Terbaru

6/recent/ticker-posts

PTK BHS INGGRIS SMP: PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBAHASA INGGRIS SISWA MELALUI BERBICARA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PBL (PROJECT BASED LEARNING) TEKNIK BERCERITA PADA SISWA KELAS IX D SMP NEGERI 3 NGUTER SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2010/ 2011

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBAHASA INGGRIS  SISWA MELALUI BERBICARA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PBL (PROJECT BASED LEARNING) TEKNIK BERCERITA PADA SISWA
KELAS IX D SMP NEGERI 3 NGUTER SEMESTER I
TAHUN PELAJARAN 2010/ 2011
 MULYANI
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pencapaian ketrampilan berbahasa berbicara pada pembelajaran bahasa Inggris melalui model PBL (Project Based Learning ) dengan menggunakan teknik bercerita pada siswa kelas IX D di SMP Negeri 3 Nguter Semester I Tahun Pelajaran 2010/2011
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kerlas, melalui tindakan tiga siklus. Tiap siklus terdiri atas empat tahapan, yakni; perencanaan, pelaksanaan/tindakan, observasi, dan analisis atau refleksi.
    Dari hasil pembahasan tiap siklus dari pra siklus sampai siklus III,terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam ketrampilan berbicara bahasa Inggris. Pada pra siklus dimana siswa masih menerima pola pembelajaran secara konvensional, siswa belum bisa menerima yang disampaikan oleh guru maka guru mencoba dengan pola pembelajaran project based learning dengan  system berkelompok, ternyata pada siklus I ini siswa belum bisa juga mengikuti, ini dikarenakan siswa terbiasa dimanjakan oleh guru sehinngga banyak siswa yang pasif. Siswa masih bingung dengan pola berkelompok yang diterapkan oleh guru,
        Pada siklus II para siswa sudah bisa mengerti apa yang telah dijelaskan oleh guru. pada siklus ini siswa disuruh mencari banyak referensi yang berhubungan dengan materi yang diajarakan dan setiap pertemuan yang akan datang siswa diminta berkelompok dan membaca referensi-referensi yang didapat, walaupun ada siswa dalam kelompok belum bisa, tapi siklus II lebih baik disbanding siklus I, karena sedikit banyak siswa masih belum bisa maka pengamatan dilanjut ke siklus III. Pada siklus III ini siswa sudah banyak kemajuan dan bisa mengerti pelajaran yang diberikan oleh gurunya.
Kata Kunci: Strategi Pembelajaran, Ketrampilan Berbicara, Metode PBL (Project Based Learning)
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional memerankan bagian yang sangat penting. Selain digunakan sebagai media untuk berkomunikasi juga digunakan untuk menguasai teknologi yang perkembangannya menuntut kita untuk mempelajarinya lebih dalam. Pembelajaran bahasa Inggris harus mencakup 4 ketrampilan berbahasa yaitu : berbicara (reading), menyimak (listening), berbicara (speaking), dan menulis (writing) secara terpadu. Berbicara adalah salah satu ketrampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa untuk memahami isi suatu wacana.
Berbicara (reading) adalah salah satu ketrampilan dari 4 ketrampilan berbahasa yang harus dikuasai dalam pengajaran bahasa Inggris. Namun yang terjadi didalam kelas ketika diberikan kegiatan berbicara teks dan siswa diminta untuk memahami isi teks melalui pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh guru sangatlah jauh dari yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh beberapa sebab antara lain; (1) Teks yang diberikan adalah teks bahasa Inggris yang merupakan bahasa asing di Indonesia, sehingga pemahaman siswa akan  kata perkata (Vocabulary mastery) yang digunakan untuk mengetahui isi bacaan sangatlah jauh dari yang diharapkan. (2) Karena vocabulary mastery pada siswa sangat minim membuat siswa tidak dapat memahami secara langsung informasi-informasi baik yang tersurat maupun yang tersirat didalam bacaan. (3) Dengan hanya berbicara teks siswa tidak merasa senang sebagaimana tujuan pada kegiatan berbicara.
Ada beberapa hal yang terjadi pada siswa sehubungan dengan 3 alasan tersebut diantaranya adalah; siswa tidak berbicara teks secara keseluruhan, siswa tidak mau berusaha mencari arti didalam kamus, siswa tidak menjawab pertanyaan baik mengenai informasi yang tersirat maupun tersurat dengan tepat namun mereka mengambil jawaban hanya dengan menjodohkan kalimat yang sama tanpa memahami maksudnya. Jika hal ini dibiarkan berlarut maka dikhawatirkan keinginan siswa untuk meningkatkan kemampuan penguasaan kosa kata (vocabulary mastery) akan berkurang dan mungkin hilang, siswa tidak mau berusaha untuk menemukan informasi yang ada didalam bacaan, kerjasama antar kelompok tidak bisa maksimal karena kegiatan yang dilakukan siswa tidak memotivasi siswa untuk menyelesaikan bersama dengan rasa senang, keadaan kelas yang teacher-centered membuat komunikasi di dalam kelas sangat tidak aktif dan membuat siswa takut atau malu bertanya tentang permasalahan yang dihadapinya didalam kegiatan berbicara.
B.    Rumusan Masalah
Permasalahan yang timbul dalam pembelajaran bahasa Inggris adalah kesulitan siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran, terutama dalam pencapaian ketrampilan berbahasa berbicara. Adapun rumusan masalahnya adalah:
1.    Bagaimanakah aktivitas siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris melalui  model PBL (Project Based Learning) dengan menggunakan teknik bercerita pada siswa kelas IX D di SMP Negeri 3 Nguter Tahun Pelajaran 2010/2011?
2.    Bagaimanakah hasil pencapaian ketrampilan berbahasa berbicara melalui model PBL ( Project Based Learning) dengan menggunakan teknik bercerita pada siswa kelas IX D di SMP Negeri 3 Nguter Tahun Pelajaran 2010/2011
C.    Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan untuk mencapai tujuan sebagai berikut:
1.    Meningkatkan aktivitas siswa dalam pencapaian ketrampilan berbahasa berbicara pada pembelajaran bahasa Inggris melalui model PBL (Project Based Learning ) dengan menggunakan teknik bercerita pada siswa kelas IX D di SMP Negeri 3 Nguter Tahun Pelajaran 2010/2011.
2.    Meningkatkan hasil pencapaian ketrampilan  berbicara melalui model PBL   (Project Based Learning )dengan menggunakan teknik bercerita pada siswa kelas IX D di SMP Negeri 3 Nguter Tahun Pelajaran 2010/2011.

