Membekali kemampuan dan keterampilan membaca murid Sekolah Dasar diperlukan pembelajaran membaca permulaan. Pembelajaran membaca di kelas tinggi yaitu kelas tiga sampai kelas enam disebut membaca pemahaman atau membaca lanjut. Pemahaman isi dimulai dengan dapatnya murid (a) mengajukan atau menjawab pertanyaan sesuai isi bacaan; (b) mengemukakan gagasan utama; (c) menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri (meringkas bacaan); (d) mengemukakan gagasan / pesan cerita dan sifat pelaku; (f) menentukan bagian yang menarik dalam cerita. Dankin (1989:7) membaca merupakan kegiatan menelaah kata-kata pengarah dan memahami isinya sesuai konteks yang ada.
Berdasarkan uraian tersebut membaca dapat dikatakan sebagai suatu proses memahami gagasan dan ide penulis yang tertuang dalam bacaan lalu menghubungkannya dengan pengalaman / skemata pembaca sebelumnya secara kritis, kemudian interaksi ilmiah yang dinamis tersebut dikembangkan secara kreatif. Berdasarkan pengalaman penulis sebagai guru kelas IV SD Negeri Banaran 01, bahwa kondisi pembelajaran membaca di kelas IV pada umumnya mengalami hambatan yang cukup serius. Pembelajaran masih dilaksanakan dengan cara yang konvensional yaitu murid diberi tugas membaca di sekolah atau di rumah. Tugas itu murid menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar isi bacaan tersebut. Proses murid membaca bukanlah tujuan utama. Tujuannya adalah murid mengerjakan tugas sesuai keinginan guru.
Data yang ada pada murid dalam penilaian membaca pemahaman memperoleh nilai rata-rata kemampuan membaca pemahaman setelah diadakan ulangan harian hanya 56,8 masih berada dibawah nilai KKM yaitu 65 dari nilai ideal 100. Kondisi pembelajaran membaca pemahaman pada siswa perlu segera diperbaiki. Jalan keluar yang akan dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada adalah pemberian alternatif pelaksanaan pembelajaran membaca dengan model, teknik, pendekatan yang berbeda. Di samping itu, pendekatan yang diambil juga harus dapat menggambarkan tingkat pemahaman murid yang menyeluruh, baik pada pemahaman isi yang ditujukan dengan kemampuan murid mengungkapkan kembali isi bacaan baik secara lisan maupun tulisan.
Untuk mengatasi dampak negatif terhadap ketidakmampuan membaca dan memahami isi bacaan dengan baik, diperlukan suatu teknik atau model pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas proses pemahaman. Salah satu alternatif pemecahan masalah yang digunakan dalam meningkatkan ketrampilan membaca pemahaman adalah dengan menggunakan model SQ3R.
Model ini dirancang oleh Robinson pada tahun 1961 yang dapat digunakan dalam pembelajaran membaca untuk meningkatkan daya ingat pemahaman murid terhadap isi bacaan (dalam Burn, 1996:429). SQ3R adalah singkatan dari Survey, Question, Read, Recall, Review. Tahap pelaksanaannya adalah (1) Survey (menyurvey), tahap mengetahui identitas buku (2) Question (bertanya dalam hati) tahap membuat pertanyaan-pertanyaan yang bersifat produktif, (3) Read (membaca) tahap membaca secara teliti, (4) Recall (mengendapkan dan mengingat kembali), tahap seseorang mengendapkan apa yang telah dipahami, (5) Review (melihat ulang secara selintas), tahap ini dilakukan dengan membaca keseluruhan isi buku secara sepintas.
2. Jurnal Pak Walimin BIBerdasarkan uraian tersebut membaca dapat dikatakan sebagai suatu proses memahami gagasan dan ide penulis yang tertuang dalam bacaan lalu menghubungkannya dengan pengalaman / skemata pembaca sebelumnya secara kritis, kemudian interaksi ilmiah yang dinamis tersebut dikembangkan secara kreatif. Berdasarkan pengalaman penulis sebagai guru kelas IV SD Negeri Banaran 01, bahwa kondisi pembelajaran membaca di kelas IV pada umumnya mengalami hambatan yang cukup serius. Pembelajaran masih dilaksanakan dengan cara yang konvensional yaitu murid diberi tugas membaca di sekolah atau di rumah. Tugas itu murid menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar isi bacaan tersebut. Proses murid membaca bukanlah tujuan utama. Tujuannya adalah murid mengerjakan tugas sesuai keinginan guru.
Data yang ada pada murid dalam penilaian membaca pemahaman memperoleh nilai rata-rata kemampuan membaca pemahaman setelah diadakan ulangan harian hanya 56,8 masih berada dibawah nilai KKM yaitu 65 dari nilai ideal 100. Kondisi pembelajaran membaca pemahaman pada siswa perlu segera diperbaiki. Jalan keluar yang akan dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada adalah pemberian alternatif pelaksanaan pembelajaran membaca dengan model, teknik, pendekatan yang berbeda. Di samping itu, pendekatan yang diambil juga harus dapat menggambarkan tingkat pemahaman murid yang menyeluruh, baik pada pemahaman isi yang ditujukan dengan kemampuan murid mengungkapkan kembali isi bacaan baik secara lisan maupun tulisan.
Untuk mengatasi dampak negatif terhadap ketidakmampuan membaca dan memahami isi bacaan dengan baik, diperlukan suatu teknik atau model pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas proses pemahaman. Salah satu alternatif pemecahan masalah yang digunakan dalam meningkatkan ketrampilan membaca pemahaman adalah dengan menggunakan model SQ3R.
Model ini dirancang oleh Robinson pada tahun 1961 yang dapat digunakan dalam pembelajaran membaca untuk meningkatkan daya ingat pemahaman murid terhadap isi bacaan (dalam Burn, 1996:429). SQ3R adalah singkatan dari Survey, Question, Read, Recall, Review. Tahap pelaksanaannya adalah (1) Survey (menyurvey), tahap mengetahui identitas buku (2) Question (bertanya dalam hati) tahap membuat pertanyaan-pertanyaan yang bersifat produktif, (3) Read (membaca) tahap membaca secara teliti, (4) Recall (mengendapkan dan mengingat kembali), tahap seseorang mengendapkan apa yang telah dipahami, (5) Review (melihat ulang secara selintas), tahap ini dilakukan dengan membaca keseluruhan isi buku secara sepintas.
0 Komentar