PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MELALUI PENGGUNAAN MEDIA KOMPUTER PROGRAM MACROMEDIA FLASH PADA SISWA KELAS VIIID SMP NEGERI 1 TAHUN PELAJARAN 2009/2010
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar biologi melalui penggunaan media komputer program macromedia flash. Terutama untuk materi biologi yang berupa proses fisiologi yang tidak dapat dilihat langsung oleh siswa. Selain itu, penggunaan media komputer program macromedia flash juga bertujuan untuk menimbulkan antusias siswa pada pembelajaran biologi, sehingga minat belajar siswa meningkat dan hasil belajar juga meningkat.
Penelitian ini berbentuk tindakan kelas (class room actian research) dengan menerapkan pembelajaran yang menggunaan media komputer program macromedia flash. Subyek dan obyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII D sebanyak 40 siswa, dan merupakan kelas reguler dimana siswa di kelas tersebut memiliki rerata yang paling rendah dan antusias anak juga rendah.
Tindakan kelas dilakukan dengan tiga siklus yaitu siklus 1 kenaikannya 3.15, siklus 2 kenaikanya 3.01 dan siklus 3 kenaikannya 2,94. Rata-rata jumlah nilai yang sudah mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), untuk mata pelajaran IPA adalah 6.1, juga mengalami peningkatan yaitu pada siklus 1sebesar 85 %, siklus 2 sebesar 95 % dan sikus 3 sebesar 100 %. Untuk indikator antusias dalam pembelajaran dari angket yang dibagi mengalami peningkatan yaitu pada siklus 1 sebesar 40 %, siklus 2 sebesar 70 % dan siklus 3 sebesar 90 %.
Pembelajaran menggunakan media komputer program makromedia flash, telah memberikan dampak positif dalam menumbuhkan antusias siswa yang akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Kata kunci: media komputer program macromeda flash dan hasil belajar.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) termasuk di dalamnya biologi, sering kali siswa merasa kesulitan memahami pelajaran yang diberikan guru, kurang antusias untuk mengikuti pelajaran karena bagi sebagian mereka, biologi adalah mata pelajaran yang sulit dipahami.
Hal ini tidak lepas dari realita yang ada yakni sampai saat ini masih ada guru yang menerapkan metode pembelajaran yang konvensional, yakni guru membacakan atau memberikan bahan yang disiapkan sedangkan siswa mendengarkan, mencatat dengan teliti dan mencoba menyelesaikan sebagaimana yang di contohkan oleh guru, dalam hal ini siswa hanya sebagai obyek pembelajaran semata bukan sebagai subyek.
Inilah yang menjadikan siswa pasif dan kurang terarah kreatifitasnya, padahal dalam pembelajaran biologi seharusnya siswa selalu aktif belajar sehingga mempunyai kemampuan untuk mengembangkan kreatifitasnya serta lebih dapat memahami pelajaran dan terampil dalam menyelesaikan permasalahan biologi, oleh sebab itu guru hendaknya mampu menerapkan model pembelajaran yang mampu merangsang siswa dalam memahami pelajaran. (Nana Sudjana, 2005 : 13).
Berdasarkan masalah tersebut, solusi yang dapat dilakukan oleh guru adalah memanfaatkan media pembelajaran yang tepat. Media sebagai alat bantu sangat baik untuk bisa memperjelas, memudahkan, memahami konsep dan prinsip dari teori serta membuat materi yang disajikan lebih menarik, motivasi belajar siswa meningkat sehingga keberhasilan tujuan pengajaran menjadi lebih efektif. (Kartini Nasution dan Bahrum Hasibuan, 2004 : 696).
Salah satu media yang tepat untuk hal tersebut adalah media komputer program macromedia flash player 7, karena media ini memiliki kemampuan yang cukup banyak yaitu menyimpan informasi, mengolah informasi, menyajikan data, menampilkan animasi, dan lain-lain. Media pembelajaran ini diharapkan dapat diterapkan pada mata pelajaran biologi khususnya materi proses fisiologi pada manusia, karena materi ini secara keseluruan adalah materi yang sulit untuk dipahami mengingat prosesnya terjadi di dalam tubuh manusia..
Dari uraian yang dikemukakan di atas penulis bermaksud mengadakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang berjudul ”PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MELALUI PENGGUNAAN MEDIA KOMPUTER PROGRAM MACROMEDIA FLASH PADA SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 1 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2009/2010”.
B. Perumusan Masalah
Memperhatikan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Apakah hasil belajar biologi kelas VIII D SMP Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010 dapat meningkat melalui penggunaan media komputer program macromedia flash.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk:
1. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII D pada mata pelajaran Biologi di SMP Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2009 / 2010.
2. Mengetahui penggunaan media komputer program macromedia flash dalam meningkatkan hasil belajar biologi kelas VIII D SMP Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010.
