Terbaru

6/recent/ticker-posts

MENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGGERINDA PAHATBUBUT DENGAN MEMANFAATKAN KAMERA VIDEO HANDPHONE SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS XI MB SMK TAHUN PELAJARAN 2008/2009

MENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGGERINDA PAHATBUBUT DENGAN MEMANFAATKAN KAMERA VIDEO HANDPHONE SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS XI MB SMK TAHUN PELAJARAN 2008/2009

A B S T R A K
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan perhatian dan aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran menggerinda pahat bubut dengan menggunakan kamera video handphone sebagai media pembelajaran, dan meningkatkan hasil pembelajaran menggerinda pahat bubut dengan menggunakan kamera video handphone sebagai media pembelajaran pada siswa kelas XI MB SMK Negeri  tahun pelajaran 2008/2009.
Penelitian dilaksanakan di SMKN 2 Karanganyar, dengan subyek penelitian siswa kelas XI-MB SMK Negeri 2 Karanganyar Tahun Pelajaran 2008/2009, yang berjumlah 34 orang siswa. Penelitian dilaksanakan bulan Maret sampai dengan bulan Juli 2009. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) dimana peneliti sebagai pelaku tindakan. Adapun langkah penelitiannya bersifat refleksi tindakan dengan pola “Proses Pengkajian Berdaur (Siklus)”. Langkah ini berlangsung berulang-ulang yang terdiri dari Perencanaan – Tindakan – Observasi – Refleksi.
Indikator keberhasilan yang diharapkan dapat dicapai pada penelitian ini dengan mempergunakan kamera video handphone sebagai media pembelajaran adalah; 80 % siswa penuh perhatian dan aktif mengikuti pembelajaran penggerindaan pahat bubut, 80 % siswa dapat melakukan penggerindaan pahat bubut dengan benar dan 80 % siswa berhasil menguasai materi penggerindaan pahat bubut dengan nilai KKM = 75 (tujuh puluh lima)
Dari hasil penelitian tindakan ini yang berlangsung hingga akhir siklus ke-2 menunjukkan bahwa proses pembelajaran menggerinda pahat bubut melalui pemanfaatan media kamera video hanphone siswa yang perhatian ada 94,1% siswa , siswa yang melakukan gerakan menggerinda pahat dengan benar ada 97,05% dan prosentase jumlah siswa yang tuntas ada 97,05%. Simpulan penelitian ini adalah ; Penggunaan kamera video handphone sebagai media pembelajaran dapat meningkatkan perhatian dan aktivitas siswa pada pembelajaran menggerinda pahat bubut; dan penggunaan kamera video handphone sebagai media pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar menggerinda pahat bubut pada siswa kelas XI MB SMK Negeri 2 Karanganyar tahun pelajaran 2008/2009.


Kata Kunci: Kamera video handphone, media pembelajaran, menggerinda


PENDAHULUAN
Menggerinda pahat bubut adalah salah satu indikator dari salah satu kompetensi dasar pada mata pelajaran kompetensi kejuruan teknik pemesinan pada kurikulum KTSP SMK Negeri 2  tahun pelajaran 2008/2009. Setiap pengguna mesin bubut dituntut untuk dapat menggerinda pahat bubut dengan mengacu pada 3 kriteria yaitu ukuran, fungsi, dan estetika.
Salah satu kenyataan yang sering peneliti hadapi pada saat proses belajar mengajar adalah kurangnya ketepatan waktu siswa dalam menggerinda pahat bubut. Lamanya waktu pencapaian siswa dalam menyelesaikan job merupakan sebuah masalah dalam pembelajaran praktik menggerinda pahat bubut, sebab salah satu indikator tercapainya sebuah kompetensi adalah ketepatan waktu. Dengan waktu pencapaian yang tidak tepat menyebabkan siswa memperoleh nilai 0 (nol) pada penilaian komponen ketepatan waktu.
Sebagai data awal dari 34 siswa kelas XI MB, dapat digambarkan dalam tabel sebagai beikut (Estimasi waktu untuk menggerinda pahat rata muka = 60 menit. Waktu yang dicapai siswa antara 65 s.d. 365 menit )
Tabel 1. Waktu yang dicapai siswa untuk menggerinda pahat bubut rata muka
Lama waktu
s.d 60 (menit)
61 s.d 120 (menit)
121 s.d. 180 (menit)
181 s.d 240 (menit)
241 ≤ 365 (menit)
Jumlah siswa
2
12
6
9
5

