Terbaru

6/recent/ticker-posts

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MENGGUNAKAN STRATEGI DEEP DIALOGUE KELAS IV SDN 2 KEDUNGNAMPEL KECAMATAN CAWAS KAB. KLATEN SEMESTER I TAHUN AJARAN 2010/2011

 Jurnal Pendidikan "Dwija Utama" Edisi Februari 2012.
 
PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MENGGUNAKAN STRATEGI  DEEP DIALOGUE  KELAS IV
SDN 2 KEDUNGNAMPEL KECAMATAN CAWAS KAB. KLATEN  SEMESTER I TAHUN AJARAN 2010/2011
Oleh:  Ngadimin
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan peningkatan motivasi belajar IPA dan peningkatan prestasi belajar dalam pembelajaran IPA menggunakan strategi deep dialogue. Jenis penelitian ini adalah PTK (penelitian tindakan kelas). Subyek penerima tindakan adalah siswa kelas IV SDN 2 Kedungampel Kecamatan Cawas Kab. Klaten yang berjumlah 19 siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tes, observasi, catatan lapangan dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan langkah-langkah: reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA pada pokok bahasan perubahan kenampakan alam. Hal ini dapat dilihat dari 1) kesiapan mengikuti pelajaran sebelum diadakan tindakan sebesar 57,99 %, di akhir putaran mencapai 78,95 %, 2) memperhatikan penjelasan guru sebelum diadakan tindakan sebesar 65,79 %, di akhir putaran mencapai 92,10 %, serta 3) mengerjakan soal latihan guru sebelum diadakan tindakan sebesar 71,05 %, pada di akhir putaran mencapai 94,74 %. Hasil tes tertulis yang dilakukan sebelum dan sesudah penelitian menunjukkan adanya peningkatan pada prestasi belajar siswa. Sebelum diberikan tindakan kelas, prestasi belajar siswa hanya mencapai daya serap 60,53 %, sedangkan di akhir tindakan prestasi belajar siswa mencapai daya serap 94,73 %. Penelitian ini menyimpulkan bahwa strategi pembelajaran berbasis deep dialogue dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan motivasi siswa sehingga berdampak pada peningkatan prestasi belajar.

