Terbaru

6/recent/ticker-posts

PENINGKATAN KEMAMPUAN BACA TULIS BAHASA INDONESIA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA E WAYANG ABJAD KONTEKSTUAL PADA ANAK TK


Sumber: Jurnal Pendidikan Konvergensi Edisi Oktober 2012

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan peningkatan kemampuan baca tulis bahasa Indonesia melalui penggunaan media E Wayang abjad kontekstual pada anak TK Kencana Sari 02 Kelompok A tahun pelajaran 2012/2013.Penelitian ini dilakukan pada anak Kelompok A TK Kencana Sari 02 tahun pelajaran 2012/2013 dengan jumlah siswa 24.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas dengan 2 siklus setiap siklus melalui 4 tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan tes atau penugasan, sedangkan analisis data dilakukan dengan model interaktif. Aktifitas dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai proses siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penggunaan media E Wayang abjad kontekstual dapat meningkatkan kemampuan baca tulis bahasa Indonesia pada anak TK Kencana Sari 02 Kelompok A tahun pelajaran 2012/2013. Kemampuan baca tulis bahasa Indonesia dari kondisi awal ke siklus II mengalami peningkatan, yaitu dari 3 anak (13%) yang memiliki kemampuan baik menjadi 22 anak (92%). Terjadi peningkatan sebanyak 19 anak (79%). Sikap belajar dari kondisi awal ke kondisi akhir terdapat peningkatan. sikap belajar anak TK Kencana Sari 02 Kelompok A tahun pelajaran 2012/2013 dari siklus I ke siklus II terdapat peningkatan: aspek tekun (nilai rata-rata 3,4 menjadi 4,5, meningkat 1,1; persentase 63,0% menjadi 90,4%, naik 27,4%; dari kategori baik menjadi amat baik), aspek ingin tahu (nilai rata-rata 3,3 menjadi 4,2, naik 0,9; prosentase 64,4% menjadi 90,4%, naik 26%; dari kategori baik menjadi amat baik); dan aspek kerjasama (nilai rata-rata 3,7 menjadi 4,6, meningkat 0,9; persentase 70,4% menjadi 91,1%, naik 20,7%; dari kategori baik menjadi amat baik).


Kata kunci : Kemampuan baca tulis bahasa Indonesia, Penggunaan media E Wayang abjad kontekstual.




