus sampai siklus III menunjukkan peningkatan kemampuan siswa dalam pemahaman bahasa Inggris dengan pembelajaran Text Prosedure Learning by Doing. Pada    Siklus I menunjukkan hasil yang cukup setelah dilaksanakan proses pembelajaran text posedure melalui learning by doing diandingkan dengan kondisi pada Pra Siklus. Akan tetapi masih banyak siswa yang memerlukan adaptasi dengan adanya pembelajaran baru. Tingkat keberhasilan pelatihan pada pelaksanaan siklus I sekitar 73%. Oleh karena itu untuk meningkatkan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus satu, maka dilakukan pada siklus II.
Tingkat keberhasilan pada siklus Siklus II  sudah ada peningkatan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus pertama. Tingkat keberhasilan siswa dalam pemahaman meteri yang dilakukan dengan mempraktekkannya secara langsung mencapai 76 %. Siswa menunjukkan minatnya untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Namun tingkat keberhasilan ini masih harus ditingkatkan pada siklus III.
Pada siklus III terlihat adanya perkembangan yang positif. Hampir semua siswa dapat melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru. Keaktifan siswa untuk mengikuti pembelajaran Bahasa Inggris sudah mulai nampak ketiga ini adalah 80 %.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa upaya pemahaman/penguasaan bahasa Inggris dengan pembelajaran Text Prosedur  melalui Learning by Doing  adalah sangat efektif.
Kata Kunci:Pembelajaran Text Prosedure, Learning by Doing
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Saat ini, arah pembinaan bahasa Inggris di sekolah dituangkan dalam tujuan pengajaran bahasa Inggris yang secara eksplisit dinyatakan dalam kurikulum. Secara garis besar, tujuan utama pengajaran bahasa Inggris adalah agar anak-anak dapat berbahasa Inggris dengan baik. Itu berarti agar anak mampu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dengan baik menggunakan media bahasa Inggris (Samsuri, 1987; Sadtono, 1988).
Melalui harapan di atas, pengajaran Bahasa Inggris dikelola agar anak-anak memiliki keterampilan-keterampilan praktis berbahasa Inggris, seperti (1) menulis laporan ilmiah atau laporan perjalanan, (2) membuat surat lamaran pekerjaan, (3) berbicara di depan umum atau berdiskusi, (4) berpikir kritis dan kreatif dalam membaca, atau (5) membuat karangan-karangan bebas untuk majalah, koran, surat-surat pembaca, brosur-brosur, dan sebagainya. Apapun bahan atau aturan-aturan bahasa yang diberikan kepada anak-anak, dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan praktis semacam itu.
Metode pembelajaran sekarang sangat dianjurkan melalui pembelajaran aktif. Dengan belajar aktif, siswa diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga fisik. Dengan cara ini biasanya peserta didik akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan ( Hisyam Zaini, 2007: 2).
Selama ini metode yang ingin digunakan supaya dapat meningkatkan mutu siswa adalah dengan menggunakan metode learning by doing. Hal ini dilakukan supaya dalam melaksanakan proses belajar mengajar siswa semakin paham dan selalu diingat.
Rumusan Masalah
Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran text prosedure melalui learning by doing di pada siswa kelas IX D di SMP Negeri 3 Nguter?
Faktor-faktor pendukung keberhasilan pembelajaran text prosedure melalui learning by doing pada siswa kelas IX D di SMP Negeri 3 Nguter?
Kendala-kendala apakah yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran text prosedure melalui learning by doing pada siswa kelas IX D di SMP Negeri 3 Nguter?
Usaha-usaha apakah yang dilakukan oleh guru dalam mengatasi kendala dalam pembelajaran text prosedure melalui learning by doing pada siswa kelas IX D di SMP Negeri 3 Nguter?
Tujuan Penelitian
Meningkatkan pelaksanaan pembelajaran text prosedure melalui learning by doing pada siswa kelas IX D di SMP Negeri 3 Nguter
Meningkatkan faktor-faktor pendukung keberhasilan pembelajaran text prosedure melalui learning by doing di pada siswa kelas IX D di SMP Negeri 3 Nguter
Mengatasi kendala-kendala apakah yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran text prosedure melalui learning by doing pada siswa kelas IX D di SMP Negeri 3 Nguter
   