Kata kunci : motivasi,  pembelajaran, deep dialogue

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Jenjang pendidikan diawali dari Sekolah Dasar atau Madrasah. Suatu proses pendidikan tidak pernah lepas dari peran seorang guru. Seorang guru di tingkat SD dituntut untuk lebih kreatif dari guru di jenjang lain. Seorang guru harus memiliki inovasi-inovasi dalam pembelajaran. Pembelajaran yang berlangsung di kelas hendaknya dikendalikan oleh guru. Guru hendaknya dapat membuat siswanya merasa nyaman dengan kondisi kelas yang diciptakan. Guru dapat melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran dengan memberikan stimulus kepada siswa. 
Proses belajar mengajar yang berlangsung di kelas hendaknya mampu menarik perhatian siswa terhadap materi yang sedang dipelajari. Guru diharapkan mampu menampilkan pembelajaran yang kreatif untuk menciptakan suasana kondusif dapat tercipta bila didukung oleh perilaku siswa yang mengarah pada kegiatan pembelajaran, di antaranya siswa fokus terhadap materi pelajaran, terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar, serta tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
Motivasi juga merupakan suatu hal yang harus selalu diberikan oleh seorang guru. Motivasi sekecil apapun dapat memberikan pengaruh terhadap prestasi yang diperoleh siswa. Prestasi dan motivasi belajar memiliki hubungan kesebandingan dengan peningkatan mutu pendidikan, yaitu apabila dikehendaki peningkatan mutu pendidikan maka prestasi belajar yang dicapai harus ditingkatkan, dan untuk meningkatkan prestasi belajar dibutuhkan motivasi yang lebih besar dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
Hal ini menempatkan motivasi dan prestasi belajar pada posisi yang penting di dalam proses pembelajaran, akan tetapi realita di lapangan menunjukkan bahwa banyak siswa yang tidak memiliki kemauan belajar yang tinggi pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu disiplin ilmu yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistemetis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pembelajaran IPA dapat membantu peserta didik memperoleh pengalaman langsung dan pemahaman untuk mengembangkan kompetensinya agar dapat menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Pengalaman langsung yang diperoleh anak akan lebih mendukung penyerapan ilmu yang dimiliki siswa dengan adanya diskusi secara mendalam atau deep dialogue. Banyak siswa bermalas-malasan di dalam kelas, bahkan terkadang terlihat seperti belajar dalam keterpaksaan, hal ini menyebabkan mereka tidak mampu memahami dengan baik pelajaran yang disampaikan oleh guru mereka.
Permasalahan komunikasi di atas pada dasarnya berhubungan erat dengan masalah dialog. Proses belajar-mengajar adalah proses dialog, secara sederhana, dialog merupakan percakapan antara orang-orang, dan melalui dialog tersebut, dua masyarakat/kelompok atau lebih yang memiliki pandangan berbeda-beda bertukar ide, informasi dan pengalaman. Komunikasi interaktif, efektif dan penuh dengan keterbukaan akan memunculkan suasana yang lebih demokratis dan nyaman dalam proses pembelajaran, sehingga dengan dialog yang mendalam pendidik dan peserta didik akan jauh lebih mudah dalam mengidentifikasi kesulitan-kesulitan serta mencari solusi praktis untuk proses pembelajaran kedepannya. Suasana yang demokratis ini juga akan lebih memudahkan guru dalam menentukan strategi yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran yang menekankan proses dialog adalah dengan menggunakan pendekatan Deep Dialogue (dialog mendalam).
Berdasarkan uraian di atas, maka akan diadakan penelitian mengenai upaya peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA menggunakan strategi  deep dialogue kelas IV SDN 2 Kedungampel Kecamatan Cawas Kab. Klaten semester I tahun ajaran 2010/2011
Rumusan Masalah
1.Apakah dengan strategi Deep Dialogue dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar IPA?
2.Apakah dengan strategi Deep Dialogue dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam belajar IPA?
Tujuan Penelitian
1.Untuk mendiskripsikan peningkatkan motivasi belajar IPA melalui pendekatan Deep Dialogue pada siswa kelas IV SDN 2 Kedungampel Kecamatan Cawas Kab. Klaten.
