Symber: Jurnal Pendiidkan Empirisme Edisi September 2012
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA MELALUI MEDIA WAYANG PADA MATA PELAJARAN BAHASA JAWA KELASVI SD NEGERI JURON 02 KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 20011/2012
Salami
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan menyimak cerita melalui media wayang dalam pembelajaran bahasa Jawa siswa kelas VI SD Negeri 02 Juron Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012.
Tempat penelitian di SD Negeri Juron 02 UPTD Pendidikan Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo. Kemampuan menyimak cerita melalui media wayang dalam pembelajaran bahasa Jawa siswa kelas VI SD Negeri 02 Juron Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012. Jumlah siswa 15.
Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pembelajaran menyimak cerita kelas VI pada mata pelajaran Bahasa Jawa telah mampu membuktikan hipotesis bahwa melalui penggunaan media wayang dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerita daklam pembelajaranbahsa Jawa siswa kelas VI SD Negeri Juron 02 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012.
Kata Kunci: Kemampuan Menyimak, Media Wayang
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Ketrampilan berbahasa pada umumnya mencakup empat segi, yaitu ketrampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Menurut Salisbury dalam Tarigan (1994: 7), sadar atau tidak ketrampilan menyimak ini tidak begitu mendapat perhatian sekolah-sekolah kita selama ini. Sehubungan dengan pernyataan diatas, didalam kegiatan pembelajaran di sekolah dasar ketrampilan menyimak menjadi salah satu bagian ketrampilan berbahasa yang harus diajarkan kepada siswa dan dikuasai oleh siswa. Salah satu bentuk ketrampilan menyimak tersebut adalah ketrampilan menyimak cerita.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas VI SD Juron 02 Nguter Sukoharjo, proses pembelajaran menyimak cerita belum menggunakan media pembelajaran. Guru hanya membacakan naskah cerita dari buku teks Bahasa Jawa Kelas VI. Pada saat guru membacakan naskah cerita, siswa kurang memperhatikan. Beberapa siswa melakukan aktivitas lain seperti berbicara dengan teman sebangku. Sebagian besar siswa mengalami kesulitan untuk mengungkapkan pendapat ketika guru memberi pertanyaan atau meminta siswa menceritakan kembali cerita yang telah mereka simak, serta siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Selain itu 63,16% siswa nilainya dibawah criteria ketuntasan minimal yangtelah ditentukan yaitu 65 pada mata pelajaran Bahasa Jawa..
Berpijak ari hal tersebut, maka dibutuhkan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Upaya yang dilakukan adalah dengan menerapkan media wayang dalam pembelajaran menyimak cerita. Wayang merupakan salah satu puncak seni budaya bangsa Indonesia yang paling menonjol diantara banyak budaya lainnya. Budaya wayang meliputi seni peran, suara, musik, tutur, sastra, lukis, pahat dan seni perlambang. Budaya wayang yang terus berkembang dari zaman ke zaman juga merupakan media penerangan, dakwah, pendidikan, hiburan, pemahaman filsafat serta hiburan.
Kaya “wayang” diduga berasal dari kata “Wewayangan” yang artinya bayangan. Dugaan ini sesuai dengan kenyataan pada pergelaran Wyang kulit yang menggunakan kelir, secarik kain sebagai pembatas antara dalang yang memainkan wayang dan penonton dibalik kelir itu. Penonton hanya menyaksikan gerakan-gerakan wayang melalui bayangan yang jatuh pada kelir.
Peneliti memilih media wayang sebagai alternative media pembelajaran karena media wayang selama ini belum digunakan sebagai media pembelajaran. Wayang yang digunakan sebagai media media dalam penelitian ini adalah wayang yang dimodifikasi bentuknya menyesuaikan tokok dalam cerita yang akan disampaikan kepada siswa. Dalam memainkan wayang tanpa menggunakan pembatas selembar kain atau kelir, lampu blencong. Siswa dapat menyimak cerita sambil menyaksikan wayang sebagai diskripsi tokoh dalam cerita secara langsung
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian yaitu “ apakah penggunaan media wayang dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerita dalam pembelajaran bahasa jawa siswa kelas VI SD Negeri Juron 02 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan menyimak cerita melalui media wayang dalam pembelajaran bahasa Jawa siswa kelas VI SD Negeri 02 Juron Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012.
