Sumber: Jurnal Pendidkan Empirisme Edisi September 2012
UPAYA PENURUNAN TINGKAT PERILAKU AGRESIF BERTENGKAR DI SEKOLAH MELALUI PEMBERIAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK PADA PESERTA DIDIK KELAS 8F SMP NEGERI 24 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
( Dra. Pudji Rahayu )
Abstrak: Dengan banyaknya permasalahan yang terjadi di kelas 8F terutama masalah pertengkaran diantara anggota kelas tersebut maupun dengan kelas lain yang disebabkan karena rasa marah , sakit hati ataupun kesalah pahaman. Hal ini menyebabkan sering terganggunya kegiatan pembelajaran di kelas tersebut, sehingga penulis berusaha mengadakan penelitian tentang upaya penurunan perilaku agresif bertengkar di sekolah melalui pemberian layanan konseling kelompok. Perilaku agresif adalah suatu perilaku yang bertujuan nuntuk melukai orang lain baik baik secara verbal maupun non verbal, secara fisik maupun psikis,langsung maupun tidak langsung.(Anantasari,2006:80) Untuk mengurangi frekuensi peserta didik 8F yang berperilaku agresif bertengkar di sekolah peneliti memberikan layanan konseling kelompok dengan kelompok besar dan kelompok kecil secara berkelanjutan. Merekaa diberi kesempatan untuk menyampaikan permasalahan , pengalaman , uneg uneg yang mereka alami ataupun mereka memberikan masukan ,saran , pendapat ataupun sanggahan kepada kelompok atau teman yang lain. Dengan suasana kelompok yang terbuka dan penuh kekeluargaan mereka merasa senasib dan memiliki tanggung jawab bersama untuk menyelesaikan permasalahan dengan memanfaatkan dinamika kelompok.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui layanan konseling kelompok dapat menurunkan perilaku agresif bertengkar di sekolah sebesar 65 % dengan jumlah penurunan dari 11 peserta didik berperilaku agresif dalam satu minggu berkurang menjadi 4 peserta didik.Dengan penurunan jumlah peserta didik sebanyak 7 peserta didik merupakan penurunan yang cukup signifikan .Hal ini menunjukkan bahwa melalui pemberian layanan konseling kelompok dapat menurunkan perilaku agresif bertengkar di sekolah pada peserta didik kelas 8F SMP Negeri 24 Surakarta Tahun 2010/2011.
Kata kunci : perilaku agresif , bertengkar di sekolah dan konseling kelompok
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Peserta didik adalah individu yang sedang dalam masa perkembangan, dimana mereka senang dengan penjelajahan , mencari sesuatu yang baru sebagai bahan pertimbangan dalam mencari jati dirinya. Dalam masa pencarian jati diri tidak jarang mereka menemukan permasalahan atau persoalan dimana permasalahan tersebut dapat mereka selesaikan sendiri yang membuat dirinya semakin kaya pengalaman hidup namun kadang permasalahan itu tidak dapat mereka selesaikan sendiri yang membuat dirinya terbebani dan menghambat tugas tugas perkembangan dirinya. Individu yang mengalami hambatan dalam perkembangan dirinya biasanya mempengaruhi dalam hubungan sosialnya, mengingat manusia adalah makhluk individu dan sekaligus makhluk social.
Peserta didik kelas 8F dalam hubungan sosialnya sering mengalami permasalahan yang di manifestasikan atau diwujudkan dalam perilaku agresif. Mereka sering bertengkar dengan teman, mulai dari mengejek, mengolok olok, mengancam, beradu fisik, memukul , menendang dsb. Peri laku tersebut merupakan bagian dari pelampiasan emosi peserta didik dimana mereka kurang memiliki daya pengendalian diri yang kuat sehingga untuk kepuasan hatinya mereka menyerang baik fisik maupun psikis orang lain ataupun dirinya sendiri. Mengingat permasalahan agresifitas merupakan peri laku yang melibatkan orang lain baik pribadi maupun kelompok maka diperlukan suatu bantuan yang dapat menangani permasalahan secara kelompok. yaitu pemberian layanan konseling kelompok.