Pada praktik menggerinda mata bor, dari 34 siswa kelas XI MB, dapat digambarkan dalam tabel sebagai beikut (Estimasi waktu untuk menggerinda mata bor = 60 menit. Waktu yang dicapai siswa antara 50 s.d. 555 menit)
Tabel 2. Waktu yang dicapai siswa untuk menggerinda mata bor
Lama waktu
s.d 60 (menit)
61 s.d 120 (menit)
121 s.d 180 (menit)
181 s.d 240 (menit)
241 ≤ 555 (menit)
Jumlah siswa
1
3
5
4
21

Penyebab kurangnya kecepatan siswa dalam memenuhi penyelesaian sebuah job antara lain keterbatasan siswa dalam melihat dan mengingat contoh pengasahan yang sudah diberikan oleh guru. Contoh cara pengasahan pahat yang diberikan oleh guru tidak dapat dipertunjukkan berulang-ulang kepada seluruh siswa bila tidak menggunakan bantuan media. Maka diperlukan adanya media pembelajaran yang setiap saat dapat diputar ulang oleh siswa kapan saja saat siswa butuhkan.
Penggunaan handpone dikalangan siswa sudah tidak terbendung lagi walaupun berbagai upaya untuk membatasi penggunaan handphone di lingkungan sekolah sudah dilakukan. Kenyataan ini memunculkan pikiran dalam benak peneliti untuk memberdayakan handphone untuk kepentingan positif siswa. Salah satu fasilitasnya adalah kamera video handphone yang sudah biasa dipergunakan oleh siswa untuk keperluan mengabadikan momen-momen tertentu. Fasilitas kamera video handphone ini bisa diputar ulang pada saat-saat diperlukan.
Berangkat dari paparan diatas peneliti merasa perlu mengadakan penelitian tindakan kelas denngan judul meningkatkan hasil pembelajaran menggerinda pahat bubut dengan menggunakan kamera video handphone sebagai media pembelajaran pada siswa kelas XI MB SMK Negeri 2 Karanganyar tahun pelajaran 2008/2009
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : (1) Apakah ada peningkatan perhatian dan aktivitas siswa pada saat pembelajaran menggerinda pahat bubut dengan menggunakan kamera video handphone sebagai media pembelajaran ?, dan (2) Apakah ada peningkatan hasil belajar menggerinda pahat bubut dengan menggunakan kamera video handphone sebagai media pembelajaran ?
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk : (1) Meningkatkan perhatian dan aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran menggerinda pahat bubut dengan menggunakan kamera video handphone sebagai media pembelajaran, (2) Meningkatkan hasil pembelajaran menggerinda pahat bubut dengan menggunakan kamera video handphone sebagai media pembelajaran.
Manfaat penelitian ini (1) bagi siswa, agar dapat memanfaatkan handphone sebagai sarana untuk meningkatkan hasil belajar menggerinda pahat bubut, (2) bagi guru, dapat memberdayakan handphone siswa untuk keperluan pembelajaran praktik menggerinda pahat bubut, dan (3) bagi sekolah (SMK Negeri 2 ), sebagai bahan masukan untuk meninjau ulang pelarangan penggunaan handphone di Sekolah, dan mengoptimalkan penggunaan handphone untuk keperluan pembelajaran praktik maupun pembelajaran teori lainnya.
LANDASAN TEORITIS
Hasil Belajar
Menurut Thorndike dalam (Slavin, 2000), belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran yang menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.
Pada pembelajaran tradisional (teori) umumnya bercirikan tatap muka di kelas kelas yang berdurasi pendek, terisolasi/lepas-lepas, dan aktivitas pembelajaran berpusat pada guru. Sedangkan pembelajaran praktik khususnya praktik pada jenjang pendidikan kejuruan dimana aspek psikomotor lebih besar porsinya dibanding aspek kognitif dan afektif, kegiatan belajar relatif berdurasi panjang, holistik-interdisipliner, perpusat pada siswa, terintegrasi, dan sedapat mungkin dikaitkan dengan kebutuhan pasar (marketabel).
Keberhasilan suatu pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media pembelajaran dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. oleh murid.
Media Pembelajaran
Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Sementara itu, Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Sedangkan, National Education Associaton (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari ketiga pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.
Brown (1994) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi efektifitas pembelajaran. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer, internet dan tidak kalah fungsinya adalah handphone.
Terdapat berbagai jenis media belajar, diantaranya : (1) Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik, (2) Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya, (3) Projected still media : slide; over head projektor (OHP), in focus dan sejenisnya, (4) Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), Komputer, handphone dan sejenisnya.
Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Contoh : Kalau tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas), maka media film dan video bisa digunakan. Di samping itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat melengkapi (komplementer), seperti: biaya, ketepatgunaan; keadaan peserta didik; ketersediaan; dan mutu teknis.
Menggerinda pahat bubut merupakan keterampilan motorik yang berdasarkan uraian diatas bisa menggunakan film atau video sebagai media pembelajaran. Banyak macam video atau kamera yang dapat digunakan untuk pengambilan gambar maupun untuk memutar gambar yang ada (sebagai player) . Salah satu peralatan multi guna saat ini yang dapat digunakan untuk fungsi tersebut adalah kamera video handphone.