Manfaat Penelitian
a. Bagi siswa
1) Dengan menggunakan media wayang dalam pembelajaran menyimak cerita, akan memudahkan siswa dalam menangkap pesan moral dari cerita yang disampaikan oleh guru
2) Meningkatkan motivasi siswa terhadap pembelajaran menyimak cerita
b. Bagi Guru
1) Mengembangkan pembelajaran yang lebih inovatif dengan memanfaatkan media wayang dalam proses pembelajaran menyimak cerita.
2) sebagai sarana bagi guru untuk meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran menyimak cerita
c. Bagi sekolah
Memberi konstribusi bagi sekolah dalam pengembangan kurikulum berdasarkan kompetensi dasar yang telah ditetaokan dalam kurikulum KTSP.
Bagi Peneliti
1) Mengembangkan wawasan pembelajaran menyimak cerita dalam pembelajaran Bahasa Jawa
2) Memperolehy fakta peningkatan kemampuan menyimak cerita dalam pembelajaran Bahasa Jawa dengan menggunakan media wayang
LANDASAN TEORI
Media Wayang Dalam Pembelajaran Bahasa Jawa
Kata Media berasal dari bahasa latin medius dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harafiah berarti tengah perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Azhar Arsyad: 2007, 3)
Menurut Gagne dalam arif S. Sadiman, dkk (1990: 6) media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang merangsangnya untuk belajar.Menurut Gerlach dan Ely dalam Azhar Arsyad (2007:3) mengatakan bahwa media secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan atau sikap.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas, ada persamaan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, minat serta perhatian siswa sehingga proses belajar terjadi.
Bretz (1990:20) mengidentifikasi media menjadi tiga unsure pokok, yaitu visual, suara dan gerak. Visual sendiri dibagi menjadi tiga, yaitu gambar, garis dan symbol yang merupakan suatu kontinum dari bentuk yang dapat ditangkap dengan indera penglihatan.
Hal tersebut senada dengan pendapat Henry Guntur Tarigan (1994:3) “Bahwa berbicara dengan bantuan alat peraga (visual aids) akan menghasilkan penangkapan informasi yang lebih baik pada pihak penyimak”. Dengan demikian pengalaman belajar yang diperoleh siswa bukan hanya berupa pengalaman yang abstrak, akan tetapi pengalaman belajar yang lebih konkret atau nyata.
Kata “wayang” diduga berasal dari kata “Wewayangan” yang artinya bayangan. Dugaan ini sesuai dengan kenyataan pada pagelaran wayang kulit yang menggunakan kelir, secarik kain, sebagai pembatas antara antara dalang yang memainkan wayang, dan penonton dibalik kelir itu. Penonton hanya menyaksikan gerakan-gerakan wayang melalui bayangan yang jatuh pada kelir.
Jenis-Jenis Wayang
Selama berabad-abad, budaya wayang yang berkembang menjadi beragan jenis. Kebanyakan jenis-jenis wayang itu tetap menggunakan Mahabarata dan Ramayana sebagai induk ceritanya. Sedangkan alat peraganya pun berkembang menjadi beberapa macam, antara lain yang terbuat dari kertas, kain, kulit, kayu dan juga wayang orang.
Perkembangan jenis wayang ini juga dipengaruhi oleh keadaan budaya daerah setempat. Misalnya wayang kulit purwa, yang berkembang pula pada ragam kedaerahan menjadi wayang kulit purwa khas daerah, seperti wayang Cirebon, wayang Bali, Wayang Betawi, wayang Banjar dan lain-lain.