Latar Belakang Masalah
Pembelajaran pada anak usia dini khususnya Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan wahana untuk mengembangkan potensi seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minat masing-masing anak. Anderson (1993:85) mengemukakan bahwa Pendidikan TK memberikan kesempatan untuk mengembangkan kepribadian anak, oleh karena itu pendidikan untuk anak TK perlu menyediakan berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan yang meliputi: aspek kognitif, bahasa, sosial, emosi, fisik, dan motorik.
Proses pembelajaran anak TK memang masih menjadi permasalahan di Indonesia pada beberapa tahun terakhir. Ini disebabkan oleh karena pola pembelajaran yang dilaksanakan cenderung berorientasi akademik dan menganggap bahwa konsep-konsep yang ada pada diri anak tidak berkembang secara spontan melainkan harus ditanamkan dan diserap oleh anak melalui perlakuan orang dewasa. Hal ini tentu saja bertentangan dengan hakikat pembelajaran di TK yang menekankan anak sebagai pebelajar yang aktif. Apabila anak TK diajarkan dan bukannya dibelajarkan, maka pengembangan berbagai potensi anak secara optimal tidak akan tercapai. Rachmawati (2005:35) mengemukakan bahwa memberikan kegiatan belajar pada anak didik harus memperhatikan kematangan atau tahap perkembangan anak didik, alat bermain, metode yang digunakan, waktu, serta tempat bermain.
Berdasarkan hasil observasi guru di Kelas A TK Kencana Sari 02, salah satu area yang perlu mendapatkan perhatian serius adalah area baca tulis. Pada area baca tulis, terlihat kemampuan anak masih kurang terutama di dalam mengenal huruf seperti menghubungkan dan menyebutkan tulisan sederhana dengan simbol yang melambangkannya, contoh: gambar bola di bawahnya diisi tulisan “b o l a”. Di samping itu, anak juga kurang mampu membedakan kata-kata yang mempunyai suku kata awal yang sama seperti “kaki-lali”, dan lain-lain. Anak juga masih kurang dalam kemampuan mencontoh huruf begitu pula meniru membuat garis lengkung, miring, datar, membuat lingkaran, bujur sangkar, dan memegang pensil dengan benar.
Penggunaan alat peraga yang menarik perhatian dan dekat dengan lingkungan anak akan meningkatkan minat dan gairah anak untuk belajar khusunya di area baca tulis. Alat peraga/alat bermain adalah kelengkapan penting dalam penyelenggaraan pendidikan di TK. Alat peraga/alat bermain adalah semua benda dan alat yang bergerak maupun yang tidak bergerak yang digunakan untuk menunjang kelancaran penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar, bermain dan bekerja di sekolah, agar dapat berlangsung dengan teratur, efektif dan efisien sehingga tujuan pendidikan di TK dapat tercapai (Depdiknas, 2003: 99).
Selama ini, anak TK Kencana Sari 02 menggunakan alat peraga kartu huruf untuk memperoleh kemampuan baca tulis. Kartu huruf adalah gambar huruf yang dituangkan pada selembar karton berbentuk kartu yang cukup besar (Oberlander, 2002:73). Kartu-kartu tersebut memuat huruf yang ditulis dengan huruf besar dan huruf kecil. Anak hanya mengamati huruf-huruf yang tertuang pada kartu. Kartu tersebut terkadang cepat rusak karena tidak sengaja disobek atau basah oleh tangan anak yang berkeringat. Di samping itu, pada kartu tersebut tidak disertai contoh gambar orang atau benda nyata yang ditemui anak sehari-hari yang menerangkan penggunaan huruf yang dipelajari, sehingga anak kurang bisa mengaitkan antara apa yang dipelajarinya dengan lingkungan sekitarnya.
Anak cenderung menghafal huruf yang terdapat pada kartu dan kurang mengkaitkan dengan penerapan huruf-huruf itu untuk menerangkan orang atau benda yang sering ditemuinya sehari-hari. Dengan demikian pembelajaran yang terjadi akan kurang menjembatani antara apa yang diperoleh anak di TK dengan kemampuan yang seharusnya dimiliki anak untuk menghadapi lingkungannya.
Berdasarkan gambaran tersebut, peranan guru sebagai fasilitator benar-benar dibutuhkan. Guru dituntut untuk lebih kreatif dalam menyiapkan alat peraga/alat bermain yang memfasilitasi pembelajaran anak. Alat peraga/alat bermain digunakan sebagai sarana untuk membangkitkan motivasi anak dalam melakukan kegiatan bermain sambil belajar di area baca tulis. Alat peraga/alat bermain yang dimaksud adalah alat peraga/alat bermain yang bahannya mudah didapat, mudah dibuat guru, mudah digunakan dalam pembelajaran, menarik perhatian anak, dekat dengan lingkungan anak (kontekstual), dan inovatif. Salah satunya adalah alat peraga E Wayang abjad kontekstual. E Wayang abjad adalah bermacam-macam bentuk alfabet dari a sampai z yang ditulis pada karton berbentuk segi empat dan diberi tangkai agar anak bisa memegang seperti E Wayang (Oberlander, 2002:74). Selain mudah digunakan, alat peraga E Wayang abjad kontekstual juga tidak mudah rusak karena ada tempat bagi anak untuk memegang dengan benar. Dan yang lebih penting lagi, alat peraga E Wayang abjad kontekstual akan menjembatani kemampuan yang diperoleh anak di TK dengan lingkungan. Hal ini disebabkan karena pada alat peraga E Wayang abjad kontekstual tersebut disertai gambar yang huruf awalnya sesuai dengan huruf yang dipelajari. Dengan demikian, kegiatan bermain sambil belajar akan lebih aplikatif, kontekstual, dan menyenangkan bagi anak.
           
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian: Apakah melalui penggunaan media E Wayang abjad kontekstual dapat meningkatkan kemampuan baca tulis bahasa Indonesia pada anak TK Kencana Sari 02 Kelompok A tahun pelajaran 2012/2013?