Joyke Christian Kumaat (http://id.wikipedia.org) mengungkapkan bahwa media video mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya, dapat menstimulir efek gerak, dapat diberi suara maupun warna, tidak memerlukan keahlian khusus dalam penyajiannya, tidak memerlukan ruangan gelap dalam penyajiannya. Sedang kekuranganya adalah, memerlukan peralatan khusus dalam penyajiannya, memerlukan tenaga listrik, memerlukan keterampilan khusus dan kerja tim dalam pembuatannya.
Kekurangan yang disampaikan oleh Joyke rupanya tidak berlaku pada kamera video handphone. Untuk mengoperasikan video kamera handphone tidak memerlukan peralatan khusus, powernya menggunakan baterai dan tidak memerlukan keterampilan khusus.
Kamera jenis digital ini merupakan kamera yang dapat bekerja tanpa menggunakan film. Si pemotret dapat dengan mudah menangkap suatu objek tanpa harus susah-susah membidiknya melalui jendela pandang karena kamera digital sebagian besar memang tidak memilikinya. Sebagai gantinya, kamera digital menggunakan sebuah layar LCD yang terpasang di belakang kamera. Lebar layar LCD pada setiap kamera digital berbeda-beda. Sebagai media penyimpanan, kamera digital menggunakan internal memory ataupun external memory yang menggunakan memory card.
Layanan kamera handphone tidak hanya untuk pemotretan tetapi sudah banyak tersedia layanan untuk pengambilan gambar hidup atau video dengan durasi yang bervariasi dari yang hitungan detik sampai yang hitungan jam. Telepon genggam seringnya disebut handphone (disingkat HP) atau disebut pula sebagai telepon selular (disingkat ponsel) adalah perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon fixed line konvensional, namun dapat dibawa ke mana-mana (portabel, mobile) dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan telepon menggunakan kabel (nirkabel; wireless).
Selain berfungsi untuk melakukan dan menerima panggilan telepon, ponsel umumnya juga mempunyai fungsi pengiriman dan penerimaan pesan singkat (short message service, SMS). Mengikuti perkembangan teknologi digital, kini ponsel juga dilengkapi dengan berbagai pilihan fitur, seperti bisa menangkap siaran radio dan televisi, perangkat lunak pemutar audio (mp3) dan video, kamera digital, game, dan layanan internet (WAP, GPRS, 3G) videophone, maupun untuk televisi online.
3. Menggerinda Pahat Bubut.
Gambar 1 : Salah satu bentuk geometri pahat bubut HSS
Komponen penting dalam sebuah kegiatan produksi di bengkel mesin setelah faktor manusia adalah, mesin perkakas, benda kerja, dan alat (tool). Fungsi mesin gerinda meja adalah untuk menggerinda tool agar dapat menyayat benda kerja dengan baik, dan dapat mendukung proses produksi yang optimal. Mengabaikan tool sama saja dengan membiarkan proses produksi tidak berjalan dengan semestinya, yang dapat mengakibatkan target tidak tercapai atau gagal sama sekali. Proses menggerinda pahat bubut, salah satu jenis tool di bengkel tidak dapat dilakukan dengan baik tanpa melalui penguasaan teori dan pengalaman praktik yang benar.
Menggerinda artinya menggosok, mengasah, mengauskan permukaan dengan gesekan, melepaskan permukaan dengan batu gerinda yang berputar, meratakan dan menghaluskan permukaan benda, baik permukaan lengkung maupun permukaan rata (Eka Yogaswara 2000 : 9). Gesekan pemakanan batu gerinda tidak menghasilkan tatal seperti layaknya sayatan hasil bubutan tetapi menghasilkan beram halus berupa debu. Mengerinda pahat bubut dapat diartikan sebagai mengasah pahat bubut agar dapat berfungsi untuk membubut sesuai ukuran dan toleransi yang dibutuhkan.
Dalam pelajaran praktik menggerinda pahat bubut siswa tidak boleh dibiarkan bekerja dengan cara yang salah, tidak mengikuti langkah kerja yang benar, posisi tubuh dan gerak tangan tidak diperhatikan. Karena secara teknis kualitas dan produktivitas hasil kerja seseorang sangat ditentukan oleh cara kerja yang benar. Kebiasaan siswa mengerjakan pekerjaan dengan kualitas asal jadi membentuk sikap dan kebiasaan kurang peduli terhadap “sense of quality” dan “sense of added value” (Wardiman, 1999 : 54). Kegiatan siswa harus mengikuti prinsip belajar tuntas (mastery learning). Misal pada minggu tertentu siswa mengerjakan satuan pekerjaan tertentu, dan tidak selesai, pada minggu berikutnya siswa tidak boleh beralih pada satuan pekerjaan berikutnya, alias harus menyelesaikan job yang belum selesai tersebut.
Pembelajaran praktik menggerinda pahat bubut ini diharapkan dapat diserap dengan baik oleh siswa bila dilakukan dengan media pembelajaran yang tepat. Siswa lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang sedang dibicarakan seorang guru. Mereka paling baik jika dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon, gambar, dan gambaran dari segala macam hal ketika mereka sedang belajar. Dave Meier (2002 : 97) menyatakan bahwa ketajaman visual, meskipun lebih menonjol pada sebagaian orang, sangat kuat dalam diri setiap orang. Alasannya adalah bahwa di dalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indra yang lain.
B. Kerangka Berfikir
Penggunaan kamera video handphone
Kerangka berfikir ini merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yang menjadi obyek permasalahan (Suriasumantri, 1986 dalam Sarwiji, 2008) Kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat digambarkan melalui tahapan berikut :