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A.    Kajian Teoritis
a.    Hakikat Berbicara
Berbicara adalah proses aktif dari pikiran yang dilakukan melalui mata terhadap bidang pembicaraan. Dalam kegiatan kecakapan, berbicara memroses informasi dari teks yang dibaca untuk memperoleh makna (Vacca, 1991: 172). Berbicara merupakan kegiatan yang penting dalam kehidupan sehari-hari, karena berbicara tidak hanya untuk memperoleh informasi, tetapi berfungsi sebagai alat untuk memperluas pengetahuan bahasa seseorang. Dengan demikian, anak sejak kelas awal SD perlu memperoleh latihan berbicara dengan baik khususnya berbicara permulaan Para ahli telah mendefiniskan tentang berbicara dan tidak ada kriteria tertentu untuk menentukan suatu definisi yang dianggap paling benar. Menurut Harris dan Sipay (1980: 8) berbicara sebagai suatu kegiatan yang memebrikan respon makna secara tepat terhadap lambang verbal yang tercetak atau tertulis. Pemahaman atau makna dalam berbicara lahir dari interaksi antara persepsi terhadap simbol grafis dan ketrampilan bahasa serta pengetahuan pembaca.
Dalam interaksi ini, berbicara berusaha menciptakan kembali makna sebagaimana makna yang ingin disampikan oleh penulis dan tulisannya. Dalam proses berbicara itu pembaca mencoba mengkreasikan apa yang dimaksud oleh penulis. Dilain pihak, Gibbon (1993: 70-71) mendefinisikan berbicara sebagai proses memperoleh makna dari cetakan. Kegiatan berbicara bukan sekedar aktivitas yang bersifat pasif dan reseptfi saja, melainkan menghendaki pembicara untuk aktif berpikir. Untuk memperoleh makna dari teks, pembaca  arus menyertakan latar belakang “bidang” pengetahuannya, topik, dan pemahaman terhadap sistem bahasa itu sendiri. Tanpa hal-hal tersebut selembar teks tidak berarti apa-apa bagi pembaca. Dalam kegiatan berbicara terjadi proses pengolahan informasi yang terdiri atas informasi visual dan informasi nonvisual (Smith, 1985: 12). Informasi visual, merupakan informasi yang dapat diperoleh melalui indera penglihatan, sedangkan informasi nonvisual merupakan informasi yang sudah ada dalam benak pembaca. Karena setiap pembaca memiliki pengalaman yang berbeda–beda dan dia menggunakan pengalaman itu untuk menafsirkan informasi visual dalam bacaan, maka isi bacaan itu akan berubah–ubah sesuai dengan pengalaman penafsirannya                 (Anderson, 1972: 211).
Menurut Wilson dan peters (dalam Cleary, 1993: 284) bahwa berbicara merupakan statu proses menysun makna melalui interaksi dinamis diantara pengetahuan pembaca yang telah ada, informasi yang telah dinyatakan oleh bahasa tulis, dan konteks situasi pembaca. Berdasarkan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa berbicara adalah proses interaksi antara pembaca dengan teks bacaan. Pembaca berusaha memahami isi bacaan berdasarkan latar belakang pengetahuan dan kompetensi kebahasaannya kemudian dilisankan.  Dalam proses pemahaman bacaan tersebut, pembaca pada umumnya membuat ramalan-ramalan berdasarkan sistem semantik, sintaksis, grafologis, dan konteks situasi yang kemudian diperkuat atau ditolak sesuai dengan isi bacaan yang diperoleh serta menyusun setiap kata dengan tepat.
b.    Pengertian Project Based Learning
Based learning Languae dalam pengertian ini adalah berbicara permulaan dalam teori ketrampilan, maksudnya menekankan pada proses penyandian berbicara secara mekanikal. Berbicara permulaan yang menjadi acuan adalah berbicara merupakan proses recoding dan decoding (Anderson, 1972: 209). Berbicara merupakan suatu proses yang bersifat fisik dan psikologis. Proses yang bersifat fisik berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual. Dengan indera visual, pembaca mengenali dan membedakan gambar-gambar bunyi serta kombinasinya. Melalui proses recoding, pembaca mengasosiasikan gambar-gambar bunyi beserta kombinasinya itu dengan bunyi–bunyinya.
Dengan proses tersebut, rangkaian tulisan yang dibacanya menjelma menjadi rangkaian bunyi bahasa dalam kombinasi kata, kelompok kata, dan kalimat yang bermakna. Di samping itu, pembaca mengamati tanda–tanda baca untuk mrmbantu memahami maksud baris-baris tulisan. Proses psikologis berupa kegiatan berpikir dalam mengolah informasi. Melalui proses decoding, gambar–gambar bunyi dan kombinasinya diidentifikasi, diuraikan kemudian diberi makna. Proses ini melibatkan knowledge of the world dalam skemata yang berupa kategorisasi sejumlah pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan dalam gudang ingatan (Syafi’ie, 1999: 7). Menurut La Barge dan Samuels (dalam Downing and Leong, 1982: 206) proses berbicara permulaan melibatkan tiga komponen, yaitu (a) visual memory (vm), (b) phonological memory (pm), dan (c) semantic memory (sm). Lambanglambang fonem tersebut adalah kata, dan kata dibentuk menjadi kalimat.
Proses pembentukan tersebut terjadi pada ketiganya. Pada tingkat VM, huruf, kata dan kalimat terlihat sebagai lambang grafis, sedangkan pada tingkat PM terjadi proses pembunyian lambang. Lambang tersebut juga dalam bentuk kata, dan kalimat. Proses pada tingkat ini bersumber dari VM dan PM. Akhirnya pada tingkat SM terjadi proses pemahaman terhadap kata dan kalimat. Selanjutnya dikemukakan bahwa untuk memperoleh kemampuan berbicara diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan                     (a) lambang–lambang  tulis, (b) penguasaan kosakata untuk memberi arti, dan (c) memasukkan makna dalam kemahiran bahasa. Pada tingkatan based learning, dalam hal ini pembaca belum memiliki keterampilan kemampuan berbicara yang sesungguhnya, tetapi masih dalam tahap belajar untuk memperoleh keterampilan/ kemampuan berbicara. Berbicara pada tingkatan ini merupakan kegiatan belajar mengenal bahasa tulis. Berbicara permulaan merupakan suatu proses ketrampilan dan kognitif. Proses ketrampilan menunjuk pada pengenalan dan penguasaan lambang-lambang fonem, sedangkan proses kognitif menunjuk pada penggunaan lambang-lambang fonem yang sudah dikenal untuk memahami makna suatu kata atau kalimat.
c.    Pembelajaran Based Learning languae   
Pembelajaran berbicara permulaan diberikan di kelas I dan II. Tujuannya adalah agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat berbicara lanjut (Akhadiah, 1991/1992: 31). Pembelajaran berbicara permulaan merupakan tingkatan proses pembelajaran berbicara untuk menguasai sistem tulisan sebagai representasi visual bahasa. Tingkatan ini sering disebut dengan tingkatan belajar berbicara (learning to read). Berbicara lanjut merupakan tingkatan proses penguasaan berbicara untuk memperoleh isi pesan yang terkandung dalam tulisan Tingkatan ini disebut sebagai berbicara untuk belajar (reading to learn). Kedua tingkatan tersebut bersifat kontinum, artinya pada tingkatan berbicara permulaan yang fokus kegiatannya penguasaan sistem tulisan, telah dimulai pula pembelajaran berbicara lanjut dengan pemahaman walaupun terbatas. Demikian juga pada berbicara lanjut menekankan pada pemahaman isi bacaan, masih perlu perbaikan dan penyempurnaan penguasaan teknik berbicara permulaan (Syafi’ie, 1999: 16).
d.Menyampaikan Informasi
Hasil belajar yang diperoleh dari penjelasan adalah pemahaman, bukan ingatan. Melalui penjelasan, siwa dapat memahami hubungan sebab akibat, memahami prosedur, memahami prinsip, atau membuat analogi. Sedangkan hasil belajar berupa ingatan dan hafalan diperoleh melalui cerita. Dengan demikian apabila guru menceritakan suatu peristiwa, maka hasilnya adalah peserta didik dapat menceritakannya kembali. Sementara dengan penjelasan, hasil belajar peserta didik adalah bisa menjelaskan kembali dengan bahasanya sendiri. Seorang guru kepada murid harusnya bisa menyampaikan informasi, menerangkan, menjelaskan, memberi motivasi, mengajukan pendapat kepada siswa. 