D. Manfaat Penelitian
Setelah penelitian ini selesai, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
Bagi guru biologi; semoga penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam inovasi pembelajaran biologi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
Bagi kepala sekolah; penelitian ini dapat digunakan untuk menyarankan pada guru-guru di sekolahnya bahwa dalam penggunaan media komputer program macromedia flash dapat meningkatkan hasil belajar.
Bagi peneliti yang lain diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan untuk pengembangan pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN
HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Teori
1. Belajar
Menurut Samuel Soeitoe (1982:58), dalam bukunya Psikologi Pendidikan, bahwa ciri belajar antara lain: tiap proses belajar mengakibatkan perubahan dalam diri organisme yang belajar, perubahan itu tidaklah begitu saja terjadi dan kemudian lenyap kembali, tetapi perubahan itu tahan lama.
Belajar merupakan serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor (Syaiful Bahri Djamarah, 2002:13).
Menurut Nana Sudjana (2000:49), tujuan pendidikan yang ingin dicapai dapat dikategorikan menjadi tiga bidang yakni bidang kognitif (penguasaan intelektual), bidang afektif (behubungan dengan sikap dan nilai), serta bidang psikomotorik (kemampuan atau keterampilan bertindak/berperilaku). Ketiganya tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan bahkan membentuk hubungan hirarki. Sebagai tujuan yang hendak dicapai ketiganya harus nampak sebagai hasil belajar siswa di sekolah, oleh sebab itu ketiga aspek tersebut harus dipandang sebagai hasil belajar siswa dari proses pengajaran. Hasil belajar itu nampak dalam perubahan tingkah laku secara teknik dirumuskan dalam sebuah pernyataan verbal melalui tujuan pengajaran (tujuan instruksional). Dengan perkataan lain rumusan tujuan pengajaran berisikan hasil belajar yang diharapkan dikuasai siswa yang mencakup ketiga aspek tersebut.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar merupakan kegiatan atau aktifitas yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang dilakukan karena suatu usaha sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku.
2. Hasil Belajar
Menurut Mulyono Abdurahman (1999:37), hasil belajar adalah kemampuan yang diperolah anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.
Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilai adalah hasil belajar siswa, oleh sebab itu dalam penilaian hasil belajar peranan tujuan instruksional yang berisi rumusan kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan dikuasai siswa menjadi unsur penting sebagai dasar dan acuan penilaian (Nana Sudjana, 2005:21).
Dari pengertian di atas maka penilaian berfungsi sebagai; (a) alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan interaksional. Dengan fungsi ini maka penilaian harus mengacu pada rumusan-rumusan tujuan interaksional, (b) umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar, (c) dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada guru dan kepada orang tua.
Hasil belajar atau achivement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, ketrampilan berfikir, maupun keterampilan motorik. Hampir sebagian terbesar dari kegiatan atau prilaku yang diperlihatkan seseorang merupakan hasil belajar. Di sekolah hasil belajar dapat dilihat dari penguasan siswa akan mata pelajaran yang di tempuhnya.
3. Pembelajaran Biologi / IPA
Proses belajar mengajar Sains (IPA) biasanya cenderung menekankan aspek pengetahuan (koqnitif) saja, sehingga anak cenderung hanya mampu mengingat dalam jangka pendek. Agar anak dalam pembelajaran Sains (IPA) lebih bermakna, berkesan, maka proses belajar mestinya berlangsung alami dalam bentuk kegiatan bekerja dan mengalami, bukan sekedar mentransfer pengetahuan dari guru ke anak. Oleh karena itu, metode/strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil belajar. Dalam kontek ini, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mereka mencapainya. Mereka harus sadar bahwa yang yang mereka pelajari berguna bagi dirinya nanti. Dengan demikian mereka memposisikan sebagai dirinya sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan berupaya menggapainya. Dalam upaya ini, mereka memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing.
Guru dituntut kemampuannya untuk menganalisis materi yang diajarkan dan memilih konsep fundamental yang perlu dikuasai siswa. Jika kemampuan tersebut dimiliki guru, maka proses belajar mengajar tidak lagi berorientasi pada penyelesaian materi, tetapi lebih pada pemahaman tuntas. Dengan demikian, proses belajar mengajar dapat berlangsung lebih efisien dengan melibatkan berbagai metode yang bervariasi, termasuk kegiatan praktikum di laboratorium yang saat ini sering diabaikan.
Herlen menyarankan agar pembelajaran IPA/Sains dapat mengembangkan sikap ilmiah (scientifik attude) seperti sikap ingin tahu (curiosity), kebiasaan mencari bukti sebelum menerima kenyataan (respect for evidence), sikap luwes dan terbuka dengan gagasan ilmiah (flexibility), kebiasaan bertanya secara kritis (critical reflection), dan sikap peka terhadap makhluk hidup dan lingkungannya (sensitifity to living things and environment). Jadi penanaman sikap ilmiah pada mata pelajaran IPA/Sains, khususnya pelajaran biologi melalui pembelajaran yang tepat cenderung akan berpengaruh pada pembinaan sikap secara keseluruan, terutama sikap positif siswa terhadap lingkungan.
