Terbaru

6/recent/ticker-posts

PTK OR SMP: PERBEDAAN PENGARUH METODE MENGAJAR DAN KEMAMPUAN GERAK TERHADAP KETERAMPILAN TEKNIK DASAR BERMAIN BOLAVOLI DI SMP NEGERI 3 TAWANGSARI SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2010/2011

PERBEDAAN PENGARUH METODE MENGAJAR DAN KEMAMPUAN
GERAK TERHADAP KETERAMPILAN TEKNIK DASAR BERMAIN
BOLAVOLI DI SMP NEGERI 3 TAWANGSARI SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Tupadi

ABSTRAK
        Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) perbedaan pengaruh metode mengajar resiprokal dan self check (periksa diri) terhadap keterampilan teknik dasar bermain bolavoli siswa, (2) perbedaan pengaruh kemampuan gerak tinggi dan rendah terhadap keterampilan teknik dasar bermain bolavoli siswa, (3) interaksi antara metode mengajar dan kemampuan gerak dalam mempengaruhi hasil belajar keterampilan teknik dasar bermain bolavoli.
        Penelitian dilaksanakan dengan metode eksperimen dengan desain factorial 2x2. Sampel penelitian adalah siswa putra kelas VIII SMP N 3 Tawangsari, sebanyak 80 siswa. Sampel dibagi dalam 4 (empat) kelompok eksperimen yaitu 1) kelompok eksperimen 1 dengan metode resiprokal yang memiliki kemampuan gerak tinggi, 2) kelompok eksperimen 2 dengan metode resiprokal yang memiliki kemampuan gerak rendah, 3) kelompok eksperimen 3 dengan metode self check yang memiliki kemampuan gerak tinggi, 4) kelompok eksperimen 4 dengan metode self check yang memiliki kemampuan gerak rendah. Data diperoleh dari tes keterampilan teknik dasar bermain bolavoli, menggunakan instrumen AAHPER Volleyball Skill Test Manual yang terdiri dari tes passing dan tes servis bawah. Teknik analisis data dengan menggunakan analisis varians ANAVA 2 x 2 dengan taraf signifikansi a = 0,05.
        Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) ada perbedaan yang signifikan antara metode mengajar resiprokal dan metode mengajar self check terhadap keterampilan teknik dasar bermain bolavoli, dimana metode mengajar resiprokal memiliki hasil yang lebih tinggi daripada hasil metode self check. 2) ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan gerak tinggi dan kemampuan gerak rendah terhadap terhadap keterampilan teknik dasar bermain bolavoli, dimana siswa dengan kemampuan gerak tinggi memiliki hasil lebih tinggi daripada daripada hasil kemampuan gerak rendah, 3) ada interaksi antara metode mengajar dan kemampuan gerak terhadap keterampilan teknik dasar bermain bolavoli. Berdasarkan hasil rata-rata (x) setiap kelompok, menunjukkan bahwa siswa yang memiliki kemampuan gerak tinggi akan lebih cocok diberikan pembelajaran dengan metode resiprokal, dan siswa yang memiliki kemampuan gerak rendah akan lebih cocok diberikan pembelajaran dengan metode self check.
Kata kunci : Metode Mengajar, Kemampuan Gerak, Teknik Dasar Bolavoli

PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
        Metode mengajar adalah suatu cara penyajian materi pembelajaran yang dilakukan secara sistematis untuk mendorong tercapainya tujuan pengajaran dalam suatu proses membuat orang belajar atau manipulasi lingkungan. Dalam pembelajaran pendidikan jasmani ada beberapa macam metode mengajar yang seharusnya digunakan. Mosston (1994:5) mengemukakan bahwa metode mengajar terdiri dari dua kelompok, yaitu metode mengajar langsung adalah metode mengajar tak langsung. Metode mengajar langsung adalah peran guru lebih banyak (teacher centered) yang meliputi lima macam metode yaitu : metode komamdo, metode latihan, metode resiprokal, metode self check, dan metode inklusi. Metode mengajar tidak langsung meliputi : metode penemuan terpimpin, metode penemuan konvergen, metode eksplorasi, metode divergen production.
        Metode mengajar yang dilakukan oleh guru dalam praktek pembelajaran pendidikan jasmani umumnya dan permainan bolavoli khususnya, cenderung tradisionil. Keterampilan menggunakan metode mengajar yang dilakukan oleh para guru pendidikan jasmani untuk menangani kegiatan praktek olahrag bolavoli masih jauh dari yang diharapkan. Model metode mengajar yang dipergunakan cenderung berpusat para guru, dimana para siswa melakukan gerakan-gerakan atau latihan keterampilan berdasarkan intruksi guru. Latihan-latihan atau keterampilan berdasarkan inisiatif siswa hampir tidak pernah dilakukan.
   