B.    Penelitian yang Relevan
Telah dilakukan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan cara siswa berbicara dengan Based Learning melalui pembelajaran dengan pendekatan Contextual learning) disertai sanksi pada siswa kelas IX D SMP Negeri 3 Nguter tahun ajaran 2010/ 2011 mengingat kepekaan siswa akan bahasa inggris kurang maka  belajar siswa belum nampak secara signifikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan belajar dan peningkatan kemampuan siswa sebesar 15,43% selama tindakan kelas dari siklus satu sampai siklus tiga yang masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Setelah dilakukan analisis data menggunakan pendekatan triangulasi data yang meliputi reduksi data, pemaparan data dan verifikasi pengambilan simpulan maka diperoleh simpulan bahwa pembelajaran dengan pendekatan Based Learning disertai sanksi dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Inggris siswa kelas IX D SMP Negeri 3 Nguter ajaran 2010/ 2011. Melalui pembelajaran ini siswa memiliki kesadaran akan pentingnya meningkatkan kemampuan belajar bahasa inggris dalam belajar dan memahami kosa kata dan pengertian berbicara pada kemampuan siswa.
C.    Hipotesis Tindakan
Hipotesis merupakan dugaan sementara dari hasil penelitian, sehingga peneliti dalam hal ini memberikan prediksi terhadap kesimpulan yang akan diperolehnya setelah penelitian tersebut selesai.  Adapun hipotesis penelitian  ini adalah sebagai berikut :
1.    Diduga upaya yang dilakukan guru pengampu Bahasa Inggris dalam meningkatkan kemampuan siswa kurang aktif dalam mengajar sehingga siswa kurang bisa menerima pelajaran bahasa inggris dengan baik.
2.    Diduga guru belum menerapkan strategi based learning yang diterapkan oleh sekolah dalam mengurangi siswa yang belum bisa belajar bahasa inggris. 
3.    Diduga peran serta guru masih kurang sehingga pembelajaran bahasa inggris dengan sitem based learning sangat diperlukan.