Didalam proses pembelajaran terdapat beberapa hal, salah satunya adalah pendekatan yang digunakan. Di dalam proses pembelajaran Sains (IPA) dapat digunakan beberapa macam pendekatan. Pendekatan pertama adalah pendekatan berdasarkan Empat Pilar Pendidikan dari UNESCO. Empat Pilar yang dimaksud adalah learning to do, learning to kwow, learning to be dan learning to live together. Menurut Tilaar (Ichlasul Ardhi, 2005:1) pembelajaran sains seharusnya tidak hanya memposisikan siswa sebagai pendengar ceramah guru, namun siswa harus diberdayakan sehingga mampu berbuat untuk memperkaya pengalaman belajarnya (learning to do) melalui peningkatan interaksi dengan lingkungan fisik dan sosialnya, sehingga mampu membangun pemahaman dan pengetahuannya terhadap dunia sekitarnya (learning to know). Dari hasil interaksi ini diharapkan dapat membangun pemahaman dan pengetahuan dan kepercayaan diri (learning to be). Kesempatan berinteraksi dengan berbagai individu atau kelompok yang berbeda-beda (learning to live together) akan membentuk kepribadiannya sehingga dapat memahami kemajemukan dan melahirkan sikap-sikap positif dan toleran terhadap keanekaragaman dan perbedaan hidup.
Pendekatan kedua adalah inkuiri (science inquiry). Pendekatan ini merupakan pendekatan yang memfasilitasi keinginan siswa sehingga menjadikan siswa sebagai seorang ilmuwan muda melalui eksplorasi terhadap lingkungannya. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu ditumbuhkembangkan kemampuan untuk menggunakan keterampilan proses seperti mengajukan pertanyaan, mengemukakan hipotesis, mendesain eksperimen, melakukan percobaan mengolah data, mengevaluasi diri dan mengkomunikasikan hasil temuannya kepada siswa lain dengan berbagai cara (Depdiknas, 2001:7-10).
4. Media Pembelajaran
Menurut AECT (Association of Education and Communication Technology) dalam Arief S. Sadiman (1996:19), media atau bahan adalah perangkat lunak (software) berisi pesan atau informasi pendidikan yang biasanya disajikan dengan mempergunakan peralatan, sedangkan hardware atau perangkat keras merupakan sarana untuk menampilkan pesan yang terkandung dalam media tersebut. Media merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk membawa suatu informasi. Apabila dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran, maka media diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk membawa informasi yang ditujukan untuk pembelajaran. Selain digunakan sebagai sarana penyampaian pembelajaran yang utuh, media juga dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan bagian tertentu dari kegiatan pembelajaran, misalnya memberikan penguatan maupun motivasi.
Proses pembelajaran pada hakekatnya adalah komunikasi yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran atau media tertentu ke penerima pesan (Arief S. Sadiman, 1996:11). Sedangkan menurut Alwin Howard dalam Roestiyah N. K. (1989:15), “pembelajaran adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengembangkan keterampilan, sikap, cita-cita, penghargaan dan pengetahuan”.
Dari pengertian di atas, media pembelajaran dapat diartikan sebagai perangkat keras dan atau perangkat lunak yang dapat digunakan untuk menciptakan proses belajar, sehingga pembelajaran dapat memperoleh pengtahuan dan keterampilan tertentu.
5. Media Komputer
Penggunaan komputer personal atau dalam bahasa inggrisnya Personal Computer (PC), telah berkembang dengan pesat sejak tahun 1980. Dengan kemampuan yang dimiliki, dalam menyimpan dan memanipulasi data, saat ini komputer telah digunakan untuk berbagai keperluan dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Pada umumnya sebuah perangkat komputer personal dapat digunakan untuk berbagai keperluan atau aplikasi, yaitu pengetikan (word processing), desain dan pembuatan grafik (grafik design), penyimpanan data (data storage), pengolahan data (data analysis) dan telekomunikasi melalui jaringan (interne ).
Percival dan Ellington (1988:137) mendefinisikan komputer sebagai alat yang dapat menerima informasi, diterapkan untuk prosedur pemrosesan informasi dan memberikan hasil informasi baru dalam bentuk yang digunakan oleh pemakai.
Heinich, dkk. (1986) mengemukakan enam bentuk interaksi pembelajaran melalui komputer. Bentuk-bentuk interaksi tersebut antara lain berupa praktek dan latihan (drill and practice), tutorial, permainan (games), simulasi (simulation), penemuan (discovery), dan pemecahan masalah (problem solving).
Penggunaan komputer dalam media pendidikan adalah sebagai berikut :
Komputer sebagai kalkulator super
Komputer digunakan untuk membuat perhitungan sehari-hari misalnya untuk menghitung kemiringan (slope) grafik, uji statistik, mengolah hasil eksperimen dan lain-lain.
Komputer untuk mengajar komputer dan memprogram komputer
Dalam kurikulum pendidikan dimasukkan pelajaran program komputer. Siswa diajarkan bagaimana mempelajari, menggunakan dan menyusun program komputer.
