ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan mendeskripsikan proses pelaksanaan pembelajaran IPA konsep perubahan pada benda melalui pendekatan kontekstual pada siswa kelas VI SD Negeri Manang 01 semester I tahun pelajaran 2013/2014, mendeskripsikan peningkatan hasil belajar IPA konsep perubahan pada benda pada siswa kelas VI SD Negeri Manang 01 semester I tahun pelajaran 2013/2014 setelah melalui pendekatan kontekstual. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan yaitu bulan Agustus 2013 sampai dengan bulan Oktober 2013. Pelaksanaan penelitian pelaksanaan pembelajalaran ini dilakukan di SD Negeri Manang 01, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo pada kelas VI semester I tahun pelajaran 2013/2014 mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tentang materi perubahan pada benda. Jumlah siswa kelas VI di SD Negeri Manang 01 adalah 20 siswa, dengan rincian laki-laki 13 siswa dan perempuan 7 siswa. Prosedur peneilitian yang digunakan yaitu prosedur jenis penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yatu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
Hasil penelitian melalui pendekatan kontekstual yaitu proses pembelajaran siswa dari kondisi awal ke kondisi akhir terdapat peningkatan tentang proses belajar, siklus I ke siklus II terdapat peningkatan keaktifan dari cukup aktif menjadi aktif, peningkatan ketelitian dari cukup teliti menjadi teliti, peningkatan rasa ingin tahu dari cukup tinggi menjadi tinggi dan peningkatan kerjasama dari cukup baik menjadi baik. Hasil belajar siswa dari kondisi awal ke siklus II mengalami peningkatan nilai tuntas 8 siswa (40%) menjadi20 siswa (100%) yaitu meningkat 12 siswa (60%). Nilai rata-rata 60,50 meningkat menjadi 81 yaitu meningkat 20,50.
Kata Kunci:Pendekatan Kontekstual. Hasil belajar IPA
Latar Belakang Masalah
Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dilaksanakan melalui pemberian pengalaman belajar secara langsung dengan menggunakan dan mengembangkan keterampilan proses serta serta sikap ilmiah yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penguasaan IPA harus disertai dengan karakter yang baik agar tidak disalahgunakan dalam penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil observasi di dalam ruang kelas ketika pembelajaran berlangsung nampak beberapa Sebagian besar siswa kurang termotivasi belajar, siswa kurang memahami materi pelajaran, siswa tidak menjawab pertanyaan guru dan siswa kurang memberikan respon atas pertanyaan guru dan tidak mampu mengajukan pertanyaan jika ada kesulitan. Hasil ulangan harian prasiklus menunjukan siswa yang mencapai nilai KKM (65) hanya 8 anak dari 20 siswa atau 40 % dengan nilai rata-rata 60,50. Faktor lain yaitu guru dalam proses pembelajaran belum terjadi secara aktif,kreatif dan kurang menyenangkan, kurang mengoptimalkan pemakaian alat peraga dalam menyampaikan materi pelajaran, belum menggunakan metode yang bervariasi, guru memberikan pertanyaan yang kurang jelas, guru kurang memberi contoh-contoh dan latihan dalam penjelasan.
Berdasarkan permasalahan di atas perlu adanya pemecahan masalah agar dapat meningkatkan proses dan hasil belajar IPA. Alternatif tindakan untuk mengatasi masalah tersebut dengan menerapkan pendekatan kontekstual. Suprijono (2009:79) pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapanya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Alasan memilih pendekatan kontekstual sebagai alternatif untuk memecahkan masalah bertujuan membantu siswa memhami makna bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkanya dengann konteks kehidupan mereka sendiri dalam lingkungan sosial dan budaya masayarakat.
Melalui penelitian tindakan kelas dirumusan masalah sebagai berikut: (1) Bagaimanakah proses pelaksanaan pembelajaran IPA konsep perubahan pada benda melalui pendekatan kontekstual pada siswa kelas VI SD Negeri Manang 01 semester I tahun pelajaran 2013/2014?, dan (2) Seberapa banyak peningkatan hasil belajar IPA konsep perubahan pada benda pada siswa kelas VI SD Negeri Manang 01 semester I tahun pelajaran 2013/2014 setelah melalui pendekatan kontekstual.