METODE PENELITIAN
A.    Setting Penelitian
Setting penelitian merupakan tempat dimana penelitian tersebut dilaksanakan. Adapun tempat penelitian ini adalah di SMP Negeri 3 Nguter khususnya kelas IX D Semester I Tahun Pelajaran 2010/2011.
B.    Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan kajian utama dalam penelitian ini.  Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX D SMP Negeri 3 Nguter tahun pelajaran 2010/ 2011
C.    Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini yang dipergunakan adalah teknik pengumpulan data berbentuk tes. Tes tersebut meliputi membuat dialog dan karangan berbahasa Inggris yang harus sesuai dengan ejaan yang disempurnakan dalam kamus besar basasa Inggris, dan sesuai dengan metode project based learning, maka peserta didik yang sudah dibagi dalam beberapa kelompok tersebut harus mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
Mengingat Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas maka juga dipergunakan metode pengamatan (observe) meliputi data yang dikumpulkan dari hasil kegiatan yang dilaksanakan dari satu siklus ke siklus berikutnya.
D.    Analisis Data
Pada Penelitian Tindakan Kelas ini, data dianalisis sejak tindakan pembelajaran dilaksanakan. Teknik analisis data yang digunakan adalah menggunakan analisis deskriptif komparatif. Analisis deskriptif komparatif merupakan analisis yang menggambarkan perbandingan nilai tes kondisi awal dengan nilai tes setelah tindakan pada siklus I dan nilai tes pada siklus II
E.    Prosedur Penelitian
Penelitiian ini dilakukan dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri tiga siklus, pada setiap siklus terdiri atas empat tindakan, yaitu tahap perencanaan, tahap tindakan, tahap pengamatan/observasi, dan tahap refleksi.

