Terbaru

6/recent/ticker-posts

STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
PENDAHULUAN
Seorang guru yang profesional dituntut untuk dapat menampilkan keahliannya sebagai guru di depan kelas. Komponen yang harus dikuasai
adalah menggunakan bermacam – macam model pembelajaran yang bervariasi dapat menarik minat belajar. Guru tidak hanya cukup dengan memberikan ceramah di depan kelas. Hal ini tidak berarti bahwa metode ceramah tidak baik, melainkan pada suatu saat siswa akan menjadi bosan apabila hanya guru sendiri yang berbicara, sedangkan mereka duduk diam mendengarkan.

Kebosanan dalam mendengarkan uraian guru dapat mematikan semangat belajar siswa. Selain itu ada pokok bahasan yang memang kurang tepat untuk disampaikan melalui metode ceramah dan lebih efektif melalui metode lain.

Oleh karena itu guru perlu menguasai berbagai model pembelajaran.
Setiap metode mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan kelemahan masing – masing. Suatu metode pembelajaran mungkin baik untuk suatu tujuan tertentu, pokok bahasan maupun situasi dan kondisi tertentu, tetapi tidak tepat untuk situasi lain. Demikian pula suatu metode yang dianggap baik untuk suatu pokok bahasan yang disampaikan oleh guru tertentu, kadang – kadang belum tentu berhasil dibawakan oleh guru lain.

Ada kalanya seorang guru perlu menggunakan beberapa metode dalam menyampaikan suatu pokok bahasan tertentu. Dengan variasi beberapa metode pembelajaran, suasana kelas menjadi lebih hidup dan tidak membosankan.

Dengan bervariasi penggunaan metode pembelajaran dapat mengatasi kekurangan guru dalam hal – hal tertentu.Dapat disimpulkan bahwa keberhasilan suatu cara penyampaian, dalam arti kesesuaian antara tujuan, pokok bahasan dengan metode, situasi dan kondisi siswa maupun sekolah, serta pribadi guru yang membawakan,sehingga guru sebagai pengajar memiliki tugas memberikan fasilitas atau kemudahan bagi suatu kegiatan belajar siswa.

Metode dapat digunakan untuk mengarahkan kegiatan siswa ke arah
tujuan yang akan dicapai. Oleh sebab itu sebaiknya guru harus menguasai
beberapa metode mengajar untuk melaksanakan proses belajar mengajar dan siap sewaktu – waktu untuk digunakan mencapai suatu tujuan tertentu.
Teori dan praktek pendidikan modern memperhatikan siswa bukan sebagai penerima yang pasif yang banyak membutuhkan pengawasan itu, tetapi harus diarahkan sebagai anak yang aktif bertindak, berfikir, merasa yang harus dibantu untuk dapat merealisasikan segala potensi – potensi warisan
yang ada padanya, sehingga dapat melakukan pengendalian potensi yang ada padanya. Berkaitan dengan hal di atas, perlu diupayakan suatu bentuk
pembelajaran yang tidak hanya mampu secara materi saja, tetapi juga mempunyai kemampuan yang bersifat formal. Penggunaan secara efektif ketrampilan – ketrampilan kooperatif menjadi semakin penting untuk mengembangkan sikap saling bekerja sama, mempunyai rasa tanggung jawab dan mampu bersaing secara sehat. Sifat dan sikap demikian tersebut akan membentuk pribadi yang berhasil dan menghadapi tantangan pendidikan yang lebih tinggi yang berorientasi pada kelompok.

Oleh karena itu perlu adanya usaha untuk memperbaiki hasil belajar
siswa dengan berbagai cara antara lain : perbaikan model pembelajaran, penggunaan model pembelajaran yang bervariasi, peningkatan sarana dan
prasarana, memberi motivasi siswa supaya semangat belajar, mengingatkan
orang tua murid agar memberi motivasi belajar di rumah. Berdasarkan latar belakang itulah akan diteliti masalah model pembelajaran di dalam usaha meningkatkan hasil prestasi belajar siswa dengan membandingkan model pembelajaran Jigsaw dan STAD(Student Teams Achievement Divisions).