2. Untuk mendiskripsikan peningkatkan prestasi belajar IPA melalui pendekatan Deep Dialogue pada siswa kelas IV SDN 2 Kedungampel Kecamatan Cawas Kab. Klaten.
LANDASAN TEORI
A. Hakikat Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Kata “motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan (Sardiman, 2001: 71). Berawal dari kata motif itu maka motivasi dapat diartikan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila tidak suka maka akan berusaha untuk meniadakan perasaan tidak suka itu (Sardiman A. M, 1996 : 75).
Beberapa ahli psikologi mengungkapkan bahwa motivasi seseorang dapat muncul dari dua sumber, yaitu dari dalam diri dan dari luar diri siswa. Oemar Hamalik (2003 : 162) menyatakan bahwa motivasi itu meliputi motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri siswa itu sendiri, seperti keinginan untuk mendapatkan   mengembangkan sikap. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar, seperti angka kredit, ijasah, hukuman dan sebagainya.
B. Strategi Deep Dialogue
1. Pengertian Strategi
Joni (dalam Sri Anitah W 2008:1.24) mengemukakan bahwa strategi adalah ilmu atau kiat dalam memanfaatkan segala sumber yang dimiliki dan atau yang dapat dikerahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dimyati dan Soedjono (dalam Sri Anitah W 2008:1.24) mengemukakan bahwa strategi dalam pembelajaran adalah kegiatan guru memikirkan dan mengupayakan terjadinya konsistensi antara sapek-aspek dari komponen pembentukan sistem pembelajaran.
Strategi pembelajaran pada dimensi perencanaan mengacu pada upaya upaya secara strategis dalam memilih, menetapkan dan merumuskan komponen-komponen pembelajaran. Acuan utama dalam penentuan strategi pembelajaran adalah tercapainya tujuan pembelajaran, dimana dalam penelitian ini strategi digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
2. Hakikat strategi Deep Dialogue
Pendekatan secara umum memiliki arti yang sangat kompleks. Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya tentang pengertian pendekatan, diantaranya yaitu :
 Pendekatan belajar mengajar dapat merupakan suatu konsep atau prosedur yang digunakan dalam membahas suatu bahan pelajaran untuk mencapai tujuan belajar mengajar.
b. Pendekatan dalam belajar mengajar yang menekankan pentingnya belajar melalui proses menjalani untuk memperoleh pemahaman (Tabrani Rusyan, 1994 : 1).
c. Basis pendekatan yang telah diubah terhadap pengajaran dan pembelajaran adalah bahwa pemikir dunia pendidikan perempat abad 20 yang terakhir memusatkan perhatiaanya agar para siswa dapat belajar dengan berhasil dalam konteks pembelajaran yang baru.
Deep Dialogue (dialog mendalam), dapat diartikan sebagai percakapan antara orang-orang (dialog) yang harus diwujudkan dalam hubungan yang interpersonal, saling keterbukaan, jujur dan mengandalkan kebaikan (GDI, 2001). Beberapa prinsip yang harus dikembangkan dalam Deep Dialogue, antara lain adalah: adanya komunikasi dua arah dan prinsip saling memberi yang terbaik, menjalin hubungan kesederajatan dan keberadaban serta empatisitas yang tinggi dari setiap pelakunya. Dengan demikian, Deep Dialogue mengandung nilai-nilai demokrasi dan etis.
Deep Dialogue, pada dasarnya bukanlah sebuah pendekatan yang baru sama sekali, akan tetapi telah diadaptasikan dari berbagai metode yang telah ada sebelumnya (GDI, 2001: 16). Oleh karena itu, Deep Dialogue bisa menggunakan semua metode pembelajaran yang telah digunakan sebelumnya seperti Multiple Intelligences, inkuiri, Belajar Aktif, Keterampilan Proses ataupun Parthnership Learning Method, sebagaimana yang dikembangkan oleh Eisler. Dengan demikian, filosofi Deep Dialogue adalah melakukan penajaman-penajaman terhadap seluruh metode pembelajaran yang telah ada, baik yang bersifat konvensional maupun yang bersifat inovatif.
Fokus kajian pendekatan Deep Dialogue dalam pembelajaran dikonsentrasikan dalam mendapatkan pengetahuan dan pengalaman, melalui dialog secara mendalam, tidak saja menekankan keaktifan peserta didik pada aspek fisik, akan tetapi juga aspek intelektual, sosial, mental, emosional dan spiritual. Peserta didik yang telah belajar di kelas yang menggunakan pendekatan Deep Dialogue, diharapkan akan memiliki perkembangan koqnisi dan psikososial yang lebih baik. Mereka juga diharapkan dapat mengembangkan ketrampilan hidup tentang Deep Dialogue yang akan meningkatkan pemahaman terhadap dirinya dan terhadap orang lain yang berbeda dari diri mereka, dan oleh karena itu akan memperkuat penerimaan dan toleransi terhadap perbedaan-perbedaan.