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan: (1) mendeskripsikan proses pelaksanaan pembelajaran IPA konsep perubahan pada benda melalui pendekatan kontekstual pada siswa kelas VI SD Negeri Manang 01 semester I tahun pelajaran 2013/2014 dan (2) mendeskripsikan peningkatan hasil belajar IPA konsep perubahan pada benda pada siswa kelas VI SD Negeri Manang 01 semester I tahun pelajaran 2013/2014 setelah melalui pendekatan kontekstual.
Kajian Teori
Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Suwarno (2010:53) menjelaskan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistimatis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah ( scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Kompetensi dasar dan materi IPA kelas VI semester I tahun pelajaran 2013/2014 sebagai berikut. 6.1 Menjelaskan faktor-faktor penyebab perubahan benda (pelapukan, perkaratan, pembusukan) melalui pengamatan (Depdiknas, 2007:34)
Tujuan pelajaran IPA di SD/MI menyebutkan bahwa pelajaran IPA di SD bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (a) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya. (b) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. (c) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. (d) Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. (e) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan. (f) meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. (g) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. (Depdiknas,2007:43).
Pendekatan Kontekstual
Menurut Nurhadi (2004:103) pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning – CTL) adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Dan juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapanya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari usaha siswa mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar. Muslich (2009:41) menjelaskan bahwa pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pendekatan kontekstual dipilih karena dalam sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkontruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Melalui strategi CTL, siswa diharapkan belajar melalui “mengalami”, bukan menghafal
Menurut Sanjaya (2008:118-122) secara ringkas terdapat tujuh asas-asas yang melandasi pelaksanaan pembelajaran kontekstual yaitu (1) konstruksivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman; (2) inkuiri artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis; (3) bertanya dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan siswa, sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir; (4) masyarakat belajar merupakan perwujudan bahwa kerja sama sangat dibutuhkan dalam memecahkan suatu masalah; (5) asas modeling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru siswa; (6) refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilalui; (7) penilaian nyata adalah proses.
Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus kita pahami. Pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran. Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan. Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkan dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan, akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.
Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teori di atas dapat dijelaskan kerangka berpikir dalam penelitian tindakan kelas, bahwa kondisi awal sebelum penelitian hasil belajar IPA tentang konsep perubahan benda siswa kelas VI SD Negeri Manang 01 semester I tahun pelajaran 2013/2014 masih rendah karena disebabkan guru belum menerapkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran. Dengan menerapkan pendekatan kontekstual diharapkan hasil belajar meningkat.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: (1) Melalui pendekatan kontekstual dapat meningkatkan proses pembelajaran IPA konsep perubahan pada benda pada siswa kelas VI SD Negeri Manang 01 semester I tahun pelajaran 2013/2014; (2) Melalui pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar IPA konsep perubahan pada benda pada siswa kelas VI SD Negeri Manang 01 semester I tahun pelajaran 2013/2014.
Metode Penelitian
Setting Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan yaitu bulan Agustus 2013 sampai dengan bulan Oktober 2013. Pelaksanaan penelitian pelaksanaan pembelajalaran ini dilakukan di SDN Manang 01, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo pada kelas VI semester I tahun pelajaran 2013-2014 mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tentang materi perubahan pada benda. Subjek penelitian siswa kelas VI di SDN Manang 01 adalah 20 siswa, dengan rincian laki-laki 13 siswa dan perempuan 7 siswa.
Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Sumber data pada penelitian tindakan kelas ini ada dua yaitu data yang berasal dari subyek penelitian dan dari bukan subjek. Sumber data dari subjek penelitian merupakan sumber data primer yaitu tentang proses dan hasil belajar siswa. Data primer tentang proses belajar berupa hasil pengamatan selama pelaksanaan tindakan yang meliputi tentang keterlibatan siswa persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran, sedangkan data primer tentang hasil belajar berupa nilai ulangan harian. Sumber data selain dari subyek penelitian merupakan sumber data skunder yaitu data hasil pengamatan yang dilakukan dengan koloborasi dengan teman sejawat.Teknik pengumpulan data menggunakan tehnik dokumen, tehnik nontes dan tehnik tes.