HASIL PENELITIAN  DAN PEMBAHASAN
A.    Deskripsi Kondisi Awal
Pada deskripsi kondisi awal siklus ini guru akan membuat materi bahasa inggris bisa diterima siswa menurut standart kompetensi dasar. Pada semester gasal ini pengajaran berfokus pada fungsi pendengaran dan berbicara, pada fungsi pendengaran siswa diharapkan mampu menangkap apa yang disampaikan oleh guru dan siswa mampu mengartikannya, sedang pada pola berbicara siswa diharapkan mampu berbicara huruf dan melafalkan serta mengartikannya dengan baik. Pada pelajaran bahasa inggris siswa diharap dapat merespons apa yang telah disampaikan oleh guru.
Selama ini guru mengajar dikelas dengan cara konvensional, yaitu guru datang, menyiapkan materi lalu menerangkan pelajaran terkadang guru juga tidak memperhatikan kondisi kelas atau keadaan siswa, apakah siswa itu ramai, tenang atau malah dengan kesibukan lainya. Maka dalam penelitian tindakan kelas ini upaya mengatasi sistem belajar mengajar yang kurang menarik, diubah menjadi menarik sehingga  bisa diterima siswa.
B.    Deskripsi Pra Siklus
Pada deskripsi prasiklus ini guru  akan mensingkronkan apa yang dipelajari yang sesuai dengan kompetensi dasar kemudian diharap siswa memahami makna dalam percakapan transaksional dan interpersonal pendek sederhana untuk berinteraksi dengan lingkungan, guru mengajak siswa Memberdayakan pertanyaan, yaitu pembelajaran yang menekankan pemberdayaan pertanyaan baik oleh guru maupun oleh siswa karena melalui pertanyaan guru dapat mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu, membimbing dan mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi, serta menilai kemampuan berpikir siswa serta mengetahui daya serap siswa terhadap apa yang telah dipelajarinya dan melalui pertanyaan siswa dapat menemukan apa yang diinginkan.
1.    Tindakan Perencanaan
Guru pada tindakan perencanaan ini akan memberikan pola pengajaran bahasa inggris dengan metode project based learning dengan cara guru membagi siswa dalam beberapa kelompok di kelas IX D di SMP Negeri 3 Nguter. Kemudian guru memberi tugas setiap kelompok membuat dialog  dan mengarang dengan bahasa inggris setelah itu setiap kelompok maju kedalam kelas untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Pada tugas ini guru selain bisa melihat kemampuan siswanya, siswa dengan sendirinya akan belajar kosa kata yang selama ini dirasa sulit.
2.    Pelaksanaan Tindakan 
Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok sesuai dengan nomor urut absennya kemudian dalam kelompok tersebut diberi tugas membuat dialog dan membuat karangan tentang kehidupan sehari-hari, guru juga menegaskan bahwa tugas yang dibuat perkelompok harus sesuai dengan ejaan yang disempurnakan dalam kamus besar bahasa inggris.
3.    Observasi
Pada deskripsi pra siklus ini siswa masih belum mengerti dikarenakan siswa yang terbiasa menerima pelajaran secara konvensional dan cenderung semua berpusat pada guru sehingga siswa terlihat canggung dan kurang begitu tanggap dengan apa yang diperintahkan oleh guru. Masih banyak kekurangan yang ada dalam kelompok.
4.    Refleksi
Karena pada prasiklus ini masih banyak kekurangan yang ditemukan dan masih banyak siswa yang belum mengerti tentang yang dimaksudkan oleh guru sehingga ketika diambil sample penilaian masih banyak siswa yang bernilai jelek, dan jauh sekali dari yang diharapkan.






Tabel 1.1 Tabel Pra Siklus

X    F    X x f    %    Ket      
100    0    0    0    45      
85    2    170    9.970674    kurang      
65    7    455    26.68622           
45    24    1080    63.34311           
     33    1705    100        








 Keterangan :
 X    =  Rentang nilai siswa
f    =  Jumlah siswa
 %    =  prosen keberhasilan