Karena banyak siswa yang berhasil jika dia bekerja sama dengan temannya, tetapi ada juga siswa yang lebih cenderung kerja secara individu. Pada pokok bahasan peluang kejadian banyak sekali rumus – rumus yang harus dipahami siswa, maka hal inilah yang merupakan salah satu pertimbangan bagi peneliti, untuk membandingkan berbagai model pembelajaran. Salah satunya yaitu pembelajaran Kooperatif

Posamentier (1999: 12) secara sederhana menyebutkan cooperative learning atau belajar secara kooperatif adalah penempatan beberapa siswa dalam kelompok kecil dan memberikan mereka sebuah tugas atau beberapa tugas. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang didalamnya mengkondisikan para siswa bekerja bersama-sama didalam kelompok-kelompok kecil untuk membantu satu sama lain dalam belajar. Pembelajaran kooperatif didasarkan pada gagasan atau pemikiran bahwa siswa bekerja bersama-sama dalam belajar, dan bertanggung jawab terhadap aktivitas belajar kelompok mereka seperti terhadap diri mereka sendiri. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang menganut paham konstruktivisme.
Menurut Slavin (dalam Krismanto, 2003: 14) menyatakan bahwa pendekatan konstruktivis dalam pengajaran secara khusus membuat belajar kooperatif ekstensif, secara teori siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikannya dengan temannya. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang mengutamakan kerjasama antar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menggunakan pembelajaran kooperatif merubah peran guru dari peran yang berpusat pada gurunya ke pengelolaan siswa dalam kelompok-kelompok kecil. Menurut teori konstruktivis, tugas guru (pendidik) adalah memfasilitasi agar proses pembentukan (konstruksi) pengetahuan pada diri sendiri tiap-tiap siswa terjadi secara optimal. Karakteristik pembelajaran kooperatif berbeda dengan srategi pembelajaran yang lain . Perbedaan itu dapat dilihat dan proses pembelajran yang lebih menekankan kepada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan bahan pelajaran , tetapi juga adanya unsure kerja sama untuk penguasan materi tersebut. Adanya kerja sama inilah yang mejadi cirri khas dari pembelajaran kooperatif

Terkait dengan model pembelajaran ini, Ismail (2003: 21) menyebutkan (enam) langkah dalam pembelajaran Kooperatif, yakni:











Lima model pembelajaran tim siswa telah dikembangkan dan diteliti secara luas, terdapat tiga model pembelajaran kooperatif umum yang cocok untuk hampir seluruh mata pelajaran dan tingkat kelas: Students Teams Achievement Division (STAD), Teams-Games-Tournament (TGT),. Dua yang lain merupakan kurikulum koprehensif yang dirancang untuk digunakan pada mata pelajaran tertentu pada tingkat kelas tertentu: Cooperative Reading and Composition (CIRC) untuk pengajaran membaca dan menulis di kelas II-VIII dan Team Accelerated Instruction (TAI) untuk matematika pada Kelas III-VI.