Jenis-jenis wayang yang ada di Indonesiaada puluhan jumlahnya. Namun yang terpenting diantaranya adalah 1) Wayang Beber. 2) Wayang Kulit Purwa. 3) Wayang Golek Sunda. 4) Wayang Golek Menak. 5) Wayang Klitik. 6) Wayang Krucil. 7) Wayang Orang. 8) Wayang Suluh. 9) Wayang Wahyu. 10) Wayang Gedog. 11) Wayang kancil. 12) Wayang Potehi. 13) Wayang Kedek
Langkah Penggunaan Wayang
Pergelaran Wayang Kulit pada umumnya menggunakan kelir, secarik kain, sebagai pembatas antara dalang yang memainkan wayang dan penonton dibalik kelir itu. Penonton hanya menyaksikan gerakan-gerakan wayang melalui bayangan yang jatuh pada kelir.
Pada penelitian ini langkah-langkah penggunaan wayang yang dimodifikasi bentuknya pada pembelajaran menyimak cerita sebagai berikut :
Guru menyampaikan judul cerita yang akan disampaikan
Guru memperkenalkan tokoh-tokoh wayang yang dimodifikasi bentuknya menyesuaikan tokoh dalam cerita yang akan disampaikan
Guru menceritakan cerita dengan narasi dan dialog
Saat dialog, guru memainkan wayang sambil mengeluarkan suara menyesuaikan karakter tokoh wayang yang sedang diperagakan. Misalnya saat memainkan tokoh wayang perempuan maka guru memainkan wayang sambil mengeluarkan suara perempuan. Saat memainkan tokoh wayang laki-laki maka maka guru memainkan wayang sambil mengeluarkan suara menyerupai laki-laki.
Kemampuan Menyimak Cerita
“Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambing-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan (Henry Guntur Tarigan, 1994: 28).
Sedangkan menurut Djago Tarigan, “Menyimak adalah suatu prosesyang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai dan mereaksi atas makna yang terkandung didalamnya” (Djago Tarigan, 1996: 4). Menyimak melibatkan pendengaran, penglihatan, penghayatan, ingatan, pengertian. Bahkan situasi yang menyertai bunyi bahasa yang disimak harus diperhitungkan dalam menentukan maknanya.
Dari dua pendapat diatas tentang pengertian menyimak, dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah proses kegiatan mendengarkan lambag-lambang lisan, mengidentifikasi, mengiterpretasi, menilai dan mereaksi makna yang terkandung dalam ujaran dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara.
Cerita yaitu tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal (peristiwa, kejadian dan sebagainya). Cerita adalah karangan menuturkan perbuatan, pengalaman atau penderitaan orang, kejadian dan sebagainya (baik yang sungguh-sungguh terjadi maupun yang hanya rekaan belaka). Cerita adalah lakon yang diwujudkan atau dipertunjukkan di gambar hidup (sandiwara, wayang dan sebagainya) (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001: 201). Jadi cerita adalah karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman atau pendekritan orang, kejadian dan sebagainya (baik yang sungguh-sungguh terjadi maupun yang hanya rekaan belaka) yang diwujudkan atau diperuntunjukkan di gambar hidup (sandiwara, wayang dan sebagainya).
Dari pendapat Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan tentang pengertian menyimak, disimpulkan bahwa menyimak adalah proses kegiatan mendengarkan lambing-lambang lisan, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai dan mereaksi makna yang terkandung dalam ujaran dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara. Sedangkan pengertian cerita dalah karangan menuturkan perbuatan, pengalaman atau penderitaan orang, kejadian dan sebagainya (baik yang sungguh-sungguh terjadi maupun yang hanya rekaan belaka) yang diwujudkan atau dipertunjukkan di gambar hidup (sandiwara, wayang dan sebagainya).
Jadi pengertian menyimak cerita adalah proses kegiatan mendengarkan, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai dan mereaksi makna yangterkandung dalam karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman atau penderitaan orang, kejadian dan sebagainya (baik yang sungguh-sungguh terjadi maupun yang hanya rekaan belaka) yang diwujudkan atau dipertunjukkan di gambar hidup(sandiwara, wayang dan sebagainya) serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan.