Perilaku agresif dapat dipahami sebagai suatu tindakan yang bertujuan untuk melukai orang lain baik secara verbal maupun non verbal, secara fisik maupun non fisik baik langsung maupun tidak langsung. Mengingat perilaku agresif pada peserta didik merupakan gejala yang memprihatinkan pihak Guru dan Orang tua maka penulis berupaya mengadakan penelitian untuk menurunkan tingkat perilaku agresif pada pesera didik dengan memberikan layanan konseling kelompok.
Identifikasi Masalah
Memperhatikan dan mencermati latar belakang masalah yang telah peneliti sampaikan di depan maka dapat diidentifikasikan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
Masih banyak peserta didik kelas 8F yang berperilaku agresif di sekolah.
Masih banyak peserta didik kelas 8F yang memiliki perilaku agresif defensive.
Guru Bimbingan dan Konseling belum memberikan layanan konseling kelompok kepada peserta didik di sekolah khususnya kelas 8F.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah penulis sampaikan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah teknik layanan konseling kelompok dapat menurunkan perilaku bertengkar pada anak didik?
2. Bagaimana pelaksanaan teknik layanan konseling kelompok untuk menurunkan perilaku agresif bertengkar di sekolah pada anak didik?
3. Bagaimanakah tanggapan anak didik terhadap teknik layanan konseling kelompok untuk menurunkan perilaku agresif bertengkar di sekolah?
Pembatasan Masalah
Kegiatan Bimbingan dan Konseling adalah kegiatan integral dengan kegiatan sekolah,sehingga segala kegiatan Bimbingan dan Konseling diupayakan untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan di sekolah.Untuk mencapai tujuan sekolah yang diharapkan Bimbingan dan Konseling berusaha untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan diri dan potensinya agar tercapai perkembangan yang optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.Peserta didik adalah individu yang unik dimana tiap tiap peserta didik memiliki cirri khusus yang berbeda antara satu dan yang lainnya termasak dalam menyikapi suatu masalah apakah dia bisa bersikap positif apakah negative atau menentang. Semua peserta didik berhak untuk mendapatkan pelayanan Bimbingan dan Konseling, sesuai dengan tingkat perkembangan. masing masing dalam penelitian ini penulis membatasi masalah pada Upaya penurunan perilaku agresifitas melalui pemberian layanan konseling kelompok pada peserta didik kelas 8F SMP Negeri 24 Surakarta Semester Gasal Tahun Pelajaran 2010/2011
Tujuan Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini mengandung tujuan atau sesuatu yang ingin dicapai ;
Bagi Guru BK, untuk mengetahui sejauhmana layanan konseling kelompok telah diiterapkan di SMP Negeri 24
Ingin memperoleh pengetahuan dan meningkatkan ketrampilan dalam memberikan layanan konseling kelompok.
Untuk mengurangi perilaku agresif peserta didik dengan pemberian layanan konseling kelompok.
Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mengharapkan adanya manfaat setelah penelitian ini selesai. Adapun manfaat tersebut adalah sebagai berikut ;
Manfaat bagi anak didik
Untuk memberikan pemahaman yang benar tentang perilaku agresif sekaligus sebagai treatment dalam menyelesaikan permasalahan anak didik agar diperoleh perkembangan yang optimal
Manfaat bagi Guru
Untuk menambah wawasan dan referensi Guru BK dalam menerapkan konseling kelompok dalam upaya mengurangi perilaku agresif peserta didik Untuk mempraktikkan ketrampilan konseling kelompok dalam membantu pemasalahan anak didik
Manfaat bagi orang tua/Wali siswa.
Sebagai bahan masukan tentang keinginan dan kebiasaan anak untuk memberikan perlakuan yang tepat sesuai dengan permasalahan yang sedang dihadapi anak agar mereka dapat mencapai prestasi belajar yang baik.
.