PEMBAHASAN
Model-model ini seluruhnya menerapkan penghargaan tim, tanggung jawab individual, dan kesempatan yang sama untuk berhasil, namun dilakukan dengancara-cara yang berbeda.
a. Pembelajaran Kooperatif dengan Tipe STAD
Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, sehingga cocok bagi guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif.
Menurut Slavin dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa ditempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat atau lima orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerja, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja didalam kelompok mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai materi pelajaran tersebut. Pada akhirnya siswa diberikan tes yang mana pada saat tes ini mereka tidak dapat saling membantu. Poin setiap anggota tim ini selanjutnya dijumlahkan untuk mendapat skor kelompok. Tim yang mencapai kriteria tertentu diberikan sertifikat atau ganjaran lain.
Dalam pembelajaran kooperatif STAD, materi pembelajaran dirancang untuk pembelajaran kelompok. Dengan menggunakan LKS atau perangkat pembelajaran yang lain, siswa bekerja secara bersama-sama untuk menyelesaikan materi. Siswa saling membantu satu sama lain untuk memahami materi pelajaran,sehingga setiap anggota kelompok dapat memahami materi pelajaran secara tuntas. Menurut Slavin STAD terdiri dari lima komponen utama yaitu: (1)resentasi Kelas, (2) Kelompok, (3) Kuis (tes), (4) Skor peningkatan individual, (5) Penghargaan kelompok.
Ide utama di balik STAD adalah untuk memotivasi siswa saling member semangat dan membantu dalam menuntaskan keterampilan-keterampilan yang dipresentasikan guru. Apabila siswa menginginkan tim mereka mendapatkan penghargaan tim, mereka harus membantu teman satu tim dalam mempelajari bahan ajar tersebut. Mereka harus memberi semangat teman satu timnya yang melakukan yang terbaik, menyatakan norma bahwa bahwa belajar itu penting,bermamfaat, dan menyenangkan. Siswa bekerja sama setelah guru mempresentasikan pelajaran. Mereka dapat bekerja berpasangan dengan cara membandingkan jawaban-jawabannya, mendiskusikan perbedaan yang ada, dan saling membantu satu sama lain saat menghadapi jalan buntu.mereka dapatmendiskuskan. Pendekatan, yang dipakai untuk memecahkan masalah, atau mereka dapat saling memberikan kuis tentang materi yang sedang mereka pelajari. Mereka mengajar teman timnya dan mengases kekuatan dan kelemahan mereka untuk membantu agar mereka berhasil dalam kuis tersebut.
Meskipun siswa belajar bersama, mereka tidak boleh saling membantu dalam mengerjakan kuis. Setiap siswa harus menguasai materi tersebut. Tanggung awab individual ini memotivasi siswa melakukan sebuah pekerjaan tutorial dengan baik dan saling menjelaskan satu sama lain, mengingat satu-satunya cara tim tersebut berhasil jika seluruh anggota tim telah menuntaskan informasi atau keterampilan yang sedang dipelajarinya. Karena skor tim didasarkan pada peningkatan diatas skor mereka yang lalu (kesempatan yang sama untuk berhasil), semua siswa memiliki peluang menjadi bintang pada suatu minggu tertentu, dengan cara memperoleh skor baik diatas skor terdahulu atau dengan mendapatkan skor sempurna. Skor sempurna selalu menghasilkan poin maksimum tidak memandang berapapun rata-rata skor terdahulu siswa.
b. Teams-Games-Tournaments (TGT)
TGT adalah teknik pembelajaran yang sama seperti STAD dalam setiap hal kecuali satu, sebagai ganti kuis dan sistem skor perbaikan individu, TGT enggunakan turnamen permainan akademik. Dalam turnamen itu siswa bertanding mewakili timnya dengan anggota tim lain yang setara dalam kinerja akademik mereka yang lalu.
Pada intinya model kooperatif TGT terdiri dari empat kegiatan yakni Persentase Kelas, Tim, Permainan, dan Turnamen. Langkah-langkah metode kooperatif TGT sebagai berikut:
1) Langkah 1. Persentase Kelas: Guru mempersiapkan bahan ajar yang dibutuhkan: Dua LKS untuk tiap tim, dua lembar jawaban untuk tiap tim dan memperkenalkan materi (bahan ajar) melalui persentase kelas, biasanya menggunakan pengajaran langsung atau ceramah. Siswa mengerjakan LKS dalam tim mereka.
2) Langkah 2: Tim: Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan 4-5 orang, pembagian kelompok dilakukan idasarkan pada berbagai pertimbangan-pertimbangan agar diperoleh kelompok yang heterogen. Setiap kelompok siswa dalam suatu tim engerjakan LKS untuk menuntaskan bahan ajar yang telah diterimanya.
3) Langkah 3 : Permainan: Guru mempersiapkan jenis permainan akademik yang disusun dari pertanyaan-pertanyaan yang relevan untuk mengetes pengetahuan siswa yang diperoleh dari persentase kelas dan latihan tim.Permainan dimainkan pada meja-meja yang berisi tiga siswa, tiap siswa mewakili tim yang berbeda.