C.    Deskripsi Siklus I
Tahap pembelajaran pradialog yang disampaikan oleh guru kepada siswa adalah menentukan topik dialog dan topik mengarang. Topik yang suda ditentukan dipersempit dan diperkhusus lingkup pembicaraannya selanjutnya dengan cara mendiskusikan secara kelompok. Dibagi 6 kelompok supaya perkelompok mudah memelari tentang memahami kosa kata, menyelesaikan tugas, aktif mencari kosa kata dikampus, dan siswa bisa memahami pengucapan, dan yang terakhir siswa diharapkan bisa merasa senang dengan proses pembelajaran.
1.    Tindakan Perencanaan
Guru pada deskripsi siklus I ini akan membagi siswa dalam beberapa kelompok, seperti pada prasiklus dalam kelas tersebut kelompok–kelompok yang sudah disusun oleh guru disuruh membuat beberapa dialog dan mengarang yang sesuai dengan bahan materi yang disampaikan, pada saat ini materi yang disampaikan adalah mendengar yaitu memehami makna dalam percakapan transaksional dan interpersonal sederhana dalam penggunaan kata Let me help you, Can I have a bit, Did you… what do you…, untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar dan materi lainya yaitu berbicara yaitu memahami makna dalam tesk lisan fungsional dan monolog pendek sederhana berbentuk descriptive dan recount untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar. 
2.    Pelaksanaan Tindakan
Pada saat guru menyuruh siswa–siswanya berkelompok sesuai dengan nomor urut dan telah ditentukan sebelumnya. Siswa segera menyesuaikan diri setiap kelompok pada kegiatan ini siswa menguraikan kalimat yang kemudian diperagakan dengan tes lisan, ada 6 kelompok yang dibentuk oleh guru, ada 3 kelompok berjumlah 5 dan 3 kelompok berjumlah 6, kemudian guru menyuruh kelompok–kelompok tersebut untuk membuat dialog atau percakapan–percakapan singkat.
3.    Observasi
Pada deskripsi siklus I siswa masih terlihat bingung dengan apa yang harus dikerjakan ini terjadi karena guru senantiasa memanjakan siswa–siswanya dalam mengajar dikelas, sehingga saat dibuat tugas kelompok banyak siswa yang kurang mengerti dan terlihat pasif, serta tidak begitu tanggap oleh apa yang dimaksudkan oleh guru.
4.    Refleksi
    Karena pada prasiklus ini masih banyak kekurangan yang ditemukan dan masih banyak siswa yang belum mengerti tentang yang dimaksudkan oleh guru sehingga pengamatan akan dilanjutkan kedeskripsi siklus II tapi sebelumnya akan dipaparkan hasil penilaian pada deskripsi siklus I adalah sebagai berikut :







X    F    X x f    %    Ket      
100    0    0    0    52.87879      
85    2    170    9.74212    CUKUP      
65    9    585    33.52436           
45    22    990    56.73352           
     33    1745    100        
                Tabel 1.2  Hasil Siklus I








Keterangan :
X    =  Rentang nilai siswa
f    =  Jumlah siswa
    %    =  Prosen keberhasilan

D.    Deskripsi Siklus II
Pada deskripsi siklus II ini guru masih menerapkan pengajaran project based learning dengan teknik bercerita, kemudian siswa–siswa pada pertemuan berikutnya diperintahkan mempersiapkan materi–materi yang berhubungan dengan dialog dan percakapan yang sesuai dengan pokok bahan materi yang disampaikan oleh guru. Pada deskripsi siklus ini guru akan mencoba membuat siswa mandiri tanpa didampingi lagi oleh guru, dengan metode berkelompok di dalam kelas sehingga siswa akan mencoba memahami sendiri apa yang terdapat di bahan materi kemudian apabila belum ada yang dipahami siswa akan menanyakan pada guru yang bersangkutan.
1.    Tindakan Perencanaan
Sama dengan siklus I pada siklus ini guru masih membagi siswanya dalam beberapa kelompok, dan siswa sudah diperintahkan untuk mempelajari materi yang baru disampaikan dan siswa disuruh mencari lagi referensi atau informasi yang berkenaan dengan materi bahasa inggris tentang ungkapan kata dan percakapan dalam penerapanya, pada deskripsi siklus II ini seperti pada siklus I dalam kelas tersebut kelompok–kelompok yang sudah disusun oleh guru disuruh membuat beberapa dialog dan mengarang yang sesuai dengan bahan materi yang disampaikan, pada saat ini materi yang disampaikan adalah mendengar yaitu memehami makna dalam percakapan transaksional dan interpersonal sederhana untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar dan materi lainya yaitu berbicara yaitu memahami makna dalam tesk lisan fungsional dan monolog pendek sederhana berbentuk descriptive dan recount untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
2.    Pelaksanaan Tindakan
Seperti pada siklus ini siswa ketika saat materi pelajaran bahasa inggris sudah menyusun sesuai dengan kelompoknya masing–masing. Kemudian diantara kelompok tersebut sudah ada beberapa kelompok yang membuat dialog dengan baik seperti contoh dibawah ini :
Ayu : What do you want?        Contoh penggalan dialog pada
Bayu : I Want that green canary.               Kelompok I
Lika : What do you want me to do?    Contoh penggalan dialog
Soni: I wish to see teacher.    Kelompok II
Seperti itulah contoh ungkapan – ungkapan yang dibuat siswa, ini ungkapan yang sederhana. Guru disini hanya sebagai pemantau dan mengamati setiap kelompok untuk mengarahkan kelompok mana yang belum bisa.
3.    Observasi
Pada deskripsi siklus II siswa sudah terlihat bisa dan mengerti apa yang telah dijelaskan oleh guru beberapa waktu yang lalu, dengan materi yang harus dikerjakan disini guru tidak lagi memanjakan siswanya, dengan begitu siswa menjadi terlatih mencari bahan diskusi dengan begitu siswa lebih kreativitas  dalam menerima pelajaran bahasa inggris dikelasnya, sehingga saat membuat tugas kelompok banyak siswa mengerti.
4.    Refleksi
Pada siklus II ini banyak siswa yang sudah bisa mengerti dalam menyampaikan ungkapan yang dibuat dalam bahasa inggris, kemudian ada juga siswa yang mengembangkan ungkapan dari kata help you, can I have, did you, what do you,tetapi dalam siklus II ini masih ada beberapa siswa yang belum menguasai atau mengerti, ini diketahui saat guru melakukan pengamatan tiap kelompok, masih ada beberapa siswa yang belum bisa membuat ungkapan kalimat dengan baik. Untuk itu pengamatan di lanjutkan kedeskripsi siklus III. Sebelumnya akan dipaparkan hasil dalam siklus II sebagai berikut :