Manfaat Penelitian
1.    Manfaat Teoritis
a)    Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah bahwa hasil penelitian diharapkan dapat menambah bahan kajian, khususnya dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran text posedure melalui learning by doing di pada siswa kelas IX D di SMP Negeri 3 Nguter
b)    Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat dalam menerapkan teori dan mendapatkan gambaran dan pengalaman praktis dalam penelitian mengenai efektivitas pembelajaran text posedure melalui learning by doing di pada siswa kelas IX D di SMP Negeri 3 Nguter
2.    Manfaat Praktis
a)    Manfaat praktis dari penelitian ini adalah bahwa penelitian ini dapat digunakan sebagai model dalam mengimplementasikan efektivitas pembelajaran text posedure melalui learning by doing di pada siswa kelas VII D di SMP Negeri 3 Nguter
    KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
Kajian Teoritis 
1.    Learning By Doing
Model pembelajaran learning by doing belum banyak diterapkan dalam pendidikan. Kebanyakan pengajar enggan menerapkan sistem kerjasama di dalam kelas karena beberapa alasan. Alasan yang utama adalah kekhawatiran bahwa akan terjadi kekacauan di kelas dan siswa tidak belajar jika mereka ditempatkan dalam grup. Selain itu, banyak orang mempunyai kesan negatif mengenali kegiatan kerjasama atau belajar dalam kelompok. Banyak siswa juga tidak senang disuruh bekerja sama dengan yang lain. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam grup mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu grup dengan siswa yang lebih pandai. Siswa yang tekun juga mrasa temannya yang kurang mampu hanya menumpang saja pada hasil jerih payah mereka.
Pembelajaran learning by doing tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran learning by doing yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model learning by doing dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif.
Tech Prep didukung oleh para pendidik yang sangat tertarik akan akademik terapan, yang juga dikenal sebagai “belajar dengan melakukan (learning by doing)”. Mungkin lebih dari publikasi yang lain, Learning a living: A Blueprint for High Performance, sebuah laporan dari Komisi SCANS, telah menyalakan minat terhadap akademik terapan. Pesan dari SCANS  mengimbau untuk mengaitkan mata pelajaran akademik dengan dunia nyata. “Pengajaran seharusnya diberikan dalam konteks. ‘Belajar agar tahu’ tidak boleh dilepaskan dari ‘belajar agar bisa melakukan’”
Desakan SCANS agar dunia pendidikan menggunakan CTL (Contextual Teaching and Learning) yang selalu digaungkan bersama, mulai diterima oleh mereka yang mengajarkan materi akademik. Secara naluriah, para pendidik tahu bahwa adalah wajar mengajarkan pelajaran-pelajaran abstrak seperti matematika dan kimia dengan memberi tugas-rugas praktis dan yang ada di alam nyata. Para siswa yang mengikuti program, misalnya otomotif dan teknik mesin, selalu bisa menguasai ketrampilan-ketrampilan teknis melalui pembelajaran praktik langsung.
Penjadwalan mulai diatur untuk memberikan para siswa waktu “learning by doing” dan menerapkan pelajaran-pelajaran ke dalam kehidupan sehari-hari. Kelas-kelas interdispliner dan terpadu membantu siswa untuk menghubungkan pelajaran yang sepertinya terpisah. Dibandingkan dengan masa lalu, sekarang pelaku bisnis, industri dan organisasi nirlaba lebih sering memulai bekerjasama dengan sekolah.
Penelitian Yang Relevan
Pada 1990-an, Commision on the Skill of the American Workforce mendesak pencapaian keunggulan yang dituangkan dalam America’s Choice: High Skills or Low Wage (Pilihan Amerika: Ketrampilan Tinggi atau Gaji Rendah). Antara 1991 dan 1993, Secretary of Labor’s Commission on Achieving Necessary Skills (SCANS) mengeluarkan Empat laporan yan berpengaruh, salah satunya adalah Learning a Living: A Blueprint for High Performance. Laporan ini menganjurkan diselenggarakannya reformasi yang langsung disambut oleh para pendidik.
Gerakan Tech Prep ini dengan cepat Memperoleh dukungan. Antara 1990 dan 1992 saja; 11 latihan kerja Tech Prep diadakan di seluruh Amerika. Disponsori bersama oleh Center for Occupational Research and Development (CORD), American Association of Community and junior Colleges, dan national Association of State Directors of Vocational Technical Education Consotium, latihan-latihan kerja ini mengutamakan pesan yang ditekankan dalam laporan-laporan SCANS: menggabungkan pengetahuan dan ketrampilan; mempelajari konsep-konsep abstrak dengan melakukan kegiatan praktis; menghubungkan tugas sekolah dengan dunia nyata (Hull, 1993).
Kerangka Berfikir
Pada bagian ini diuraikan landasan substantif dalam arti teoritik dan/ atau metodologik yang dipergunakan peneliti dalam menentukan alternatif, yang akan diimplementasikan. Untuk keperluan itu, dalam bagian ini diuraikan  kajian baik pengalaman peneliti pelaku PTK sendiri yang relevan maupun pelaku-pelaku PTK lain disamping terhadap teori-teori yang lazim termuat dalam berbagai kepustakaan. Argumentasi logis dan teoretik diperlukan guna menyusun kerangka konseptual.