Validitas Data dan Analisis Data
Untuk memperoleh data yang valid dalam penelitian tindakan kelas yaitu proses pembelajaran yang berupa hasil pengamatan divalidasi dengan melalui trianggulasi sumber yaitu data yang berasal dari siswa, guru, dan kolaborasi teman sejawat. Data kualitatif hasil pengamatan menggunakan analisis deskriftif kualitatif berdasarkan pengamatan dan refleksi dengan membandingkan proses kondisi awal, siklus I dan siklus II. Hasil belajar yang berupa nilai tes yang divalidasi adalah istrumen tes yang berupa butir soal dengan content validity diperlukan kisi-kisi soal. Data yang berupa angka(data kuantitatif menggunakan analisis deskrrptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes siklus I, dan nilai tes siklus II kemudian direfleksi).
Prosedur Tindakan
Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap tindakan, tahap pengamatan/observasi dan refleksi
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Diskripsi Kondisi Awal
Tabel 1. Ulangan Harian Kondisi awal
NO NILAI X FREKUENSI FX FR
1 30 1 30 5 %
2 40 2 80 10 %
3 50 5 250 25 %
4 60 4 240 20 %
5 70 4 280 20 %
6 80 3 240 15 %
7 90 1 90 5 %
JUMLAH 20 1210 100
Pada proses pembelajaran ini guru hanya menggunakan strategi pembelajaran ceramah, tanya jawab dan tugas tanpa alat peraga dengan hasil nilai anak sebagai berikut. Siswa yang memperoleh di bawah KKM ada 12 siswa dari 20 siswa atau 60 %. Siswa yang memenuhi KKM atau lebih ada 8 siswa dari 20 siswa atau 40 %.
Deskripsi Siklus I
Hasil pengamatan tentang proses pembelajaran siswa dapat dilihat dalam tabel di bawah ini sebagai berikut.
Tabel 2. Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran Siklus I
No Aspek Jumlah Skor Rata-rata Persentase Keterangan
1 Keaktifan 52 2,6 65 Cukup aktif
2 Ketelitian 54 2,7 67,5 Cukup teliti
3 Rasa ingin tahu 48 2,4 60 Cukup tinggi
4 Kerja sama 50 2,5 62 Cukup baik
Berdasarkan tabel di atas perolehan proses pembelajaran siswa siklus I dari jumlah 20 siswa: aspek keaktifan memperoleh jumlah skor 52, rata-rata nilai 2,6 persentase 65 % dengan kategori cukup aktif. Aspek Ketelitian memperoleh jumlah skor 54, rata-rata nilai 2,7, persentase 67,5 % dengan kategori cukup teliti. Aspek rasa ingin tahu memperoleh skor 48, rata-rata nilai 2,4 persentase 60 % kategori cukup tinggi. Aspek kerja sama skor 50 rata-rata nilai 2,5 persentase 62 % dengan kategori cukup baik.
Hasil belajar siswa pada siklus I dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel 3.Ulangan Harian Siklus I
NO NILAI X FREKUENSI FX FR
1 30 0 0 0
2 40 3 120 15 %
3 50 3 150 15 %
4 60 3 180 15 %
5 70 5 350 25 %
6 80 4 320 20 %
7 90 2 180 10 %
JUMLAH 20 1300 100
Pada siklus I guru menerapkan pendekatan kontekstual bervariasi dengan menggunakan alat peraga berupa gambar dengan hasil nilai anak sebagai berikut. Siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM ada 9 anak dari 20 siswa atau 45 %. Siswa yang mencapai nilai KKM atau diatasnya sebanyak 11 siswa atau 55 %.
Deskripsi Siklus II
Hasil pengamatan tentang proses pembelajaran dapat dilihat dalam tabel yaitu sebagai berikut .