Memudahkan memperbaiki gerakan menggerinda yang salah
Meningkatkan perhatian dan aktifitas siswa saat menggerinda pahat


Penggerindaan tepat ukuran, selesai tepat waktu


Hasil pembelajaran menggerinda pahat bubut meningkat


Gambar 2: Bagan alur kerangka berfikir
Dalam bagan alur kerangka berfikir tersebut di atas dapat disampaikan alur pemikiran dalam penelitian tindakan ini. Dengan asumsi aktivitas dan perhatian siswa yang meningkat, didukung dengan langkah nyata untuk memperbaiki gerakan yang salah dalam menggerinda, maka diperoleh hasil penggerindaan pahat bubut yang tepat ukuran dan tepat waktu. Kalau ukuran tepat dan waktu yang digunakan sesuai estimasi maka hasil belajar menggerinda meningkat.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran di atas maka dapat disusun hipotesis tindakan sebagai berikut (1) Penggunaan kamera video handphone sebagai media pembelajaran diduga dapat meningkatkan perhatian dan aktivitas siswa pada pembelajaran menggerinda pahat bubut, (2) Penggunaan kamera video handphone sebagai media pembelajaran diduga dapat meningkatkan hasil pembelajaran menggerinda pahat bubut pada siswa kelas XI MB SMK Negeri 2 Karanganyar tahun pelajaran 2008/2009.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Lokasi penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMKN 2 Karanganyar, Jawa Tengah

