MENINGKATAN
HASIL BELAJAR MENGGERINDA PAHATBUBUT DENGAN MEMANFAATKAN KAMERA VIDEO
HANDPHONE SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS XI MB SMK
TAHUN PELAJARAN 2008/2009
A
B S T R A K
Penelitian
tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan perhatian dan
aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran menggerinda pahat bubut
dengan menggunakan kamera video handphone sebagai media pembelajaran,
dan meningkatkan hasil pembelajaran menggerinda pahat bubut dengan
menggunakan kamera video handphone sebagai media pembelajaran pada
siswa kelas XI MB SMK Negeri tahun pelajaran 2008/2009.
Penelitian
dilaksanakan di SMKN 2 Karanganyar, dengan subyek
penelitian siswa kelas XI-MB SMK Negeri 2 Karanganyar Tahun Pelajaran
2008/2009, yang berjumlah 34 orang siswa.
Penelitian dilaksanakan bulan Maret sampai dengan bulan Juli 2009.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
Action Research)
dimana peneliti sebagai pelaku tindakan. Adapun langkah penelitiannya
bersifat refleksi tindakan dengan pola “Proses Pengkajian Berdaur
(Siklus)”. Langkah ini berlangsung berulang-ulang yang terdiri dari
Perencanaan – Tindakan – Observasi – Refleksi.
Indikator
keberhasilan yang diharapkan dapat dicapai pada penelitian ini dengan
mempergunakan kamera video handphone sebagai media pembelajaran
adalah; 80 % siswa penuh perhatian dan aktif mengikuti pembelajaran
penggerindaan pahat bubut, 80 % siswa dapat melakukan penggerindaan
pahat bubut dengan benar dan 80 % siswa berhasil menguasai materi
penggerindaan pahat bubut dengan nilai KKM = 75 (tujuh puluh lima)
Dari
hasil penelitian tindakan ini yang berlangsung hingga akhir siklus
ke-2 menunjukkan bahwa proses pembelajaran menggerinda pahat bubut
melalui pemanfaatan media kamera video hanphone siswa yang perhatian
ada 94,1% siswa , siswa yang melakukan gerakan menggerinda pahat
dengan benar ada 97,05% dan prosentase jumlah siswa yang tuntas ada
97,05%. Simpulan penelitian ini adalah ; Penggunaan kamera video
handphone sebagai media pembelajaran dapat meningkatkan perhatian dan
aktivitas siswa pada pembelajaran menggerinda pahat bubut; dan
penggunaan kamera video handphone sebagai media pembelajaran dapat
meningkatkan hasil belajar menggerinda pahat bubut pada siswa kelas
XI MB SMK Negeri 2 Karanganyar tahun pelajaran 2008/2009.
Kata
Kunci: Kamera video handphone, media pembelajaran, menggerinda
PENDAHULUAN
Menggerinda
pahat bubut adalah salah satu indikator dari salah satu kompetensi
dasar pada mata pelajaran kompetensi kejuruan teknik pemesinan pada
kurikulum KTSP SMK Negeri 2 tahun pelajaran 2008/2009.
Setiap pengguna mesin bubut dituntut untuk dapat menggerinda pahat
bubut dengan mengacu pada 3 kriteria yaitu ukuran, fungsi, dan
estetika.
Salah
satu kenyataan yang sering peneliti hadapi pada saat proses belajar
mengajar adalah kurangnya ketepatan waktu siswa dalam menggerinda
pahat bubut. Lamanya waktu pencapaian siswa dalam menyelesaikan job
merupakan sebuah masalah dalam pembelajaran praktik menggerinda pahat
bubut, sebab salah satu indikator tercapainya sebuah kompetensi
adalah ketepatan waktu. Dengan waktu pencapaian yang tidak tepat
menyebabkan siswa memperoleh nilai 0 (nol) pada penilaian komponen
ketepatan waktu.