Kerangka Berpikir
Adapun kerangka berpikir sebagai berikut :
Hipotesis Tindakan
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
“Melalui penggunaan media wayang dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerita pembelajaran bahasa Jawa siswa kelas VI SD Negeri Juron 02 Kecamatan Nguter Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian Tindakan Kelas diambil dari bahasa Inggris Classroom Action Research (CAR).
Subjek Penelitian
Kemampuan menyimak cerita melalui media wayang dalam pembelajaran bahasa Jawa siswa kelas VI SD Negeri 02 Juron Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012. Jumlah siswa 15.
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah suatu rangkaian tahap-tahap penelitian dari awal sampai akhir. Penelitian ini dalaksanakan 2 siklus setiap siklus melalui 4 tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data
Jenis data penelitian ini sebagai berikut. Data kuantitatif (nilai hasil belajar siswa) dapat dianalisis secara deskriptif. Dalam hal ini penelitian menggunakan analisis statistic untuk mencari nilai rata-rata dan presentase keberhasilan belajar. Data kuantitaif, yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberikan gambaran tentang aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran, perhatian, keaktifan dan sebagainya. Data kualitatif diperoleh dari pengamatan dan wawancara.
Ada tiga sumber data penting yang dijadikan sebgai sasaran penggalian dan pengumpulan data serta informasi dalam penelitian ini. Sumber data tersebut meliputi :
a. Tempat dan peristiwa yang menjadi sumber data dalam penelitian ini, yaitu kegiatan menyimak cerita yang berlangsung di dalam kelas dengan menggunakan media wayang.
b. Informan, dalam penelitian ini menggunakan informan guru dan siswa kelas V SD Negeri Juron 02 Kecamatan Nguter Sukoharjo.
c. Dokumen yang berupa hasil tes siswa yang meliputi siklus 1 dan 2, serta nilai unjuk kerja yang dilakukan siswa, buku pendamping pelajaran Bahasa Jawa, RPP Bahasa Jawa kelas V,silabus Bahasa Jawa kelas V yang ditetapkan oleh pihak sekolah dan transkip hasil wawancara.
Teknik Pengumpulan Data
Ada empat teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data secara lengkap dan akurat sehubungan dengan masalah yang diteliti, yaitu wawancara, observasi, dokumentasi dan tes.
Validitas Data
Uji validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai permbanding terhadap data
Teknik Analisis Data
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber. Setelah dikaji kemudian membuat rangkuman untuk setiap pertemuan atau tindakan kelas. Berdasarkan rangkuman yang telah dibuat, kemudian peneliti melaksanakan reduksi data.
Reduksi data merupakan proses pengumpulan data penelitian, dalam hal ini penelitian mengumpulkan data melalui observasi dan hasil tes siswa. Dalam proses reduksi data peneliti menyeleksi data-data yang relevan dengan masalah peningkatan kemampuan menyimak cerita.
Instrumen Penelitian
Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini antara lain. Pedoman observasi, digunakan untuk mencatat aktivitas siswa dan kegiatan guru sejak pendahuluan, penerapan, hingga penutup.Tes, berupa tes tertulis berbentuk uraian dan non tes berupa unjuk kerja untuk mengetahui perkembangan dan keberhasilan pelaksanaan tindakan.