Subyek Penelitian
Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas XI-MB SMK Negeri 2 Karanganyar Tahun Pelajaran 2008/2009, yang berjumlah 34 orang siswa.

Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Juli 2009.

Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) dimana peneliti sebagai pelaku tindakan. Adapun langkah penelitiannya bersifat refleksi tindakan dengan pola “Proses Pengkajian Berdaur (Siklus)”. Langkah ini berlangsung berulang yang terdiri dari Perencanaan – Tindakan – Observasi – Refleksi. Penelitian ini dirancang berlangsung dalam 2 (dua) siklus dan tahap penelitian. (Suharsimi Arikunto, 2006 : 16)

Sumber Data
Data penelitian ini berasal dari nilai hasil penilaian jobsheet, data hasil wawancara dan observasi visual serta rekaman kamera video handphone

Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpul data dalam penelitian tindakan kelas ini adalah lembar nilai siswa kelas XI MB, lembar observasi, daftar wawancara, dan kamera video handphone siswa. Nilai siswa diambil dari lembar penilaian benda kerja, aktivitas dan perhatian siswa diambil melalui pengamatan langsung maupun melalui kamera video handphone dan dicatat pada lembar observasi.

Teknik Analisis Data
Data hasil penelitian dianalisis sejak penelitian dimulai, dikembangkan selama proses refleksi sampai proses penyusunan laporan. Teknik analisis data yang digunakan adalah model alur, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan (Milles dan Huberman, 1989).
Analisis data dalam penelitian tindakan kelas dilakukan terhadap dua jenis data, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari penilaian hasil tindakan, sedangkan data kualitatif diperoleh dalam proses tindakan. Selanjutnya analisis terhadap data kuantitatif dilakukan secara deskriptif kuantitatif dan analisis terhadap data kualitatif dilakukan secara deskriptif kualitatif.

Indikator Keberhasilan.
Target keberhasilan yang diharapkan dapat dicapai pada penelitian ini adalah meningkatnya ketepatan waktu penggerindaan pahat bubut yang ditandai dengan meningkatnya prestasi, dengan indikator : (1) 80 % Siswa penuh perhatian dan aktif mengikuti pembelajaran, (2) 80 % Siswa dapat menyelesaikan penggerindaan pahat bubut tepat waktu atau lebih cepat dan tepat ukuran, (3) 80 % Siswa berhasil menguasai materi penggerindaan pahat bubut dengan nilai KKM = 75 (tujuh puluh lima)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Siklus ke-1
Pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus ke-1, guru menggunakan metode eksperimen (praktik) melalui penggunaan kamera video handphone sebagai media pembelajaran oleh siswa. Guru menjelaskan tentang penggunaan media kamera video hanphone di dalam proses pembelajaran. Pada siklus ke-1 ini, kegiatan siswa di dalam proses pembelajaran sebagaimana biasanya, aktivitas siswa sudah berbeda dari kebiasaan sebelumnya, dimana diskusi dan konsultasi pembelajaran praktik mulai intens dengan guru selaku instruktur praktik. Kedudukan siswa di dalam pembelajaran bersifat aktivitas individu dengan jalur konsultasi terbatas hanya dengan guru.