Sebagai
data awal dari 34 siswa kelas XI MB, dapat digambarkan dalam tabel
sebagai beikut (Estimasi waktu untuk menggerinda pahat rata muka = 60
menit. Waktu yang dicapai siswa antara 65 s.d. 365 menit )
Tabel
1. Waktu yang dicapai siswa untuk menggerinda pahat bubut rata muka
Lama
waktu
|
s.d
60 (menit)
|
61
s.d 120 (menit)
|
121
s.d. 180 (menit)
|
181
s.d 240 (menit)
|
241
≤ 365 (menit)
|
Jumlah
siswa
|
2
|
12
|
6
|
9
|
5
|
Pada
praktik menggerinda mata bor, dari 34 siswa kelas XI MB, dapat
digambarkan dalam tabel sebagai beikut (Estimasi waktu untuk
menggerinda mata bor = 60 menit. Waktu yang dicapai siswa antara 50
s.d. 555 menit)
Tabel
2. Waktu yang dicapai siswa untuk menggerinda mata bor
Lama
waktu
|
s.d
60 (menit)
|
61
s.d 120 (menit)
|
121
s.d 180 (menit)
|
181
s.d 240 (menit)
|
241
≤ 555 (menit)
|
Jumlah
siswa
|
1
|
3
|
5
|
4
|
21
|
Penyebab
kurangnya kecepatan siswa dalam memenuhi penyelesaian sebuah job
antara lain keterbatasan siswa dalam melihat dan mengingat contoh
pengasahan yang sudah diberikan oleh guru. Contoh cara pengasahan
pahat yang diberikan oleh guru tidak dapat dipertunjukkan
berulang-ulang kepada seluruh siswa bila tidak menggunakan bantuan
media. Maka diperlukan adanya media pembelajaran yang setiap saat
dapat diputar ulang oleh siswa kapan saja saat siswa butuhkan.
Penggunaan
handpone dikalangan siswa sudah tidak terbendung lagi walaupun
berbagai upaya untuk membatasi penggunaan handphone di lingkungan
sekolah sudah dilakukan. Kenyataan ini memunculkan pikiran dalam
benak peneliti untuk memberdayakan handphone untuk kepentingan
positif siswa. Salah satu fasilitasnya adalah kamera video handphone
yang sudah biasa dipergunakan oleh siswa untuk keperluan mengabadikan
momen-momen tertentu. Fasilitas
kamera video handphone ini bisa diputar ulang pada saat-saat
diperlukan.
Berangkat
dari paparan diatas peneliti merasa perlu mengadakan penelitian
tindakan kelas denngan judul meningkatkan hasil pembelajaran
menggerinda pahat bubut dengan menggunakan kamera video handphone
sebagai media pembelajaran pada siswa kelas XI MB SMK Negeri 2
Karanganyar tahun pelajaran 2008/2009
Berdasarkan
latar belakang yang sudah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut : (1) Apakah ada peningkatan perhatian dan
aktivitas siswa pada saat pembelajaran menggerinda pahat bubut dengan
menggunakan kamera video handphone sebagai media pembelajaran ?, dan
(2) Apakah ada peningkatan hasil belajar menggerinda pahat bubut
dengan menggunakan kamera video handphone sebagai media pembelajaran
?
Penelitian
tindakan kelas ini bertujuan untuk : (1) Meningkatkan perhatian dan
aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran menggerinda pahat bubut
dengan menggunakan kamera video handphone sebagai media pembelajaran,
(2) Meningkatkan hasil pembelajaran menggerinda pahat bubut dengan
menggunakan kamera video handphone sebagai media pembelajaran.
Manfaat
penelitian ini (1) bagi siswa, agar dapat memanfaatkan handphone
sebagai sarana untuk meningkatkan hasil belajar menggerinda pahat
bubut, (2) bagi guru, dapat memberdayakan handphone siswa untuk
keperluan pembelajaran praktik menggerinda pahat bubut, dan (3) bagi
sekolah (SMK Negeri 2 ), sebagai bahan masukan untuk
meninjau ulang pelarangan penggunaan handphone di Sekolah, dan
mengoptimalkan penggunaan handphone untuk keperluan pembelajaran
praktik maupun pembelajaran teori lainnya.
LANDASAN TEORITIS
Hasil Belajar
Menurut
Thorndike dalam (Slavin, 2000), belajar adalah proses interaksi
antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang
terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal
lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon
adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang
dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi
perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud
konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang
tidak dapat diamati.
Belajar
merupakan akibat adanya interaksi
antara stimulus
dan respon (Slavin, 2000:143). Seseorang dianggap telah belajar
sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut
teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa
stimulus dan output yang berupa respon. Arah pengembangan teori dan
praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran yang
menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil
belajar.
Dalam
konteks pendidikan,
guru
mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi
pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek
kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif),
serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik.
Pembelajaran
juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.
Pada
pembelajaran tradisional (teori) umumnya bercirikan tatap muka di
kelas kelas yang berdurasi pendek, terisolasi/lepas-lepas, dan
aktivitas pembelajaran berpusat pada guru. Sedangkan pembelajaran
praktik khususnya praktik pada jenjang pendidikan kejuruan dimana
aspek psikomotor lebih besar porsinya dibanding aspek kognitif dan
afektif, kegiatan belajar relatif berdurasi panjang,
holistik-interdisipliner, perpusat pada siswa, terintegrasi, dan
sedapat mungkin dikaitkan dengan kebutuhan pasar (marketabel).
