Terbaru

6/recent/ticker-posts

MENINGKATANKAN PROFESIONALISME KEPALA SEKOLAH TK DALAM SUPERVISI AKADEMIK MELALUI PENDEKATAN WORKSHOP TERFOKUS DI WILAYAH KEPENGAWASAN 2 KECAMATAN PALU TIMUR SEMESTER I TAHUN 2011/2012

MENINGKATANKAN PROFESIONALISME KEPALA SEKOLAH TK DALAM SUPERVISI AKADEMIK MELALUI PENDEKATAN WORKSHOP TERFOKUS DI WILAYAH KEPENGAWASAN 2
KECAMATAN PALU TIMUR SEMESTER I
TAHUN 2011/2012

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah ingin mencari alternatif pemecahan masalah sebagai upaya meningkatkan Profesionalisme kepala sekolah dalam melakukan supervise akademik melalui workshop terfokus.
Penelitian tindakan ini dilakukan terhadap Kepala sekolah TK Wilayah kepengawasan 2 Kecamatan Palu Timur Semester I Tahun ajaran 2011/2012. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian tindakan sekolah yang alurnya, yaitu membuat siklus yaitu dari rencana tindakan, melaksanakan tindakan, observasi dan refleksi pelaksanaan tindakan selama dua siklus. Hasil refleksi tersebut digunakan sebagai pedoman untuk pengambilan keputusan mengambil keputusan melanjutkan atau menghentikan penelitian. Penelitian dilakukan secara spiral dalam siklus-siklus sampai siklus kedua.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja kepala sekolah meningkat setelah dilakukan tindakan yang berupa penerapan workshop terfokus selama dua siklus. Peningkatan tersebut meliputi peningkatan dalam Menyusun program sekolah, melaksanakan, membuat administrasi, melaksanakan evaluasi hingga pada melakukan tindaklanjut, melaksanakan pembelajaran, menilai prestasi belajar, dan melaksanakan tindak lanjut penilaian prestasi belajar siswa.
Peningkatan mutu pembelajaran disekolah sangat tergantung dari beberapa faktor. Faktor yang sangat penting antara lain adalah penerapan kompetensi akademik kearah peningkatan mutu. Kmpetensi kepala sekolah merupakan hal positif yang harus dikembangkan dan dilaksanakan oleh semua kepala sekolah sekolah tanpa merasa terpaksa.
Dalam Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini dilakukan tindakan berupa penerapan workshop terfokus untuk para kepala sekolah TK di wilayah kepengawasan 2 Kecamatan Palu Timur Kota Palu. Hasil Penelitian menunjukkan sampai pada siklus kedua, Profesionalisme kepala sekolah dalam melakukan supervise akademik dikelas pada proses belajar mengajar meningkat dan memenuhi indikator yang telah ditetapkan sebesar 75%. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan profesinalisme kepala sekolah dalam melakukan supervise akademik pada kegiatan belajar mengajar dapat dilakukan dengan penerapan workshop terfokus.

Kata Kunci : Profesionalisme Kepala Sekolah, Supervisi Akademik , Workshop
Terfokus

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan Sekolah banyak ditentukan oleh keberhasilan kepala sekolah dalam menjalankan peranan dan tugasnya. Peranan adalah seperangkat sikap dan perilaku yang harus dilakukan sesuai dengan posisinya dalam organisasi. Peranan iini tidak hanya menunjukkan tugas dan hak, tapi juga mencerminkan tanggung jawab dan wewenang dalam organisasi. tugas-tugas kepala sekolah dapat diklasifikasi menjadi dua, yaitu tugas-tugas di bidang administrasi dan tugas-tugas di bidang supervisi.
Tugas di bidang administrasi adalah tugas-tugas kepala sekolah yang berkaitan dengan pengelolaan bidang garapan pendidikan di sekolah, yang meliputi pengelolaan pengajaran, kesiswaan, kepegawaian, keuangan, sarana-prasarana, dan hubungan sekolah masyarakat. Dari keenam bidang tersebut, bisa diklasifikasi menjadi dua, yaitu mengelola komponen organisasi sekolah yang berupa manusia, dan komponen organisasi sekolah yang berupa benda.
Tugas di bidang supervisi adalah tugas-tugas kepala sekolah yang berkaitan dengan pembinaan guru untuk perbaikan pengajaran. Supervisi merupakan suatu usaha memberikan bantuan kepada guru untuk memperbaiki atau meningkatkan proses dan situasi belajar mengajar. Sasaran akhir dari kegiatan supervisi adalah meningkatkan hasil belajar siswa.
Dari hasil pengamatan di sejumlah sekolah TK tentang kinerja kepala sekolah khususnya terkait dengan kompetensi kepala sakolah yakni kompetensi supervise, diperoleh gambaran bahwa masih banyak kepala sekolah yang belum menguasai, apalagi memahami kompetensi yang harus dimiliki ( Permendiknas No. 13 Tahun 2007 tentang kualifikasi Kepala Sekolah )
Untuk mencapai, memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme kepala sekolah dalam menerapkan kompetensi supervise akademik, perlu adanya suatu pembinaan secara periodik melalui kegiatan Diskusi Kelompok Terfokus (Focused Group Discussion), diskusi pemecahan masalah dan lain sebagainya. Untuk itu melalui penelitian tindakan sekolah ini peneliti memilih judul yang terkait dengan salah satu kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah yakni kompetensi supervise. Karena keterbatasan peneliti maka judul yang dipilih adalah “Meningkatankan Profesionalisme Kepala Sekolah dalam menerapkan Kompetensi Supervisi Akademik melalui Pendekatan Workshop Terfokus kepala sekolah TK di wilayah kepengawasan 2 Kecamatan Palu Timur Kota Palu Semester I Tahun 2011/2012”
B. Identifikasi Masalah
1.Pelaksanaan supervise akademik di sekolah belum dilaksanakan secara optimal oleh kepala sekolah
2.Masih banyak kepala sekolah yang tidak memahami supervise akademik
3.Pengawas dalam melaksanakan supervise dan pembinaan belum optimal