Global Dialogue Institute (2001: 17) mengindetifikasi ciri-ciri pembelajaran yang menggunakan Deep Dialogue, yaitu: 1) peserta didik dan Guru nampak aktif, 2) mengoptimalisasikan potensi intelligensi peserta didik, 3) berfokus pada mental, emosional dan spiritual, 4) menggunakan pendekatan dialog mendalam dan berpikir kritis, 5) peserta didik dan guru dapat menjadi pendengar, pembicara, dan pemikir yang baik, 6) dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, 7) lebih menekankan pada nilai, sikap dan kepribadian.
Agar deep dialogue dapat diimplementasikan dalam pembelajaran perlu diperhatikan kaidah-kaidah deep dialogue sebagai berikut: Pertama, keterbukaan, langkah awal untuk melakukan dialog mendalam individu harus membuka diri terhadap mitra dialog, karena sifat terbuka dalam diri akan membuka peluang untuk belajar, mengubah dan mengembangkan persepsi. Dialog sebagai suatu kegiatan memiliki dua sisi yakni dalam masyarakat dan antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya. Hal ini dilakukan mengingat bahwa dialog pada hakekatnya bertujuan untuk saling berbicara, belajar dan mengubah diri masing-masing pihak yang berdialog. Kedua, kejujuran, bersikap jujur dan penuh kepercayaan diperlukan dalam deep dialogue, sebab dialog hanya akan bermanfaat manakala pihak-pihak yang melakukan bersikap jujur dan tulus. Artinya masing-masing mengemukakan tujuan, harapan, kesulitan dan cara mengatasinya melalui berpikir kritis secara apa adanya, serta saling percaya diantara mereka. Dengan demikian kejujuran merupakan prasyarat terjadinya dialog. Ketiga, kerjasama, untuk menanamkan kepercayaan antara personal, langkah awal yang perlu dilakukan adalah dengan menyamakan persepsi dengan cara bekerjasama dengan orang lain, selanjutnya memilih pokok-pokok permasalahan yang memungkinkan memberi satu dasar berpijak yang sama. Setelah terjadi kesamaan persepsi selanjutnya melangkah pada permasalahan umum yang dapat dihadapi bersama atau mencari solusinya.
3. Pengertian IPA
 Belajar  IPA menurut Carin (1993:3) mendefinisikan science sebagai The activity of questioning and exploring the universe and finding and expressing it’s hidden order, yaitu “ Suatu kegiatan berupa pertanyaan dan penyelidikan alam semesta dan penemuan dan pengungkapan serangkaian rahasia alam.”
IPA mengandung makna pengajuan pertanyaan, pencarian jawaban, pemahaman jawaban, penyempurnaan jawaban baik tentang gejala maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis (Depdiknas,2002a: 1). Berdasar pada definisi yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa sains selain sebagai produk juga sebagai proses tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
IPA merupakan salah satu disiplin ilmu yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistemetis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pembelajaran IPA dapat membantu peserta didik memperoleh pengalaman langsung dan pemahaman untuk mengembangkan kompetensinya agar dapat menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
B. Hipotesis Tindakan
1.  Penggunaan strategi deep dialogue dapat meningkatkan motivasi belajar  
     IPA pada siswa kelas IV SDN 2 Kedungampel Kecamatan Cawas Kab. Klaten.
2. Penggunaan strategi  deep dialogue dapat meningkatkan prestasi belajar 
    IPA pada siswa kelas IV SDN 2 Kedungampel Kecamatan Cawas Kab. Klaten.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas IV SDN 2 Kedungampel Kecamatan Cawas Kab. Klaten. Penelitian di tempat ini didasarkan atas pertimbangan bahwa sekolah tersebut memiliki jumlah siswa yang representatif untuk diteliti. Selain itu lokasi ini merupakan tempat peneliti dalam menjalankan tugas sebagai kepala sekolah.
2.Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada semester I tahun ajaran 2010/2011.
Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini guru kelas bertindak sebagai subyek yang memberi tindakan kelas. Siswa kelas IV SDN 2 Kedungampel Kecamatan Cawas Kab. Klaten yang terdiri dari 19 orang siswa sebagai subyek yang dikenai yang tindakan.