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Pengertian Perilaku Agresif
Perilaku agresif sering dikonotasikan sebagai sesuatu yang negative dan suatu
perusakan atau penyerangan, sehingga orang yang berperilaku agresif sering dianggap
seseorang yang berbadan tinggi besar dan menakutkan karena dianggap mereka akan
mengadakan penyerangan fisik. Penafsiran tersebut tidak semuanya salah namun tidak
juga benar secara keseluruhan, ada sesuatu yang benar tapi ada juga kekeliruannya.
Perilaku agresif dapat dipahami sebagai suatu perilaku yang bertujuan untukmelukai
orang lain baik secara verbal maupun non verbal, secara fisik maupun psikis, langsung
maupun tidak langsung (Anantasari, 2006;80)
Perilaku agresif merupakan perilaku atau sikap bermusuhan, mengancam
perilaku atau tindakan. Agresifitas adalah sikap yang bermusuhan yang ada pada diri
manusia. Agresifitas ini dapat dilihat dari bentuk menyerang dan menghancurkan atau
merusak, tetapi juga dalam bentuk sikap bermusuhan terhadap sesame manusia (Kurt
Singer, 1991;148) Berdasarkan pengertian perilaku agresif di atas maka penulis menarik
kesimpulan perilaku agresif adalah tindakan atau perilaku seseorang untmelakukan
penyerangan secara fisik dan psikis baik secara langsung maupun tidak langsung.
Ciri ciri perilaku Agresif
Berdasarkan pengamatan dan pandangan seseorang, perilaku agresif memiliki ciri ciri
sebagai berikut :
cenderung untuk mengganggU
perilaku mengancam
menyerang dan menghancurkan atau merusak
sikap bermusuhan kepada sesame manusia.
Dari beberapa ciri perilaku agresif tersebut tidak mesti keseluruhan cirri akan tampak
untuk disebut perilaku agresif tetapi bisa satu atau lebih yang dimunculkan dalam
perilaku agresif.
Konseling Kelompok
1. Pengertian konseling kelompok
Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang terpadu dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang melaksanakan kegiatan pembelajaran baik kurikuler, ko kurikuler maupun ekstra kurikuler dengan tujuan yang satu yaitu mencapai tingkat perkembangan yang optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya. Salah satu kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah adalah pemberian layanan konseling kelompok, mengenai pengertian dan seluk beluk tentang konseling kelompok akan penulis paparkan di bawah ini.
Menurut Hallen (Halle) dalam bukunya disebutkan pengertian konseling kelompo sebagai berikut, Konseling kelompok adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan untuk pembahasan da pengentasan permasalahan yang dialami melalui dinamika kelompok (Hallen . A. 82)
Menurut Prayitno, 2001:89 disebutkan bahwa layanan konseling kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok,masalah yang dibahas itu adalah masalah pribadi yang dialami oleh masing masing anggota kelompok.
Menurut Latipun (2008:178) konseling kelompok merupakan salah satu bentuk konseling dengan memanfaatkan kelompok untuk membantu,memberi umpan balik (feed back) dan pengalaman belajar. Konseling kelompok dalam prosesnya menggunakan prinsip prinsip dinamika kelompok (group dynamic)
Berdasarkan pengertian tersebut maka penulis mengambil garis besar bahwa konseling kelompok adalah suatu proses bantuan kepada sekelompok orang yang memeliki permasalahan hampir sama dengan menggunakan dinamika kelompok.
2. Teknik yang digunakan dalam konseling kelompok
Mengingat dalam konseling kelompok dituntut adanya peran serta atau dukungan darianggota kelompok agar tercapai tujuan atau memecahkan persoalan yang dihadapi bersama maka diperlukan adanya keterbukaan dan kesadaran dari tiap tiap individu untuk memberikan keterangan dan masukan secara jujur agar dapat diambil langkah langkah penyelesaian yang tepat dan bermakna. Adapun teknik yang digunakan dalam konseling kelompoko adalah sebagai berikut :
a. teknik umum
b. Permainankelompok
3. Tahap tahap dalam konseling kelompok
a. Tahap pembentukan
b. Tahap peralihan
c. Tahap pelaksanaan kegiatan
d. Tahap pengakhiran
Tujuan konseling kelompok
Menurut Corey dalam Latipun (2008:181) disebutkan tujuan konseling
kelompok sebagai berikut :
a. Belajar mempercayai diri dan orang lain
b. Mengembangkan pengetahuan dan perkembangan identitas yang baik.