C. Perumusan Masalah dan Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas , maka rumusan masalah dalam penelitian tindakan ini adalah “Apakah dengan pendekatan Workshop Terfokus dapat meningkatkan kemampuan kompetensi supervise akademik kepala sekolah TK di wilayah kepengawasan 2 Kecamatan Palu Timur Kota Palu”
Secara khusus rumusan masalah pada penelitian tindakan ini adalah :
a. Apakah dengan pendekatan Workshop Terfokus dapat meningkatkan profesionalisme Kepala sekolah dalam menyusun program supervisi akademik
b. Apakah dengan pendekatan Workshop Terfokus dapat meningkatkan profesionalisme Kepala sekolah dalam melaksanakan program supervisi akademik
c. Apakah dengan pendekatan Workshop Terfokus dapat meningkatkan profesionalisme Kepala sekolah dalam menyusun dan melaksasnakan program tindaklanjuti hasil supervisi akademik

D.Tujuan dan Manfaat Penelitian Tindakan
1.Tujuan Penelitian
a. Mendiskripsikan langkah-langkah penyusunan program supervise akademik
b. Mendiskripsikan langkah-langkah pelaksanaan supervise akademik
c. Mendiskripsikan langkah-lanhkah penyusunan dan pelaksanaan program tindak lanjut
2. Manfaat hasil penelitian
a. Bagi sekolah Meningkatkan pelaksanaan pembelajaran yang efektif menyenangkan sehingga berdampak pada peningkatan mutu pendidikan
b. Bagi Kepala Sekolah meningkatkan kemampuan kompetensi kepala sekolah khususnya kompetensi supervise akademik
c. Bagi peserta didik, dengan supervise akademik secara rutin oleh kepala sekolah dapat meningkatkan pelaksanaan dan hasil belajar
d. Bagi Pengawas diperoleh gambaran tentang kemampuan kepala sekolah dalam melaksanakan tugas pokoknya

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Pengertian Profesionalisme
Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya sesuatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Profesi dapat diartikan suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan ketrampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif (Webster, 1989).
Sementara itu menurut Kusnandar (2007), Profesi adalah suatu keahlian (skill) dan kewenangan dalam suatu jabatan tetrtentu yang mensyaratkan kompetensi (Pengetahuan, ketrmpilan, sikap) tertentu secara khusus diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif.
Profesionalisme adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian atau kecakapan yang memenuhi mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. (UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen).
2. Kompetensi Kepala Sekolah
Untuk dapat melaksanakan tugas pokok tersebut, seorang kepala sekolah dituntut memiliki sejumlah kompetensi. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Ma-drasah telah ditetapkan bahwa ada 5 (lima) dimensi kompetensi yaitu: (a) kepribadian, (b) manajerial, (c) kewirausahaan, (d) supervisi, dan (e) sosial.
3.Konsep Supervisi Akademik
Ada bermacam–macam konsep supervisi. Piet A. Sehertian (2000 : 19) memberi pengertian bahwa supervisi adalah suatu usaha member layanan kepada guru-guru baik secara individual maupun secara kelompok dalam rangka memperbaiki pengajaran.
Menurut Suharsini Arikunto (2008 : 373), supervisi adalah suatu proses membantu guru memperkecil ketidaksesuaian (kesenjangan) antara tingkah laku pengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal.
Kata kunci dari supervisi ialah memberikan layanan dan bantuan kepada guru-guru, maka tujuan supervisi adalah memberikan layanan dan bantuan untuk mengembangkan situasi belajar-mengajar yang dilakukan guru di kelas yang pada gilirannya meningkatkan kualitas belajar siswa. mengembangkan kinerja sekuruh staf sekolah, termasuk para guru.