C. Prosedur Penelitian
Penelitian ini berupa penelitian tindakan sekolah dengan langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini yaitu : 1). Dialog awal 2). Perencanaan tindakan 3). Pelaksanaan tindakan 4). Observasi dan monitoring.
D. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian bersumber dari interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran IPA dan berupa data tindakan belajar atau perilaku belajar yang dihasilkan dari tindakan mengajar. Pengambilan data dilakukan dengan: Observasi, Tes,catatan lapangan,dokumentasi.
E. Instrumen Penelitian
Untuk melakukan tindakan kelas, peneliti perlu menyusun instrumen penelitian yang dikembangkan bersama guru. Pengembangan instrumen dilakukan melalui observasi dengan pedoman sebagai berikut:
Observasi tindak mengajar yang sesuai dengan rencana pembelajaran.
Observasi tindak belajar yang berkaitan dengan motivasi siswa dalam pembelajaran IPA .Berdasarkan indikator-indikator siswa yang bermotivasi, maka observasi tindak belajar ini difokuskan pada tiga hal yaitu:
Kesiapan mengikuti pelajaran
Memperhatikan penjelasan guru
Mengerjakan soal latihan yang diberikan guru
F.Validasi dan analisis data
    Validasi data dilakukan dengan menggunakan observer teman sejawat atau berkolaborasi dengan teman sejawat guna memvalidasi data yang diperoleh melalui pengamatan degan menyusun kisi-kisi dari data yang diperoleh melalui tes tertulis.Analisisdata menggunakan teknikanalisis deskriptif komparartif pada setiap siklus yang dilanjutkan refleksi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil  Penelitian
1.Motivasi belajar Pratindakan
Data motivasi belajar siswa kelas IV sebelum diberikan tindakan kelas diperoleh dari dialog awal dengan guru mitra. Berdasarkan observasi yang dilakukan diperoleh data bahwa dari 19 siswa yang memiliki kesiapan mengikuti pelajaran sebanyak 11 siswa (57,99 %), siswa yang serius dalam memperhatikan penjelasan guru sebanyak 13 siswa (65,79 %), dan siswa yang rajin mengerjakan soal latihan sebanyak 14 siswa (71,05 %). Kondisi awal ini menunjukkan bahwa masih terdapat 5 siswa (28,94 %) siswa yang belum dapat mencapai KKM. Hal ini disebabkan karena motivasi belajar siswa belum terbangun dengan baik sehingga prestasi belajar siswa masih rendah.
2. Motivasi belajar Sikus I
Pada putaran I berdasarkan hasil catatan lapangan didapatkan  bahwa siswa yang memiliki kesiapan belajar sebanyak 11 siswa (60,53 %), siswa yang serius dalam memperhatikan penjelasan guru sebanyak 14 siswa (73,68 %) dan siswa yang bersemangat mengerjakan latihan soal sebanyak 15 siswa (78,95 %). Tindakan kelas putaran I menunjukkan masih terdapat 4 siswa (21,05 %) yang belum dapat mencapai KKM. Halmini terjadi karena strategi deep dialogue belum dapat terlaksana secara maksimal.
3. Motivasi belajar Siklus  II
Temuan yang didapatkan setelah dilaksanakan putaran II memperlihatkan adanya peningkatan pada indikator-indikator yang diamati. Berdasarkan pada catatan lapangan dan observasi pada saat dilaksanakan Pada putaran II ini siswa yang memiliki kesiapan belajar sebanyak 14 (73,68 %) siswa, siswa yang serius dalam memperhatikan penjelasan guru sebanyak 15 (76,36 %) siswa dan siswa yang bersemangat mengerjakan latihan soal sebanyak 16 (84,21  %) siswa. Tindakan kelas putaran II menunjukkan bahwa masih terdapat 3 (15,79 %) siswa yang belum dapat mencapai KKM. Hal ini terjadi karena siswa kurang memperhatikan penjelasan guru ketika pembelajaran berlangsung.
4. Motivasi belajar Siklus III
Data yang diperoleh menunjukkan bahwa siswa yang memiliki kesiapan belajar meningkat menjadi 15 siswa (78,95 %), siswa yang serius dalam memperhatikan penjelasan guru menjadi 17 siswa (92,10 %) dan siswa yang bersemangat mengerjakan latihan soal menjadi 18 siswa (94,74 %). Tindakan kelas putaran III menunjukkan ada peningkatan, hanya terdapat 1 (5,26 %) siswa yang belum dapat mencapai KKM karena siswa tersebut mengalami kesulitan belajar dibanding teman-teman yang lain.
Berdasarkan data-data yang diperoleh setelah dilakukan tindakan kelas sebanyak tiga kali putaran, dapat ditunjukkan adanya perubahan pada tingkat motivasi belajar siswa. Adapun perubahannya kami sajikan sebagai berikut :
Tabel 4.1
Data Hasil Peningkatan Motivasi Belajar Siswa