4) Langkah 4 : Turnamen: Guru mempersiapkan bahan turnamen yang dibutuhkan: Lembar penempatan meja turnamen, dengan penempatan meja turnamen yang telah diisi. Satu kopi lembar Permainan dan kunci LembarPermainan untuk tiap meja turnamen, Satu lembar skor permainan, satu tumpuk kartu-kartu bernomor yang sesuai dengan nomor pertanyaanpertanyaan pada lembar permainan untuk tiap meja.
5) Langkah 5 : Penghargaan Tim: Guru menghitung skor tim dan siapkan sertifikat tim atau tuliskan hasil turnamen yang diumumkan pada papan buletin. (Kriteria rata-rata tim Tim baik = 40, tim hebat = 45, tim super = 50).
c. Model Kooperatif Informal
Diantara bentuk-bentuk pembelajaran kooperatif yang paling tua dan luas digunakan adalah diskusi kelompok dan proyek kelompok, kelompok-kelompok diskusi adalah memastikan setiap anggota berperan serta dalam kegiatan kelompok tidak didominasi oleh seorang anggota saja, setiap kelompok memilih seorang pemimpin yang mampu mengorganisasikan kelompok mereka, Proyekproyek kelompok yang baik adalah sama dengan prinsip dari diskusi yang baik, setiap kelompok menulis laporan yang diinginkan oleh guru.
Spencer Kagan (1992) telah mendeskripsikan banyak struktur informal untuk pengembangan pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan dalam pelajaran sehari-hari, sebagai bagian dari struktur tersebut adalah sebagai berikut:
a. Diskusi kelompok spontan.
b. Number Head Together (NHT), pada dasarnya merupakan sebuah varian diskusi kelompok, ciri khasnya adalah hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya, tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompok itu. Cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa.
c. Think-Pair-Share, dikembangkan oleh Frank Lyman (Universitas Maryland) pada saat guru mempresentasekan sebuah pelajaran di kelas, siswa duduk berpasangan di dalam tim mereka. Siswa diminta untuk think (memikirkan) sendiri jawaban pertanyaan itu, kemudian pair (berpasangan) dengan pasangan berdiskusi untuk mencapai konsensus atas jawaban tersebut. Akhirnya guru meminta siswa untuk share (berbagi) jawaban yang mereka sepakati itu kepada semua siswa di kelas.
d. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif
Mencermati model pembelajaran kooperatif ini, kelebihan yang bisa dikemukakan antara lain:
a. Meningkatkan harga diri tiap individu
b. Penerimaan terhadap perbedaan individu yang lebih besar.
c. Konflik antar pribadi berkurang
d. Sikap apatis berkurang
e. Pemahaman yang lebih mendalam
f. Retensi atau penyimpanan lebih lama
g. Meningkatkan kebaikan budi,kepekaan dan toleransi.
h. Model pembelajaran kooperatif dapat mencegah keagresivan dalam sistem kompetisi dan keterasingan dalam sistem individu tanpa mengorbankan aspek kognitif.
i. Meningkatkan kemajuan belajar(pencapaian akademik)
j. Meningkatkan kehadiran siswa dan sikap yang lebih positif
k. Menambah motivasi dan percaya diri
l. Menambah rasa senang berada di sekolah serta menyenangi teman teman
Sedangkan kekurangannya antara lain:
a. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas. Kondisi seperti ini dapat diatasi dengan guru mengkondisikan kelas atau pembelajaran dilakuakan di luar kelas seperti di laboratorium matematika, aula atau di tempat yang terbuka
b. Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam grup mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu grup dengan siswa yang lebih pandai. Siswa yang tekun merasa temannya yang kurang mampu hanya menumpang pada hasil jerih payahnya. Hal ini tidak perlu dikhawatirkan sebab dalam model pembelajaran kooperatif bukan kognitifnya saja yang dinilai tetapi dari segi afektif dan psikomotoriknya juga dinilai seperti kerjasama diantara anggota kelompok, keaktifan dalam kelompok serta sumbangan nilai yang diberikan kepada kelompok.
c. Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik atau keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan kelompok. Karakteristik pribadi tidak luntur hanya karena bekerjasama dengan orang lain, justru keunikan itu semakin kuat bila disandingkan dengan orang lain.
d. Banyak siswa takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau secara adil, bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan tersebut. Dalam model pembelajaran kooperatif pembagian tugas rata, setiap anggota kelompok harus dapat mempresentasikan apa yang telah didapatnya dalam kelompok sehingga ada pertanggungjawaban secara individu.
e. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
a. Pembelajaran Secara Tim
Pembelajaran secara tim yaitu semua anggota tim harus salin membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itulah , kriteria keberhasilan pembelajaran di tentukan oleh keberhasilan tim.
b. Didasarkan pada Manajemen Kooperatif