4. Workshop

Workshop atau lokakarya merupakan salah satu metode yang dapat ditempuh pengawas dalam melakukan supervisi manajerial. Metode ini tentunya bersifat kelompok dan dapat melibatkan beberapa kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan/atau perwakilan komite sekolah. Penyelenggaraan workshop ini tentu disesuaikan dengan tujuan atau urgensinya, dan dapat diselenggarakan bersama dengan Kelompok Kerja Kepala Sekolah atau organisasi sejenis lainnya. Sebagai contoh, pengawas dapat mengambil inisiatif untuk mengadakan workshop tentang pengembangan KTSP, system administrasi, peran serta masyarakat, sistem penilaian dan sebagainya.
B.Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada penelitin tindakan sekolah ini adalah “Penerapan workshop terfokus dapat meningkatkan profesionalisme kepala sekolah TK dalam melakukan supervisi akademik”
METODE PENELITIAN
A.Setting Penelitian
1.Tempat Penelitian
Penelitian tindakan sekolah ini dilakukan di 10 TK di wilayah Kepengawasan 2 Kecamatan Palu Timur Kota Palu.
2.Waktu Penelitian
Pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan selama semester I tahun ajaran 2011/2012
B. Subyek dan Obyek Penelitian
Subyek penelitian tindakan ini adalah Kepala Sekolah di wilayan pembinaan / gugus 2 Kecamatan Palu Timur. Jumlah subyek penelitian sebanyak 10 Kepala Sekolah.
Obyek penelitian tindakan ini adalah profesionalisme kepala sekolah dalam meleksanakan supervise akademik. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan kepala sekolah dalam menyusun perencanaan supervise akademik, pelaksanaan supervise akademik dan pelaksanaan program tindaklanjut
C.Sumber Data
Untuk mengetahui kemampuan kepala sekolah dalam melaksanan supervise akademik baik dokumen sebelum dilakukan tindakan maupun dokumen setelah dilakukan tindakan.
D.Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian tindakan ini terdiri dari 4 (empat) kegiatan pokok, yakni pengumpulan kegiatan awal, data hasil analisis setiap akhir siklus, serta tanggapan lain dari kepala sekolah terhadap pelaksanaan supervise akademik
E. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk siklus dan dalam setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi refleksi.
F. Indikator kinerja
Secara keseluruha setelah data terkumpul, selanjutnya dipergunakan untuk menilai keberhasilan tindakan, dengan indicator sebagai berikut :
1.Terjadi peningkatan profesionalisme kepala sekolah dalam menyusun program supervise akademik
2.Terjadi peningkatan profesionalisme kepala sekolah dalam melaksanakan supervise akademik
3.Terjadi peningkatan profesionalisme kepala sekolah dalam melaksanakan tindak lanjut supervise akademik
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Refleksi Siklus I
a. Refleksi Perencanaan diskusi dengan guru Kelas dan supervisor, peneliti
menulis hasil refleksi sebagai berikut.
1.Mendeskripsikan tujuan pembelajaran 18 guru dengan persentase 90%. Bedasarkan data tersebut kegiatan guru sudah sangat baik. Kegiatan seperti itu dipertahankan tetapi ada beberapa guru yang perlu dimotivasi.
2.Menentukan materi yang sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan sebanyak 17 guru dengan persentase 97%. Berdasarkan data itu kegiatan guru tersebut dipertahankan.
3.Mengorganisasikan materi berdasarkan urutan dan kelompok sebanyak 11 guru dengan persentase 68%. Pada bagain ini guru perlu diberi bimbingan lagi tentang bagaimana mengorganisasikan materi berdasarkan urutannya. Guru diberi contoh pembelajaran berdasarkan pembelajaran CTL dan CL.
4.Mengalokasikan waktu sebanyak 18 guru dengan persentase 100%. Kegiatan pada bagian ini dipertahankan yakni menentukan alokasi waktu melalui workshop guru mata pelajaran di sekolah dengan dipandu guru senior.
5.Menentukan metode pembelajaran yang sesuai, sebanyak 10 guru dengan persentase 58%. Berdasarkan catatan dan hasil pelaksanaan ternyata pada bagian ini guru perlu diberi bimbingan dan pengetahuan secara berdiskusi dengan supervisor dan guru senior untuk menetapkan metode yang berkaitan dengan konstektual.
6.Merancang prosedur pembelajaran sebanyak 7 guru dengan prosentase 70%. Pada penentuan prosedur sangat berkaitan dengan metode pembelajaran. Oleh sebab itu, perlu ada perbaikan di bidang ini. Guru masih terpancang dengan prosedur-prosedur yang sifatnya mengancam siswa jika kurang mampu atau melanggar pembelajaran.
7.Menentukan media pembelajaran/peralatan praktikum (dan bahan) yang akan digunakan sebanyak 7 guru dengan persentase 70%. Guru pada bagian ini masih terfokus pada media yang dibeli atau dibuat oleh perusahaan padahal disekitar kelas banyak media alami yang bisa digunakan sebagai media alami yang bisa digunakan sebagai media. Bagian ini, masih perlu diperbaiki./
8.Menentukan sumber belajar yang sesuai (berupa buku, modul program, program komputer dan sejenisnya) sebanyak 9 guru dengan persentase 90%.
9.Menentukan teknik penilaian sebanyak 4 guru dengan persentase 40%. Teknik-teknik yang dibuat guru dalam menyusun penilaian masih kurang beragam. Guru masih terfokus pada teknik tradisional, yakni penilaian hasil saja, padahal kita juga perlu penilaian proses.