Tindakan    Kesiapan  mengikuti pelajararan    Memperhatikan penjelasan guru     Mengerjakan latihan soal    Siswa yang belum tuntas belajar      
Sebelum tindakan    11 siswa
(57,99%)    13 siswa
(65,79 %)    13 siswa
(71,05%)    5 siswa
(28,94 %)      
siklus I    12 siswa
(60,53 %)    14 siswa
( 73,68 %)    15 siswa
( 78,95%)    4 siswa
(21,05 %)      
Siklus II    14 siswa
(73,68 %)    15 siswa
( 76,36 %)    16 siswa
( 84,21 %)    3 siswa
(15,79 %)      
Siklus III    15 siswa
(78,95 %)    17 siswa
(92,10 %)    18 siswa
( 94,74 % )    1 siswa
(5,26 %)   

2. Prestasi belajar siswa
a. Prestasi belajar Sebelum tindakan kelas
Data prestasi belajar siswa kelas IV sebelum adanya tindakan kelas diperoleh dari soal tes yang diberikan guru kelas seminggu sebelum tindakan kelas dilakukan. Data tingkat prestasi siswa diperoleh dari soal tes yang diberikan guru kelas pada pertemuan sebelumnya. Soal tes terdiri dari soal uraian. Siswa dikatakan berhasil dalam belajar jika memperoleh nilai ≥ 70. Berdasarkan hasil tes yang dilakukan diperoleh daya serap kelas terhadap prestasi siswa yaitu 60,53 % (12 siswa dari 19 siswa yang hadir).
b.Prestasi belajar Siklus I
Data prestasi belajar siswa pada putaran I diperoleh dari soal latihan putaran yang diberikan sebagai pekerjaan individu. Adapun hasil yang diperoleh yaitu, siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 sebesar 65,79 % (13 siswa) dari keseluruhan siswa yang hadir yaitu 19 siswa.
c.   Prestasi belajar Siklus II
Data prestasi belajar siswa pada putaran II  diperoleh dari soal latihan putaran yang diberikan sebagai pekerjaan individu. Adapun hasil yang diperoleh yaitu, siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 sebesar 86,84 % (16 siswa) dari keseluruhan siswa yang hadir yaitu 19 siswa.
d.   Prestasi belajar Siklus III
Data prestasi belajar siswa pada putaran III  diperoleh dari soal latihan putaran yang diberikan sebagai pekerjaan individu. Adapun hasil yang diperoleh yaitu, siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 sebesar 94,73 % (18 siswa) dari keseluruhan siswa yang hadir yaitu 19 siswa.
Tabel 4.2
Prestasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPA
Melalui Strategi Pembelajaran berbasis deep dialogue