Keberhasilan
suatu pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan
pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media
pembelajaran dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. oleh murid.
Media
Pembelajaran
Media
berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium”
yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar”
yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan.
Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Schramm
(1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa
pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Sementara
itu, Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana
fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku,
film, video dan sebagainya. Sedangkan, National
Education Associaton
(1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana
komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk
teknologi perangkat keras. Dari ketiga pendapat di atas disimpulkan
bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan
pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik
sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta
didik.
Brown
(1994) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam
kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi efektifitas pembelajaran.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK),
khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu
atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti
adanya komputer, internet dan tidak kalah fungsinya adalah handphone.
Terdapat
berbagai jenis media belajar, diantaranya : (1) Media
Visual
: grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik, (2) Media
Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya,
(3) Projected
still media
: slide;
over head projektor (OHP), in focus dan
sejenisnya, (4) Projected
motion media
: film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), Komputer, handphone dan
sejenisnya.
Kriteria
yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan
dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Contoh
: Kalau tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas),
maka media film dan video bisa digunakan. Di samping itu, terdapat
kriteria lainnya yang bersifat melengkapi (komplementer), seperti:
biaya, ketepatgunaan; keadaan peserta didik; ketersediaan; dan mutu
teknis.
Menggerinda
pahat bubut merupakan keterampilan motorik yang berdasarkan uraian
diatas bisa menggunakan film atau video sebagai media pembelajaran.
Banyak macam video atau kamera yang dapat digunakan untuk pengambilan
gambar maupun untuk memutar gambar yang ada (sebagai player)
. Salah satu peralatan multi guna saat ini yang dapat digunakan untuk
fungsi tersebut adalah kamera video handphone.
Joyke
Christian Kumaat
(http://id.wikipedia.org) mengungkapkan bahwa media video mempunyai
kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya, dapat menstimulir efek
gerak, dapat diberi suara maupun warna, tidak memerlukan keahlian
khusus dalam penyajiannya, tidak memerlukan ruangan gelap dalam
penyajiannya. Sedang kekuranganya adalah, memerlukan
peralatan khusus dalam penyajiannya, memerlukan
tenaga listrik, memerlukan keterampilan khusus dan kerja tim dalam
pembuatannya.
Kekurangan
yang disampaikan oleh Joyke rupanya tidak berlaku pada kamera video
handphone. Untuk mengoperasikan video kamera handphone tidak
memerlukan peralatan khusus, powernya menggunakan baterai dan tidak
memerlukan keterampilan khusus.
Kamera
jenis digital ini merupakan kamera yang dapat bekerja tanpa
menggunakan film. Si pemotret dapat dengan mudah menangkap suatu
objek tanpa harus susah-susah membidiknya melalui jendela pandang
karena kamera digital sebagian besar memang tidak memilikinya.
Sebagai gantinya, kamera digital menggunakan sebuah layar LCD
yang terpasang di belakang kamera. Lebar layar LCD pada setiap kamera
digital berbeda-beda. Sebagai media penyimpanan, kamera digital
menggunakan internal
memory
ataupun external
memory
yang menggunakan memory
card.
Layanan
kamera handphone tidak hanya untuk pemotretan tetapi sudah banyak
tersedia layanan untuk pengambilan gambar hidup atau video dengan
durasi yang bervariasi dari yang hitungan detik sampai yang hitungan
jam. Telepon
genggam
seringnya disebut handphone
(disingkat HP)
atau disebut pula sebagai telepon
selular
(disingkat ponsel)
adalah perangkat telekomunikasi
elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon
fixed
line
konvensional, namun dapat dibawa ke mana-mana (portabel, mobile)
dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan
telepon
menggunakan kabel
(nirkabel; wireless).
Selain
berfungsi untuk melakukan dan menerima panggilan telepon, ponsel
umumnya juga mempunyai fungsi pengiriman dan penerimaan pesan singkat
(short
message service,
SMS).
Mengikuti perkembangan teknologi digital, kini ponsel juga dilengkapi
dengan berbagai pilihan fitur, seperti bisa menangkap siaran radio
dan televisi,
perangkat lunak pemutar audio (mp3) dan video, kamera
digital,
game, dan layanan internet
(WAP,
GPRS,
3G)
videophone,
maupun untuk televisi
online.