b. Refleksi Pelaksanaan Supervisi Siklus I
Hasil refleksi pada bagian pelaksanaan supervisi dan setelah diadakan diskusi dengan guru, peniliti, dan supervisor sebagai berikut.
1. Membuka pelajaran dengan metode yang sesuai. Guru rata-rata sudah mampu membuka pelajaran dengan metode yang tepat. Guru yang dianggap mampu membuka pelajaran dengan tepat sebanyak 8 orang atau dengan persentase 80%. Berdasarkan persentase di atas, guru perlu mempertahankan cara tersebut. Adapun enam guru yang belum sesuai perlu diajak berdiskusi bersama dengan supervisor dan guru senior.
2. Menyajikan materi pelajaran. Dalam menyajikan materi pelajaran, guru rata-rata sudah baik dan berdasarkan pengamatan ada guru yang dikatagorikan baik. Jika hal itu dipersentasekan, sudah mencapai 60%. Guru-guru dalam menyajikan materi perlu ada persiapan karena sebagaian guru masih kurang menguasai materi yang diberikan akibatnya murid sulit memahaminya.
3. Menerapkan metode dan prosedur pembelajaran yang telah ditentukan berjumlah 6 guru dengan persentase 60%. Guru dalam menggunakan metode masih terfokus pada metode tradisional. Secara otomatis dalam pelaksanaannya guru seakan-akan menstrafer ilmunya. Sebagai perbaikan, guru-guru yang masih belum paham dalam menggunakan metode pembelajaran modern diwajibkan membaca-baca buku yang berkaitan metode pembelajaran modern, terutama buku CTL dan diberi contoh pembelajaran modern.
4. Mengatur kegiatan siswa di kelas berjumlah 9 guru dengan persentase 90%. Berdasarkan data tersebut, guru sudah banyak yang mampu mengelola kelas guru yang belum berhasil mengelola kelas dengan baik diajak berdiskusi pada pasca supervisi.
5. Menggunakan media pembelajaran/peralatan praktikum (dan bahan) yang telah ditentukan berjumlah 5 guru dengan persentase 50%. Guru masih jarang menggunakan alat-alat yang bisa menguatkan pembelajaran. Hal ini dikarenakan belum paham pembelajaran CTL.
6. Menggunakan sumber belajar yang telah dipilih (berupa buku modul, program komputer, dan sejenisnya) berjumlah 10 guru dengan persentase 100%. Pada bagian ini guru sudah tidak masalah lagi. Namun, kepala sekolah, supervisor harus terus memotivasi guru-guru tersebut.
7. Memotivasi siswa dengan berbagai cara yang positif, berjumlah 27 guru dengan persentase 90%. Guru sudah banyak yang memotivasi siswa, yang jarang memberi motivasi pada siswa rata-rata guru senior. Hal ini terjadi karena masih terpengaruhi pada pendidikan lama. Guru seperti itu perlu diajak diskusi tentang keunggulan memberi motivasi kepada siswa.
8. Melakukan interaksi dengan siswa menggunakan bahasa yang komunikatif berjumlah 9 guru dengan persentase 90%. Ada tiga guru yang masih menggunakan bahasa yang sulit dipahami siswa. Hal itu terjadi pada guru senior.
9. Memberikan pertanyaan dan umpan balik. Hal ini dilakuakn untuk mengetahui dan memerlukan penerimaan siswa dalam peroses belajar berjumlah 5 guru dengan persentase 50%. Guru masih jarang memberikan umpan balik pada siswa. Rata-rata hanya mengerjakan soal-soal di LKS sampai waktunya habis. Untuk mengatasi hal tersebut, guru disuruh merencanakan penyajian materi dengan memperhatikan waktu yang digunakan.
10.Menyimpulkan pembelajaran berjumlah 6 guru dengan persentase 60%. Guru masih banyak yang belum menyimpulkan pembelajaran. Hal ini terjadi karena waktunya habis digunakan mengerjakan LKS saja. Untuk itu perlu disesuaikan soal-soal deyang dikerjakan dalam LKS itu.
11. Menggunakan waktu secara efektif dan efisien berjumlah 5 guru dengan persentase 50%. Guru kurang efektif dalam menggunakan waktu pembelajaran jika dikaitkan dengan langkah-langkah yang ada di dalam indikator tersebut karena waktunya hanya tersita pada mengerjakan LKS saja. Untuk itu, perlu dirancanakan dengan baik.
2.Refleksi Siklus II
a.Refleksi Perencanaan Supervisi Siklus II
Setelah dilaksanakan diskusi degan guru mata pelajaran dan supervisor, peneliti menulis hasil refleksi sebagai berikut.
1.Mendeskripsikan tujuan pembelajaran 10 guru dengan presentase 100%. Berdasarkan data tersebut, sudah mampu mendeskripsikan tujuan pembelajaran. Untuk itu model seperti ini tetap dipertahankan.
2.Menentukan materi sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan sebanyak 10 guru dengan persentase 100%. Ternyata guru sudah mampu menentukan materi pembelajaran yang sesuai dengan kompetensinya. Guru lebih mudah menjalankan tugasnya jika supervisi edukatif dilakukan secara kolaboratif dengan supervisor.
3.Mengorganisasikan materi berdasarkan urutan dan kelompok sebanyak 8 guru dengan persentase 80%. Pada bagian ini guru yang mampu mengorganisasikan materi baik yang baik yang berupa materi konsep, prinsip, prosedur maupun fakta. Ada enam guru yang skornya masih di bawah 75. Untuk memperbaiki keenam guru perlu dilakukan diskusi kembali dengan kelimaguru tersebut.
4.Mengalokasikan waktu sebanyak 10 guru dengan persentase 100%. Kegiatan pada bagian ini dipertahankan, yakni menentukan alokasi waktu melalui workshop guru atau pelajaran di sekolah dengan dipandu guru senior.
5.Menentukan metode pembelajaran yang sesuai sebanyak 8 guru dengan persentase 80%. Guru sudah banyak yang melaksankan metode pembelajaran yang mengarah student center. Hal seperti ini perlu dipertahankan. Guru mata pelajaran dan guru sebior perlu berkolaborasi dalam mengajarnya lalu membahasnya melalui diskusi di KKG sekolah.
6.Merancang prosedur pembelajaran sebanyak 8 guru dengan persentase 80%. Pada penentuan prosedur sangat berkaitan dengan metode pembelajaran. Oleh sebab itu, perlu ada perbaikan di bidang ini. Guru masih terpancang dengan prosedur-prosedur yang sifatnya mengancam siswa jika kurang mampu akan melanggar pembelajaran.
7.Menentukan media pembelajaran/peralatan praktikum (dan bahan) yang akan digunakan sebanyak 8 guru dengan persentase 80%. Ternyata pada bagian ini sudah banyak guru yang menggunakan media yang ada di sekitar kelas. Hal ini bisa dilihat pada hasil di atas.
8.Menentukan sumber belajar yang sesuai (berupa buku modul, program komputer, dan sejenisnya) sebanyak 10 guru dengan persentase 100%. Dalam menentukan sumber belajar, guru sudah bervariatif. Itu pun sudah bisa menyesuaikan dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa.
9.Menentukan teknik penilaian sebanyak 10 guru dengan persentase 100%. Teknik-teknik yang dibuat guru dalam ,menyusun penilaian sudah beragam. Ada yang menggunakan porto folio, kinerja, proyek, kuis, dan psikomotorik.