Indikator Pencapaian Penelitian
Indikator pencapaian merupakan tolak ukur keberhasilan dalam suatu Penelitian Tindakan Kelas. Indikator yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah terjadi peningkatan kemampuan menyimak cerita melalui media wayang pada mata pelajaran Bahasa Jawa siswa kelas V di SD Negeri Juron 02 Kecamatan Nguter Sukoharjo. Adapun indikator pencapaian yaitu jika terjadi peningkatan kemampuan menyimak cerita sekurang-kurangnya 80% secara klasikal sesuai dengan KKM yaitu dinyatakan tuntas apabila nilai ≥ 65.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kondisi Awal Sebelum Penelitian
Tabel 1
Nilai Awal Siswa Sebelum Diadakan PTK
No. Nama Siswa Nilai Keterangan
1. Mayang Setia Susilowati 45 Tidak Tuntas
2. Fiky Isnaini Rahmadhani 60 Tidak tuntas
3. Yuda Nugroho 70 Tuntas
4. Bagas Surata 60 Tidak Tuntas
5. Alin Fir Handayani 53 Tidak tuntas
6. Danang Kurniawan Eko Wibowo 55 Tidak tuntas
7. Bella Avonia 55 Tidak tuntas
8. Permadi Wisnu Bakti 45 Tidak tuntas
9. Tarisa Irawati Putri 60 Tidak tuntas
10. Garnis Aninda Putri Pertiwi 75 Tuntas
11. Uswatun Khasanah 50 Tidak tuntas
12 Wahyu Prayogi 45 Tidak tuntas
13 Wahyu Prayoga 50 Tidak tuntas
14 Muallim Bagus Edi Prakoso 45 Tidak tuntas
15 Eka Wulandari 75 Tuntas
Jumlah 843
Rata-rata nilai 56,20 Dibawah KKM
Sumber : Data hasil penelitian
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 15 siswa yang dinyatakan tuntas adalah 3 siswa atau sekitar 20% dan yang dinyatakan tidak tuntas adalah 12 siswa atau sekitar 80 %. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa yaitu 75, nilai terendah adalah 45 dan nilai rata-rata kelas adalah 56,20
Hasil Siklus I
Tindakan kelas siklus I pada pelajaran bahasa Jawa materi menyimak cerita anak pada siswa kelas VI SD N Juron 02 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo dengan menggunkan media wayang.
Setelah diadakan perbaikan pada siklus I diperoleh data hasil belajar siswa sesudah perbaikan pembelajaran sebagai berikut :
Tabel 2
Daftar Nilai Siswa Siklus I
Nilai Siklus I
Tertulis Unjuk kerja Nilai akhir
1 Mayang Setia Susilowati 60 65 62,5 Tidak Tuntas
2 Fiky Isnaini Rahmadhani 75 80 77,5 Tuntas
3 Yuda Nugroho 75 80 77,5 Tuntas
4 Bagas Surata 55 60 57,5 Tidak Tuntas
5 Alin Fir Handayani 60 60 60 Tidak Tuntas
6 Danang Kurniawan Eko W 75 70 72,5 Tuntas
7 Bella Avonia 60 65 62,5 Tidak Tuntas
8 Permadi Wisnu Bakti 60 65 62,5 Tidak Tuntas
9 Tarisa Irawati Putri 70 75 72,5 Tuntas
10 Garnis Aninda Putri Pertiwi 80 80 80 Tuntas
11 Uswatun Khasanah 75 80 77,5 Tuntas
12 Wahyu Prayogi 60 60 60 Tidak Tuntas
13 Wahyu Prayoga 70 75 72,5 Tuntas
14 Muallim Bagus Edi Prakoso 60 65 62,5 Tuntas
15 Eka Wulandari 85 80 82,5 Tuntas
Jumlah 1.020 1.060 1.040
Rata-rata 68 70,7 69,33
Berdasarkan data hasil penelitian siklus I pembelajaran menyimak cerita menggunakan media wayang diperoleh data untuk nilai nilai tertinggi sebesar 82,5 dan ada kenaikan rata-rata kelas dari nilai sebelum tindakan 56,20 menjadi 69,33 pada siklus I. Batas Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 65.
Dari tabel 2 di atas menunjukkan bahwa pada siklus I diperoleh hasil belajar menyimak cerita menggunakan media wayang dari 15 siswa yang mengikuti evaluasi ada 8 atau 53 % siswa yang telah tuntas. Dan ada 7 siswa atau 47 % siswa yang belum tuntas.