    Pengalaman menunjukkan, menerapkan metode yang berpusat pada guru dalam mengajarkan teknik dasar bermain bolavoli, siswa terlihat kurang merangsang semangat belajarnya, cepat bosan atau jenuh, menurunnya minat siswa untuk mengikuti pendidikan umumnya, bermain bolavoli khususnya dan bahkan dengan metode tersebut kurang meningkatkan kemampuan siswa dalam bermain bolavoli. Padahal dalam pembelajaran pendidikan jasmani hal yang esensial adalah mengutamakan unsur bermain, kegembiraan pedagogis, membina kesehatan dan rasa percaya diri bagi siswa dalam bersosial supaya siswa-siswa tidak bosan.
         Untuk memecahkan permasalahan tersebut di atas, sangat diperlukan inovasi dan kreatifitas oleh guru terutama dalam menentukan metode mengajar yang sesuai dengan karakteristik materi yang diajarkan. Peran guru pendidikan jasmani dalam upaya membina siswa dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai teknik-teknik dasar bermain bolavoli sangat tergantung pada kreatifitas guru dalam memilih dan menentukan metode.

B.Rumusan Masalah
        Karakteristik permainan bolavoli terlihat dari unsur-unsur gerak yang terdapat di dalammya. Unsur gerak permainan bolavoli sangat jelas kelihatan ketika seseorang melakukan teknik dasar dalam permainan bolavoli. Teknik-teknik dasar dalam permainan bolavoli sebagaimana disebutkan Beutelstahl (1086:9), ada 6 (enam) yaitu : (1) servis; (2) pass bawah; (3) pass atas; (4) smas; (5) blok; (6) pertahanan. Dan Druwachter (1990: 82) mengemukakan, “ tahap awal permainan bolavoli sudah memadai apabila pemain telah menguasai teknik dasar yang terdiri dari service dan passing.
        Dari penjelasan di atas, tentang beberapa teknik dalam permainan bolavoli, teknik service dan passing merupakan keterampilan paling dasar dalam permainan bolavoli. Dikatakan keterampilan paling dasar karena servis adalah pukulan pertama dalam permainan bolavoli, tanpa servis permainan tidak akan dapat dimulai, servis tidak akan dapat dimulai, servis juga bias digunakan cara untuk menyerang dalam menambah angka. Dan passing adalah mengoperkan bola yang dimainkannya kepada teman seregunya untuk dimainkan di lapangan sendiri. Dengan menguasai teknik passing dalam permainan bolavoli, seorang pemain akan dapat bertahan dari servis tajam dan kuat serta dapat memberikan umpan yang tepat keteman regu.
        Servis dan passing merupakan teknik dasar dalam permainan bolavoli, namun sulit dipelajari, lebih-lebih untuk siswa yang belum terampil. Karenanya perlu dirancang sebuah metode mengajar yang sesuai supaya siswa mudah mempelajarinya, mengelola siswa dan mengkemas metode mengajar dengan bahan ajar secara menarik yang bisa merangsang minat belajar siswa dan siswa tidak merasa jenuh. Agar metode mengajar yang akan diterapkan dapat dirancang dengan baik, terlebih dahulu perlu dikaji faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan teknik dasar servis dan passing dengan baik dalam permainan bolavoli, diperlukan unsur-unsur kondisi fisik seperti : kekuatan, kecepatan, kelenturan, keseimbangan, ketepatan, daya tahan, kelincahan, koordinasi dan daya ledak otot tungkai.
        Berdasarkan karakteristik olahraga bolavoli di atas dan pentingnya peranan metode mengajar yang sesuai dalam meningkatkan keterampilan teknik dasar dalam permainan bolavoli. Maka perlu untuk menentukan metode pembelajaran yang bisa mendukung untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam penguasaan keterampilan teknik dasar servis bawah dan passing dalam permainan bolavoli. Maka dalam penelitian ini akan dicobakan dua macam metode mengajar yang diterapkan dalam proses pembelajaran keterampilan servis bawah dan passing yaitu metode mengajar resiprokal dan metode mengajar self check. Metode resiprokal adalah suatu metode mengajar yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan umpan balik kepada temannya sendiri. Metode mengajar self check adalah suatu metode mengajar yang dikembangkan dengan memeriksa sendiri tugas yang diberikan guru kepada siswa, keputusan selanjutnya dipindahkan kepada siswa agar lebih bertanggung jawab.  