b. Refleksi Pelaksanaan Supervisi Siklus II
Hasil refleksi pada bagian pelaksanaan supervisi dan setelah diadakan diskusi dengan guru, peneliti, dan supervisi sebagai berikut.
1.Membuka pelajaran dengan metode yang sesuai. Guru rata-rata sudah mampu membuka pelajaran dengan metode yang tepat sebanyak 9 orang atau dengan persentase 94%. Berdasarkan persentase di atas, guru perlu mempertahankan cara tersebut.
2.Menyajikan materi pelajaran. Dalam menyajikan materi pelajaran, guru rata-rata sudah baik dan berdasarkan pengamatan ada 8 guru yang dikatagorikan baik. Pada siklus II ini guru banyak yang sudah mampu menyajikan materi dengan urutan yang tepat. Untuk itu model penguasaan materi dalam supervisi edukatif kolaboratif perlu dipertahankan.
3.Menerapkan metode dan prosedur pembelajaran yang telah ditentukan berjumlah 8 guru dengan persentase 80%. Guru dalam menggunakan metode pembelajaran sudah mengarah ke model CTL.
4.Mengatur kegiatan siswa di kelas berjumlah 9 guru dengan persentase 94%. Berdasarkan data tersebut guru sudah banyak yang mampu mengelola kelas. Guru yang belum berhasil mengelola kelas dengan baik diajak diskusi pada pasca supervisi.
5.Menggunakan media pembelajaran/peralatan praktikum (dan bahan) yang telah ditentukan berjumlah 8 guru dengan persentase 80%. Guru banyak yang menggunakan alat-alat yang bisa menggunakan alat-alat yang bisa menguatkan pembelajaran.
6.Menggunakan sumber belajar yang telah dipilih (berupa buku, modul, program komputer dan sejenisnya) berjumlah 10 guru dengan persentase 100%. Pada bagian ini guru sudah tidak ada masalah lagi. Namun, kepala sekolah/supervisor harus terus memotivasi guru-guru tersebut.
7.Memotivasi siswa dengan berbagai cara yang positif, berjumlah 9 guru dengan persentase 90%. Guru sudah banyak yang memotivasi siswa. Kegiatan seperti ini perlu dipertahankan.
8.Melakukan interaksi dengan siswa menggunakan bahasa yang komunikatif berjumlah 9 guru dengan persentase 90%. Ada tiga guru yang masih menggunakan bahasa yang sulit dipahami siswa. Hal itu terjadi karena ketiga guru itu kurang melakukan persiapan pembelajaran.
9.Memberikan pertanyaan dan umpan balik untuk mengetahui dan memperkuat penerimaan siswa dalam proses belajar berjumlah 8 guru dengan persentase 80%. Guru yang memberikan pertanyaan-pertanyaan sebagai umpan balik ternyata sudah banyak. Hal ini dikarenakan ada kerja sama antara guru yang disupervisi dengan supervisornya.
10.Menyimpulkan pembelajaran berjumlah 10 guru dengan persentase 100%. Stetlah siklus I dilaksankan kemudian guru dan supervisor berdiskusi tentang cara menyimpulkan pembelajaran ternyata membawa hasil yang memuaskan. Ternyata semua guru sudah mampu menyimpulkan pembelajaran.
11.Menggunakan waktu secara efektif dan efisien berjumlah 10 guru dengan persentase 100%. Pada siklus II ternyata sudah semua guru dapat memanfaatkan waktu secara efektif dan efisien. Cara seperti ini perlu dipertahankan.
B. Pembahasan
Temuan pertama, kinerja guru meningkat ketika membuat perencanaan pembelajaran. Hal ini terjadi karena adanya kerja sama antara guru mata pelajaran yang satu dengan lainnya dibantu oleh guru senior yang ditugasi oleh kepala sekolah untuk mensupervisi guru tersebut. Langkah – langkah yang dapat meningkatkan kinerja guru dalam membuat persiapan pembelajaran adalah sebagai berikut. (1) Guru senior supervisor memberikan format supervisi dan jadwal supervisi pada awal tahun pelajaran atau awal semester. Pelaksanaan supervisi tidak hanya dilakukan sekali. (2) Guru senior selalu menanyakan perkembangan pembuatan perangkat pembelajaran (mengingatkan betapa pentingnya perangkat pembelajaran). (3) Satu minggu sebelum pelaksanaan