Komputer dalam proses belajar mengajar
Komputer mampu memberikan kontribusi yang penting bagi pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, yakni dalam bentuk pembelajaran dengan bantuan komputer (Computer Assisten Learning, disingkat CAL).
Ada dua model penggunaannya, yaitu :
Sebagai Tutor Pengganti (Subtitute Tutor)
Dalam fungsinya sebagai tutor pengganti, siswa dapat berinteraksi langsung dengan komputer yang telah diprogramkan, secara khusus untuk menjawab berbagai pertanyaan siswa, yang timbul dari berbagai pertanyaan yang telah disediakan. Kemudian komputer akan menanyakan berbagai pertanyaan tambahan atau menyediakan informasi tambahan, sebelum meminta siswa mengulangi jawaban sekali lagi (Percival dan Ellinton, 1988:137 - 144).
Sebagai Laboratorium Simulasi (Simulated Laboratory)
Pada mode laboratorium simulasi, komputer menyediakan kemudahan bagi siswa yang hendak melaksanakan eksperimen berdasarkan sistem mode yang telah diprogramkan.komputer bukan semata-mata sebagai alat instruksional tetapi merupakan sumber belajar (Oemar Hamalik, 1989:71 - 3).
6. Program Macromedia Flash sebagai Media Pembelajaran biologi
Media komputer yang digunakan untuk pembelajaran biologi khususnya menyampaikan materi fisiologi manusia menggunakan program macromedia flash. Macromedia flash merupakan suatu software paling populer saat ini dalam hal animasi (khususnya di web) yang dapat mewujudkan daya khayal manusia yang tiada batas.
Materi biologi khususnya fisiologi manusia diantaranya sistem pencernaan, sistem gerak, sistem pernafasan mampu disajikan oleh software macromedia flash. Untuk materi-materi yang bersifat konkret materi ini dapat disajikan dalam bentuk audio visual yang berupa tampilan tulisan beserta suara penjelasan dari materi yang ditampilkan, sedangkan materi-materi yang abstrak dapat disajikan dalam bentuk animasi. Flash biasanya menyertakan suara animasi dalam bentuk MP3.
B. Kerangka Berpikir
Prestasi belajar siswa salah satunya sangat ditentukan oleh pemilihan model pembelajaran guru. Model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi palajaran sangat mendukung dari keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar. Dalam penelitian ini penelitian menggunakan media komputer program macromedia flash. Secara sederhana kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat di gambarkan sebagai berikut:
A. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut “Prestasi belajar biologi siswa kelas VIII D tahun pelajaran 2009/2010 akan dapat meningkat dengan penerapan pembelajaran menggunakan media komputer program macromedia flash.
PROSEDUR PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Setting penelitian adalah tempat dimana penelitian dilaksanakan. Dalam penelitian ini, penulis mengambil setting penelitian di SMP Negeri 1 Sukoharjo yang beralamat di Jalan Pemuda No. 36 Sukoharjo, khususnya kelas VIII D.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan kajian utama dalam penelitian ini. Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian adalah siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2009/2010.
C. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu; (1) observasi dan wawancara, (2) perencanaan tindakan, (3) pelaksanaan tindakan, (4) evaluasi, (5) refleksi, (6) penyimpulan hasil berupa pemahaman konsep.
D. Teknik Pengumpulan Dan Analisis Data
a. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan bahan dan keterangan-keterangan sebagai data dalam penelitian ini menggunakan metode sebagai berikut;
1) Dokumentasi
Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data nilai tes sebelumnya, dikandung maksud sebagai gambaran kemampuan awal siswa dan nama-nama siswa.
2) Wawancara
Wawancara dilakukan untuk menggali lebih jauh tentang kondisi siswa secara menyeluruh tentang pembelajaran biologi atau tangggapan siswa dalam proses belajar mengajar mata pelajaran biologi. Pada penelitian tindakan ini metode wawancara dilakukan terhadap siswa dalam pembelajaran biologi kelas VIII D SMP Negeri 1 Sukoharjo
b. Teknik Analisis Data
Analisis data dari penelitian ini adalah dengan cara deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitas berupa penguraian hasil tindakan dengan cara menganalisis data perkembangan siswa dari siklus I sampai siklus III.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kondisi keadaan awal sebelum diadakan tindakan ini menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh oleh siswa kurang memuaskan dan menunjukkan adanya perbedaan perolehan skor nilai yang sangat jauh. Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan terjadinya hal tersebut, diantaranya adalah :
1. Siswa kesulitan dalam menangkap materi pembelajaran
2. Kurang bervariasinya metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru.
3. Kurang adanya contoh nyata pada materi-materi tertentu.
Salah satu solusi untuk mengurangi kesenjangan nilai, kurang memuaskannya cakupan nilai dan memperjelas pemahaman materi pembelajaran serta menimbulkan minat anak terhadap materi biologi yang sulit dipahami anak, maka peneliti (guru) berusaha menerapkan model pembelajaran menggunakan media komputer program macromedia flash. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 3 siklus, dan masing-masing siklus dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan, setiap pertemuan 80 menit.