Pratindakan    Siklus I    Siklus II    Siklus III    Siswa yang prestasi belajarnya rendah      
12 siswa
(60,53 % )    13 siswa
(65,79 %)    17 siswa
(86,84 %)    18 siswa
(94,73 %)    1 siswa
(5,26 %)   
B. Pembahasan
1. Kondisi awal
a. Motivasi belajar IPA sebelum tindakan kelas
Kondisi awal pada motivasi belajar IPA di kelas IV ini di identifikasi berdasarkan pengalaman guru kelas dan hasil observasi pendahuluan yang dilakukan peneliti. Berdasarkan hasil observasi dan dialog awal dengan guru mitra diperoleh beberapa keterangan atau gambaran bahwa dari sejumlah  19 siswa yang memiliki kesiapan untuk mengikuti pelajaran adalah sebanyak 11 siswa (57,99 %), siswa yang serius dalam memperhatikan penjelasan guru sebanyak 12 siswa (65,79 %), dan siswa yang rajin mengerjakan soal latihan sebanyak 13 siswa (71,05 %).
b. Prestasi belajar IPA Pratindakan
Kondisi awal prestasi belajar IPA siswa kelas IV ini pada dasarnya sudah cukup baik, oleh karena itu tolok ukur prestasi pada penelitian ini kami tingkatkan, yaitu dengan nilai tes putaran  ≥ 70, dengan kriteria tersebut diperoleh data mengenai tingkat prestasi siswa sebelum dilakukan tindakan kelas dari guru mitra, yaitu terdapat 12 siswa yang nilainya ≥ 70 atau sebanyak 65,79 % (12 siswa dari 19 siswa yang hadir)
2.  Deskripsi siklus I
Pada putaran I berdasarkan hasil catatan lapangan didapatkan  bahwa siswa yang memiliki kesiapan belajar sebanyak 11 siswa (60,53 %), siswa yang serius dalam memperhatikan penjelasan guru sebanyak 14 siswa (73,68%) dan siswa yang bersemangat mengerjakan latihan soal sebanyak 15 siswa (78,95 %). Masih terdapat 4 siswa (21,05% ) yang belum dapat mencapai KKM disebabkan oleh perhatian siswa masih belum terpusat ketika pembelajaran berlangsung.
3.  Deskripsi siklus II
Pada putaran II ini siswa yang memiliki kesiapan belajar sebanyak 14 (72,68%) orang, siswa yang serius dalam memperhatikan penjelasan guru sebanyak 15 (76,36%) siswa dan siswa yang bersemangat mengerjakan latihan soal sebanyak 16 (84,21 %) siswa. Masih terdapat 3 siswa (15,79% ) yang belum dapat mencapai KKM hal ini terjadi karena ketika mengerjakan soal tes siswa tersebut kurang teliti dalam mengerjakan soal.
4.Deskripsi siklus III
Hasil tes setelah dilakukan tindakan kelas putaran III menunjukkan peningkatan yang memuaskan, pada tindakan sebelumnya jumlah siswa mencapai target adalah 16 siswa, setelah dilakukan tindakan kelas putaran III meningkat menjadi 18 siswa. Jumlah yang memuaskan, dari 19 siswa yang nilainya ≥ 70 sebanyak 18 siswa atau 94,74 %.
Berdasarkan penelitian tindakan kelas bahwa penggunaan strategi pembelajaran berbasis deep dialogue  dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan motivasi  belajar IPA siswa yang ditunjukkan dengan meningkatnya prestasi belajar  siswa di kelas. Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis yang telah dirumuskan terbukti kebenarannya dengan adanya peningkatan motivasi belajar IPA dan prestasi belajar siswa melalui strategi pembelajaran berbasis deep dialogue.
PENUTUP
Kesimpulan
Hasil penelitian yang dilakukan secara kolaborasi antara guru kelas dengan peneliti dapat disimpulkan sebagai berikut :
Pembelajaran IPA melalui strategi pembelajaran berbasis deep dialogue dapat meningkatkan motivasi belajar IPA siswa kelas IV SDN 2 Kedungampel Kecamatan Cawas Kab. Klaten.
Proses pembelajaran IPA melalui strategi pembelajaran berbasis deep dialogue dapat meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SDN 2 Kedungampel Kecamatan Cawas Kab. Klaten Hipotesis yang telah dirumuskan terbukti dengan adanya peningkatan motivasi belajar yang ditunjukkan dengan meningkatnya prestasi belajar siswa.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan tersebut diatas, maka peneliti mengajukan beberapa saran yaitu :
Kepada kepala sekolah
a.     Sebagai pemimpin dan supervisor hendaknya selalu memantau situasi pembelajaran di kelas agar dapat mengetahui masalah- masalah yang timbul selama proses pembelajaran berlangsung,
b.    Menjadi pemimpin dan penggerak perbaikan pembelajaran yang melibatkan para guru dan para ahli.
Kepada guru kelas
Hendaknya dapat menggunakan strategi deep dialogue lebih baik lagi serta dapat membangun suasana pembelajaran yang menyenangkan, komunikasi efektif yang bersifat kekeluargaan ketika mengajar dan hendaknya guru lebih memperdalam penguasaan konsep dasar materi IPA  yang diajarkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anita W, Sri dkk. 2008. Strategi pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Bumi Aksara.
_______. 2001. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Iskandar. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Cipayung-Ciputat: Gaung Persada press.
Moleong J, Loxy. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mujibuddakwah. 2009. Pendekatan Deep Dialogue Dalam Pembelajaran Dapat Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa. skripsi, Surakarta:UMS (Tidak Dipublikasikan)
PTKPenerapan- Metode- Inkuiri- Dalam- Pembelajaran- IPA- Di- SD- Untuk Meningkatkan- Hasil -Belajar- Siswa- Pada-Konsep- Cahaya.htm
Rochiati, Wiriatmaja. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rubiyanto, Rubino. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Surakarta: UMS
Sadirman. 2001. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grasido Persada.
Samino dan Saring marsudi. 2011. Layanan bimbingan belajar. Surakarta: fairuz media.
Slameto. 2003. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.


Biodata Penulis

Nama        : Ngadimin, S.Pd.SD
Nip        :19610505 198304 1 007
Jabatan     : Kepala Sekolah
Unit Kerja    : SDN 2 Kedungampel Kec. Cawas Kab. Klaten.

Posting Komentar

0 Komentar