Tabel 3. Waktu yang dicapai siswa untuk menggerinda pahat bubut rata muka pada Siklus I
Lama waktu
s.d 60 (menit)
61 s.d 120 (menit)
121 s.d. 180 (menit)
181 s.d 240 (menit)
241 ≤ 365 (menit)
Jumlah siswa
3
18
8
5
0

Bila data hasil penelitian di dalam proses pembelajaran siklus ke-1 dikelompokan berdasarkan kelompok praktik, maka jumlah siswa yang aktif dan perhatian, siswa yang menggerinda dengan benar dan siswa yang tuntas belajarnya adalah sebagai berikut :

Tabel 4. Data hasil penelitian perkelompok praktik pada siklus ke1
No.
Kelompok
Jumlah siswa
Jumlah siswa yang perhatian & aktif
yang benar gerakannya
Jumlah Siswa yang Tuntas Belajar
1
I
3
3
4
2
II
4
2
4
3
III
3
3
3
4
IV
3
2
2
5
V
3
3
4
6
VI
3
2
2
7
VII
3
3
4
8
VIII
3
3
4
9
IX
2
2
3

Jumlah
27
23
29

Prosentase
79,4%
67,6%
85,3 %

Interpretasi :
Pada siklus ke-1 ini, hasil observasi menunjukkan adanya pemunculan aktivitas dan perhatian siswa di dalam proses pembelajaran serta melakukan gerakan yang benar. Namun demikian, dari hasil penelitian tampak bahwa : (a) Suasana proses pembelajaran di kelas belum sepenuhnya kondusif yang ditandai aktifitas yang belum optimal dan perhatian siswa dalam proses pembelajaran serta jumlah siswa yang melakukan gerakan penggerindaan dengan benar belum optimal. (b) Siswa yang mampu menguasai kompetensi / menggerinda pahat bubut atau telah mencapai ketuntasan di dalam belajarnya ( N KKM 75) baru 85,3 %. (c) Pencapaian waktu menggerinda pahat bubut rata-rata 116,1 menit. Dari hasil tersebut maka penelitian dilanjutkan ke siklus – 2 untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih baik
Berdasarkan data hasil penelitian bahwa siswa yang aktif dan perhatian di dalam proses pembelajaran sejumlah 27 orang siswa atau 79,4 %. Kemudian untuk siswa yang melakukan gerakan penggerindaan yang benar sejumlah 23 orang siswa atau 67,6 %.
terdapat 29 orang siswa atau 85,3 % yang sudah mencapai ketuntasan di dalam belajarnya
Siklus ke-2
Pada siklus ini diawali dengan penjelasan pendahuluan dari guru yang sifatnya sebagai pengantar sebelum pelaksanaan praktik bagi semua kelompok. Disamping itu guru menjelaskan lagi tentang penggunaan media kamera video hanphone di dalam proses pembelajaran. Dari hasil siklus ke-1 nampak pengambilan gambar oleh siswa belum sepenuhnya merekam seluruh aktivitas anggota tubuh siswa yang seharusnya direkam saat menggerinda, sehingga perlu penekanan kembali cara merekam yang benar.
Hasil rekaman yang sudah diambil oleh siswa didiskusikan dengan sesama siswa dalam kelompoknya, saling megoreksi langkah kerja gerakan penggerindaan antar sesama anggota kelompok tanpa harus berkonsultasi dengan guru. Sedangkan di dalam pelaksanaan praktik berpedoman pada jobsheet menggerinda pahat bubut alur yang telah diberikan kepada siswa pada awal tahun.
Melalui penggunaan media kamera video hanphone para siswa saling bergiliran merekam sebagian proses menggerinda pahat bubut, ternyata siswa secara umum tampak berperan aktif dalam proses pembelajaran. Bila ada siswa yang mengalami kesulitan dalam menempatkan posisi pahat terhadap roda gerinda, siswa lain dalam kelompoknya membetulkan secara langsung. Ada siswa yang saat melakukan gerakan salah dibetulkan oleh teman satu kelompok tidak berusaha memperbaiki dengan alasan gerakannya sudah benar. Setelah diperlihatkan dan memperhatikan hasil rekaman kamera video handphone siswa tersebut baru menyadari kesalahannya dan segera memperbaiki.