A. Deskripsi Tiap Siklus
1. Siklus Tindakan I
Siklus tindakan 1 ini meliputi perencanaan, observasi tindakan, dan refleksi.
a. Tahap Perencanaan tindakan
Tahap perencanaan yaitu: Guru merancang skenario pembelajaran yang menggunakan media komputer program macromedia flash.
Langkah-langkahnya sebagai berikut:
1) Guru menyampaikan tujuan dan memberikan motivasi pada anak.
2) Guru memberikan petunjuk dalam melakukan kegiatan yang terdapat di Lembar Kegiatan Siswa (LKS) tentang sistem rangka pada manusia.
3) Dilakukan diskusi kelas, menyamakan presepsi disertai dengan penjelasan yang menggunakan media komputer program macromedia flash.
4) Guru beserta siswa membuat kesimpulan.
5) Guru memberika tugas individual yaitu membaca materi berikutnya sebagai pekerjaan rumah (PR)
Kegiatan tersebut dilaksanakan sampai tiga kali pertemuan hingga selesai materi sistem gerak pada manusia. Kemudian dilanjutkan dengan tahap observasi tindakan.
b. Tahap Observasi Tindakan
Tahap observasi tindakan ini dilaksanakan pada saat berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Hal ini untuk mengetahui tentang pemahaman siswa pada proses pembelajaran . Cara observasi tindakan dilaksanakan dengan:
Wawancara dengan siswa yang diambil secara acak untuk mengetahui apakah siswa memiliki antusias pada proses pembelajaran yang menggunakan media komputer program macromedia flash
Penilaian langsung pada saat siswa berinteraksi pada proses pembelajaran untuk mengetahui siswa manakah yang antusias dan siswa manakah yang tidak antusias.
Setelah berakhirnya tahap observasi ini untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami materi pelajaran maka dilakukannya test akhir kompetensi dasar.
Dari test yang dilaksanakan diperoleh hasil sebagai berikut:
Rerata nilai seluruh siswa : 79,85
Rerata nilai hasil observasi siswa yang antusias dalam pembelajaran: 40 % dan siswa yang kurang aktif (tidak antusias): 60 %
Rata-rata siswa yang sudah mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM). (Untuk mata pelajaran IPA: 61) adalah 85 %
Dari hasil ulangan setelah siklus I ini dibanding dengan hasil ulangan materi sebelumnya maka mengalami kenaikan 03,15 (Ulangan sebelum siklus 1, rerata kelas : 76,70 )
c. Tahap Refleksi
Pada tahap pelaksanaan refleksi ini, setelah dilakukan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran menggunakan media komputer program macromedia flash, dan kemudian diakhiri dengan evaluasi (post test) maka diperolehlah nilai sebagai perwujudan dari hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan, baik dari nilai tertulis maupun nilai non tertulis (tugas, portofolio, test lisan, penilaian kinerja). Dari nilai yang diperoleh kemudian dilakukan analisis sebagai berikut:
menghitung rerata nilai dari seluruh siswa pada kelas tersebut
menghitung rerata dari hasil observasi siswa yang antusias dalam pembelajaran dan siswa yang kurang aktif (tidak antusias)
menghitung rata-rata siswa yang sudah mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM). (Untuk mata pelajaran IPA: 61)
Beberapa refleksi dari hasil observasi dan evaluasi dari siklus pertama ini dapat dipaparkan sebagai berikut:
Siswa sangat tertarik dengan pembelajaran menggunakan media komputer program macromedia flash. Ketertarikan ini membuat siswa kurang memperhatikan isi materi pelajaran tapi cenderung memperhatikan media yang digunakan, anak cenderung heran dengan media tersebut, sehingga kenaikan nilai kurang begitu berarti karena hanya 03,15.
Siswa masih kurang bisa memahami tentang materi pembelajaran dengan media komputer program macromedia flash. Hal ini wajar karena baru siklus pertama sehingga masih dalam proses adaptasi, maka perlu diteruskan penggunaan media ini sehingga siswa terbiasa.
Pada waktu proses pembelajaran banyak siswa yang ramai saling menjelaskan sesama teman tentang proses yang diamati dari media tersebut.
2. Siklus Tindakan II
Sebagaimana pada siklus tindakan satu pada tindakan dua ini juga meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut:
Siklus tindakan II ini meliputi perencanaan, observasi tindakan dan refleksi.
a. Tahap Perencanaan Tindakan.
Tahap perencanaan yaitu: Guru merancang skenario pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran menggunakan media komputer program macromedia flash, langkah-langkahnya sebagai berikut:
Guru menyampaikan tujuan dan memberikan motivasi pada anak.
Guru memberikan petunjuk dalam melakukan kegiatan yang terdapat di Lembar Kegiatan Siswa (LKS) tentang “Sistem Pencernaan pada Manusia”.