        Selain metode mengajar hal yang tidak kalah penting yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran pendidikan jasmani adalah factor dari siswa sendiri. Siswa harus mempunyai motivasi, semangat, kemandirian dan kemampuan gerak, terutama dalam hal belajar gerak, belajar keterampilan cabang olahraga pada umumnya dan permainan bolavoli khususnya. Dalam menerapkan metode mengajar untuk meningkatkan keterampilan teknik dasar bermain bolavoli harus didukung factor kemampuan gerak siswa, karena dengan kemampuan gerak yang baik akan memudahkan dalam penguasaan teknik dasar bermain bolavoli. Untuk itu perlu dilakukan latihan kemampuan motorik yang sungguh-sungguh, teratur, dan berulang-ulang agar terjadi peningkatan kemampuan gerak. Kemampuan gerak mempunyai pengaruh dalam belajar keterampilan servis dan passing dalam permainan bolavoli.
        Setiap siswa mempunyai kemampuan fisik dan kemampuan psikis, dari setiap siswa pasti berbeda-beda dengan kemampuan tersebut dalam pelaksanaan rutinitasnya masing-masing. Terjadi perbedaan kemampuan antara setiap siswa karena kondisi kualitas fisik yang berbeda, baik kondisi secara internal maupun eksternal. Rusli Luthan (1988:322) mengatakan, bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar gerak adalah ; (1) kondisi internal, kondisi siswa yang mencakup faktor-faktor yang terdapat atau melekat dalam diri siswa, (2) kondisi eksternal, yang mencakup faktor-faktor dari luar yang mempengaruhi diri siswa. Perbedaan kemampuan gerak memiliki implikasi terhadap proses pembelajaran. Kecepatan dan penguasaan keterampilan olahraga dipengaruhi kemampuan gerak. Tinggi rendahnya kemampuan gerak yang dimiliki siswa menentukan hasil pembelajaran gerak olahraga umumnya, belajar keterampilan teknik dasar bolavoli khususnya. Perbedaan kemampuan gerak yang ada pada siswa, harusnya menjadi pertimbangan sebagai suatu faktor yang menentukan dalam belajar teknik dasar bermain bolavoli umumnya, servis bawah dan passing khususnya. Perbedaan siswa dalam hal kemampuan gerak akan menjadi bahan pertimbangan yang sangat penting ketika guru memilih dan menentukan metode mengajar yang sesuai dengan karakter dari masing-masing siswa, memberikan perlakuan yang berbeda dalam proses belajar agar siswa mencapai hasil yang optimal. Menurunnya kemampuan gerak yang dimiliki siswa harusnya perlu menerapkan metode mengajar yang membuat siswa lebih giat untuk berolahraga, bukan metode yang membosankan, sehingga bila siswa sudah giat untuk berolahraga otomatis aktifitas akan meningkat yang pada akhirnya kemampuan geraknya akan meningkat dan akan memudahkan dalam belajar teknik dasar bermain bolavoli.
C.Tujuan Penelitian   
        Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui : 1) perbedaan pengaruh metode mengajar resiprokal dan metode self check terhadap keterampilan teknik dasar bermain bolavoli, 2) perbedaan keterampilan teknik dasar bermain bolavoli antara siswa yang memiliki kemampuan gerak tinggi dan kemampuan gerak rendah, 3) interaksi metode mengajar dengan kemampuan gerak terhadap keterampilan teknik dasar bermain bolavoli.     
LANDASAN TEORI
A.Hakikat Metode Mengajar
        Metode mengajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlanngsungnya pengajaran, Nana Sudjana (1989:76). Sementara Winarno Surakhmad (1986:24) menyatakan bahwa metode mengajar adalah cara yang mempergunakan teknik yang beraneka ragam, yang didasari oleh pengertian yang mendalam dari guru akan memperbesar minat belajar murid-murid, sehingga mempertinggi hasil belajar. Sedangkan Mosston (1994:3), menjelaskan metode mengajar dalam pendidikan jasmani adalah pedoman khusus untuk struktur episode belajar atau pelajaran, yang merupakan rangkaian yang berkesinambungan antara guru dan siswa. Lebih lanjut, dikemukakan bahwa membahas tentang metode mengajar adalah membicarakan masalah dalam menentukan bagaimana mengajar dengan baik, atau menjawab pertanyaan “cara apakah yang terbaik” untuk mencapai tujuan, dan “pendekatan-pendekatan mana yang bias mencapai sasaran guru”.
       