c. Mengetahui kebiasaan, kebutuhan dan masalah partisipan.
d. Mengembangkan penerimaan diri, kepercayaan diri, harga diri untuk mencapai gambaran dirinya.
e. Menemukan alternative pemecahan masalah dan mengambil keputusan yang tepat dan konflik yang dialaminya.
f. Untuk meningkatkan tujuan diri, otonomi dan rasa tanggung jawab pada diri dan orang lain.
g. Mengetahui satu pilihan dan bisa membuat keputusan yang bijaksana.
h. Membuat rencana khusus untuk mengganti perilaku tertentu dan berkomitmen untuk menjalankan rencana tersebut.
i. Belajar secara lebih efektif tentang ketrampilan bergaul.
Dinamika Kelompok dalam Konseling Kelompok
Dinamika kelompok merupakan motor penggerak dalam kegiatan konseling kelompok karena dengan dinamika kelompok inilah parapeserta konseling kelompok mendapat manfaat untuk menyelesaikan permasalahan yang dihdapi.
Menurut Darwin Cartwright dalam Winkel (2004:599) ditunjukkan beberapa implikasi dari dinamika kelompok. Dinamika kelompok yaitu rasa keterikatan yang kuat terhadap kelompok, daya tarik kegiatan kelompok bagi masing masing anggota, relevansi dari sikap, pandangan dan perilaku yang akan diubah bagi semua anggota kelompok, penghargaan dari anggota yang satu terhadap yang lain,sehingga semua sumbangan pikiran dan perasaan diakui dan diterima. Kesempatan bersama mengenai tuntutan untuk merubah diri dan ke arah mana perubahan ini harus diusahakan.
Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teori yang disampaikan didepan bahwa perilaku agresif
adalah sikap atau tindakan yang berusaha untuk menyakiti orang lain baik secara
langsung maupun tidak langsung. Adapun penyebabnya adalah bisa berasal dari
lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.Sedangkan Bimbingan dan Konseling adalah suatu bantuan psiko pendidikan dalam bingkai budaya, sehingga seseorang yang berperilaku agresif dapat kita kategorikan dalam perilaku menyimpang dari perilaku pada umumnya dan perlu mendapat bantuan. Mengingat dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian ini adalah para peserta didik kelas 8F maka setting penelitiannya adalah dalam lingkungan sekolah tanpa mengabaikan adanya pengaruh dari lingkungan keluarga dan masyarakat. Peneliti sebagai salah satu guru BK di SMP Negeri 24 Surakarta memiliki kerangka pemikiran bahwa dengan layanan konseling kelompok yang diberikan oleh Guru BK di sekolah dapat menurunkan tingkat perilaku agresif pada peserta didik kelas 8F.
Dibawah ini peneliti berikan bagan kerangka berpikir dalam penelitian ini :
BAGAN KERANGKA BERPIKIR
METODOLOGI PENELITIAN
Setting Penelitian
1. Waktu Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti mengambil waktu pada semester gasal tahun Pelajaran 2010/2011 dengan alasan, ditahun ajaran baru biasanya belum banyak tugas dan ulangan dari mata pelajaran sehingga jika peneliti ingin meminta waktu jam pelajaran dari guru lain kurang begitu merugikan para peserta didik yang menjadi subyek dalam penelitian ini. Untuk jadwal penelitian peneliti membagi dalam 4 tahapan, tahap pertama adalah persiapan penelitian dimulai pada bulan Mei 2010, tahap ke dua adalah pengumpulan data dan pembuatan proposal penelitian direncanakan pada bulan Juni 2010, tahap ke tiga adalah pembuatan instrument dan pelaksanaan tindakan direncanakan pada bulan Juli dan Agustus 2010, tahap ke empat adalah pembuatan laporan penelitian direncanakan pada bulan September 2010
Tempat penelitian
Tempat penelitian dipilihkan pada sekolah tempat peneliti bekerja yaitu di SMP Negeri 24 Surakarta, dengan alasan asas kemanfaatannya lebih tinggi,juga efisiensi waktu dan tenaga bagi peneliti dimana tidak harus bolak balik ke lain tempat karena setiap hari peneliti berada di lokasi penelitian,sehingga lebih memudahkan komunikasi dengan subyek penelitiannya.