Gambar 2.1. Alur Penelitian Tindakan Kelas

Hipotesis Tindakan
Sebelum melakukan penelitian tindakan kelas ini, peneliti terlebih dahulu memberikan dugaan-dugaan mengenai hasil penelitian yang akan diperoleh, antara lain adalah diduga kurangnya koordinasi dan dukungan dari pihak sekolah untuk melakukan pembelajaran melalui learning by doing. Setelah dilakukannya penelitian akan memberikan dugaan yaitu diduga anak akan menjadi lebih kreatif, guru juga akan mengembangkan kreativitasnya untuk membuat variasi dalam metode pembelajaran, pihak sekolah akan menerima sistem pembelajaran melalui learning by doing.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Setting penelitian merupakan tempat dimana penelitian tersebut dilaksanakan. Adapun tempat penelitian ini adalah di SMP Negeri 3 Nguter khususnya kelas IX D Semester II Tahun Pelajaran 2010/2011
Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini, Peneli menggunakan Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari dua siklus, dan pada setiap siklusnya terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.

Subyek dan Obyek Penelitian.
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IX D SMP Negeri 3 Nguter, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo yang berjumlah 40 siswa. Obyek Penelitian ini adalah pembelajaran text prosedur melalui learning by doing. 
D.Jenis Data
Data yang digunakan sebagai bahan dasar analisis dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu :
1.    Data Primer
Data primer dalam penelitian ini merupakan hasil pengamatan terhadap pembelajaran text posedure melalui learning by doing pada siswa kelas IX D di SMP Negeri 3 Nguter. Berdasarkan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa, a) peningkatan pembelajaran text posedure melalui learning by doing pada siswa kelas IX D di SMP Negeri 3 Nguter, b) jawaban lisan maupun tertulis yang diperoleh dari informan maupun responden,  maka responden dalam penelitian dianggap sebagai key informan. Sedang yang dijadikan key informan adalah kepala sekolah, guru. 
2.    Data Sekunder
Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini berupa data yang diperoleh dari jawaban atas kuesioner dan dokumen sekolah yang meliputi peningkatan program pembelajaran text posedure melalui learning by doing pada siswa kelas IX D di SMP Negeri 3 Nguter, guru, guna melaksanakan proses belajar mengajar pada siswa kelas IX D di SMP Negeri 3 Nguter.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menggunakan dua cara, yaitu tes dan non tes. Teknik tes digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam penguasaan bahasa Inggris. Teknik non tes digunakan untuk mengetahui tanggapan atau respon siswa terhadap pembelajaran text prosedure melalui Learning by Doing.
Analisis Data
Data penelitian ini dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif.Analisis secara kuantitatif dihitung dengan cara: (a) merekap nilai yang diperoleh siswa, (b) menghitung nilai kumulatif, (c) menghitung nilai rata-rata, dan (d) mengitung prosentase.
Teknik Kualitatif digunakan untuk menganalisis data kualitatif yang diperoleh dari hasil nontes. Hasil analisis digunakan untuk mengetahui siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami/menguasai bahasa Inggris dengan pembelajaran Text prosedur melalui Learning by doing.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.    Deskripsi Kondisi Awal
Kondisi awal hasil prestasi belajar di SMP Negeri 3 Nguter khususnya mata pelajaran bahasa Inggris tidak memenuhi standar yang diinginkan atau dengan kata lain prestasi belajar siswa masih kurang. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini difokuskan pada implementasi upaya peningkatan pembelajaran mata pelajaran bahasa Inggris  kelas IX D.
B.    Deskripsi Pra Siklus
Setelah para guru melakukan uji tertulis (ulangan) untuk mata pelajaran Bahasa Inggris pada siswa kelas IX D diperoleh hasil nilai akhir seperti di bawah ini :
Tabel 4.1. Daftar Nilai Bahasa Inggris Kelas IX D