Selain hasil belajar aktivitas yang ditunjukkan oleh siswa juga diamati. Aktivitas saat belajar merupakan salah faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Setelah dilaksanakan siklus I
Tabel 3
Keaktifan Siswa Pada Pembelajaran Menyimak Cerita
Melalui Media Wayang Siklus I
Keaktifan
1 2 3 4 5
1 Mayang Setia Susilowati √ √ √ √
2 Fiky Isnaini Rahmadhani √ √
3 Yuda Nugroho √ √ √ √
4 Bagas Surata √
5 Alin Fir Handayani √ √
6 Danang Kurniawan Eko Wibowo √ √ √ √
7 Bella Avonia √ √
8 Permadi Wisnu Bakti √
9 Tarisa Irawati Putri √ √
10 Garnis Aninda Putri Pertiwi √ √ √
11 Uswatun Khasanah √ √
12 Wahyu Prayogi √ √
13 Wahyu Prayoga √ √
14 Muallim Bagus Edi Prakoso √ √
15 Eka Wulandari √ √ √ √ √
Jumlah 15 3 13 3 4
Keterangan :
Siswa tertarik dengan cerita dan media yang digunakan guru
Siswa berani bertanya pada guru
Perhatian siswa terfokus pada aktivitas menyimak cerita, tidak berbicaraa pada teman
Siswa aktif menjawab pertanyaan guru
Siswa berani mengungkapkan ide atau gagasan
Berdasarkan data aktifitas belajar didwa di atas diketahui bahwa terdapat 15 atau 100 % siswa yang tertarik dengan cerita dan media yang digunakan, 3 atau 20 % siswa yang berani bertanya pada guru, 13 atau 87 % siswa yang perhatiannya terfokus pada aktivitas menyimak cerita, 3 atau 20 % siswa aktif menjawab pertanyaan guru, dan 4 atau 27 % Siswa berani mengungkapkan ide atau gagasan.
Dari data tersebut menunjukkan bahwa hasil pembelajaran menyimak cerita pada siklus I belum mencapai tujuan yang diharapkan. Hal ini terlihat masih terdapat 7 siswa yang belum tuntas belajar. Dapat dikatakan bahwa siklus I belum menunjukkan hasil yang diinginkan dari proses penelitian ini, sehingga perlu dilaksanakan siklus II.
Hasil Siklus II
Setelah diadakan perbaikan pada siklus II, diperoleh data hasil belajar siswa sesudah perbaikan pembelajaran sebagai berikut :
Tabel 4
Daftar Nilai Siswa Siklus II
Nilai Siklus I
Tertulis Unjuk kerja Nilai akhir
1 Mayang Setia Susilowati 80 75 77,5 Tuntas
2 Fiky Isnaini Rahmadhani 85 80 82,5 Tuntas
3 Yuda Nugroho 85 80 82,5 Tuntas
4 Bagas Surata 65 75 70 Tuntas
5 Alin Fir Handayani 65 60 62,5 Tidak Tuntas
6 Danang Kurniawan Eko Wibowo 80 80 80 Tuntas
7 Bella Avonia 70 65 67,5 Tuntas
8 Permadi Wisnu Bakti 70 80 75 Tuntas
9 Tarisa Irawati Putri 80 80 80 Tuntas
10 Garnis Aninda Putri Pertiwi 90 90 90 Tuntas
11 Uswatun Khasanah 85 80 82,5 Tuntas
12 Wahyu Prayogi 70 70 70 Tuntas
13 Wahyu Prayoga 85 75 80 Tuntas
14 Muallim Bagus Edi Prakoso 75 75 75 Tuntas
15 Eka Wulandari 100 90 95 Tuntas
Jumlah 1.185 1.155 1.170
Rata-rata 79 77 78 Tuntas
Berdasarkan data hasil penelitian siklus II pembelajaran menyimak cerita menggunakan media wayang diperoleh data untuk nilai tertinggi sebesar 95 dan ada kenaikan rata-rata kelas dari nilai siklus I 69,33 menjadi 78 pada siklus II. Batas Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 65.