Dilakukan diskusi kelas, menyamakan presepsi disertai dengan penjelasan yang menggunakan media komputer program macromedia flash.
Guru beserta siswa membuat kesimpulan.
Guru memberikan tugas individual yaitu membaca materi berikutnya sebagai pekerjaan rumah (PR)
Kegiatan tersebut dilaksanakan sampai tiga kali pertemuan hingga selesai materi sistem pencernaan pada manusia. Kemudian dilanjutkan dilanjutkan dengan tahap observasi tindakan.
b. Tahap observasi tindakan
Tahap observasi ini dilaksanakan pada saat berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Hal ini untuk mengetahui tentang pemahaman siswa pada proses pembelajaran dan daya serap dengan menggunakan media komputer program macromedia flash.
Cara observasi tindakan dilaksanakan dengan :
Wawancara dengan siswa yang diambil secara acak untuk mengetahui apakah siswa memiliki antusiasme pada proses pembalajaran dengan penjelasan yang menggunakan media komputer program macromedia flash.
Penilaian langsung pada saat siswa berinterakai pada proses pembelajaran untuk mengetahui siswa manakah yang antusias dan siswa manakah yang tidak antusias.
Setelah berakhirnya tahap observasi ini untuk mengetahui sejauh mana siswa menangkap materi pembelajaran kemudian diadakan test akhir kompetensi dasar atau post test.
Dari test yang dilaksanakan diperoleh hasil sebagai berikut :
Rerata nilai seluruh siswa : 82,86
Rerata nilai hasil observasi siswa yang antusias dalam pembelajaran: 70 % dan siswa yang kurang aktif (tidak antusias): 30 %
Rata-rata siswa yang sudah mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM). (Untuk mata pelajaran IPA: 61) adalah 95 %
Dari hasil ulangan setelah siklus II ini dibanding dengan hasil ulangan siklus I maka mengalami kenaikan signifikan dari nilai rata-rata 79.85 menjadi 82.86. Nilai kinerja ilmiahnya terjadi kenaikan 68,15 menjadi 81,30 .
c. Tahap Refleksi
Pada tahap pelaksanaan refleksi setelah siklus II ini, setelah dilakukan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran menggunakan media komputer program macromedia flash, dan kemudian diakhiri dengan evaluasi (post test) maka diperolehlah nilai sebagai perwujudan dari hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan, baik dari nilai tertulis maupun nilai non tertulis (tugas, portofolio, test lisan, penilaian kinerja). Dari nilai yang diperoleh kemudian dilakukan analisis sebagai berikut:
menghitung rerata nilai dari seluruh siswa pada kelas tersebut.
menghitung rerata dari hasil observasi siswa yang antusias dalam pembelajaran (tidak antusias).
menghitung rata-rata siswa yang sudah mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM). (Untuk mata pelajaran IPA: 61)
Beberapa refleksi dari hasil observasi dan evaluasi dari siklus kedua ini dapat dipaparkan sebagai berikut:
Siswa telah menunjukkan adanya antusiasme yang meningkat, hal ini disebabkan karena siswa telah semakin memahami tentang pembelajaran menggunakan media komputer program macromedia flash.
Nilai yang diperoleh dari akhir siklus II telah menggambarkan kondisi yang sebenarnya siswa sehingga guru mudah membuat peta untuk menyusun metode dan menyusun kelompok
Rerata nilai yang diperoleh dari hasil setelah siklus II adalah 82,86 dan telah memenuhi standar KKM yang sebesar 95 %, namun belum memuaskan, karena masih ada 5 % yang belum mencapai KKM maka perlu untuk diteruskan pada siklus berikutnya.
Siklus Tindakan III
Sebagaimana pada siklus tindakan dua pada tindakan tiga ini juga meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut:
Siklus tindakan II ini meliputi perencanaan, observasi tindakan dan refleksi.
a. Tahap Perencanaan Tindakan.
Tahap perencanaan yaitu: Guru merancang skenario pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran menggunakan media komputer program macromedia flash, langkah-langkahnya sebagai berikut:
Guru menyampaikan tujuan dan memberikan motivasi pada anak.
Guru memberikan petunjuk dalam melakukan kegiatan yang terdapat di Lembar Kegiatan Siswa (LKS) tentang Sistem Pernafasan pada Manusia.
Dilakukan diskusi kelas, menyamakan presepsi disertai dengan penjelasan yang menggunakan media komputer program macromedia flash.
Guru beserta siswa membuat kesimpulan.
Guru memberikan tugas individual yaitu membaca materi berikutnya sebagai pekerjaan rumah (PR)
Kegiatan tersebut dilaksanakan sampai tiga kali pertemuan hingga selesai materi sistem gerak pada manusia. Kemudian dilanjutkan dengan tahap observasi tindakan.
b. Tahap observasi tindakan
Tahap observasi ini dilaksanakan pada saat berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Hal ini untuk mengetahui tentang pemahaman siswa pada proses pembelajaran dan daya serap dengan menggunakan media komputer program macromedia flash.