Subyek Penelitian
Peneliti mengambil subyek penelitian pada peserta didik kelas 8F yang berjumlah 37 anak dengan jumlah laki laki 19 dan perempuan 18. Berdasar laporan kegiatan Bimbingan dan Konseling pada tahun 2009/2010 menun jukkan bahwa kelas 8F paling banyak terjadi permasalahan baik dengan teman satu kelas maupun dengan teman lain kelas. Penyebab permasalahan kebanyakan karena kurangnya pengendalian diri, mudah emosi dan salah paham sehingga menimbulkan pertengkaran baik pertengkaran mulut sampai pertengkaran fisik. Untuk itulah dalam penelitian ini peneliti memilih mengambil kelas 8F sebagai subyek penelitian.
C. Instrumen Penelitian
Dalam keperluan penelitian perlengkapan yang peneliti gunakan adalah :
Satuan layanan kegiatan konseling kelompok
Materi layanan konseling kelompok
Peralatan yang diperlukan dalam kegiatan konseling kelompok
Lembar kerja peserta layanan
Lembar evaluasi kegiatan layanan
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan teknik sebagai berikut :
1. . Observasi Partisipasif
Yaitu pengamatan kepada suatu obyek dengan cara pengamat atau peneliti ikut berperan serta dalam kegiatan subyek penelitian atau obyek yang sedang diamati Menurut Sudarwan Danim dalam Penelitian Tindakan Kelas (Iskandar: 2009:68) disebutkan bahwa Penelitian Tindakann Kelas berada di lapangan, peneliti atau kebanyakan berurusan dengan dengan fenomena atau gejala social. Fenomena itu perlu didekati oleh peneliti dengan terlibat langsung pada situasi riel, tidak cukup meminta bantuan orang atau sebatas mendengar penuturan secara jarak jauh atau menggunakan remot control.
2. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data kualitatif dengan menggunakan instrument yaitu pedoman wawancara. Dalam penelitian ini peneliti akan mengadakan wawancara kepada sebagian subyek penelitian yang mewakili untuk memperoleh data tentang sikap atau perilaku agresif peserta didik kelas 8F dengan kategori tinggi, sedang ataukah rendah, disamping keperluan tersebut juga dapat digunakan sebagai cross ceks atas data yang diberikan oleh subyek penelitian.
3. Studi dokumentasi
Teknik ini merupakan penelaahan terhadap referensi referensi yang yang berhubungan dengan focus permasalahan penelitian. Dokumen dokumen yang dimaksud diantaranya adalah :
Buku pribadi peserta didik
Rekapitulasi absensi peserta didik
Laporan kegiatan Bimbingan dan Konseling
Rekapitulasi permasalahan peserta didik
Laporan kegiatan konseling kelompok
E. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian tindakan kelas ini dimulai sejak awal sampai berakhirnya pengumpulan data (Analisis Proses dan Produk). Analisis yang dilakukan berupa penilaian terhadap semua data kegiatan penelitian yang telah dilakukan di lapangan. Hasil analisis dan temuan hasil disajikan dalam tabel dan grafik yang dijadikan sebagai dasar penarikan kesimpulan penelitian. Data-data dari hasil penelitian di lapangan diolah dan dianalisis secara kuaitatif kegiatan analisis data dilakukan dalam tiga komponen berurutan yaitu : reduksi data penyajian data dan penarikan kesimpulan (Miles & Huberman, 1984).