No.    NIS    Nama Siswa    Nilai      
1.    6531    ADI RIZALDI    65      
2.    6532    ADITYA DWI APRILIZA    56      
3.    6533    AHMAD ALI BAIDOWI    68      
4.    6534    AHMAD NUR ARIFIN    68      
5.    6535    AHMAD SYAIFUL ANRI    77      
6.    6536    ALI KAMDAN    58      
7.    6537    ANDI SUJATMIKO    55      
8.    6538    ARIS TRI PRASETIYO    60      
9.    6539    AZIZ NUR WIDYA    65      
10.    6540    BAGUS ARISETYO BUDI    75      
11.    6541    BAGUS DWI REGNO GUNAWAN    85      
12.    6542    BAYU DWI WIBOWO    78      
13.    6543    CIPTA SETIAWAN    90      
14.    6544    DESTYAN VIQUE TIMUR PUSPITO    69      
15.    6545    DHIMAS YOGA PRATAMA UTARA    57      
16.    6546    DIAN FATIKHAN ARGIYANI    71      
17.    6547    EDY KURNIAWAN    75      
18.    6548    EGA DEWI MAYASARI SRI REJEKI    66      
19.    6549    ELLA DWI NURMAYANTI    88      
20.    6550    FARA DINA RAMADHANI    87      
21.    6551    GERY SEPTIAN SUMANTRI    69      
22.    6552    IKA HANIF PRASETYO    73      
23.    6553    IRMA DANI SIREGAR    70      
24.    6554    LULUK UL KHOIRIYAH    75      
25.    6555    MEGAWATI    76      
26.    6556    MUHAMMAD ARIEF HASAN    68      
27.    6557    MUHAMMAD ARIEF HUSEIN    66      
28.    6558    NIIN KURSIATI    67      
29.    6559    NUR MILLATI AZKA    65      
30.    6560    NUR’AINI ALFI ULYATIN    58      
31.    6561    OLYVIA CINDYAN KHRISNANTI    57      
32.    6562    PRACHILIA KUKUH CAHYANI    59      
33.    6563    R.R SONYA ADE YONANDA    65      
34.    6564    RAGIL WAHYU WIDODO    77      
35.    6565    REZA AYU WARDANI    80      
36.    6566    RUDI WIBOWO    75      
37.    6567    SITI ANGGREANI    77      
38.    6568    SRI LESTARI    80      
39.    6569    VINA TRIANA DEWI    69      
40.    6570    YENNY SRI LESTARI    70   

Tabel  4.2. Hasil Tes Pra Siklus

No.    Kategori    Interval    X    F    f(x)    %    Ket      
1.
2.
3.
4.    Amat baik
Baik
Cukup
Kurang     90-100
75-89
60-74
£59    95
82
67
45    1
14
18
7    95
1148
1206
315    3.43
41.53
43.63
11.39    2764/40
69.1
      
Jumlah     40    2764    100    (Cukup)    
     Keterangan :
X     : nilai tengah interval
f         : frekuensi (jumlah anak didik)
    f (x)    : nilai tengah X frekuansi
Keterangan tabel menggambarkan rata-rata siswa kelas IX  di SMP Negeri 3 Nguter mempunyai nilai yang cukup untuk mata pelajaran Bahasa Inggris. Oleh karena itu, untuk meningkatkan prestasi siswa dibutuhkan suatu pemodelan pembelajaran baru.
    