Tabel 5. Waktu yang dicapai siswa untuk menggerinda pahat bubut rata muka pada Siklus 2
Lama waktu
s.d 60 (menit)
61 s.d 120 (menit)
121 s.d. 180 (menit)
181 s.d 240 (menit)
241 ≤ 365 (menit)
Jumlah siswa
28
5
1
0
0

Pada siklus 2 capaian waktu menggerinda rata-rata lebih cepat, aktifivas siswa nampak lebih meningkat dibanding pada siklus 1, hal ini dikarenakan proses pembelajaran lebih terpusat pada siswa dan memerlukan kerja sama di antara anggota kelompok. Disamping itu, jika dilihat dari pemunculan melakukan gerakan penggerindaan yang benar di dalam kelompoknya, ternyata secara keseluruhan tampak meningkat. dalam menyelesaikan job praktik, ternyata terdapat 33 orang siswa atau 97 % yang sudah mencapai ketuntasan di dalam belajarnya. Atau dengan kata lain, hanya terdapat 1 orang siswa atau 3 % yang belum mencapai ketuntasan di dalam belajarnya. Adapun data hasil penelitian di dalam proses pembelajaran siklus ke-2 tampak seperti pada tabel.
Bila data hasil penelitian di dalam proses pembelajaran siklus ke-2 dikelompokan berdasarkan kelompok praktik, maka jumlah siswa yang aktif dan perhatian, siswa yang menggerinda dengan benar dan siswa yang tuntas belajarnya adalah sebagai berikut :

Tabel 6. Data hasil penelitian perkelompok praktik pada siklus ke-2
No.
Kelompok
Jumlah siswa
Jumlah siswa yang perhatian & aktif
yang benar gerakannya
Jumlah Siswa yang Tuntas Belajar
1
I
4
4
4
2
II
4
4
4
3
III
4
4
4
4
IV
3
4
4
5
V
4
4
4
6
VI
3
3
3
7
VII
4
4
4
8
VIII
3
3
3
9
IX
3
3
3

Jumlah
32
33
33

Prosentase
94,1%
97,05%
97,05%


Interpretasi :
Pada siklus ke-2 ini, hasil observasi menunjukkan adanya peningkatan aktivitas siswa di dalam proses pembelajaran dibandingkan pada siklus ke-1. Secara umum dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran lebih optimal melalui penggunaan media kamera video hanphone tersebut. Data menunjukkan bahwa aktivitas dan perhatian siswa dalam proses pembelajaran adalah 94,1%, serta melakukan gerakan yang benar di dalam kelompoknya adalah 97,05%. Selanjutnya berdasarkan hasil refleksi proses pembelajaran ternyata 97,05% telah mencapai ketuntasan di dalam belajarnya. Dengan demikian pada akhir siklus ke-2 ini, hasil pembelajaran sudah menuhi harapan yakni ; (a) Siswa tampak perhatian dan aktif menggunakan video kamera hanphone sebagai media pembelajaran menggerinda pahat bubut. (b) Suasana proses pembelajaran di lab mesin (bengkel) lebih kondusif yang ditandai dengan tingginya perhatian dan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran serta jumlah siswa yang melakukan gerakan penggerindaan dengan benar lebih optimal. (c) Siswa yang mampu menguasai kompetensi menggerinda pahat bubut dengan mencapai KKM ≥ 75 lebih dari 97 % atau siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar mengalami peningkatan. (d) Siswa tampak lebih berminat selama mengikuti proses pembelajaran menggerinda pahat bubut, yaitu lebih dari 94 %. (e) Pencapaian waktu menggerinda pahat bubut menjadi lebih cepat yaitu rata-rata 46,9 menit.