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah mendeskripsikan peningkatan kemampuan baca tulis bahasa Indonesia melalui penggunaan media E Wayang abjad kontekstual pada anak TK Kencana Sari 02 Kelompok A tahun pelajaran 2012/2013.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian bagi siswa Taman kanak-kanak, proses pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan baca tulis bahasa Indonesia. Bagi guru, penggunaan media E Wayang abjad kontekstual dapat dijadikan sebagai input dalam menemukan strategi dan proses belajar mengajar yang baik sehingga dapat menyelenggarakan pembelajaran yang inovatif dan kreatif. Bagi orang tua, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada orang tua, utamanya pada pengembangan kemampuan baca tulis bahasa Indonesia.

KAJIAN TEORI
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Taman Kanak-kanak
Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang anak untuk mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya. Anak-anak  yang memiliki kemampuan berbahasa yang baik pada umumnya memiliki kemampuan yang baik pula dalam mengungkapkan pemikiran, perasaan serta tindakan interaktif dengan lingkungannya. Kemampuan berbahasa ini tidak selalu didominasi oleh kemampuan membaca saja tetapi juga terdapat sub potensi lainnya yang memiliki peranan yang lebih besar seperti penguasaan kosa kata, pemahaman (mendengar dan menyimak) dan kemampuan berkomunikasi.
Pada usia Taman Kanak-Kanak (4 – 6 tahun), perkembangan kamampuan berbahasa anak ditandai oleh berbagai kemampuan sebagai berikut: 1) Mampu menggunakan kata ganti saya dalam berkomunikasi. 2) Memiliki  berbagai perbendaharaan kata kerja, kata sifat, kata keadaan, kata tanya dan kata sambung, 3) Menunjukkan pengertian dan pemahaman tentang sesuatu. 4) Mampu menggungkapkan pikiran, perasaan, dan tindakan dengan menggunakan kalimat sederhana. 5) Mampu membaca dan mengungkapkan sesuatu melalui gambar.
Perkembangan kemampuan tersebut muncul ditandai oleh berbagai gejala seperti senang bertanya dan memberikan informasi tentang berbagai hal, berbicara sendiri, dengan atau tanpa menggunakan alat seperti (boneka, mobil mainan, dan sebagainya). Mencoret-coret buku atau dinding dan menceritakan sesuatu yang fantastik. Gejala-gejala ini merupakan pertanda munculnya kepermukaan berbagai jenis potensi tersembunyi (hidden potency) menjadi potensi tampak (actual potency). Kondisi tersebut menunjukkan berfungsi dan berkembangnya sel-sel saraf pada otak. (DepDikNas, 2000:6)
Secara khusus, perkembangan kemampuan membaca pada anak berlangsung dalam beberapa tahap sebagai berikut: 1) Tahap fantasi (magical stage), Pada tahap ini anak mulai belajar menggunakan buku, mulai berpikir bahwa buku itu penting, melihat atau membolak-balikan buku dan kadang-kadang anak membawa buku kesukaannya. Pada tahap pertama, guru dapat memberikan atau menunjukkan model/contoh tentang perlunya membaca, membacakan sesuatu pada anak, membicarakan buku pada anak. 2) Tahap pembentukan konsep diri (self concept stage) Anak memandang dirinya sebagai pembaca, dan mulai melibatkan diri dalam kegiatan membaca, pura-pura membaca buku, memberi makna pada gambar atau pengalaman sebelumnya dengan buku, menggunakan bahasa buku meskipun tidak cocok dengan tulisan. Pada tahap kedua, orang tua atau guru memberikan rangsangan dengan jalan membacakan sesuatu pada anak. Guru hendaknya memberikan akses pada buku-buku yang diketahui anak-anak. Orang tua atau guru juga hendaknya melibatkan anak membacakan buku. 3) Tahap membaca gambar (bridging reading stage) Pada tahap ini anak menjadi sadar pada cetakan yang tampak serta dapat menemukan kata yang sudah dikenal, dapat mengungkapkan kata-kata yang memiliki makna dengan dirinya, dapat mengulang kembali cerita yang tertulis, dapat mengenal cetakan kata dari puisi atau lagu yang dikenalinya serta sudah mengenal abjad. Pada tahap ketiga, guru membacakan sesuatu pada anak-anak, menghadirkan berbagai kosa kata pada lagu dan puisi, memberikan kesempatan sesering mungkin. 4) Tahap pengenalan bacaan (take-off reader stage), Anak mulai menggunakan tiga sistem isyarat (fraphoponic, semantic dan syntactic) secara bersama-sama. Anak tertarik pada bacaan, mulai mengingat kembali cetakan pada konteknya, berusaha mengenal tanda-tanda pada lingkungan serta membaca berbagai tanda seperti kotak susu, pasta gigi, atau papan iklan. Pada tahap keempat guru masih harus membacakan sesuatu pada anak-anak sehingga mendorong anak membaca suatu pada berbagai situasi. Orang tua dan guru jangan memaksa anak membaca huruf secara sempurna. 5) Tahap membaca lancar (independent reader stage) Pada tahap ini anak dapat membaca berbagai jenis buku yang berbeda secara bebas. Menyusun pengertian dari tanda, pengalaman dan isyarat yang dikenalnya, dapat membuat perkiraan bahan-bahan bacaan. Bahan-bahan yang berhubungan secara langsung dengan pengalaman anak semakin mudah dibaca. (DepDikNas, 2000:7-8).