Ada beberapa model yang diterapkan dalam penelitian tindakan kelas, diantaranya adalah :
c. Model John Elliot
d. Model Kurt Lewin
e. Model Kemnis dan MK. Taggart
f. Model Deve Ebburt
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Pelaksanaan Tindakan Tiap Siklus
1.Deskripsi Kondisi Awal
Pada kondisi awal penulis menjumpai masalah pada kebiasaan perilaku peserta didik kelas 8F Yang sering membikin ulah terutama perilaku emosional dan cenderung agresif sehingga hampir setiap hari ada kejadian tentang kelas 8F bertengkar di sekolah.
Berdasar hasil pengamatan penulis yang dilakukan selama enam hari berturut turut mulai tanggal 27 September 2010 sampai 2 Oktober 2010 diperoleh data 5 hari terjadi laporan kasus pertengkaran pada peserta didik kelas 8F. Kasus tersebut terjadi pada waktu istirahat maupun pada waktu kegiatan pembelajaran berlangsung.Hal ini menunjukkan kurang adanya pengendalian diri serta kesalahan persepsi tentang laki laki itu harus berani bertengkar atau berkelahi.Kondisi ini dapat dilihat pada buku catatan kasus harian dari laporan kegiatan harian bimbingan dan konseling yang kebetulan adalah penulis sendiri, sehingga penulis dapat mengumpulkan data dari laporan kegiatan bimbingan dan konseling sekaligus sebagai laporan kegiatan harian.Dari pengamatan harian yang penulis lakukan menunjukkan adanya rasa acuh tak acuh dengan teman satu kelas, kurang adanya tepo seliro,kurang adanya rasa kebersamaan dengan teman satu kelas.
.Deskripsi Siklus I
Perencanaan Tindakan I
Pada perencanaan tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus yang berulang dan berkelanjutan dari siklus pertama dan siklus kedua. Setiap siklus terdiri dari empat tahap kegiatan yang meliputi : a. tahap oerencanaan.( planning ) , b. tahap implementasi tindakan ( acting ), c. tahap observasi ( observing ) dan d. tahap refleksi ( reflecting ). Penulis dalam penelitian ini menggunakan wahana sebagai materi penelitian adalah pemberian layanan konseling kelompok , karena penulis seorang guru bimbingan dan konseling yang berkecimpung di dalam masalah perkembangan dan perilaku peserta didik.
b..Pelaksanaan
.Pada kegiatan konseling kelompok ini memang sangat diperlukan adanya
partisipasi dari semua anggota kelompok karena yang diutamakan adalah
adanya dinamika kelompok untuk membantu menyelesaikan permasalahan
yang dihadapi oleh peserta kelompok .Diharapkan semua peserta aktif
berpendapat dan mencurahkan uneg uneg dan permasalahan yang dihadapi
masing masing yang tidak sengaja mungkin peserta lain akan dapat
membaca permasalahan yang sebenarnya terjadi pada anggota kelompoknya
sehingga mereka dapat memberikan masukan dan saran secara langsung
maupun tidak langsung.
. Berdasarkan pendapat dari para peserta diujung kegiatan inti penulis menjelaskan tentang pengertian yang benar tentanag perilaku agresif yang salah satunya adalah bertengkar di sekolah dan apa penyebab perilaku tersebut sering muncul pada seorang peserta didik . Dengan penjelasan dari pemimpin diskusi kelompok nampaknya mereka mulai memahami bahwa tidak harus setiap anak laki laki itu pernah bertengkar/atau berkelahi di sekolah. Meskipun penulis telah memberikan gambaran dengan jelas ,namun masih ada seorang anak laki laki yang bertanya : apakah kita tidak boleh bertengkar kalau di sekolah saja, sedang di luar sekolah diperbolehkan ? ( Heru Budiono ) .