Sebagaimana umumnya , manajemen mempunyai empat fungsi pokok , yaitu fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan, fungsi elajaran kooperatifcontrol. Demikian juga dalam pembelajaran koooperatif.Fungsi perencenaan menunjukkan bahwa perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan secara efektif, misalnya tujuan yang ingin dicapai, bagaimna cara mencapainya, apa yang harus digunakan untuk mencapai tujuan itu dan lain sebagainya . Fungsi pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, melalui langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan termasuk ketentuan-ketentuan yang sudah disepakti bersama.
c. Kemampuan Untuk Bekerja Sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Oleh sebab itu , prinsif bekerja sama perlu ditekan dalam proses pembelajaran kooperatif . Setiap angota kelompok bukan saja harus di atur tugas dan tanggung jawab masing-masing, akan tetapi juga ditanamkan perlunya saling membantu yang kuran pintar

d. Keterampilan Bekerja Sama
Kemauan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktikkan melaui aktivitas dan kegiatan yang tergambar dalam keterampilan bekerja sama . Dengan demikian siswa perlu didorong untuk maau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain. Siswa perlu di bantu mengatasi berbagai hambatan dalam berinteraksi dan berkomunikasi, sehingga setiap siswa dapat menyampaikan ide , mengemukakan pendapat , dan memebrikan kontribusi pada keberhasilan kelompok


A. Posisi Penulis
Pembelajaran dengan metode pembelajaran ceramah di depan kelas pada awalnya memang membuat siswa lebih tenang. Siswa duduk dan memperhatikan guru menerangkan materi pelajaran. Hal semacam itu justru mengakibatkan guru sulit memahami pemahaman siswa, karena siswa yang sudah paham ataupun belum hanya diam saja tanpa komentar apapun.

Permasalahan lain yang dihadapi oleh siswa adalah tentang kemampuan siswa dalam memahami dan memecahkan masalah. Karena pembelajaran tidak menggunakan sistem kelompok maka masalah yang diberikan harus dikerjakan sendiri. Oleh karena itu pemahaman siswa dalam memahami maksud soal yang diberikan oleh guru dan kecepatan berhitung agak lambat, sehingga setiap kali pertemuan tidak dapat memberikan evaluasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif secara nyata lebih baik dari pada metode pembelajaran yang lainnya siswa pada kelompok eksperimen lebih tinggi, di samping itu karena adanya kerjasama yang baik antar siswa. Siswa yang lemah mendapat masukan dari siswa yang relatif lebih pintar, sehingga dapat menumbuhkan motivasi siswa dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah pada pembelajaran kooperatif. Meskipun tingkat partisipasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran masih ada siswa yang belum terlibat secara aktif. Mereka yang tidak aktif terdiri dari mereka yang sama sekali tidak mempunyai kemampuan dan telah jenuh dengan pelajaran dengan metode pembelajaran ceramah/menerangkan di depan kelas. Namun, sedikit demi sedikit siswa mulai tertarik dengan pembelajaran dengan system pembelajaran kooperatif