C.    Deskripsi Siklus I
Strategi pembelajaran yang dipakai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah strategi pembelajaran text posedure melalui learning by doing. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 3 Nguter khususnya kelas IX D untuk mata pelajaran Bahasa Inggris. Pada siklus 1 berisi tentang perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, hasil pengamatan, dan refleksi.
Tindakan Perencanaan
Langkah-langkah yang disusun untuk pembelajaran ini sesuai dengan penerapan strategi pembelajaran prosedure teks melalui learning by doing antara lain menyusun cara penyampaian yang sesuai dengan strategi pembelajaran prosedure teks melalui learning by doing, menyiapkan tema pembelajaran, dan terakhir adalah menyiapkan lembar evaluasi. Dengan adanya perencanaan tindakan, maka diharapkan akan memberikan hasil yang meningkat.
Pelaksanaan Tindakan
Setelah perencanaan tindakan disusun, langkah selanjutnya adalah melaksanakan rencana tersebut. Para siswa dibagi dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah siswa. Masing-masing satu kelompok beranggotakan lima siswa. Siswa dituntut untuk kerjasama dan aktif dalam proses belajar mengajar secara berkelompok. Materi yang sudah dipersiapkan oleh guru disampaikan di depan kelas dan siswa mencatat materi tersebut di buku masing-masing siswa untuk kemudian didiskusikan. Selanjutnya siswa diberi tugas untuk mempraktekan langsung materi yang disampaikan dan didikusikan oleh siswa.
Observasi
Menurut hasil pengamatan yang dilakukan selama pelaksanaan rencana masih ada banyak siswa yang memerlukan adaptasi untuk menerima strategi pembelajaran baru ini. Ada beberapa siswa kurang aktif dalam kelompok. Rata-rata siswa yang kurang pandai manggantungkan diri kepada siswa yang yang pandai, sebaliknya siswa yang pandai merasa dirinya bekerja sendiri, karena teman yang kurang pandai tidak begitu aktif dalam diskusi dan praktek.
Refleksi
Refleksi dari strategi pembelajaran ini dapat diketahui setelah dilakukan pengamatan selama penyampaian materi di kelas. Setelah guru selesai menyampaikan materi banyak siswa yang kebingungan dengan materinya. Mereka bingung dengan materi yang harus dicatat dibuku dan mana yang harus dipraktekan oleh kelompoknya. Untuk mempraktekkannya pun, masih banyak siswa yang bertanya kepada guru.
Tabel  4.3. Hasil Tes Siklus I

No.    Kategori    Interval    X    F    f(x)    %    Ket      
1.
2.
3.
4.    Amat baik
Baik
Cukup
Kurang     90-100
75-89
60-74
£59    95
82
67
45    1
18
18
3    95
1476
1206
135    3.43
50.68
41.41
4.63    2912/40
72.8
      
Jumlah     40    2912    100    (Cukup)    
Keterangan :
X     : nilai tengah interval
f         : frekuensi (jumlah anak didik)
    f(x)    : nilai tengah X frekuansi
   
D.    Deskripsi Siklus II
Tindakan Perencanaan
Untuk pelaksanaan perencanaan siklus II ini melanjutkan perencanaan dari siklus I berdasarkan hasil evaluasi siklus I. Siswa mempersiapkan alat tulis dan alat yang diperlukan untuk praktek.
Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II ini adalah memadukan dan manambahkan beberapa metode pembelajaran. Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari di kelas. Guru memberikan tugas kepada siswa secara berkelompok untuk melakukan sebuah drama dengan dialog bahasa Inggris, kemudian guru akan mengevaluasi perkembangan siswa dalam memahami dialog.
Observasi
Menurut hasil pengamatan peneliti, banyak siswa yang aktif melakukan tugas kelompok tersebut. Sehingga guru lebih mudah untuk menyampaikan materi dan menilai peningkatan kemampuan siswa dalam berbahasa Inggris.
Refleksi
Ketika guru memberikan tugas untuk melakukan drama dengan dialog Bahasa Inggris, mayoritas siswa antusias untuk melakukannya, karena selain belajar, mereka dapat memahami bahasa Inggris
Tabel  4.4. Hasil Tes Siklus II

No.    Kategori    Interval    X    F    f(x)    %    Ket      
1.
2.
3.
4.    Amat baik
Baik
Cukup
Kurang     90-100
75-89
60-74
£59    95
82
67
45    2
20
18
0    190
1640
1206
0    6.25
54.01
39.72
0    3036/40
75.9
      