        Dengan demikian Metode mengajar adalah suatu upaya yang digunakan guru atau pelatih untuk memudahkan perolehan pengetahuan atau keterampilan tertentu, dengan melalui tahapan belajar keterampilan gerak yaitu tahap kognitif, tahap fiksasi dan tahap otonom. Pada tahap kognitif atlet diberikan pemahaman tentang apa dan bagaimana keterampilan yang dipelajari, urutsn gerakan serta keterampilan mana yang lebih dahulu dikuasai. Inti dari tahap ini adalah pembentukan rencana tindakan. Pada tahap fiksasi, pola-pola gerakan dalam bentuk rencana tindakan dilatih sampai ada perubahan. Kata lain, tahap fiksasi adalah tahap pengeluaran rencana tindakan dalam bentuk gerakan yang sesungguhnya. Gerakan dilatih berulang-ulang hingga menjadi benar. Pada tahap otonom atau otomatisasi, atlet berusaha meningkatkan kecepatan penampilan gerakan serta ketepatan gerakan sehingga menyerupai atau melampaui apa yang dibutuhkan ketika menghadapi suatu pertandingan yang sesungguhnya. Pada awalnya para siswa membutuhkan informasi yang jelas tentang apa dan bagaimana serta urutan gerakan yang hendak dipelajari. Hal ini dimaksudkan bahwa metode mengajar, haruslah cukup menyediakan informasi bagi para siswa untuk mengolah masukan sehingga terbentuk rencana tindakan atau rencana gerak. Rencana gerak ini akan terbentuk bila metode mengajar yang digunakan guru sangat memberikan peluang untuk mengaktifkan kegiatan kognitif.
        Mosston (1994:5) telah menciptakan metode mengajar yang dapat dipakai untuk mengajarkan keterampilan motorik, dimana metode mengajar terdiri dari beberapa macam metode. Adapun metode mengajar tersebut adalah metode mengajar langsung dan tidak langsung. Metode mengajar langsung adalah peran guru lebih banyak, yang meliputi lima macam yaitu : gaya komando, gaya latihan, gaya resiprokal, self check dan gaya inklusi. Sedangkan metode mengajar tidak langsung ada empat yaitu : gaya penemuan terpimpin, gaya penemuan konvergen, gaya eksplorasi dan gaya divergen production. 
        Metode resiprokal (reciprocal style) adalah suatu gaya mengajar yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan umpan balik kepada temannya sendiri yang memungkinkan siswa dalam belajar dapat meningkatkan interaksi soswial antara siswa. Sebagaimana disebutkan Mosston (1994:65) “metode mengajar resiprokal diartikan sebagai gaya mengajar yang menunjukkan hubungan sosial antar teman sebaya dan kondisi untuk member umpan balik yang cepat”
        Mosston (1994:65) mengemukakan, metode resiprokal mempunyai cirri-ciri pokok pembelajaran, antara lain :
Mempunyai kesempatan untuk melakukan pengulangan praktek dengan observer secara individu.
Mempratekkan tugas berdasarkan kondisi-kondisi yang diberikan secara umpan balik segera dari teman sebaya.
Mampu mendiskusikan dengan teman sebaya mengenai aspek spesifik dari tugas tersebut.
Melihat dan memahami bagian-bagian dan urutan did lam melakukan tugas.
Mempraktekkan tugas tanpa guru meminta umpan balik atau penjelasan ketika ada kesalahan yang dikoreksi.
        Metode mengajar self check adalah siswa belajar sendiri dan melakukan umpan balik terhadap diri sendiri berdasarkan lembar criteria yang ditugaskan. Mosston (1994:103), mengemukakan bahwa Metode mengajar self check diciptakan untuk hubungan siswa dengan guru yang dikembangkan dengan memeriksa sendiri tugas yang diberikan guru kepada siswa, keputusan selanjutnya dipindah kepada siswa agar lebih bertanggung jawab. Siswa melaksanakan tugas dan menyesuaikan dengan criteria yang dibuat oleh guru sebagai umpan balik. Hal ini sangat berguna bagi siswa untuk tidak tergantung pada umpan balik dari luar, dan memulai menggunakan umpan balik dari dirinya sendiri. Dengan adanya umpan balik dari dalam dirinya sendiri akan melatih kejujuran siswa dan objektifitas dalam menilai penampilan seseorang sehingga bisa menerima ketidakcocokan dan keterbatasan diri. Sesuai dengan pendapat Mosston (1994:103), bahwa peranan dari metode self check adalah (1) untuk menghentikan siswa dari ketergantungan secara todal terhadap sumber-sumber umpan balik dari luar, untuk mengandalkan umpan balik  dari diri sendiri, (2) menggunakan criteria untuk mengoreksi diri, (3) memelihara kejujuran dan objektifitas mengenai penampilan seseorang, (4) menerima ketidakcocokan dan keterbatasan diri, (5) melanjutkan proses individualisasi dengan membuat keputusan pada saat pelajaran selama dan sesudah pertemuan.
        Implikasi dari metode self check menurut Mosston (1994:164) adalah sebagai berikut : (1) guru menilai kemampuan siswa untuk mengembangkan sistem monitori diri, (2) guru percaya kepada siswa untuk jujur, (3) guru dapat mengidentifikasi keterbatasan, keberhasilan dan kegagalan siswa, (4) guru dapat menggunakan self check sebagai umpan balik untuk perbaikan, (5) guru mempunyai kesabaran untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang berfokus pada periksa sendiri dan juga pelaksanaan tugas, (6) guru menghargai kemandirian siswa, (7) guru dapat bekerja sendiri dan mengikutsertakan proses periksa sendiri.
        Dampak dari metose self check ini antara lain : dapat mendorong kemandirian siswa dan siswa lebih tergantung pada self check. Hal ini tentu sangat menguntungkan sekali bagi siswa karena dengan dipercaya oleh guru untuk memeriksa sendiri penampilan mereka tentu akan tercipta kejujuran dan juga rasa percaya diri yang tinggi. Dari sinilah akan muncul kemandirian bagi siswa dan juga dapat menilai kemampuan diri seobjektif mungkin.
B. Hakikat Kemampuan Gerak
        Kemampuan gerak dapat dipahami sebagai indikator dari tingkat kemahiran atau penguasaan suatu hal yang memerlukan gerak tubuh. Sukintana (2004:78) menjelaskan kemampuan motorik merupakan kualitas hasil gerak individu dalam melakukan gerak, baik gerakan non-olahraga maupun gerak dalam olahraga atau kematangan penampilan keterampilan motorik. Sementara Rusli Lutan (1988:96), menjelaskan bahwa kemampuan motorik adalah kapasitas dari seseorang yang berkaitan dengan pelaksanaan dan peragaan suatu keterampilan yang relative melekat. Kualitas kemampuan motorik seseorang yang dapat mempermudah dalam melakukan keterampilan gerak, oleh karena itu kemampuan gerak dapat dipandang sebagai landasan keberhasilan masa yang akan datang didalam melakukan keterampilan gerak khusus, “seseorang yang memiliki kemampuan gerak yang lebih baik dari yang lain, diduga akan lebih berhasil dalam menyelesaikan tugas keterampilan gerak khusus” Kierkendall (1980:213).
        Kemampuan yang dipelajari dengan baik akan berkembang mejadi kebiasaan. Hilgard dkk (1982:24), melukiskan “kebiasaan sebagai setiap bentuk yang berulang dengan cepat dan lancar, tersusun dari pola gerakan yang dapat dikenal”. Umumnya seseorang kurang memperhatikan rincian kegiatan kebiasaannya, kebiasaan relatif otomatis serta pola gerakannya berulang.
        Kemampuan motorik tidak akan berkembang melalui kematangan saja, melainkan kemampuan itu harus dipelajari. Jika hal tersebut diabaikan, maka kemampuan motorik anak akan berada di bawah kemampuannya. Sebagai contoh, apabila pada waktu anak mempelajari kemampuan passing bawah dalam permainan bolavoli tidak ada sedikit bimbingan yang diberikan, maka kemampuan tersebut dipelajarinya lebih lambat dan kurang efisien daripada kalau kepada anak ditunjukkan bagaimana cara pass yang sebenarnya, kemampuan yang diperoleh juga akan berbeda.
        Secara potensial setiap individu (siswa) memiliki kemampuan gerak yang berbeda-beda. Perbedaan ini disebabkan karena banyak banyak variabel, salah satunya adalah karena faktor keturunan yaitu adanya perubahan-perubahan dalam ukuran badan, tinggi badan, fungsi fisiologis dank arena variabel lingkungan yaitu pengaruh lingkungan tempat anak hidup (pembentukan awal hidup anak). Faktor lingkungan tidak dapat dipisahkan dari pembentukan kemampuan gerak anak. Seorang anak yang memiliki lingkungan terlalu banyak aturan dan larangan cenderung memiliki kemampuan gerak rendah dibanding dengan anak hidup dalam lingkungan yang memiliki kebebasan positif. Anak yang memiliki kebebasan cenderung lebih leluasa mengekpresikan semua potensi geraknya, sehingga memiliki kemampuan gerak yang lebih tinggi. Makin luas pola gerak yang dimiliki seseorang maka makin berpotensi untuk menguasai keterampilan gerak.
        Kemampuan gerak seseorang mempunyai implikasi terhadap hasil pembelajaran. Anak yang memiliki kemampuan gerak tinggi cenderung tanpa diperintah saja keinginan gerak sudah tinggi lebih ditambah media bermain. Anak yang memiliki kemampuan gerak rendah, cenderung malas bergerak oleh karena diperlukan bimbingan dan tugas. Mereka akan bergerak apabila ada intruksi dan atau dapat melaksanakan tugas. Model pembelajaran pendekatan latihan biasanya banyak memberikan penjelasan, arahan, bimbingan dan perintah yang mungkin menimbulkan kejemuan anak.
C. Keterampilan Teknik Dasar Bermain Bolavoli 
        Permainan bolavoli merupakan permainan dengan memukul bola secara serentak atau langsung, artinya bola divoli sebelum jatuh ke tanah/lantai, dengan memainkan atau memantulkan bola sebanyak-banyaknya tiga kali dan tidak dibenarkan setiap pemain memainkan bola di udara sebanyak dua kali berturut-turut. Permainan ini dimainkan dua regu, masing-masing regu terdiri atas enam pemain. Dimana setiap pemain berusaha untuk memvoli setiap bola yang datang, baik dengan jari-jari tengah maupun dengan satu tangan atau kedua belah tangan, dengan tujuan menyelamatkan bola di lapangan sendiri dan menyerang ke lapangan lawan.
        Teknik dasar merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dalam keterampilan bermain bolavoli, dengan teknik yang baik dan benar akan berdampak pada produktifitas dan efektifitas dalam permainan bolavoli. Dalam bahasa sederhananya untuk dapat bermain bolavoli dengan baik dan benar seorang pemain harus dapat menguasai teknik permainan bolavoli dengan terampil. Teknik-teknik dasar dalam permainan bolavoli menurut Kleinman dan Dieter (1986:9) mengemukakan, “ teknik dasar bolavoli adalah service, passing, smash dan block”. Kemudian Beuteistahi (1986:9), menjelaskan teknik-teknik dasar permainan bolavoli meliputi : (1) servis; 92) pass bawah; (3) pass atas; (4) smas; (5) blok; (6) pertahanan. Sementara Druwachter (1990:82) mengemukakan, “tahap awal permainan bolavoli sudah memadai apabila pemain telah menguasai teknik dasar yang terdiri dari service dan passing.