3. Menggerinda Pahat Bubut.
Gambar 1 : Salah satu bentuk geometri pahat
bubut HSS
Komponen penting dalam sebuah kegiatan
produksi di bengkel mesin setelah faktor manusia adalah, mesin
perkakas, benda kerja, dan alat (tool).
Fungsi mesin gerinda meja adalah untuk menggerinda tool
agar dapat menyayat benda kerja
dengan baik, dan dapat mendukung proses produksi yang optimal.
Mengabaikan tool
sama saja dengan membiarkan proses produksi tidak berjalan dengan
semestinya, yang dapat mengakibatkan target tidak tercapai atau gagal
sama sekali. Proses menggerinda pahat bubut, salah satu jenis tool
di bengkel tidak dapat dilakukan dengan baik tanpa melalui penguasaan
teori dan pengalaman praktik yang benar.
Menggerinda artinya menggosok, mengasah,
mengauskan permukaan dengan gesekan, melepaskan permukaan dengan batu
gerinda yang berputar, meratakan dan menghaluskan permukaan benda,
baik permukaan lengkung maupun permukaan rata (Eka Yogaswara 2000 :
9). Gesekan pemakanan batu gerinda tidak menghasilkan tatal seperti
layaknya sayatan hasil bubutan tetapi menghasilkan beram halus berupa
debu. Mengerinda pahat bubut dapat diartikan sebagai mengasah pahat
bubut agar dapat berfungsi untuk membubut sesuai ukuran dan toleransi
yang dibutuhkan.
Dalam
pelajaran praktik menggerinda pahat bubut siswa tidak boleh dibiarkan
bekerja dengan cara yang salah, tidak mengikuti langkah kerja yang
benar, posisi tubuh dan gerak tangan tidak diperhatikan. Karena
secara teknis kualitas dan produktivitas hasil kerja seseorang sangat
ditentukan oleh cara kerja yang benar. Kebiasaan siswa mengerjakan
pekerjaan dengan kualitas asal jadi membentuk sikap dan kebiasaan
kurang peduli terhadap “sense
of quality”
dan “sense
of added value”
(Wardiman, 1999 : 54). Kegiatan siswa harus mengikuti prinsip belajar
tuntas (mastery
learning).
Misal pada minggu tertentu siswa mengerjakan satuan pekerjaan
tertentu, dan tidak selesai, pada minggu berikutnya siswa tidak boleh
beralih pada satuan pekerjaan berikutnya, alias harus menyelesaikan
job yang belum selesai tersebut.
Pembelajaran
praktik menggerinda pahat bubut ini diharapkan dapat diserap dengan
baik oleh siswa bila dilakukan dengan media pembelajaran yang tepat.
Siswa lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang sedang
dibicarakan seorang guru. Mereka paling baik jika dapat melihat
contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon, gambar, dan
gambaran dari segala macam hal ketika mereka sedang belajar. Dave
Meier (2002 : 97) menyatakan bahwa ketajaman visual, meskipun lebih
menonjol pada sebagaian orang, sangat kuat dalam diri setiap orang.
Alasannya adalah bahwa di dalam otak terdapat lebih banyak perangkat
untuk memproses informasi visual daripada semua indra yang lain.
B. Kerangka Berfikir
Penggunaan
kamera video handphone
Kerangka
berfikir ini merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala
yang menjadi obyek permasalahan (Suriasumantri, 1986 dalam Sarwiji,
2008) Kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat digambarkan
melalui tahapan berikut :
Memudahkan
memperbaiki gerakan menggerinda yang salah
Meningkatkan
perhatian dan aktifitas siswa saat menggerinda pahat
Penggerindaan
tepat ukuran, selesai tepat waktu
Hasil
pembelajaran menggerinda pahat bubut meningkat
Gambar 2: Bagan alur
kerangka berfikir
Dalam bagan alur
kerangka berfikir tersebut di atas dapat disampaikan alur pemikiran
dalam penelitian tindakan ini. Dengan asumsi aktivitas dan perhatian
siswa yang meningkat, didukung dengan langkah nyata untuk memperbaiki
gerakan yang salah dalam menggerinda, maka diperoleh hasil
penggerindaan pahat bubut yang tepat ukuran dan tepat waktu. Kalau
ukuran tepat dan waktu yang digunakan sesuai estimasi maka hasil
belajar menggerinda meningkat.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan
kajian teori dan kerangka pemikiran di atas maka dapat disusun
hipotesis tindakan sebagai berikut (1) Penggunaan kamera video
handphone sebagai media pembelajaran diduga dapat meningkatkan
perhatian dan aktivitas siswa pada pembelajaran menggerinda pahat
bubut, (2) Penggunaan kamera video handphone sebagai media
pembelajaran diduga dapat meningkatkan hasil pembelajaran menggerinda
pahat bubut pada siswa kelas XI MB SMK Negeri 2 Karanganyar tahun
pelajaran 2008/2009.