Untuk memberikan rangsangan positif terhadap munculnya berbagai potensi keberbahasaan anak diatas maka permainan dan berbagai alatnya memegang peranan penting. Lingkungan (termasuk didalamnya peranan orang tua dan guru) seharusnya menciptakan berbagai aktifitas bermain secara sederhana yang memberikan arah dan bimbingan agar berbagai potensi yang tampak akan tumbuh dan berkembang secara optimal
Kemampuan Baca Tulis
kemampuan membaca dan menulis anak terbentuk dari kemampuan mendengar dan berbicara. Kemampuan membaca permulaan merupakan bentuk demonstrasi kemampuan anak untuk memahami pesan oral dalam bentuk mendengar dan bentuk respon yang berkelanjutan (Jalongo, 2007:158). Penjelasan tersebut menunjukkan pengertian bahwa kemampuan sebelum baca-tulis permulaan dipengaruhi oleh kemampuan mendengar dan berbicara. Pentingnya kemampuan mendengar oleh Jalongo juga dijelaskan bahwa mendengar adalah dasar untuk berbicara, membaca dan menulis pada anak. Pernyataan ini dengan catatan terjadi pada anak tanpa gangguan pendengaran (2007:81). Dengan demikian, untuk dapat membaca dan menulis, seorang anak harus memiliki pengalaman mendengar dan berbicara cukup banyak. Hal ini berarti bahwa untuk membentuk kemampuan tersebut, guru tidak dapat berusaha sendiri. Guru membutuhkan peran dari orang tua untuk banyak mendengarkan cerita-cerita pada anak dan mengajak anak untuk berkomunikasi sebagai bentuk pengembangan kemampuan berbicara.
Sebuah penelitian mengatakan bahwa kemampuan baca-tulis permulaan anak dibentuk sejak usia dini. Papalia (2008:248) mengatakan bahwa mayoritas bayi sangat menyukai dibacakan cerita. Nada pembacaan yang dilakukan oleh orang tua atau pengasuh dan cara membacakan ketika bercerita dapat mempengaruhi seberapa baik anak berbicara dan pada akhirnya seberapa baik anak membaca. Pendapat ini kemudian didukung oleh Jalongo yang mengatakan bahwa semakin dini anak dikenalkan dengan teks yang ada dalam buku maka anak semakin siap untuk membaca dan sadar terhadap cetakan (tulisan) (2007: 156). Anak yang belajar membaca dini biasanya adalah anak-anak yang orang tuanya sangat sering membacakan cerita untuk anak dan melakukan kegiatan membaca tersebut ketika usia anak masih sangat muda (Papalia, 2008: 248). Dengan demikian, potensi untuk bisa membaca pada anak terbentuk dari pengalaman mendengarkan cerita sejak usia sedini mungkin. Hal ini berarti perlu peran dari orang tua atau orang terdekat dengan anak sejak dini untuk membacakan cerita.
Kemampuan membaca dan menulis pada anak sangat dipengaruhi oleh kemampuan anak untuk sadar akan phonemik. Kesadaran phonemik yaitu kemampuan untuk membedakan bunyi dalam bahasa. Kemampuan ini terbentuk pada kemampuan mendengarkan. Potensi anak untuk dapat membaca dan menulis juga dapat dideteksi sejak dini melalui tahapan kesadaran phonemik tersebut. Kesadaran phonemik terbentuk sejak bayi baru lahir dengan ciri-ciri yaitu terkejut mendengar suara keras atau suara yang tiba-tiba muncul, menyukai suara-suara yang lembut dan memberi rasa aman, dan tertarik dengan suara yang dimainkan berkali-kali dan berubah-ubah. Kesadaran phonemik pada bayi dan balita dengan ciri-ciri yaitu mulai bereksperimen dengan suara, merespon lagu-lagu yang sering didengar, ikut bergerak sesuai lagu, menunjukkan ketertarikan pada buku mencakup 3 gambar dan benda-benda yang dikenal, berusaha menamai benda atau menirukan suara binatang ketika melihat gambar. Kesadaran phonemik pada anak awal prasekolah memiliki ciri-ciri yaitu menyukai lagu-lagu, cerita, puisi dan mengenali namanya, mengenali irama puisi/syair yang sama (suaranya sama). Kesadaran phonemik di Taman Kanak-kanak ditunjukkan dengan ciri yaitu peduli suara/hubungan simbol-simbol, dan dapat mencampur fonem dan membagi suku kata. Terkait dengan kesadaran phonemik tersebut maka pendidik harus mampu menciptakan kegiatan pembelajaran yang mengembangkan kemampuan anak untuk mengembangkan kesadaran phonemik.
Media E Wayang Abjad Kontekstual
Manfaat media pembelajaran Secara umum manfaat media pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih afektif dan efisien.