    Tabel  1.3 Hasil Siklus II

X    f    X x f    %    Ket      
100    9    900    36.29032    75.15152      
85    11    935    37.70161    baik      
65    3    195    7.862903           
45    10    450    18.14516           
     33    2480    100        











Keterangan :
X    =  Rentang nilai siswa
f    =  Jumlah siswa
    %    =  Prosen keberhasilan

E.    Deskripsi siklus III
Tahap pembelajaran berdialog yang disampaikan oleh siswa kepada guru adalah hasil dari belajar dan diskusi kelompok yang telah dibentuk oleh guru dalam hal ini guru telah menentukan cara bahasan materi yang dipelajari siswanya, mengingat dalam siklus II siswa sudah bisa dan sudah sedikit mengerti akan penempatan suku kata dalam membuat ungkapan dan siswa juga bisa mengikuti dan penerima pola pengajaran yang diberikan oleh gurunya. Pada siklus III ini akan meningkatkan lagi kemampuan siswa mengingat siklus II masih ada 18% siswa yang belum mengerti akan ungkapan kata yang dimaksud dalam pokok bahasan.
1.    Tindakan Perencanaan
Sama seperti dalam siklus II guru masih membagi siswanya tiap kelompok yaitu 3 keompok berjumlah 5 dan 3 kelompok berjumlah 6, dan siswanya disuruh mengulang–ngulang pelajaran yang telah disampaikan dalam kelas, bagi kelompok yang belum bisa guru memdampingi secara intensif kemudian siswa disuruh menayakan apa yang belum dimengerti. Guru juga mengharapkan siswa dapat merespon makna yang terdapat dalam percakapan transaksional (to get things done) dan interpersonal (bersosialisai) sederhana secara akurat, lancar, dan berterima untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar yang melibatkan tindak tutur, mengundang, menerima, dan menolak ajakan, menyetujui atau tidak menyetujui, memuji, dan memberi selamat.
2.    Pelaksanaan Tindakan
Pada siklus ini siswa–siswa menempatkan diri sesuai dengan kelompoknya masing–masing yang diperintahkan oleh guru kemudian mereka langsung membuat tugas secara kelompok, dan berdiskusi untuk siswa yang belum mengerti guru menjadikan satu kelompok kebetulan siswa yang belum menerti berjumlah 10 dan dijadikan 2 kelompok setiap kelompok berjumlah 5 siswa, kemudian siswa memperhatikan guru yang sedang menerangkan dan siswa yang belum mengerti mencatat dan menanyakan secara langsung, pada siklus ini siswa yang belum bisa juga diberikan pekerjaan rumah yang dikerjakan oleh 2 kelompok kemudian tugas tersebut dikumpulkan pada pertemuan yang akan datang. Adapun contoh penggalan pada 2 kelompok yang belum bisa tadi bisa menerapkan kata would…pada penerapan kalimat sebagai berikut :
Contoh penggalan dialog
Doni :    Would you mind watching this for   
         me a few minutes?    Pada kelompok    
Eli       :    No, I can ‘ t do it.                                     yang tadi belum bisa
Doni :     Why?
Eli     :     Because, I’ d like to watching the
        dancing competition.



3.    Observasi
Pada siklus III ini bagi siswa yang sudah bisa terlihat langsung mengerjakan dengan kelompoknya tetapi pada siswa yang belum bisa disendirikan, kemudian dibuat kelompok sendiri. Siswapun yang belum bisa sering menanyakan apa yang dirasa kurang. Kemudian siswa sedikit demi sedikit mengerti dan bisa membuat percakapan dan ungkapan secara transaksional dan interpersonal.
4.    Refleksi
Pada siklus II ini banyak siswa yang sudah bisa mengerti dalam menyampaikan ungkapan yang dibuat dalam bahasa inggris, kemudian ada juga siswa yang mengembangkan ungkapan dari kata help you, can I have, did you, what do you, kemudian ditambah ungkapan pengguaan kata would you, I wan to, you have, ect dalam siklus III ini beberapa siswa yang belum menguasai atau mengerti, sudah bisa menerapkan dalam membuat percakapan walaupun belum bisa benar tetapi sudah mengerti dibandingkan pada siklus II, seperti pada tabel keberhasilan seperti dibawah ini :