METODE
PENELITIAN
Lokasi
penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMKN 2 Karanganyar,
Jawa Tengah
Subyek
Penelitian
Subyek
penelitian tindakan
kelas
ini adalah siswa kelas XI-MB SMK Negeri 2 Karanganyar Tahun Pelajaran
2008/2009, yang berjumlah 34 orang siswa.
Waktu
Penelitian
Penelitian
tindakan kelas ini direncanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan
Juli 2009.
Prosedur
Penelitian
Penelitian
ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
Action Research)
dimana peneliti sebagai pelaku tindakan. Adapun langkah penelitiannya
bersifat refleksi tindakan dengan pola “Proses Pengkajian Berdaur
(Siklus)”. Langkah ini berlangsung berulang yang terdiri dari
Perencanaan – Tindakan – Observasi – Refleksi. Penelitian ini
dirancang berlangsung dalam 2 (dua) siklus dan tahap penelitian.
(Suharsimi Arikunto, 2006 : 16)
Sumber
Data
Data
penelitian ini berasal dari nilai hasil penilaian jobsheet, data
hasil wawancara dan observasi visual serta rekaman kamera video
handphone
Instrumen
Penelitian
Instrumen
pengumpul data
dalam penelitian tindakan kelas ini adalah lembar nilai siswa kelas
XI MB, lembar observasi, daftar wawancara, dan kamera video handphone
siswa. Nilai siswa diambil dari lembar penilaian benda kerja,
aktivitas dan perhatian siswa diambil melalui pengamatan langsung
maupun melalui kamera video handphone dan dicatat pada lembar
observasi.
Teknik
Analisis Data
Data
hasil penelitian dianalisis sejak penelitian dimulai, dikembangkan
selama proses refleksi sampai proses penyusunan laporan. Teknik
analisis data yang digunakan adalah model alur, yaitu reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan (Milles dan Huberman, 1989).
Analisis
data dalam penelitian tindakan kelas dilakukan terhadap dua jenis
data, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif
diperoleh dari penilaian hasil tindakan, sedangkan data kualitatif
diperoleh dalam proses tindakan. Selanjutnya analisis terhadap data
kuantitatif dilakukan secara deskriptif kuantitatif dan analisis
terhadap data kualitatif dilakukan secara deskriptif kualitatif.
Indikator
Keberhasilan.
Target
keberhasilan yang diharapkan dapat dicapai pada penelitian ini adalah
meningkatnya ketepatan waktu penggerindaan pahat bubut yang ditandai
dengan meningkatnya prestasi, dengan indikator : (1) 80 % Siswa penuh
perhatian dan aktif mengikuti pembelajaran, (2) 80 % Siswa dapat
menyelesaikan penggerindaan pahat bubut tepat waktu atau lebih cepat
dan tepat ukuran, (3) 80 % Siswa berhasil menguasai materi
penggerindaan pahat bubut dengan nilai KKM = 75 (tujuh puluh lima)
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil
Penelitian
Siklus
ke-1
Pelaksanaan
proses pembelajaran pada siklus ke-1, guru menggunakan metode
eksperimen (praktik) melalui penggunaan kamera video handphone
sebagai media pembelajaran oleh siswa. Guru
menjelaskan tentang penggunaan media kamera video hanphone di dalam
proses pembelajaran. Pada siklus ke-1 ini, kegiatan siswa di dalam
proses pembelajaran sebagaimana biasanya, aktivitas siswa sudah
berbeda dari kebiasaan sebelumnya, dimana diskusi dan konsultasi
pembelajaran praktik mulai intens dengan guru selaku instruktur
praktik. Kedudukan siswa di dalam pembelajaran bersifat aktivitas
individu dengan jalur konsultasi terbatas hanya dengan guru.
