Pendekatan secara umum
memiliki arti yang sangat kompleks. Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya
tentang pengertian pendekatan, diantaranya yaitu :
a. Pendekatan
belajar mengajar dapat merupakan suatu konsep atau prosedur yang digunakan
dalam membahas suatu bahan pelajaran untuk mencapai tujuan belajar mengajar.
b. Pendekatan dalam belajar
mengajar yang menekankan pentingnya belajar melalui proses menjalani untuk
memperoleh pemahaman (Tabrani Rusyan, 1994 : 1).
c. Basis pendekatan yang telah
diubah terhadap pengajaran dan pembelajaran adalah bahwa pemikir dunia
pendidikan perempat abad 20 yang terakhir memusatkan perhatiaanya agar para siswa
dapat belajar dengan berhasil dalam konteks pembelajaran yang baru.
Deep Dialogue (dialog mendalam), dapat diartikan sebagai
percakapan antara orang-orang (dialog) yang harus diwujudkan dalam hubungan
yang interpersonal, saling keterbukaan, jujur dan mengandalkan kebaikan (GDI,
2001). Beberapa prinsip yang harus dikembangkan dalam Deep Dialogue,
antara lain adalah: adanya komunikasi dua arah dan prinsip saling memberi yang
terbaik, menjalin hubungan kesederajatan dan keberadaban serta empatisitas yang
tinggi dari setiap pelakunya. Dengan demikian, Deep Dialogue mengandung
nilai-nilai demokrasi dan etis.
Deep Dialogue, pada dasarnya bukanlah sebuah pendekatan
yang baru sama sekali, akan tetapi telah diadaptasikan dari berbagai metode
yang telah ada sebelumnya (GDI, 2001: 16). Oleh karena itu, Deep Dialogue bisa menggunakan semua metode
pembelajaran yang telah digunakan sebelumnya seperti Multiple Intelligences,
inkuiri, Belajar Aktif, Keterampilan Proses ataupun Parthnership
Learning Method, sebagaimana yang dikembangkan oleh Eisler.
Dengan demikian, filosofi Deep Dialogue adalah melakukan penajaman-penajaman terhadap seluruh metode
pembelajaran yang telah ada, baik yang bersifat konvensional maupun yang
bersifat inovatif.
Fokus kajian pendekatan
Deep Dialogue dalam pembelajaran dikonsentrasikan dalam mendapatkan
pengetahuan dan pengalaman, melalui dialog secara mendalam, tidak saja
menekankan keaktifan peserta didik pada aspek fisik, akan tetapi juga aspek
intelektual, sosial, mental, emosional dan spiritual. Peserta didik yang telah
belajar di kelas yang menggunakan pendekatan Deep Dialogue, diharapkan
akan memiliki perkembangan koqnisi dan psikososial yang lebih baik. Mereka juga
diharapkan dapat mengembangkan ketrampilan hidup tentang Deep Dialogue
yang akan meningkatkan pemahaman terhadap dirinya dan terhadap orang lain yang
berbeda dari diri mereka, dan oleh karena itu akan memperkuat penerimaan dan
toleransi terhadap perbedaan-perbedaan.
Global Dialogue Institute (2001: 17) mengindetifikasi ciri-ciri pembelajaran
yang menggunakan Deep Dialogue,
yaitu: 1) peserta didik dan Guru nampak aktif, 2) mengoptimalisasikan potensi
intelligensi peserta didik, 3) berfokus pada mental, emosional dan spiritual,
4) menggunakan pendekatan dialog mendalam dan berpikir kritis, 5) peserta didik
dan guru dapat menjadi pendengar, pembicara, dan pemikir yang baik, 6) dapat
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, 7) lebih menekankan pada nilai,
sikap dan kepribadian.
Agar deep dialogue dapat diimplementasikan
dalam pembelajaran perlu diperhatikan kaidah-kaidah deep dialogue sebagai berikut: Pertama, keterbukaan, langkah awal
untuk melakukan dialog mendalam individu harus membuka diri terhadap mitra
dialog, karena sifat terbuka dalam diri akan membuka peluang untuk belajar,
mengubah dan mengembangkan persepsi. Dialog sebagai suatu kegiatan memiliki dua
sisi yakni dalam masyarakat dan antara masyarakat satu dengan masyarakat
lainnya. Hal ini dilakukan mengingat bahwa dialog pada hakekatnya bertujuan
untuk saling berbicara, belajar dan mengubah diri masing-masing pihak yang
berdialog. Kedua, kejujuran, bersikap jujur dan penuh kepercayaan diperlukan
dalam deep dialogue, sebab dialog
hanya akan bermanfaat manakala pihak-pihak yang melakukan bersikap jujur dan
tulus. Artinya masing-masing mengemukakan tujuan, harapan, kesulitan dan cara
mengatasinya melalui berpikir kritis secara apa adanya, serta saling percaya
diantara mereka. Dengan demikian kejujuran merupakan prasyarat terjadinya
dialog. Ketiga, kerjasama, untuk menanamkan kepercayaan antara personal,
langkah awal yang perlu dilakukan adalah dengan menyamakan persepsi dengan cara
bekerjasama dengan orang lain, selanjutnya memilih pokok-pokok permasalahan
yang memungkinkan memberi satu dasar berpijak yang sama. Setelah terjadi
kesamaan persepsi selanjutnya melangkah pada permasalahan umum yang dapat
dihadapi bersama atau mencari solusinya.
0 Komentar