supervisi perangkat pembelajaran, supervisor/guru senior menanyakan format penilaian. Jika format yang diberikan pada awal tahun pelajaran tersebut hilang, guru yang bersangkutan disuruh mempfotokopi arsip sekolah. Jika disekolah masih banyak format seperti itu, guru tersebut diberi kembali. Bersamaan dengan memberi/ menanyakan format, supervisor meminta pengumpulan perangkat pembelajaran yang sudah dibuatnya untuk diteliti kelebihan dan kekurangannya. (4) Supervisor memberikan catatan – catatan khusus pada lembaran untuk diberikan kepada guru yang akan disupervisi tersebut. (5) Supervisor dalam menilai perangkat pembelajaran penuh perhatian dan tidak mencerminkan sebagai penilai. Supervisor bertindak sebagai kolaborasi. Supervisor membimbing dan mengarahkan guru yang belum bisa tetapi supervisor juga menerima argumen guru yang positif. Dengan adanya itu terciptalah hubungan yang akrab antara guru dan supervisor. Tentu saja ini akan membawa nilai positif dalam pelaksanaan pembelajaran.
Temuan kedua, kinerja guru meningkat dalam melaksanakan pembelajaran. Dalam penelitian ini ternyata tiga puluh satu guru hampir semuanya mampu melaksanakan pembelajaran dengan baik. Hal ini terbukti dari hasil supervisi. Langkah – langkah yang dilakukan untuk meningkatkan pelaksanaan pembelajaran berdasarkan penelitian tindakan ini adalah sebagai berikut. (1) Supervisor yang mengamati guru mengajar tidak sebagai penilai tetapi sebagai rekan bekerja yang siap membantu guru tersebut. (2) Selama pelaksanaan supervisi dikelas, guru tidak menganggap supervisor sebagai penilai karena sebelum pelaksanaan supervisi guru dan supervisor telah berdiskusi permasalahan – permasalahan yang ada dalam pembelajaran tersebut. (3) Supervisor mencatat semua peristiwa yang terjadi di dalam pembelajaran, baik yang positif maupun yang negatif. (4) Supervisor selalu memberikan contoh pembelajaran yang berorientasi pada Modern Learning. (5) Jika ada guru yang kurang jelas tujuan, penyajian, dan umpan baliknya, supervisor memberikan contoh bagaiman menjelaskan tujuan menyajikan, memberi umpan-balik kepada guru tersebut. (6) Setelah guru diberi contoh pembelajaran modern, supervisor setelah dua atau tiga mingu mengunjungi dan mengikuti guru tersebut dalam proses pembelajaran.
Temuan ketiga, kinerja guru meningkat dalam menilai prestasi belajar siswa. Pada penelitian tindakan yang dilakukan di SD Negeri Tanamodindi Kecamatan Palu Selatan ini ternyata pelaksanaan supervisi edukatif kolaboratif secara periodik memberikan dampak positif terhadap guru dalam menyusun soal /perangkat penilaian, melaksanakan, memeriksa, menilai, mengolah, menganalisis, menyimpulkan, menyusun laporan dan memperbaiki soal. Sebelum diadakan supervisi edukatif secara kolaboratif, guru banyak yang mengalami kesulitan dalam melaksanakam penilaian. Langkah – langkah yang dilakukan dalam supervisi edukatif kolaboratif secara periodik yang dapat meningkatkan kinerja guru adalah sebagai berikut. (1) Supervisor berdiskusi dengan guru dalam pembuatan perangkat penilaia sebelum dilaksanakan supervisi. (2) Guru melaksanakan penilaian sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan bersama supervisor, sebagai kolaboratif dalam pembelajaran. (3) Guru membuat kriteria dalam penilaian yang berkaitan dengan penskoran, pembootan, dan pengolahan nilai, yang sebelum pelaksanaan supervisi didiskusikan dengan supervisor. (4) Guru menganalisis hasil peniaian dan melaporkan kepada urusan kurikulum.