Tabel 3. Waktu yang dicapai siswa untuk
menggerinda pahat bubut rata muka pada Siklus I
Lama
waktu
|
s.d
60 (menit)
|
61
s.d 120 (menit)
|
121
s.d. 180 (menit)
|
181
s.d 240 (menit)
|
241
≤ 365 (menit)
|
Jumlah
siswa
|
3
|
18
|
8
|
5
|
0
|
Bila
data hasil penelitian di dalam proses pembelajaran siklus ke-1
dikelompokan berdasarkan kelompok praktik, maka jumlah siswa yang
aktif dan perhatian, siswa yang menggerinda dengan benar dan siswa
yang tuntas belajarnya adalah sebagai berikut :
Tabel
4. Data hasil penelitian perkelompok praktik pada siklus ke1
No.
|
Kelompok
|
Jumlah
siswa
|
||
Jumlah
siswa yang perhatian & aktif
|
yang
benar gerakannya
|
Jumlah
Siswa yang Tuntas Belajar
|
||
1
|
I
|
3
|
3
|
4
|
2
|
II
|
4
|
2
|
4
|
3
|
III
|
3
|
3
|
3
|
4
|
IV
|
3
|
2
|
2
|
5
|
V
|
3
|
3
|
4
|
6
|
VI
|
3
|
2
|
2
|
7
|
VII
|
3
|
3
|
4
|
8
|
VIII
|
3
|
3
|
4
|
9
|
IX
|
2
|
2
|
3
|
|
Jumlah
|
27
|
23
|
29
|
|
Prosentase
|
79,4%
|
67,6%
|
85,3
%
|
Interpretasi
:
Pada
siklus ke-1 ini, hasil observasi menunjukkan adanya pemunculan
aktivitas dan perhatian siswa di dalam proses pembelajaran serta
melakukan gerakan yang benar. Namun demikian, dari hasil penelitian
tampak bahwa : (a) Suasana proses pembelajaran di kelas belum
sepenuhnya kondusif yang ditandai aktifitas yang belum optimal dan
perhatian siswa dalam proses pembelajaran serta jumlah siswa yang
melakukan gerakan penggerindaan dengan benar belum optimal. (b) Siswa
yang mampu menguasai kompetensi / menggerinda pahat bubut atau telah
mencapai ketuntasan di dalam belajarnya ( N
KKM 75) baru 85,3 %. (c) Pencapaian waktu menggerinda pahat bubut
rata-rata 116,1 menit. Dari hasil tersebut maka penelitian
dilanjutkan ke siklus – 2 untuk mendapatkan hasil belajar yang
lebih baik
Berdasarkan
data hasil penelitian bahwa siswa yang aktif dan perhatian di dalam
proses pembelajaran sejumlah 27 orang siswa atau 79,4 %. Kemudian
untuk siswa yang melakukan gerakan penggerindaan yang benar sejumlah
23 orang siswa atau 67,6 %.
terdapat
29 orang siswa atau 85,3 % yang sudah mencapai ketuntasan di dalam
belajarnya
Siklus
ke-2
Pada
siklus ini diawali dengan penjelasan pendahuluan dari guru yang
sifatnya sebagai pengantar sebelum pelaksanaan praktik bagi semua
kelompok. Disamping itu guru menjelaskan lagi tentang penggunaan
media kamera video hanphone di dalam proses pembelajaran. Dari hasil
siklus ke-1 nampak pengambilan gambar oleh siswa belum sepenuhnya
merekam seluruh aktivitas anggota tubuh siswa yang seharusnya direkam
saat menggerinda, sehingga perlu penekanan kembali cara merekam yang
benar.
Hasil
rekaman yang sudah diambil oleh siswa didiskusikan dengan sesama
siswa dalam kelompoknya, saling megoreksi langkah kerja gerakan
penggerindaan antar sesama anggota kelompok tanpa harus berkonsultasi
dengan guru. Sedangkan di dalam pelaksanaan praktik berpedoman pada
jobsheet menggerinda pahat bubut alur yang telah diberikan kepada
siswa pada awal tahun.
Melalui
penggunaan media kamera video hanphone para siswa saling bergiliran
merekam sebagian proses menggerinda pahat bubut, ternyata siswa
secara umum tampak berperan aktif dalam proses pembelajaran. Bila ada
siswa yang mengalami kesulitan dalam menempatkan posisi pahat
terhadap roda gerinda, siswa lain dalam kelompoknya membetulkan
secara langsung. Ada siswa yang saat melakukan gerakan salah
dibetulkan oleh teman satu kelompok tidak berusaha memperbaiki dengan
alasan gerakannya sudah benar. Setelah diperlihatkan dan
memperhatikan hasil rekaman kamera video handphone siswa tersebut
baru menyadari kesalahannya dan segera memperbaiki.