Tabel 4. Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran Siklus I
No Aspek Jumlah Skor Rata-rata Persentase Keterangan
1 Keaktifan 68 3,4 85 Aktif
2 Ketelitian 72 3,6 90 Teliti
3 Rasa ingin tahu 76 3,8 95 Tinggi
4 Kerja sama 70 3,5 87 Baik
Berdasarkan tabel di atas perolehan proses pembelajaran siswa siklus II dari jumlah 20 siswa: aspek keaktifan memperoleh jumlah skor 68, rata-rata nilai 3,4 persentase 85 % dengan kategori aktif. Aspek Ketelitian memperoleh jumlah skor72, rata-rata nilai 3,6, persentase 90% dengan kategori teliti. Aspek rasa ingin tahu memperoleh skor 76, rata-rata nilai 3,8 persentase 95 % kategori tinggi. Aspek kerja sama skor 70, rata-rata nilai 3, 5 persentase 87 % dengan kategori baik.
Hasil belajar siswa pada siklus II dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel 5.Hasil Ulangan Harian Siklus II
NO NILAI X FREKUENSI FX FR
1 40 0 0 0 %
2 50 0 0 0 %
3 60 0 0 0 %
4 70 6 420 30 %
5 80 8 640 40 %
6 90 4 360 20 %
7 100 2 200 10 %
JUMLAH 20 1720 100
Pada proses pembelajaran ini guru menerapkan pendekatan kontekstual dengan menggunakan alat peraga berupa benda aslinya yang mudah diperoleh siswa. Adapun hasil nilai anak sebagai berikut. Siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM tidak ada.Siswa yang memperol eh nilai di atas KKM ada 20 anak atau 100%.
Pembahasan/Diskusi
Dalam pembahasan ini ada 2 hal yang akan dibahas, yaitu meliputi proses pembelajaran, dan hasil belajar siswa.
1. Proses Pembelajaran
No Kondisi Awal Siklus I Siklus II Refleksi
1 Siswa :
pasif, kurang bisa berminat belum ada kerjasama, pasif dan suasana belajar kurang menyenangkan
Keaktifan :
Jumlah skor: 52
Nilai rata-rata:2,6
Prosentase : 65 %
Katagori : Cukup Aktif
Ketelitian:
Jumlah skor: 54
Nilai rata-rata : 2,7
Prosentase : 67,5 %
Katagori : Cukup teliti
Rasa ingin tahu:
Jumlah skor: 48
Nilai rata-rata: 2,4
Prosentase : 60 %
Katagori : Cukup tinggi
Kerjasama :
Jumlah Skor: 50
Nilai rata-rata: 2,5
Prosentase : 62 %
Katagori : Cukup baik
Keaktifan :
Jumlah skor: 68
Nilai rata-rata : 3,4
Prosentase : 85 %
Katagori : Aktif
Ketelitian:
Jumlah skor: 72
Nilai rata-rata : 3,6
Prosentase : 90 %
Katagori : teliti
Rasa ingin tahu:
Jumlah skor: 76
Nilai rata-rata : 3,8
Prosentase : 92 %
Katagori : tinggi
Kerja sama :
Jumlah Skor: 70
Nilai rata-rata: 3,5
Prosentase:87%
Katagori : baik
Dari siklus I ke siklus II, keaktifan terdapat peningkatan jumlah skor 52 menjadi 68 meningkat 16. Nilai rata-rata 2,6 menjadi 3,4 meningkat 0,80. Persentase meningkat dari 65% menjadi 85% meningkat 20%. Dari katagori cukup aktif menjadi aktif.
Dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan ketelitian, jumlah skor 54 menjadi 72 meningkat 18. Nilai rata-rata dari 2,7 menjadi 3,6 meningkat 0,9. Prosentase 67,5% menjadi 90 % meningkat 22,5 %. Dari katagori cukup teliti menjadi teliti
Dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan rasa ingin tahu, jumlah skor 48 menjadi 76 meningkat 28. Nilai rata-rata dari 2,4 menjadi 3,8 meningkat 1,4. Prosentase 60% menjadi 92% meningkat 32 %. Dari katagori cukup tinggi menjadi tinggi.
Dari siklus siklus I ke siklus II kerjasama terdapat peningkatan. Jumlah skor 50 menjadi 70 meningkat 20. Nilai rata-rata 2,5 menjadi 3,5 meningkat 1. Persentase meningkat dari 62% menjadi 87% meningkat 25 %. Dari katagori cukup baik menjadi baik.