Cara observasi tindakan dilaksanakan dengan :
Wawancara dengan siswa yang diambil secara acak untuk mengetahui apakah siswa memiliki antusiasme pada proses pembalajaran dengan penjelasan yang menggunakan media komputer program macromedia flash.
Penilaian langsung pada saat siswa berinterakai pada proses pembelajaran untuk mengetahui siswa manakah yang antusias dan siswa manakah yang tidak antusias.
Setelah berakhirnya tahap observasi ini untuk mengetahui sejauh mana siswa menangkap materi pembelajaran kemudian diadakan test akhir kompetensi dasar atau post test.
Dari test yang dilaksanakan diperoleh hasil sebagai berikut :
Rerata nilai seluruh siswa : 85.80
Rerata nilai hasil observasi siswa yang antusias dalam pembelajaran: 90 % dan siswa yang kurang aktif (tidak antusias): 10 %.
Rata-rata siswa yang sudah mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM). (Untuk mata pelajaran IPA: 61) adalah 100 %.
Dari hasil ulangan setelah siklus III ini dibanding dengan hasil ulangan siklus II maka mengalami kenaikan signifikan dari nilai rata-rata 82.86 menjadi 85.80. Nilai kinerja ilmiahnya terjadi kenaikan dari 81,30 menjadi 82.20.
c. Tahap Refleksi
Pada tahap pelaksanaan refleksi setelah siklus III ini, setelah dilakukan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran menggunakan media komputer program macromedia flash dan kemudian diakhiri dengan evaluasi (post test) maka diperolehlah nilai sebagai perwujudan dari hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan, baik dari nilai tertulis maupun nilai non tertulis (tugas, portofolio, test lisan, penilaian kinerja). Dari nilai yang diperoleh kemudian dilakukan analisis sebagai berikut:
menghitung rerata nilai dari seluruh siswa pada kelas tersebut
menghitung rerata dari hasil observasi siswa yang antusias dalam pembelajaran dan siswa yang kurang aktif (tidak antusias)
menghitung rata-rata siswa yang sudah mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM). (Untuk mata pelajaran IPA: 61)
Beberapa refleksi dari hasil observasi dan evaluasi dari siklus ketiga ini dapat dipaparkan sebagai berikut:
Siswa telah menunjukkan adanya antusiasme yang sangat meningkat, hal ini disebabkan karena siswa semakin memahami tentang pembelajaran menggunakan media komputer program macromedia flash, dan siswa semakin tertarik dengan proses fisiologi manusia terutama sistem pernafasan menggunakan media komputer program macromedia flash.
Rerata nilai yang diperoleh dari hasil setelah siklus III adalah 85,80 dan telah memenuhi standar KKM yang sebesar 100 % , maka tidak perlu untuk diteruskan pada siklus berikutnya.
B. Deskripsi Antar Siklus
Dari hasil pelaksanaan tindakan selama tiga kali siklus dapat dibuat secara ringkas dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Tabel 5. Hasil Tindakan Ditinjau dari Indikator Ketercapaian PTK
Prosentase/Hasil
Siklus I Siklus II Siklus III
1 Rerata nilai seluruh siswa 76,70
79,85 82,86 85,80 Belum terlaksana
2 Rerata jumlah dari hasil observasi siswa yang antusias dalam pembelajaran Tidak terdeteksi 40 % 70 % 90 %
3 Rata-rata jumlah siswa yang sudah mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM). (Untuk mata pelajaran IPA: 61)
Tidak terdeteksi 85 % 95 % 100 %
4 Perbandingan keadaan siswa sebelum siklus dan sesudah siklus Tidak terdeteksi Naik
3,15 Naik
3, 01 Naik
2,94
Secara umum dapat dinyatakan bahwa dilihat dari 4 indikator dan hasil tindakan siklus 1, 2 dan 3 dari pra siklus menuju kenaikan yang signifikan pada semua indikator. Pada siklus 1 ke siklus 2 pada indikator pertama naik sebesar 3,03. Pada indicator ke dua naik sebesar 30 %, dan pada indicator ke 3 naik 10 %. Pada siklus 2 ke siklus 3, pada indikator pertama terjadi kenaikan sebesar 2,94. Pada indikator kedua naik sebesar 20 %, dan indikator ke tiga naik sebesar 5 %.
Dari paparan di atas maka penerapan menggunakan media komputer program macromedia flash, memberikan rangsangan pada siswa untuk lebih aktif dan antusias dalam mengikuti pelajaran. Selain itu dari data di atas menunjukkan bahwa indikator penelitian telah mulai nampak keberhasilannya dari siklus pertama sampai siklus ke dua namun belum tuntas secara keseluruan karena masih ada siswa yang belum mencapai KKM, maka dilanjutkan pada siklus ke tiga yang akhirnya mencapai tuntas secara keseluruan.