 Produk pengembangan yang dihasilkan adalah media pembelajaran berformat digital, dikemas dalam media audio visual berbasis video linier. Produk ini berisi materi “mengenal abjad/huruf , cara penulisan abjad/huruf, serta membacanya sebagai suku kata, kata-kata dan kalimat sederhana”. Produk media pembelajaran e-E Wayang abjad kontekstual dibuat dari A sampai Z.

Bahan yang digunakan untuk pembuatan produk ini adalah kepingan Compact Disc (CD), kertas A4, DVD Cover dan Printer. Font yang digunakan disesuaikan dengan karakteristik peserta didik yaitu Comic San Ms. Hardware yang digunakan yaitu laptop pentium Dual Core Inside dan kamera DSLR (Nikon D5000) , sedangkan software untuk mendesain e-E Wayang abjad kontektual adalah Adobe Photoshop CS3, Ulead 11, Macromedia Flash 8, Screen Flash dan Audacity.

 

Kerangka Berpikir

Kondisi awal guru belum menggunakan metode penggunaan media E Wayang abjad kontekstual dalam pembelajaran baca tulis bahasa Indonesia, maka kemampuan baca tulis bahasa Indonesia pada anak rendah.
Untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan baca tulis bahasa Indonesia maka perlu adanya tindakan yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan pembelajaran melalui penggunaan media E Wayang abjad kontekstual. Siklus I menggunakan penggunaan media E Wayang abjad kontekstual secara kelompok besar (1 kelompok 7-8 anak) dan siklus II menggunakan kartu kata secara kelompok kecil ( 1 kelompok 3-4 anak). Dengan tindakan yang berbeda dari siklus I ke siklus II diharapkan kemampuan baca tulis bahasa Indonesia meningkat.
Kondisi akhir diduga melalui metode penggunaan media E Wayang abjad kontekstual dapat meningkatkan kemampuan baca tulis bahasa Indonesia pada anak TK Kencana Sari 02 Kelompok A tahun pelajaran 2012/2013.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Melalui penggunaan media E Wayang abjad kontekstual dapat meningkatkan kemampuan baca tulis bahasa Indonesia pada anak TK Kencana Sari 02 Kelompok A tahun pelajaran 2012/2013.

METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan yaitu bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2010. Penelitian dilaksanakan di TK Kencana Sari 02 tahun pelajaran 2012/2013. Subjek penelitian adalah kemampuan baca tulis bahasa Indonesia anak TK Kencana Sari 02 Kelompok A tahun pelajaran 2012/2013, dengan jumlah siswa 24.Sumber data pada penelitian tindakan kelas ini ada dua yaitu data yang berasal dari subyek penelitian (primer) dan dari bukan subyek (skunder).
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini berupa teknik tes, dan teknik non tes. Sedangkan alat pengumpulan data meliputi dokumen, tes dan pengamatan.Untuk memperoleh data yang valid mengenai kemampuan baca tulis bahasa Indonesia TK Kencana Sari 02 Kelompok A tahun pelajaran 2012/2013 yaitu : kemampuan baca tulis bahasa Indonesia berupa nilai test yang divalidasi adalah instrumen test yang berupa butir soal dengan content validity diperlukan kisi-kisi soal. Data yang berupa angka (data kuantitatif) dianalisis menggunakan diskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes setelah siklus I dan nilai tes setalah siklus II, kemudian direfleksi. kemampuan baca tulis bahasa Indonesia (observasi) divalidasi melalui trianggulasi sumber, yaitu data yang berasal dari siswa, guru dan rekan kolaborator yang merupakan data kualitatif dianalisis menggunakan analisis diskriptif kualitatif berdasarkan pengamatan dan refleksi dengan membandingkan proses kondisi awal, siklus I dan siklus II. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap tindakan, tahap pengamatan/observasi dan refleksi. Peningkatan kemampuan indikatornya adalah adanya peningkatan kemampuan baca tulis bahasa Indonesia anak TK Kencana Sari 02 Kelompok A tahun pelajaran 2012/2013 dari kurang baik menjadi baik. Peningkatan sikap indikatornya adalah dari kurang baik menjadi baik

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Kemampuan baca tulis bahasa Indonesia pada anak TK Kencana Sari 02 Kelompok A tahun pelajaran 2012/2013 sebelum diadakan penelitian dapat dilihat pada tabel dan gambar grafik berikut.
Tabel 1
Kemampuan Baca tulis bahasa Indonesia Kondisi Awal
Hari Ke
Baik (• )
Cukup (V )
Kurang (0)
Pra Siklus
3
7
14
                     

Gambar 1
Grafik Kemampuan Baca tulis bahasa Indonesia Kondisi Awal

Berdasarkan Tabel dan Gambar grafik diatas tentang hasil nilai test kemampuan baca tulis bahasa Indonesia pada anak TK Kencana Sari 02 Kelompok A tahun pelajaran 2012/2013 sebelum diadakan penelitian ada 14 anak (58%) yang memiliki kemampuan kurang baik, 7 anak (29%) memiliki kemampuan cukup baik, dan hanya 3 anak (13%) yang memiliki kemampuan baca tulis bahasa Indonesia baik.

Deskripsi Siklus I
Pelaksanaan Siklus I menggunakan metode penggunaan media E Wayang abjad kontekstual secara kelompok besar (1 kelompok 7-8 anak). Pembelajaran dilaksanakan selama 2x pertemuan pada hari Rabu tanggal 17 dan hari Kamis 18 November 2010, dengan kegiatan baca tulis bahasa Indonesia.
Hasil nilai kemampuan baca tulis bahasa Indonesia pada anak TK Kencana Sari 02 Kelompok A tahun pelajaran 2012/2013 pada siklus I dapat dilihat pada tabel dan gambar grafik berikut.
Tabel 2
Kemampuan Baca tulis bahasa Indonesia Siklus I

Hari Ke
Baik (• )
Cukup (V )
Kurang (0)
1
4
9
11
2
6
12
6
3
7
12
5
4
9
13
2
5
15
9
0



Gambar 2
Grafik Kemampuan baca tulis bahasa Indonesia Siklus I

Gambar 3
Grafik Kemampuan baca tulis bahasa Indonesia Siklus I Hari ke 5

Berdasarkan Tabel dan Gambar grafik diatas tentang hasil nilai test kemampuan baca tulis bahasa Indonesia TK Kencana Sari 02 Kelompok A tahun pelajaran 2012/2013 Siklus I masih ada 9 anak (38%) yang memiliki kemampuan cukup baik, dan 15 anak lainnya (62%) sudah memiliki kemampuan baca tulis bahasa Indonesia baik.
Hasil observasi tentang Sikap belajar anak pada Siklus I dapat dilihat pada tabel dan gambar grafik berikut.
Tabel 3
Nilai Sikap Anak Siklus I