Dari tabel 4 di atas menunjukkan bahwa pada siklus II diperoleh hasil belajar menyimak cerita menggunakan media wayang dari 15 siswa yang mengikuti evaluasi ada 1 atau 6,67% siswa yang tidak tuntas. Dan ada 14 atau 93,33 % siswa yang telah tuntas belajar.
Selain hasil belajar, aktivitas yang ditunjukkan oleh siswa juga diamati. Aktivitas saat belajar merupakan salah satu factor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Setelah dilaksnakan siklus I pada penelitian tindakan ini, diperoleh data aktivitas siswa sebagai berikut :
Tabel 5
Keaktifan Siswa Pada Pembelajaran Menyimak Cerita
Melalui Media Wayang Siklus II
Keaktifan
1 2 3 4 5
1 Mayang Setia Susilowati √ √ √ √
2 Fiky Isnaini Rahmadhani √ √ √
3 Yuda Nugroho √ √ √ √ √
4 Bagas Surata √ √
5 Alin Fir Handayani √ √
6 Danang Kurniawan Eko Wibowo √ √ √ √ √
7 Bella Avonia √ √
8 Permadi Wisnu Bakti √ √ √ √
9 Tarisa Irawati Putri √ √
10 Garnis Aninda Putri Pertiwi √ √ √ √
11 Uswatun Khasanah √ √ √
12 Wahyu Prayogi √ √ √
13 Wahyu Prayoga √ √
14 Muallim Bagus Edi Prakoso √ √ √
15 Eka Wulandari √ √ √ √ √
Jumlah 15 3 15 8 8
Keterangan :
Siswa tertarik dengan cerita dan media yang digunakan guru
Siswa berani bertanya pada guru
Perhatian siswa terfokus pada aktivitas menyimak cerita, tidak berbicara pada teman
Siswa aktif menjawab pertanyaan guru
Siswa berani mengungkapkan ide atau gagasan
Berdasarkan data aktivitas belajar siswa di atas diketahui bahwa terdapat 15 atau 100 % siswa yang tertarik dengan cerita dan media yang digunakan, 3 atau 20 % Siswa berani bertanya pada guru, 15 atau 100 % siswa yang perhatiannya terfokus pada aktivitas menyimak cerita, tidak berbicara pada teman, 8 atau 53,33 % Siswa aktif menjawab pertanyaan guru, dan 8 satau 53,33 % Siswa berani mengungkapkan ide atau gagasan.
Dari data-data tersebut di atas menunjukkan bahwa hasil pembelajaran menyimak cerita siklus II telah mencapai tujuan yang diharapkan. Hal ini terlihat hanya terdapat 1 atau 6,67 % siswa yang belum tuntas belajar. Sedangkan 14 atau 93,33 % siswa telah mencapai KKM. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa siklus II telah menujukkan hasil yang diinginkan dari proses penelitian ini.
Pembahasan
Secara keseluruhan bahwa proses pembelajaran menyimak cerita menggunakan media wayang telah mencapai hasil yang optimal. Maka untuk memperjelas deskripsi hasil penelitian, peneliti akan memaparkan tabel nilai awal atau pra siklus, nilai siswa pada siklus I, dan nilai siswa pada siklus II.