Temuan keempat, kinerja guru meningkat dalam melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta didik. Langkah – langakah yang dapat meningkatkan kinerja guru dalam supevisi edikatif kolaboratif yaitu sebagai berikut. (1) Supervisor dan guru bersama – sama membuat program tindak lanjut hasil penilaian. (2) Guru senior/supervisor memberi contoh pelaksanaan tindak lanjut, yang akhirnya dilanjutkan oleh guru dalam pelaksanaan yang sebenarnya. (3) Supervisor atau guru senior mengajak diskusi pada guru yang telah membuat, melaksanakan dan menganalisis program tindak lanjut.
Temuan kelima, kinerja guru meningkat dalam menyusun program pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai pretasi belajar, dan melaksanakan tindak lanjut hasil pretasi belajar siswa ternyata membawa kenaikan prestasi siswa dalam mengikuti Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN).
KESIMPULAN DAN SARAN
a.Kesimpulan
Berdasarkan temuan hasil penelitian, ada empat hal yang dikemukakan dalam penelitian tindakan ini, yakni simpulan tentang : (1) peningkatan kinerja kepala sekolah dalam menyusun rencana supervisi, (2) peningkatan kinerja guru dalam melaksanakan supervisi, (3) peningkatan kinerja guru dalam menilai hasil belajar, (4) peningkatan kinerja guru dalam melaksanakan tindak lanjut .
Pertama, tentang peningkatan kinerja kepala sekolah dalam menyusun rencana supervise dapat disimpulkan sebagai berikut.
1.Supervisor yang berasal dari teman sejawat atau guru senior dapat mengakrabkan guru dalam merumuskan tujuan khusus pembelajaran.
2.WorkShop dapat memudahkan komunikasi antar guru dalam Peningkatan profesionalisme kepala sekolah dalam pelaksanaan tugas.
3.Pelaksanaan supervisi edukatif dapat meningkatkan kinerja guru dalam menyusun rencana pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai berikut. (1) Guru senior/supervisor memberikan format supervisi dan jadwal supervisi pada awal tahun pembelajaran ata u awal semester. Pelaksanaan supervisi tidak hanya dilakukan sekali. (2) guru senior selalu menanyakan perkembangan pembuatan rencana pembelajaran (mengingatkan betapa pentingnya rencana pembelajaran). (3) Satu minggu sebelum pelaksanaan supervisi rencana pembelajaran, supervisor/guru senior menanyakan format penilaian. Jika format yang diberikan pada awal tahun pembelajaran tersebut hilang, guru yang bersangkutan disuruh memfotocopy arsip sekolah. Jika disekolah masih banyak format seperti itu, guru tersebut diberi kembali. Bersamaan dengan memberi/menanyakan format, supervisor meminta pengumpulan perangkat pembelajaran yang sudah dibuatnya untuk diteliti kelebihan dan kekurangannya. (4) Supervisor memberikan catatan-catatan khusus pada lembaran untuk diberikan kepada guru yang akan disupervisi tersebut. (5) Supervisor dalam menilai perangkat pembelajaran penuh perhatian dan tidak mencerminkan sebagai penilai. Supervisor bertindak sebagai kolaborasi. Supervisor membimbing, mengarahkan guru yang belum bisa, dan menerima argument guru yang poitif. Dengan adanya hal tersebut, tercuptalah hubungan yang akrab antara guru dan supervisor. Tentu saja ini akan membawa nilai positif dalam pelaksanaan pembelajaran.
B.Saran-Saran
Berdasarkan temuan-temuan pene;itian tindakan ini ada beberapa saran yang perlu disampaikan kepada pengambil kebijakan sekolah, diantaranya adalah sebagai berikut.
1.Supervisi terhadap semua guru perlu dilakukan secara periodik dan ditetapkan pada awal tahun pelajaran (pada saat pembagian tugas).
2.Supervisi edukatif ternyata membawa peningkatan keinerja guru dan hasil belajar siswa jika dilaksanakan secara kolaboratif.
3.Supervisi edukatif akan bermakna jika supervisornya adalah Kepala sekolah yang mempunyai kemapuan secara professional yang mumpuni.
4.Kepala sekolah yang professional perlu memberi kesempatan pada guru-guru yang dianggap sudah mampu mensupervisi guru lain .