METODOLOGI PENELITIAN
Setting Penelitian       
        Penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2010/2011 di Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Tawangsari, Sukoharjo.
Subyek Penelitian
Subyek Penelitian ini adalah siswa, yakni 80 siswa SMP Negeri 3 Tawangsari, Sukoharjo.
Teknik dan Pengumpulan Data
         Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dengan tujuan untuk mengetahui gejala-gejala tertentu melalui perlakuan-perlakuan yang dikenakan terhadap sampel percobaan. Rancangan penelitian yang akan digunakan didalam penelitian ini adalah dengan rancangan factorial 2 x 2 (Glass and Hopskins, 1984: 272-301). Sampel penelitian sebanyak 80 siswa, diperoleh dengan menggunakan teknik purposive random sampling.
         Data penelitian diperoleh dari keterampilan teknik dasar bermain bolavoli siswa dengan menggunakan baterai tes AAHPER Volley Skill Test Manual. Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan teknik Analisis Varians (ANAVA), dengan perhitungan Uji F pada taraf signifikan 0.05 %. Sebelum sampai pada pemanfaatan anava lebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas.
HASIL PENELITIAN
    Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik Analisis Varians (ANAVA). Untuk keperluan analisis varians, data yang diperlukan dapat dilihat pada table berikut ini :
Tabel 1. Rangkuman Data Hasil Penelitian