Tabel
5. Waktu yang dicapai siswa untuk menggerinda pahat bubut rata muka
pada Siklus 2
Lama
waktu
|
s.d
60 (menit)
|
61
s.d 120 (menit)
|
121
s.d. 180 (menit)
|
181
s.d 240 (menit)
|
241
≤ 365 (menit)
|
Jumlah
siswa
|
28
|
5
|
1
|
0
|
0
|
Pada
siklus 2 capaian waktu menggerinda rata-rata lebih cepat, aktifivas
siswa nampak lebih meningkat dibanding pada siklus 1, hal ini
dikarenakan proses pembelajaran lebih terpusat pada siswa dan
memerlukan kerja sama di antara anggota kelompok. Disamping itu, jika
dilihat dari pemunculan melakukan gerakan penggerindaan yang benar di
dalam kelompoknya, ternyata secara keseluruhan tampak meningkat.
dalam menyelesaikan job praktik, ternyata terdapat 33 orang siswa
atau 97 % yang sudah mencapai ketuntasan di dalam belajarnya. Atau
dengan kata lain, hanya terdapat 1 orang siswa atau 3 % yang belum
mencapai ketuntasan di dalam belajarnya. Adapun data hasil penelitian
di dalam proses pembelajaran siklus ke-2 tampak seperti pada tabel.
Bila
data hasil penelitian di dalam proses pembelajaran siklus ke-2
dikelompokan berdasarkan kelompok praktik, maka jumlah siswa yang
aktif dan perhatian, siswa yang menggerinda dengan benar dan siswa
yang tuntas belajarnya adalah sebagai berikut :
Tabel
6. Data hasil penelitian perkelompok praktik pada siklus ke-2
No.
|
Kelompok
|
Jumlah
siswa
|
||
Jumlah
siswa yang perhatian & aktif
|
yang
benar gerakannya
|
Jumlah
Siswa yang Tuntas Belajar
|
||
1
|
I
|
4
|
4
|
4
|
2
|
II
|
4
|
4
|
4
|
3
|
III
|
4
|
4
|
4
|
4
|
IV
|
3
|
4
|
4
|
5
|
V
|
4
|
4
|
4
|
6
|
VI
|
3
|
3
|
3
|
7
|
VII
|
4
|
4
|
4
|
8
|
VIII
|
3
|
3
|
3
|
9
|
IX
|
3
|
3
|
3
|
|
Jumlah
|
32
|
33
|
33
|
|
Prosentase
|
94,1%
|
97,05%
|
97,05%
|
Interpretasi
:
Pada
siklus ke-2 ini, hasil observasi menunjukkan adanya peningkatan
aktivitas siswa di dalam proses pembelajaran dibandingkan pada siklus
ke-1. Secara umum dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran lebih
optimal melalui penggunaan media kamera video hanphone tersebut. Data
menunjukkan bahwa aktivitas dan perhatian siswa dalam proses
pembelajaran adalah 94,1%, serta melakukan gerakan yang benar di
dalam kelompoknya adalah 97,05%. Selanjutnya berdasarkan hasil
refleksi proses pembelajaran ternyata 97,05% telah mencapai
ketuntasan di dalam belajarnya. Dengan demikian pada akhir siklus
ke-2 ini, hasil pembelajaran sudah menuhi harapan yakni ; (a) Siswa
tampak perhatian dan aktif menggunakan video kamera hanphone sebagai
media pembelajaran menggerinda pahat bubut. (b) Suasana proses
pembelajaran di lab mesin (bengkel) lebih kondusif yang ditandai
dengan tingginya perhatian dan aktifitas siswa dalam proses
pembelajaran serta jumlah siswa yang melakukan gerakan penggerindaan
dengan benar lebih optimal. (c) Siswa yang mampu menguasai kompetensi
menggerinda pahat bubut dengan mencapai KKM ≥ 75 lebih dari 97 %
atau siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar mengalami
peningkatan. (d) Siswa tampak lebih berminat selama mengikuti proses
pembelajaran menggerinda pahat bubut, yaitu lebih dari 94 %. (e)
Pencapaian waktu menggerinda pahat bubut menjadi lebih cepat yaitu
rata-rata 46,9 menit.