2.Hasil Belajar Siswa
No Kondisi Awal Siklus I Siklus II Refleksi Kondisi Awal ke Siklus II
1 Dari 20 siswa yang mendapat nilai:
Tuntas 6 siswa (31,58 %), dan siswa yang belum tuntas 13 siswa (68,42 %) nilai rata-rata 61,57 Dari 20 siswa yang mendapat nilai :
Tuntas 12 siswa (63,16 %), dan siswa yang belum tuntas 7 siswa (36,84%) nilai rata-rata 71,78 Dari 20 siswa yang mendapat nilai :
Tuntas 19 siswa (100%) dan nilai rata-rata 82,78 Dari Kondisi awal ke siklus II mengalami peningkatan Nilai tuntas 8 siswa (40%) menjadi20 siswa (100%) yaitu meningkat 12 siswa (60%). Nilai rata-rata 60,50 meningkat menjadi 81 yaitu meningkat 20,50.
Hasil Penelitian
Berdasarkan pembahasan (diskusi) di atas hasil tindakan yang berupa proses , hasil belajar dan dapat dijelaskan sebagai berikut.
Proses Pembelajaran Siswa
Dari kondisi awal ke kondisi akhir terdapat peningkatan tentang proses belajar. Dari siklus I ke siklus II terdapat peningkatan keaktifan dari cukup aktif menjadi aktif, peningkatan ketelitian dari cukup teliti menjadi teliti, peningkatan rasa ingin tahu dari cukup tinggi menjadi tinggi dan peningkatan kerjasama dari cukup baik menjadi baik.
Hasil belajar Siswa
Dari Kondisi awal ke siklus II mengalami peningkatan nilai tuntas 8 siswa (40%) menjadi20 siswa (100%) yaitu meningkat 12 siswa (60%). Nilai rata-rata 60,50 meningkat menjadi 81 yaitu meningkat 20,50.
PENUTUP
Simpulan
Berdasakan rumusan masalah, hasil penelitian, dan pembahasan dalam penelitian tindakan kelas dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada siswa kelas VI SD Negeri Manang 01 dapat disimpulkan sebagai berikut. (1) Proses pembelajaran IPA konsep perubahan pada benda berlangsung lancar dengan suasana menyenangkan dari siklus I ke siklus II terdapat peningkatan keaktifan dari cukup aktif menjadi aktif, peningkatan ketelitian dari cukup teliti menjadi teliti, rasa ingin tahu dari sedang menjadi tinggi, dan kerjasama cukup menjadi baik. (2) Ada peningkatkan hasil belajar dari kondisi awal ke siklus II nilai tuntas 8 siswa (40%) menjadi20 siswa (100%) yaitu meningkat 12 siswa (60%). Nilai rata-rata 60,50 meningkat menjadi 81 yaitu meningkat 20,50.
Implikasi
Berdasarkan kajian teori serta penerapan pendekatan kontekstual untuk memecahkan permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :
1. Mendapat teori baru tentang pendekatan pembelajaran yang disesuaikan dengan kehidupan nyata.
2. Sebagai dasar untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas selanjutnya dalam rangka memperbaiki proses pembelajaran
Saran-saran
1. Saran bagi siswa, memperoleh pengalaman langsung baik secara fisik maupun mental dalam kehidupan nyata.
2. Saran bagi guru, memberikan informasi kepada siswa dan memberi kesempatan untuk menggali informasi agar lebih bermakna untuk bekal dalam kehidupan nyata sehari-hari dilingkungannya.
3. Saran bagi sekolah, memberikan berbagai alternatif tindakan pembelajaran dalam mengembangkan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
___________________________. 2007. Pedoman Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di Sekolah Dasar. BSNP: Jakarta.
Muslich Mansur. 2009. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Bumi Aksara: JakartaNurhadi. 2004. Kurikulaum 2004. Grasindo : Jakarta.
Sanjaya Wina. 2008. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Kencana Perdana Media Group: Jakarta.
Suprijono Agus. 2009. Cooperative Lerning. Pustaka Pelajar : Yogyakarta.
Suwarno. Mulyadi. 2010. Pedagogi Khusus Bidang Studi Sekolah Dasar. UMS: Surakarta.
0 Komentar