Tabel 5
Nilai Hasil Belajr Menyimak Cerita Mempergunakan Media Wayang
Siswa Kelas VI SD Negeri Juron 02 Kecamatan Nguter
Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 20112/2012
No Nama KKM Pra siklus Siklus I Siklus II
1 Mayang Setia Susilowati 65 45 62,5 77,5
2 Fiky Isnaini Rahmadhani 65 60 77,5 82,5
3 Yuda Nugroho 65 70 77,5 82,5
4 Bagas Surata 65 60 57,5 70
5 Alin Fir Handayani 65 53 60 62,5
6 Danang Kurniawan Eko W 65 55 72,5 80
7 Bella Avonia 65 55 62,5 67,5
8 Permadi Wisnu Bakti 65 45 62,5 75
9 Tarisa Irawati Putri 65 60 72,5 80
10 Garnis Aninda Putri Pertiwi 65 75 80 90
11 Uswatun Khasanah 65 50 77,5 82,5
12 Wahyu Prayogi 65 45 60 70
13 Wahyu Prayoga 65 50 72,5 80
14 Muallim Bagus Edi Prakoso 65 45 62,5 75
15 Eka Wulandari 65 75 82,5 95
Jumlah 843 1.040 1.170
Rata-rata nilai kelas 56,20 69,33 78
Dari tabel nilai pra siklus hingga siklus II menujukkan peningkatan kemampuan menyimak cerita menggunakan media wayang dengan melihat dari tabel perolehan nilai siswa nilai siswa yang selalu meningkat pada tiap siklusnya dan rata-rata nilai siswa yang mengalami peningkatan cukup signifikan.
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) siswa dari 15 siswa pada pra siklus terdapat 12 atau 80 % siswa yang belum tuntas, siklus I ada 7 atau 47 % siswa yang belum tuntas, dan siklus II yang belum tuntas hanya 1 atau 6,7 % siswa. Rata-rata nilai mengalami kenaikan yang signifikan dari 56,20 pada pra siklus naik menjadi 69,33 pada siklus I dan menjadi 78 pada siklus II.
PENUTUP
Simpulan
Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pembelajaran menyimak cerita kelas VI pada mata pelajaran Bahasa Jawa telah mampu membuktikan hipotesis bahwa melalui penggunaan media wayang dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerita daklam pembelajaranbahsa Jawa siswa kelas VI SD Negeri Juron 02 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan media wayang pada kelas VI SD Negeri Juron 02 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012, maka saran yang diberikan sebagai sumbangan pemikiran untuk meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan kompetensi siswa SD Negeri Juron 02 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo pada khususnya sebagai berikut :
1. Bagi Kepala Sekolah
a. Kepala sekolah dapat memantau proses pembelajaran yang terjadi di kelas. Kepala sekolah dapat bekerja sama dengan guru untuk mengetahui situasi pembelajaran di kelas, hambatan dan permasalahan yang terjadi selama proses pembelajaran dari masing-masing kelas serta berusaha mengatasi permasalahan tersebut.
b. Sekolah hendaknya menyediakan media pembelajaran diantaranya yaitu media dua dimensi dan media tiga dimensi yang memadai untuk semua mata pelajaran guna mendukung pelaksanaan kegiatan pembelajaran oleh guru dan siswa.
2. Bagi Guru
a. Guru hendaknya menggunakan media wayang pada pembelajaran menyimak cerita mata pelajaran bahasa Jawa untuk meningkatkan kemampuan menyimak cerita siswa
b. Guru hendaknya menggunakan media wayang untuk meningkatkan keaktifan siswa dan keefektifan pembelajaran menyimak cerita pada mata pembelajaran bahasa Jawa.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran menyimak cerita dan hasil belajar bahasa Jawa maka dibutuhkan penelitian seruapa yang lebih baik dari penelitian ini, tetapi dengan media pembelajaran yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Gazalba, S. (1974). Antropologi Budaya II. Jakarta: Bulan Bintang.
Gottschlak, L. (1986). Mengerti Sejarah. Jakarta: Universita Indonesia Press.
Harjawirogo. (1962). Sejarah Wayang Purwa. Jakarta: Perpustakaan Keguruan Kementrian PP&K.
Ismaun. (2005). Pengantar Belajar Sejarah Sebagai Ilmu dan Wahana Pendidikan. Bandung: Historia Utama Press.
Kartodirdjo, S. (1993). Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Trimo dkk( 2010) Remen Basa Jawa Erlangga
Biodata Penulis
Nama : Salami , S.Pd
NIP : 19620304 198012 2 003
Unit Kerja : SD Negeri Negeri Juron 02 UPTD Pendidikan Kecamatan Nguter Sukoharjo
0 Komentar