Hasil Pengamatan
Berdasar hasil pengamatan yang dilakukan menunjukkan adanya peningkatan semangat dalam mengikuti kegiatan layanan konseling kelompok , mereka merasa leluasa dalam menyampaikan pendapatnya tanpa ada rasa takut. Mereka terlihat gembira dan tanpa beban untuk menjawab ataupun melakukan semua kegiatan permainan dengan penuh keceriaan tanpa merasa terpaksa tapi mereka suka untuk masuk dalam suasana yang penuh kekeluargaan,mereka merasa satu kelas,senasib dan sepenanggungan .Hubungan mereka baik dan menyenangkan ,suasana tempat atau ruangan di aula nampaknya membuat mereka merasa lebih nyaman daripada di dalam kelas.Dengan sebuah kenyamanan tersebut membuat mereka lebih terbuka untuk mengungkapkan permasalahan yang dialami ataupun menyampaikan saran dan pendapat kepada kelompoknya dengan jujur,apa adanya. Terbukti pada waktu mereka mengungkapkan kemungkinan penyebab dari suatu pertengkaran ada beberapa anak yang berterus terang mengatakan bahwa mereka merasa tidak senang dengan teman temannya karena iri melihat kebahagiaan teman temannya.
Refleksi
Berdasar pengamatan perubahan perilaku siswa dalam kegiatan layanan konseling kelompok sudah Nampak ada sedikit perubahan yang ditimbulkannya walaupun belum begitu kelihatan karena setelah diberikannya tindakan siklus satu dari hasil pengamatan maupun dari catatan guru bimbingan dan konseling masih ditemui anak yang bertengkar di sekolah meskipun ada pengurangan jumlah peserta didik yang bertengkar di sekolah.
Hal ini mungkin lebih memberikan nuansa tersendiri bagi peserta konseling kelompok karena kemungkinan dapat menyentuh perasaan dan pemahaman yang lebih baik pada peserta didik. Mengingat suasana kegiatan bukan seperti suasana belajar mengajar di kelas melainkan suasana yang kekeluargaan , merasa senasib dan sepermasalahan .
3.Deskripsi Pelaksanaan Siklus 2
Perencanaan Tindakan
Penulis merencanakan kegiatan siklus 2 dengan dua kali tatap muka atau dua pertemuan dengan waktu @ 2 X 40 menit. Pada siklus 2 ini ada perubahan jumlah peserta tiap kelompoknyag disampaikan. Untuk materi yang disampaikan pada siklus 2 adalah masih sama ,hanya berbeda pada jumlah peserta tiap kelompok.pada siklus 1 berjumlah 19 dan 17 peserta sedang pada pelaksanaan tindakan siklus 2 berjumlah 9 peserta didik dalam tiap kelompok Siklus 2 pertemuan 1 akan dilaksanakan pada hari Jum at tanggal 5 November 2010
Penulis menggunakan jam pembiasaan budi pekerti dan jam layanan klasikal bimbingan dan konseling digabung menjadi berurutan yang kebetulan pengampunya adalah penulis sendiri.
Pelaksanaan
Pada tenelitian tindakan kelas kali ini penulis mencatat adanya peningkatan perilaku positif pada peserta didik kelas 8F. Data yang terkumpul dari hasil pengamatan kondisi awal menunjukkan jumlah peserta didik yang berperilaku agresif atau bertengkar di sekolah adalah 11 orang dalam kurun waktu 1 minggu atau 6 hari.Hal ini menunjukkan adanya kerawanan kelas tersebut dalam hal berperilaku agresif atau bertengkar di sekolah sebab mereka mudah sekali tersulut untuk suatu agresifitas atau suatu pertengkaran. Berdasarkan hasil jawaban yang penulis berikan baik secara tertulis maupun secara lesan
Menyatakan bahwa mereka merasa bangga jika bisa mengalahkan orang lain atau memenangkan suatu pertengkaran , sehingga mereka dengan mudahnya menyelesaikan masalah dengan cara bertengkar baik adu mulut ataupun adu fisik.Dengan jumlah peserta didik dalam satu kelas 36 anak sedang jumlah peserta didik yang bertengkar di sekolah dalam satu minggu ada 11 anak menunjukkan kerawanan yang tinggi yaitu 35 %.
Menurut data yang diperoleh dari kondisi awal tersebut penulis menulis memberikan layanan kegiatan yang berupa konseling kelompok dimana kita dapat mengungkap permasalahan, mencari penyebab masalah dan menyelesaikan permasalahan dengan memanfaatkan dinamika kelompok.