C. Pembahasan
Ditinjau dari deskripsi persiklus dan juga deskripsi antar siklus menunjukkan bahwa hasil prestasi belajar Biologi Siswa Kelas VIII D setelah selesai siklus ke III jauh lebih baik dibandingkan dengan hasil prestasi sebelum dilakukan tindakan (penerapan menggunakan media komputer program macromedia flash). Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan media komputer program macromedia flash dapat memperjelas penyampaian materi pelajaran kepada siswa, apalagi untuk materi-materi yang menyangkut proses fisisologi manusia diantaranya: sistem pencernaan, sistem pernafasan dan sistem-sistem yang lain yang prosesnya tak dapat dilihat langsung maka menggunakan media komputer program macromedia flash sangat membantu kepada siswa untuk lebih memahami pada proses fisiologi tersebut, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan adanya kenaikan nilai pada tiga siklus yang telah dilaksanakan, yaitu siklus 1 kenaikannya 3.15, siklus 2 kenaikanya 3.01 dan siklus 3 kenaikannya 2,94, dan rata-rata jumlah nilai yang sudah mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) (untuk mata pelajaran IPA : 6.1) juga mengalami peningkatan yaitu pada siklus 1 : 85 %, siklus 2 : 95 % dan silkus 3 : 100 %. Untuk indikator antusias dalam pembelajaran dari angket yang dibagi mengalami peningkatan yaitu pada siklus 1 : 40 %, silkus 2 : 70 % dan silkus 3 : 90 %. Meskipun untuk siklus 3 belum mencapai 100 %, masih ada 10 % yang siswa yang tidak antusis, hal ini kemungkinan disebabkan memang kodisi anak itu sendiri yang kurang konsentrasi atau memang anak tidak begitu menyukai pembelajaran dengan menggunakan media komputer program macromedia flash.
Pembelajaran menggunakan media komputer program macromedia flash, telah memberikan dampak positif dalam menumbuhkan antusias siswa yang akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Maka dari itu penerapan pembelajaran menggunakan media komputer program macromedia flash, dapat dijadikan salah satu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil belajar setelah diterapkan tindakan serta pembahasannya, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Penerapan pembelajaran menggunakan media komputer program macromedia flash mampu meningkatkan hasil belajar Biologi kelas VIII D dari nilai rata-rata sebelumnya 76,70 menjadi 85,80.
2. Penerapan pembelajaran menggunakan media komputer program macromedia flash mampu meningkatkan semangat belajar pada siswa dan menjadikan siswa lebih antusias.
Saran
Berdasarkan hasil tindakan yang telah peneliti lakukan, maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut:
3. Bagi Guru
Guru hendaknya membuat variasi dalam menyampaikan materi pelajaran dan mampu memilih metode yang sesuai dengan materi pelajaran.
4. Bagi Siswa.
Siswa hendaknya memperhatikan dan ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran, banyak berlatih soal-soal, membiasakan berdiskusi materi pelajaran dengan teman-temannya dan bertaya kepada guru perihal materi yang belum dimengerti.
5. Bagi Sekolah.
Menyiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk pembelajaran, khususnya alat-alat pembelajaran yang menyangkut pembelajaran menggunakan media komputer program macromedia flash. Kelas-kelas dilengkapi LCD dan sarana lain pendukungnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arief S.Sadiman, dkk. 1996. Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: Pustakom Dikbut dan PT. Raya Grafindo Persada.
Hilda Karlin dan Margaretha. 2002. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi II. Bandung: Bina Media Informasi.
Kartini Nasution dan Bahrun Hasibuan. 2004. Pembuatan dan Penggunaan Media Sederhana pada Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian Pengabdian Kepada Masyarakat. Padang: Universitas Padang.
Muhibbin Syah. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remadja Rosda Karya.
Muslimin Ibrahim, dkk. 2004. Materi Pelatihan Terintegrasi, SAINS. Departemen Pendidikan Nasional, Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta .
Nana Sudjana. 2005. Dasar-Dasar Proses Balajar. Bandung: Sinar Baru.
Oemar Hamalik. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Grafindo Persada.
Persical, H dan Ellington, H.1988. Teknologi Pendidikan. Terjemahan Soejarwo S. Jakarta: Erlangga.
R. Ibrahim dan Nana Syaodih. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Putra.
Rochiati Wiriaatmadja. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Slameto. 1985. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Suharsimi Arikunto. 2001. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta .
Sardiman. 2001. Interaksi Dan Motifasi Belajar Mengajar. Bandung: Raja Grafindo Persada.
Suhaenah Suparto. 2001. Membangun Kompetensi Belajar. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Suhardjono. 2006. Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Kegiatan Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Bina Aksara.
Suharsimi Arikunto. 1995. Metode Penelitian Suatu Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Suharsimi Arikunto, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas Beserta Sistematika Proposal dan Laporannya. Jakarta: Bina Aksara.
Syiful Bahri Djamarah. 2000. Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Tresna Sastra Wijaya. 1988. Proses Belajar Mengajar Kimia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Zainal Aqib. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.
Zainal Arifin. 2007. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Rosda.
0 Komentar