Hasil
Iringan
Hasil
iringan dari penelitian ini didasarkan pada hasil wawancara yang
digunakan untuk mengetahui lebih jauh tentang perhatian, minat,
kesungguhan dan keberanian siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
menggerinda pahat bubut. Wawancara yang digunakan dalam penelitian
tindakan kelas bersifat terbuka dan tak berstruktur, oleh karena itu
pertanyaan-pertanyaan tentang kesungguhan pandangan, sikap dan
keterangan yang lain dapat diajukan secara bebas. Berdasarkan hasil
wawancara diperoleh data sebagai berikut : (1) Sejumlah 31 orang
siswa atau 91,2% peserta didik menganggap bahwa proses pembelajaran
menggerinda
pahat bubut melalui penggunaan media kamera video hanphone dirasakan
menyenangkan. (2) Sejumlah
32 orang siswa atau 94,1% peserta didik menganggap dirinya terlibat
secara aktif dan penuh perhatian di dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran. (3) Sejumlah
33 orang siswa atau 97,05% peserta didik menganggap dirinya
telah menguasai dan memahami kompetensi menggerinda pahat bubut. (4)
Sejumlah
30 orang siswa atau 88,23% peserta didik mengharapkan dilaksanakan
lagi kegiatan praktik menggerinda dengan media kamera video hanphone
sebagai media pembelajaran.
Pembahasan
Antar Siklus
Dari
hasil penelitian tindakan ini yang berlangsung 2 (dua) siklus
menunjukkan bahwa proses pembelajaran menggerinda pahat bubut melalui
penggunaan media kamera video handphone dapat meningkatkan aktivitas
dan perhatian siswa, serta melakukan gerakan menggerinda yang benar.
Kemudian,
untuk mengetahui tingkat pemahaman atau penguasaan menggerinda pahat
bubut dapat dilihat hasil prestasi belajar siswa di dalam
menyelesaikan soal tes teori dan pemenuhan nilai praktik berdasarkan
jobsheet yang sudah direncanakan. Ketuntasan belajarnya,
diperlihatkan baik pada akhir siklus I, maupun pada akhir siklus II.
Hal ini dapat ditunjukkan bahwa pada pelaksanaan PTK siklus ke-1
jumlah siswa mencapai ketuntasan belajar 29 orang atau 85,3% dan pada
siklus ke-2 jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar 33 orang
atau 97,05%. Adapun rekapitulasi data hasi penelitian ini tampak
seperti pada tabel 7 berikut;
Tabel
7. Rekapitulasi data hasil penelitian
Siklus
|
Siswa
perhatian & aktif
|
Siswa
melakukan gerakan yang benar
|
Siswa
tuntas belajar
|
|||
Jumlah
|
%
|
Jumlah
|
%
|
Jumlah
|
%
|
|
I
|
27
|
79,4%
|
23
|
67,6%
|
29
|
85,3%
|
II
|
32
|
94,1%
|
33
|
97,05%
|
33
|
97,05%
|
Dari
sajian data dapat dikatakan terjadi peningkatan yang signifikan dari
siklus ke-1 hingga siklus ke-2.
SIMPULAN
DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil
analisis data pada penelitian ini maka dapat ditarik simpulan sebagai
berikut : (1) Penggunaan kamera video handphone sebagai media
pembelajaran dapat meningkatkan perhatian dan aktivitas siswa pada
pembelajaran menggerinda pahat bubut, dari 79,4% menjadi 94,1%. (2)
Jumlah siswa yang melakukan gerakan menggerinda dengan benar yaitu
dari 67,6% menjadi 97,05%, dan (3) Penggunaan kamera video handphone
sebagai media pembelajaran dapat meningkatkan hasil pembelajaran
menggerinda pahat bubut pada siswa kelas XI MB SMK Negeri 2
Karanganyar tahun pelajaran 2008/2009, dari prosenatse jumlah siswa
yang tuntas 85,3% menjadi 97,05%.
Saran-saran
Sebagi
tindak lanjut penelitian tindakan kelas ini maka penulis menyarankan
: (1) Pelarangan penggunaan handphone oleh siswa di sekolah hendaknya
masih memberi ruang bagi guru dan siswa untuk memanfaatkan handphone
sebagai media pembelajaran. (2) Bila dalam penggunaan handphone oleh
siswa disinyalir disalahgunakan, maka menjadi kewajiban sesama siswa,
guru, orangtua dan seluruh komponen sekolah guna ikut memantau,
mengawasi, atau mencegah penyalahgunaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi,
dkk. 2006. Penelitian
Tindakan Kelas.
Jakarta : Bumi Aksara.
Bell Gredler, E.
Margaret. 1991. Belajar
dan Membelajarkan.
Jakarta:
CV. Rajawali
Brown, H. Douglas. 1994.
Principles
of Language Learning and Teaching,
Prentice Hall Regents: New Jersey.
Djojonegoro, Wardiman. Prof., Dr.-Ing,
1999. Pengembangan Sumber Daya
Manusia melalui Pendidikan Kejuruan.
Jakarta. Balai Pustaka.
Meier,
Dave. 2002. The Accelerated
Learning. Bandung.
Kaifa
0 Komentar