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, 1995. Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum). Jakarta: Bumi Aksara, Cet. Ke-3 Hal. 105.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1998. Alat Penilaian Kemampuan Guru. Jakarta: Dirjen Pendidikan dasar dan Menengah.
Hamalik, Oemar. 1992. Administrasi dan Supervisi Pengembangan Kurikulum. Bandung: CV. Mandar Maju.
Imron Ali. 1995. Pembinaan Guru Di Indonesia. Malang: Pustaka Jaya.
Kember, D. 2000. Action learning and action research: Improving the quality of teaching and learning. London: Kogan Page.
Kementerian Pendidikan Nasional. (2010). Supervisi Akademik. Jakarta: Dirjen PMPTK
Pidarta, Made. 1992. Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara.
Purwanto, Ngalim. 1988. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rodakarya.
Rusman. (2010). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalime Guru. Bandung: Rajawali Press.
Sahertian, Piet. 1994. Profil Pendidik Profesional. Yogyakarta: Andi Offset.
Sahertian, Piet. 2000. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam rangka Pengembangan Sumberdaya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
Samana A. 1994. Profesionalisme Keguruan. Yogyakarta: Kanisius.
Suharsini Arikunto dan Lia Yuliana. (2008). Manajemen Pendidikan, Yogyakarta: Aditya Medika.
Undang-Undang RI Nomor 20. 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
Yamin, Martin. Tanpa Tahun. Profesionalisme guru dan implementasi KTSP
IDENTITAS PENULIS
Nama : Hj. Zainab, S.Pd, MSi
Nip : 19611124 198503 2 002
Jabatan : Pengawas TK/ SD,SDLB
Unit Kerja : UPTD Pendidikan Kecamatan Palu Timur















Posting Komentar

0 Komentar