Dari kegiatan yang telah penulis lakukan pada siklus 1 menunjukkan penurunan jumlah peserta didik yang berperilaku agresif atau bertengkar di sekolah sebanyak 3 siswa menjadi 8 peserta didik yang masih berperilaku agresif atau bertengkar di sekolah , berarti tingkat kerawanan kelas menjadi 23 %. Perbaikan yang penulis lakukan adalah dalam jumlah peserta tiap kelompok dengan alasan agar dapat memantau semua peserta dengan baik dan memberi kesempatan yang lebih luas untuk peserta kelompok mengeluarkan pendapat, masukan dan uneg uneg dengan lebih tuntas permasalahannya.
Dari hasil pengamatan siklus 2 diperoleh data t entang adanya penurunan perilaku agresif atau perilaku bertengkar peserta didik di sekolah sebesar 4 anak, berarti jumlah peserta didik yang bertengkar di sekolah selama 6 hari ada 4 anak. Jika dibandingkan dengan kondisi awal penurunan perilaku bertengkar sebanyak 7 peserta didik atau 65 % dan tingkat kerawanan kelas menjadi 11%.
Pembahasan
Setelah penulis memberikan tindakan pada peserta didik kelas 8F dengan layanan konseling kelompok maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Dengan diberikannya layanan konseling kelompok peserta didik terlihat gembira dan antusias untuk mengikuti semua kegiatan dengan suka rela dan penuh kesungguhan sehingga pesan atau tujuan yang akan dicapai yaitu penurunan perilaku agresif atau perilaku bertengkar di sekolah dapat dipahami dengan benar dan selanjutnya diwujudkan dalam perilaku sehari hari di sekolah.
Dari data kondisi awal sampai kondisi akhir menunjukkan adanya penurunan atau pengurangan jumlah peserta didik yang berperilaku agresif atau bertengkar di sekolah dari 11 anak menjadi 4 anak berarti ada penurunan sebesar 65 %.
Berdasarkan kenyataan dan pengamatan yang dilakukan layanan konseling kelompok dapat menurunkan jumlah perilaku agresif bertengkar di sekolah karena peserta konseling kelompok benar benar merasa nyaman dan diperhatikan. Mereka tidak merasa di nasihati tetapi mereka merasakan kebersamaan untuk menyelesaikan permasalahan bersama kelompok dalam hal ini adalah penurunan perilaku agresif bertengkar di sekolah pada peserta didik kelas 8F SMP Negeri 24 Surakarta.
Kesimpulan
Pada saat kondisi awal, kelas belum diberi layanan konseling kelompok, masih banyak peserta didik yang melakukan perilaku agresif dalam hal ini adalah bertengkar/ berkelahi di sekolah. Banyak Guru mengeluh tentang kelas 8F yang emosional dan sering bikin masalah dengan kelas lain. Hal ini dapat dilihat pada buku kasus dan kegiatan konsultasi dan koordinasi guru Pembimbing dengan Kepala Sekolah dan Wali kelas / guu mata pelajaran.
Saran –saran
1. Guru pembimbing hendaknya memberikan layanan bimbingan dan konseling sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
2. Guru pembimbing agar lebih kreatif dalam menyampaikan layanan informasi kepada peserta didik untuk mengurangi kejenuhan dalam mengikuti layanan bimbingan dan konseling.
3. Dalam menyelesaikan permasalahan yang melibatkan kelompok ,Guru Pembimbing hendaknya menggunakan layanan konseling kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Anantasari. 2006. Psikologi Sosial. Jakarta : Gramedia.
Iskandar. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta ; Gaung Persada.
Kurt Singer. 1991. Psikologi Sosial. Surabaya : Airlangga.
Latipun. 2000. Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Erlangga.
Prayitno. 2004. Pelayanan Konseling di Sekolah Padang : Universitas Negeri Padang.
Shertzer and Stone. 1980. Fundamentals of Counseling. New York : MC Graw Hill.
Suharsimi Arikunto,2006. Penelitian Tindakan Kelas.Bumi Aksara:Jakarta
Winkel. 2002. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta : Universitas Sanata Darma.
Zainal Aqib. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Yrama Widya.
0 Komentar