No
Aspek-aspek
Jumlah Skor
Rata-rata
Persentase
Kategori
1
Tekun
55
3,4
63,0
baik
2
Ingin tahu
57
3,3
64,4
baik
3
kerjasama
65
3,7
70,4
baik

Gambar 4
Grafik Sikap Anak Siklus I

Berdasarkan Tabel dan Gambar grafik diatas tentang hasil pengamatan sikap belajar anak TK Kencana Sari 02 Kelompok A tahun pelajaran 2012/2013 siklus I yang meliputi aspek tekun, ingin tahu dan kerjasama diperoleh skor rata-rata sikap kategori baik
Deskripsi Siklus II
Siklus II merupakan revisi dari siklus I. Perencanaan tindakan yang telah disusun oleh peneliti bersama rekan kolaborator adalah dengan metode penggunaan media E Wayang abjad kontekstual secara kelompok kecil (1 kelompok 3-4 anak). Pembelajaran dilaksanakan selama 2x pertemuan pada hari Rabu tanggal 24 dan hari Kamis 25 November 2010, dengan pembelajaran baca tulis bahasa Indonesia.
Hasil nilai kemampuan baca tulis bahasa Indonesia TK Kencana Sari 02 Kelompok A tahun pelajaran 2012/2013 pada siklus II dapat dilihat pada tabel dan gambar grafik berikut.
Tabel 4
Kemampuan Baca tulis bahasa Indonesia Anak Siklus II

Hari Ke
Baik (• )
Cukup (V )
Kurang (0)
1
12
12
0
2
14
10
0
3
18
6
0
4
21
3
0
5
22
2
0






Gambar 5
Grafik Kemampuan baca tulis bahasa Indonesia Siklus II



Gambar 6
Grafik Kemampuan baca tulis bahasa Indonesia Siklus I Hari ke 5

Berdasarkan Tabel dan Gambar grafik diatas tentang hasil nilai test kemampuan baca tulis bahasa Indonesia TK Kencana Sari 02 Kelompok A tahun pelajaran 2012/2013 Siklus II masih ada 2 anak (8%) yang memiliki kemampuan cukup baik, dan 22 anak lainnya (92%) sudah memiliki kemampuan baik dalam baca tulis bahasa Indonesia.
Hasil observasi tentang sikap belajar anak dalam pembelajaran baca tulis bahasa Indonesia pada Siklus II dapat dilihat pada tabel dan gambar grafik berikut.
Tabel 5
Nilai Sikap Belajar Siklus II

No
Aspek-aspek
Jumlah Skor
Rata-rata
Persentase
Kategori
1
Tekun
97
4,5
90,4
Amat baik
2
Ingin tahu
92
4,2
90,4
Amat baik
3
Kerjasama
98
4,6
91,1
Amat baik

Gambar 7
Grafik Sikap Belajar Siklus II

Berdasarkan Tabel dan Gambar grafik diatas diketahui hasil pengamatan sikap belajar anak TK Kencana Sari 02 Kelompok A tahun pelajaran 2012/2013, yang meliputi aspek tekun, ingin tahu, dan kerjasama diperoleh skor rata-rata sikap belajar dalam kategori amat baik.