     Gaya Mengajar           
     Resiprokal    Self Check           

     Tinggi    n     = 20
x     = 47,6
S x  = 952
S x2 = 906304     n     = 20
x     = 37,4
S x  = 748
S x2 = 559504    n     = 40
x     = 43
S x  = 1720
S x2 = 295840      
     Rendah    n     = 20
x     = 37,9
S x  = 758
S x2 = 574564     n     = 20
x     = 39,3
S x  = 786
S x2 = 617796    n     = 40
x     = 38,6
S x  = 1544
S x2 = 238393      
Total    n     = 40
x     = 43,25
S x  = 1730
S x2 = 38327     n     = 40
x     = 38,35
S x  = 1534
S x2 = 617796    S x  = 1632
S x2 = 68444   


Tabel 2. Ringkasan Hasil Anava

Sumber Varians    Jumlah
Kuadrat
(JK)    dk    Rata-rata
Jumlah Kuadrat
(RJK)    F hitung    F table
a = 0,05      
Antar kolom
Antar baris
Interaksi    240,1
193,6
396,9    1
1
1    240,1
193,6
396,9    8,41
6,78
13,90    4,11
4,11
4,11      
Antar kelompok
Dalam kelompok
    830,6
1027,8    3
36    -
28,55              
Total    1858,4    40    -    -    -   