PENUTUP
Model pembelajaran kooperatif yang satu dengan yang lainnya tidak terdapat perbedaan yang begitu menonjol, metode TGT lebih kepada penghargaan tim, didasarkan pada hasil turnamen, sedangkan jigsaw lebih kepada bagaimana kemampuan seorang pemimpin kelompok (kelompok ahli) dalam mamanager kelompoknya.
Pembelajaran kooperatif menuntut guru untuk berperan relatif berbeda dari pembelajaran tradisional. Berbagai peran guru dalam pembelajaran kooperatif tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut: (1) merumuskan tujuanpembelajaran, (2) menentukan jumlah kelompok dalam kelompok belajar, (3) menentukan tempat duduk siswa, (4) merancang bahan untuk meningkatkan saling ketergantungan positif, (5) menentukan peran serta untuk menunjang saling ketergantungan positif, (6) menjelaskan tugas akademik, (7) menjelaskan kepada siswa mengenai tujuan dan keharusan bekerja sama, (8) menyusun akuntabilitas individual, (9) menyusun kerja sama antar kelompok, (10) menjelaskan criteria keberhasilan, (11) menjelaskan perilaku siswa yang diharapkan, (12) memantau perilaku siswa, (13) memberikan bantuan kepada siswa dalam menyelesaikan tugas, (14) melakukan intervensi untuk mengajarkan keterampilan bekerja sama,(15) menutup pelajaran, (16) Menilai kerja sama antar anggota kelompok.
Meskipun kerja sama merupakan kebutuhan manusia dalam kehidupansehari-hari, untuk mengaktualisasikan konsep tersebut ke dalam suatu bentuk perencanaan pembelajaran atau program satuan pelajaran bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Dibutuhkan peran guru dan siswa yang optimal untuk mewujudkan suatu pembelajaran yang benar-benar berbasis kerja sama atau gotong royong.



Daftar Pustaka
Krismanto, 2003. Beberapa Teknik, Model dan Strategi Dalam Pembelajaran Matematika. PPPG Matematika Yogyakarta.
Muhammad Nur, 2005, Pembelajaran Kooperatif, Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Lembaga Penjamin Mutu Jawa Timur.
Nurhadi, 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya Dalam KBK. Penerbit Universitas Negeri Malang.
Tim MKPBM, 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. JICA Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).
Posamentier. Alfred S. dan Stepelman. Jay. 1999. Teaching Secondary Methematics: Tecahing and Enrichement Units. New Jersey: Prantice Hall.
Widdiharto, Rahmadi, 2004. Model-Model Pembelajaran Matematika SMP. P3G Matematika Yogyakarta.
Angelo , Thomas (1993), The chaging High School Curriculum Readings. New York: Hole. Rincahrrt and Winston Inc.Second Edition
Atwi Suparman , Desain Instruksional, PAU – PPAI Universitas Terbuka ,Jakarta, 1997.
Benyamin S. Bloom, (1981).All Our Children Learnig, New York: Mc Graw-Hill Book Company
B. F. Skinner, (1973). Science and Human Behaviour, Mc Mian: New York
Borich. G.D. (1988). Efective Teaching Method, Meril Publication, Colombus
Abu Ahmadi & Ahmad Rohani, (1991) Bimbingan dan Konseling Di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta
Bmadib. I. (1996) Dasar – dasar Kependidikan: Memahami Makna dan Presfektif Beberapa Teori Pendidikan. Jakarta: Ghalia Indonesia

Posting Komentar

0 Komentar