Tabel 1.4  Hasil Siklus III

X    f    X x f    %    Ket      
100    16    1600    56.73759    88.125      
85    10    850    30.14184     BAIK      
65    5    325    11.52482           
45    1    45    1.595745           
     32    2820    100        








Keterangan
X    =  Rentang nilai siswa
f    =  Jumlah siswa
%    =  Prosen keberhasilan

F.    Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus
Pada pembahasan siklus ini terlampir tiap siklus dari pra siklus sampai deskripsi siklus III, pada pra siklus siswa masih menerima pola pembelajaran secara konvensional karena pada prasiklus ini siswa belum bisa menerima yang disampaikan oleh guru maka guru mencoba dengan pola pembelajaran project based learning dengan  system berkelompok, ternyata pada siklus I ini siswa belum bisa juga mengikuti ini dikarenakan siswa terbiasa dimanjakan oleh guru sehinngga banyak siswa yang pasif.  Pada prasiklus ini masih banyak kekurangan yang ditemukan dan masih banyak siswa yang belum mengerti tentang yang dimaksudkan oleh guru sehingga ketika diambil sample penilaian masih banyak siswa yang bernilai jelek, dan jauh sekali dari yang diharapkan. Kemudian pada siklus II ini masih banyak siswa bingung dengan pola berkelompok yang diterapkan oleh guru, walaupun begitu siklus I merupakan penerapan pembelaran yang diharapkan bisa membantu siswa untuk selangkah lebih baik.
Pada siklus II sudah terlihat bisa dan mengerti apa yang telah dijelaskan oleh guru beberapa waktu yang lalu, dengan materi yang harus dikerjakan disini guru tidak lagi memanjakan siswanya, karena pada siklus ini siswa disuruh mencari banyak referensi yang berhubungan dengan materi yang diajarakan dan setiap pertemuan yang akan dating siswa diminta berkelompok dan membaca referensi – referensi yang didapat, walaupun ada juga siswa dalam kelompok belum bisa, tapi siklus II lebih baik disbanding siklus I, karena sedikit banyak siswa masih belum bisa maka pengamatan dilanjut kesiklus III, pada siklus III ini siswa sudah banyak kemajuan dan bisa mengerti pelajaran yang diberikan oleh gurunya.

PENUTUP
A.    Simpulan
Berdasarkan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan               di SMP Negeri 3 Nguter dapat disimpulkan seperti di bawah ini :
a.    Penggunaan metode project based learning dengan sistem kelompok di dalam kelas membantu seorang guru (peneliti) untuk meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya dalam menggunakan ungkapan dalam percakapan sehari-hari..
b.    Proses pembelajaran project based learning dengan bercerita, dalam sistem berkelompok ini menuntut para siswa untuk lebih aktif di kelas setelah materi diberikan oleh guru.
c.    Meminimalisir kesulitan-kesulitan yang sering dihadapi para siswa dalam proses pembelajaran.
B.    Saran
Guru dituntut untuk lebih kreatif lagi dalam memvariasikan dalam mengajar. Guru juga harus memberikan inovasi baru dalam pembelajaran agar siswa tidak mudah bosan dalam proses belajar mengajar. Para siswa juga diharuskan untuk lebih aktif lagi dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka yang dapat disarankan dalam penelitian ini adalah: sebagai berikut :
1.    Dalam usaha peningkatan pengajaran bahasa Inggris, rekan sejawat diharapkan mampu membangkitkan dan menimbulkan perasaan siswa untuk lebih perhatian dalam mempelajari bahasa Inggris, dan terbiasa menggunakan percakapan dengan bahasa inggris.
2.    Karena siswa atau generasi muda sekarang sulit berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris, maka diharapkan guru lebih sabar dan intesif dalam menerapkan based learning.

DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud. 1996. Petunjuk Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah menengah pertama Jakarta : Depdikbud.
Gordon Dryden dan Jeannette Vos. 2001. Revolusi Cara Belajar (The Learning Revolution). Bandung : Kaifa.
Madyo Ekosusilo dan Bambang Triyanto. 1990. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Ujung Pandang : Effhar & Dahara Prize.
Marno , Idris  2008. Strategi dan metode pengajaran cetakan pertama : Ar- ruzmedia.
MGMP, 2008 Englihs exericises for SMP : Pustaka jaya, Sukoharjo
Suharsini Arikunto. 1991. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Walter Matreyek, 1997. Functional Communicating in english  Surakara : UMS

Posting Komentar

0 Komentar