Jumlah     40    3036    100    (Baik)    
Keterangan :
X     : nilai tengah interval
f         : frekuensi (jumlah anak didik)
    f(x)    : nilai tengah X frekuansi
E.    Deskripsi Siklus III
Tindakan Perencanaan
Perencanaan siklus III ini berdasarkan evaluasi/ refleksi dari siklus I dan siklus II. Guru menyiapkan materi selanjutnya yang akan diajarkan kepada siswa. Guru menugaskan kepada siswa untuk membuat cerita dalam Bahasa Inggris, kemudian secara individu menceritakan di depan teman-teman dan guru.
Pelaksanaan Tindakan
Setelah siswa diberi tugas, mereka mencari ide supaya dalam membuat cerita bisa runtut dan ketika menceritakan di depan teman-temannya pun, mereka bisa memahami apa yang telah diceritakan oleh temannya.
Observasi
Hasil pengamatan saat menceritakan hasil tulisan siswa, banyak siswa yang menanyakan tentang isi cerita yang sebenarnya, sehingga bisa dijadikan evaluasi oleh guru tentang kebenaran tulisan siswa. Guru juga memberikan pujian terhadap hasil tulisan dan cerita yang disampaikan di depan teman-temannya. Kemudian bagi yang masih mengalami kesalahan guru pun tidak segan-segan untuk memberi koreksi dan pembenarannya.
Refleksi
Kegiatan dalam membuat cerita atau mengarang biasanya sangat tidak disukai siswa, tetapi saat melakukan penelitian ini, antusias siswa sangat besar, bahkan mereka tidak segan-segan untuk membolak-balik kamus untuk memahami dan mencari artinya serta bertanya kepada guru apabila mereka kurang puas atas pencariannya di kamus. Tetapi hasil yang didapt sangat memuaskan, karena selain siswa mencari kosakata dalam kamus, mereka pun sedikit demi sedikit juga bertambah vocab bahasa Inggrisnya.
Tabel  4.5. Hasil Tes Siklus III

No.    Kategori    Interval    X    F    f(x)    %    Ket      
1.
2.
3.
4.    Amat baik
Baik
Cukup
Kurang     90-100
75-89
60-74
£59    95
82
67
45    5
25
10
0    475
2050
670
0    14.86
64.16
20.97
0    3195/40
79.87
      
Jumlah     40    3195    100    (Baik)    
Keterangan :
X     : nilai tengah interval
f         : frekuensi (jumlah anak didik)
    f (x)    : nilai tengah X frekuansi
F.    Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus
Siklus I menunjukkan hasil yang cukup setelah dilaksanakan proses pembelajaran text posedure melalui learning by doing . Akan tetapi masih banyak siswa yang memerlukan adaptasi dengan adanya pembelajaran baru. Tingkat keberhasilan pelatihan pada pelaksanaan siklus I sekitar 73%. Oleh karena itu untuk meningkatkan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus satu, maka dilakukan pada siklus II.
pada siklus III. Tingkat keberhasilan pada siklus Siklus II  sudah ada peningkatan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus pertama. Tingkat keberhasilan siswa dalam pemahaman meteri yang dilakukan dengan mempraktekkannya secara langsung mencapai 76 %. Siswa menunjukkan minatnya untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Namun tingkat keberhasilan ini masih harus ditingkatkan pada siklus III.
Pada siklus III terlihat adanya perkembangan yang positif. Hampir semua siswa dapat melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru. Keaktifan siswa untuk mengikuti pembelajaran Bahasa Inggris sudah mulai nampak ketiga ini adalah 80 %.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan di SMP Negeri 3 Nguter dapat disimpulkan seperti di bawah ini :
1.    Pelaksanaan pembelajaran text posedure melalui learning by doing dapat dilaksanakan dengan baik, dan dalam setiap siklusnya mengalami peningkatan kemampuan siswa.
2.    Faktor-faktor yang mendukung dalam penelitian ini adalah antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran dan bantuan sesama guru bahasa Inggris dalam mengevaluasi hasil belajar siswa.
3.    Kendala-kendala yang menjadi penghambat dalam penelitian ini adalah, kurangnya koordinasi dan dukungan dari pihak sekolah untuk melakukan metode text posedure melalui learning by doing.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, saran yang bisa diberikan adalah  sebagai berikut :
Penggunaan metode pembelajaran yang konvensional sudah harus diganti dengan teknik pembelajaran yang bervariasi dan inovatif.
Kerja kolaboratif dalam PTK dapat dipakai sebagai media pengembangan profesionalisme guru dalam pembelajaran.
Untuk penelitian selanjutnya dengan tema yang sama, diharapkan bisa lebih bervariasi dalam penelitiannya.
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, Chaedar. 2007. Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: Mizan Media Utama.
Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Gramedia.
Sanjaya, Wina, Dr.MPd. (2008) Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Kencana Prenada Media Group-Jakarta.
Sugiyanto. 2008. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Pustaka Mulia
Sutopo, H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. UNS Press.

Posting Komentar

0 Komentar