Pembahasan
Hasil pembahasan dalam penelitian ini ada 3 hal, meliputi tindakan, kemampuan baca tulis bahasa Indonesia dan sikap belajar anak.
Pelaksanaan pembelajaran baca tulis bahasa Indonesia pada anak TK Kencana Sari 02 Kelompok A tahun pelajaran 2012/2013 belum menggunakan metode penggunaan media E Wayang abjad kontekstual. Pada siklus I menggunakan metode penggunaan media E Wayang abjad kontekstual secara kelompok besar (1 kelompok 7-8 anak). Dilanjutkan siklus II menggunakan metode penggunaan media E Wayang abjad kontekstual secara kelompok kecil (1 kelompok 3-4 anak). Hal tersebut dimaksudkan untuk mengkombinasikan penggunaan metode agar anak lebih paham.
Kemampuan baca tulis bahasa Indonesia dari kondisi awal ke siklus II mengalami peningkatan, yaitu dari 3 anak (13%) yang memiliki kemampuan baik menjadi 22 anak (92%). Terjadi peningkatan sebanyak 19 anak (79%).
Sikap belajar dari kondisi awal ke kondisi akhir terdapat peningkatan. sikap belajar anak TK Kencana Sari 02 Kelompok A tahun pelajaran 2012/2013 dari siklus I ke siklus II terdapat peningkatan: aspek tekun (nilai rata-rata 3,4 menjadi 4,5, meningkat 1,1; persentase 63,0% menjadi 90,4%, naik 27,4%; dari kategori baik menjadi amat baik), aspek ingin tahu (nilai rata-rata 3,3 menjadi 4,2, naik 0,9; prosentase 64,4% menjadi 90,4%, naik 26%; dari kategori baik menjadi amat baik); dan aspek kerjasama (nilai rata-rata 3,7 menjadi 4,6, meningkat 0,9; persentase 70,4% menjadi 91,1%, naik 20,7%; dari kategori baik menjadi amat baik).


PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa melalui penggunaan media E Wayang abjad kontekstual dapat meningkatkan kemampuan baca tulis bahasa Indonesia pada anak TK Kencana Sari 02 Kelompok A tahun pelajaran 2012/2013. Kemampuan baca tulis bahasa Indonesia dari kondisi awal ke siklus II mengalami peningkatan, yaitu dari 3 anak (13%) yang memiliki kemampuan baik menjadi 22 anak (92%). Terjadi peningkatan sebanyak 19 anak (79%). Sikap belajar dari kondisi awal ke kondisi akhir terdapat peningkatan. sikap belajar anak TK Kencana Sari 02 Kelompok A tahun pelajaran 2012/2013 dari siklus I ke siklus II terdapat peningkatan: aspek tekun (nilai rata-rata 3,4 menjadi 4,5, meningkat 1,1; persentase 63,0% menjadi 90,4%, naik 27,4%; dari kategori baik menjadi amat baik), aspek ingin tahu (nilai rata-rata 3,3 menjadi 4,2, naik 0,9; prosentase 64,4% menjadi 90,4%, naik 26%; dari kategori baik menjadi amat baik); dan aspek Kerjasama (nilai rata-rata 3,7 menjadi 4,6, meningkat 0,9; persentase 70,4% menjadi 91,1%, naik 20,7%; dari kategori baik menjadi amat baik).
Implikasi
Implikasi hasil penelitian ini adalah: a) membantu anak yang kurang mampu dalam belajar baca tulis bahasa Indonesia, b) memberikan pengaruh yang positif baik dalam pendidikan dan sosial pada guru dan pada anak, c) merupakan cara praktis untuk membantu anak dalam belajar baca tulis bahasa Indonesia.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian disarankan bahwa sebaiknya guru dalam pembelajaran menyampaikan materi melalui media dan alat peraga. Guru harus mampu menciptakan media yang dapat mendukung kegiatan belajar anak. Guru harus kreatif menggunakan metode-metode lain yang dapat meningkatkan sikap dan kemampuan baca tulis bahasa Indonesia siswa.

DAFTAR PUSTAKA


Anderson. 1993. Tropical Soil Biology and Fertility: A. Handbook of Methods. CAB International. Wallingford
DepDikNas, 2000. Metode Pengembangan Kemampuan Berbahasa. Bandung: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah
Depdiknas, 2003. UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, Jakarta.
Jalongo, 2007. Creative Expression And Play In The Early Chilhood Curriculum. New York.
Oberlander, J.R. 2002. Slow and Steady Get Me Ready. Buku Pedoman Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: PT. Gtamedia
Papalia. 2008. Human Development (Psikologi Perkembangan). Jakarta : Kencana
Rachmawati. 2005. Pengaruh Kebiasaan Belajar, Status Sosial. Ekonomi, Penyesuaian Sosial Siswa dan Motivasi Belajar terhadap. Prestasi Belajar. Skripsi. UIN Malang


Posting Komentar

0 Komentar