Dari table 2 di atas dapat dijelaskan bahwa :
Dengan F0,05  (1,36) = 4,11 (dilihat dari table nilai persentil F, lampiran table F) terlihat bahwa Fhitung  = 8,41 > F0,05  (1,36) = 4,11, sehingga hasil belajar keterampulan teknik dasar bermain bolavoli siswa yang diajar dengan metode resiprokal lebih baik dari hasil belajar keterampilan teknik dasar bermain bolavoli siswa yang diajar dengan metode Self Check.
Dengan F0,05  (1,36) = 4,11, terlihat bahwa Fhitung  = 6,78 > F0,05  (1,36) = 4,11, sehingga hasil belajar keterampilan teknik dasar bermain bolavoli siswa yang memiliki kemampuan gerak tinggi lebih baik dari hasil belajar keterampilan teknik dasar bermain bolavoli siswa yang memiliki kemampuan gerak rendah.
Dengan F0,05  (1,36) = 4,11, terlihat bahwa Fhitung  = 13,90 > F0,05  (1,36) = 4,11, sehingga terdapat interaksi antara metode mengajar dan kemampuan gerak siswa dalam meningkatkan hasil belajar keterampilan teknik dasar bermain bolavoli.
        Berdasarkan hasil-hasil perhitungan dalam penelitian yang diperoleh, terlihat bahwa kemampuan teknik dasar bermain bolavoli pada siswa yang diajarkan dengan metode resiprokal adalah lebih tinggi jika dibandingkan dengan kemampuan teknik dasar bermain bolavoli pada siswa yang diajarkan dengan metode self check. Hal ini dimungkinkan karena dengan metode resiprokal, siswa tidak merasa terbeban atau dipaksa dalam mempelajari gerakan. Sebab dengan metode resiprokal siswa (pelaku dan pengamat) diberikan kebebasan untuk melakukan tugas atau materi pelajaran dengan kemampuan yang mereka miliki. Dengan kondisi belajar seperti ini siswa akan lebih tertarik dan lebih bergairah dalam mempelajari suatu keterampilan ataupun gerakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Siswa diberikan pilihan-pilihan untuk mengulangi keterampilan sesuai dengan pilihan dan keinginan siswa, dengan kata lain mereka dapat bereksplorasi gerakan yang diinginkan oleh siswa.
        Jadi pada dasarnya pembelajaran yang diberikan dengan metode mengajar resiprokal diyakini keunggulannya dalam meningkatkan hasil belajar keterampilan teknik dasar bermain bolavoli. Untuk siswa yang memperoleh pembelajaran dengan metode resiprokal, siswa merasakan adanya kebebasan dalam melakukan suatu gerakan dengan pasangannya dan mengulanginya tanpa adanya keterpaksaan dari guru untuk melakukannya. Dengan kata lain siswa yang diajarkan dengan metode resiprokal ini tidak menyadari bahwa siswa telah diberikan kepercayaan untuk melakukan gerakan sesuai dengan kebutuhan dirinya, dan siswa akan menemukan bersama dengan pengamat atas kesulitan-kesulitan pelaku, yang nantinya setelah selesai pertemuan akan dicari pemecahannya lewat berdiskusi dengan guru. Tidak seperti selama ini dimana siswa untuk melakukan suatu gerakan-gerakan secara bagian-bagian melalui intruksi dari guru, dengan kata lain siswa menjadi pasif dan hanya menunggu perintah dari guru. Hal ini sejalan dengan pendapat Singer (1980), konsep belajar keseluruhan dalam mempelajari suatu gerak merupakan modifikasi dari teori kognitif.
        Pendapat yang sama dikemukakan oleh Fox (1992), apabila gerakan sederhana lebih baik diajarkan secara menyeluruh. Selain kenyataan yang dihadapi dalam penerapan metode mengajar resiprokal tersebut, sejalan dengan temuan penelitian ini telah menguatkan bahwa hasil kemampuan teknik dasar bermain bolavoli pada siswa yang diajarkan dengan metode resiprokal lebih tinggi secara signifikan dari hasil belajar kemampuan teknik dasar bermain bolavoli pada siswa yang diajarkan dengan metode self check.
        Dalam pembelajaran suatu gerak, keterampilan, maupun melakukan suatu aktivitas setiap siswa berbeda-beda dalam melakukannya, ada yang suka melakukan aktivitas-aktivitas dengan gerakan-gerakan yang bervariasi dan berulang-ulang, ada yang melakukan suatu gerakan kalau diperintah oleh guru dan menirukan apa yang dilakukan oleh guru, hal ini tergantung tingkat kemampuan gerak yang dimiliki masing-masing siswa. Kemampuan gerak merupakan indikator dari tingkat kemahiran atau penguasaan suatu hal yang memerlukan gerak tubuh.
        Hal ini sesuai dengan pendapat Oxendine (1968:267) yang menyatakan kemampuan gerak adalah gambaran dari salah satu kecakapan dalam melakukan bermacam-macam keterampilan dasar dan aktivitas fisik secara keseluruhan. Kemampuan gerak siswa merupakan karakteristik yang dimiliki oleh siswa yang harus menjadi sumber pengetahuan bagi guru dalam mengajarkan suatu gerakan sehingga guru dapat menyesuaikan rencana pembelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan gerak siswa. Kemampuan gerak juga merupakan suatu kapasitas umum yang berkaitan dengan prestasi berbagai macam keterampilan. Hasil belajar salah satunya dipengaruhi oleh tingkat kemampuan gerak yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Bagi siswa yang memiliki tingkat kemampuan gerak tinggi, berarti siswa tersebut mempunyai potensi untuk dapat melakukan gerakan dengan hasil yang lebih baik apabila dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan gerak rendah, sehingga diharapkan hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan gerak tinggi akan lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan gerak rendah.
        Hal ini terbukti secara empiris di lapangan bahwa hasil belajar keterampilan teknik dasar bermain bolavoli siswa yang memiliki kemampuan gerak tinggi lebih tinggi dari hasil belajar keterampilan teknik dasar bermain bolavoli siswa yang memiliki kemampuan gerak rendah. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata hasil kemampuan gerak tinggi (43) lebih tinggi dari hasil belajar keterampilan teknik dasar bermain bolavoli siswa yang memiliki kemampuan gerak rendah (38,6).
        Hasil penelitian ditemukan bahwa metode mengajar dan kemampuan gerak saling berinteraksi dalam mempengaruhi keterampilan teknik dasar bermain bolavoli, ini terbukti dari hasil perhitungan diperoleh F hitung = 13,90 dan F tabel = 4,11 yang berarti besarnya F hitung  lebih besar daripada F tabel  menunjukkan ada interaksi antara metode mengajar resiprokal dan metose mengajar self check serta kemampuan gerak siswa terhadap kemampuan teknik dasar bermain bolavoli. Pembelajaran dengan metode resiprokal lebih cocok digunakan untuk belajar teknik dasar bermain bolavoli pada siswa yang memiliki kemampuan gerak tinggi, sedangkan untuk metode self check lebih baik diajarkan pada kelompok siswa yang memiliki kemampuan gerak rendah. Namun bukan berarti tidak baik resiprokal digunakan dalam belajar teknik dasar bermain bolavoli pada siswa yang memiliki kemampuan gerak rendah.  Hal ini berarti bahwa dalam penerapan metode mengajar resiprokal dalam pembelajaran teknik dasar bermain bolavoli tersebut penting untu mempertimbangkan kemampuan gerak siswa sehingga keterampilan teknik dasar bermain bolavoli lebih baik.