Hasil Iringan
Hasil iringan dari penelitian ini didasarkan pada hasil wawancara yang digunakan untuk mengetahui lebih jauh tentang perhatian, minat, kesungguhan dan keberanian siswa dalam mengikuti proses pembelajaran menggerinda pahat bubut. Wawancara yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas bersifat terbuka dan tak berstruktur, oleh karena itu pertanyaan-pertanyaan tentang kesungguhan pandangan, sikap dan keterangan yang lain dapat diajukan secara bebas. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh data sebagai berikut : (1) Sejumlah 31 orang siswa atau 91,2% peserta didik menganggap bahwa proses pembelajaran menggerinda pahat bubut melalui penggunaan media kamera video hanphone dirasakan menyenangkan. (2) Sejumlah 32 orang siswa atau 94,1% peserta didik menganggap dirinya terlibat secara aktif dan penuh perhatian di dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. (3) Sejumlah 33 orang siswa atau 97,05% peserta didik menganggap dirinya telah menguasai dan memahami kompetensi menggerinda pahat bubut. (4) Sejumlah 30 orang siswa atau 88,23% peserta didik mengharapkan dilaksanakan lagi kegiatan praktik menggerinda dengan media kamera video hanphone sebagai media pembelajaran.

Pembahasan Antar Siklus
Dari hasil penelitian tindakan ini yang berlangsung 2 (dua) siklus menunjukkan bahwa proses pembelajaran menggerinda pahat bubut melalui penggunaan media kamera video handphone dapat meningkatkan aktivitas dan perhatian siswa, serta melakukan gerakan menggerinda yang benar.
Kemudian, untuk mengetahui tingkat pemahaman atau penguasaan menggerinda pahat bubut dapat dilihat hasil prestasi belajar siswa di dalam menyelesaikan soal tes teori dan pemenuhan nilai praktik berdasarkan jobsheet yang sudah direncanakan. Ketuntasan belajarnya, diperlihatkan baik pada akhir siklus I, maupun pada akhir siklus II. Hal ini dapat ditunjukkan bahwa pada pelaksanaan PTK siklus ke-1 jumlah siswa mencapai ketuntasan belajar 29 orang atau 85,3% dan pada siklus ke-2 jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar 33 orang atau 97,05%. Adapun rekapitulasi data hasi penelitian ini tampak seperti pada tabel 7 berikut;

Tabel 7. Rekapitulasi data hasil penelitian

Siklus
Siswa perhatian & aktif
Siswa melakukan gerakan yang benar
Siswa tuntas belajar
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
I
27
79,4%
23
67,6%
29
85,3%
II
32
94,1%
33
97,05%
33
97,05%

Dari sajian data dapat dikatakan terjadi peningkatan yang signifikan dari siklus ke-1 hingga siklus ke-2.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data pada penelitian ini maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut : (1) Penggunaan kamera video handphone sebagai media pembelajaran dapat meningkatkan perhatian dan aktivitas siswa pada pembelajaran menggerinda pahat bubut, dari 79,4% menjadi 94,1%. (2) Jumlah siswa yang melakukan gerakan menggerinda dengan benar yaitu dari 67,6% menjadi 97,05%, dan (3) Penggunaan kamera video handphone sebagai media pembelajaran dapat meningkatkan hasil pembelajaran menggerinda pahat bubut pada siswa kelas XI MB SMK Negeri 2 Karanganyar tahun pelajaran 2008/2009, dari prosenatse jumlah siswa yang tuntas 85,3% menjadi 97,05%.

Saran-saran
Sebagi tindak lanjut penelitian tindakan kelas ini maka penulis menyarankan : (1) Pelarangan penggunaan handphone oleh siswa di sekolah hendaknya masih memberi ruang bagi guru dan siswa untuk memanfaatkan handphone sebagai media pembelajaran. (2) Bila dalam penggunaan handphone oleh siswa disinyalir disalahgunakan, maka menjadi kewajiban sesama siswa, guru, orangtua dan seluruh komponen sekolah guna ikut memantau, mengawasi, atau mencegah penyalahgunaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.
Bell Gredler, E. Margaret. 1991. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: CV. Rajawali
Briggs, 1977. Media Pembelajaran. (http://id.wikipedia.org), download 23 Meret 2009.
Brown, H. Douglas. 1994. Principles of Language Learning and Teaching, Prentice Hall Regents: New Jersey.
Djojonegoro, Wardiman. Prof., Dr.-Ing, 1999. Pengembangan Sumber Daya Manusia melalui Pendidikan Kejuruan. Jakarta. Balai Pustaka.
Meier, Dave. 2002. The Accelerated Learning. Bandung. Kaifa

Posting Komentar

0 Komentar