PENUTUP
SIMPULAN
        Penelitian ini menyimpulkan bahwa :
 1) Ada perbedaan yang signifikan metode mengajar resiprokal dengan self check terhadap keterampilan teknik dasar bermain bolavoli pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 3 Tawangsari, Sukoharjo. Keterampilan teknik dasar bermain bolavoli dalam pembelajaran pendidikan jasmani pada siswa yang diajar dengan menggunakan metode resiprokal lebih tinggi dari siswa yang diajar dengan menggunakan metode self check.
 2) Ada perbedaan yang signifikan keterampilan teknik dasar bermain bolavoli antara siswa putra kelas VIII SMP Negeri 3 Tawangsari, Sukoharjo yang memiliki kemampuan gerak tinggi dan kemampuan gerak rendah, keterampilan teknik dasar bermain bolavoli pada siswa yang memiliki kemampuan gerak lebih tinggi dari siswa yang memiliki kemampuan gerak rendah.
 3) Terdapat interaksi antara metode mengajar dan kemampuan gerak terhadap keterampilan teknik dasar bermain bolavoli siswa. Untuk siswa yang memiliki kemampuan gerak tinggi lebih efektif dalam meningkatkan keterampilan teknik dasar bermain bolavoli jika menggunakan metode resiprokal, sedangkan untuk siswa yang memiliki kemampuan gerak rendah ternyata metode mengajar self check lebih efektif dalam meningkatkan keterampilan teknik dasar bermain bolavoli disbanding jika menggunakan metode resiprokal.

Penulis:
Nama        :Tupadi,S.Pd.,M.Or
Mengajar Mapel: Pendidikan Jasmani
Unit Kerja    :SMP Negeri 3 Tawangsari, Sukoharjo





DAFTAR PUSTAKA
David L. Gallahue, John C. Ozmun. 1997. Understanding Motor Development : Infants, Children, Adolescents, Adults. Fourth Edition. United States Of America: Mc. Graw Hill Companis.
Davis Damien. 1988. Physical Education; Theory and Practice. Australia PTY LTD : Demillan Company.
Dieter Beutelstahl. 1986. Belajar Bermain Bolavoli (terjemahan Pioner Jaya). Bandung Pioner Jaya.
Durrwachter, G. 1990. Belajar dan Berlatih Sambil Bermain. Jakarta : PT Gramedia
Beutelstahl, D. 2003. Belajar Bermain Bolavoli. Alih Bahasa Oleh Tim Redaksi Pioner Jaya. Bandung : Pioner Jaya.
Mosston, Musca, Asworth, Sara. 1994. Teaching Physical Education. Fourth edition. New York : Macmillan Publishing Company.
Richard A. Schmiht. 1991. Motor Learning & Performance. Uniter State of America : Human Kinetic Publisher.

Posting Komentar

0 Komentar