Sumber: Jurnal Pendidikan Dwija Utama
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN
TEKNIK LATIHAN TERBIMBING BERDASARKAN ILUSTRASI
TOKOH IDOLA SISWA KELAS IXB SMP NEGERI 4 SELOGIRI
SEMSTER II TAHUN AJARAN 2009/2010
oleh Sukamti
ABSTRAK
Sukamti. 2010. Peningkatan Keterampilan Menulis
Cerpen dengan Teknik Latihan Terbimbing Berdasarkan Ilustrasi Tokoh Idola Siswa
Kelas IXB SMP Negeri 4 Selogiri
semester II tahun ajaran 2009/2010.
Menulis
sebagai salah satu kegiatan yang harus dihadapi siswa dalam proses
pembelajaran, terutama untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia. Melalui kegiatan
menulis diharapkan siswa dapat menuangkan idenya baik yang bersifat ilmiah
maupun imajinatif. Sekolah sebagai tempat siswa mengenyam pendidikan diharapkan
dapat memberikan pembelajaran tentang menulis dengan baik menggunakan teknik
yang tepat sehingga potensi dan daya kreativitas siswa dapat tersalurkan dengan
baik, tidak hanya potensi yang terpendam. Permasalahan
penelitian ini
adalah (1) bagaimana peningkatan keterampilan menulis cerpen siswa kelas IXB SMP Negeri 4 Selogiri setelah
mengikuti pembelajaran dengan teknik latihan terbimbing berdasarkan ilustrasi
tokoh idola. (2) bagaimana perubahan sikap dan perilaku siswa kelas IXB SMP Negeri 4 Selogiri terhadap
pembelajaran menulis cerpen, setelah mengikuti pembelajaran dengan teknik
latihan terbimbing berdasarkan ilustrasi tokoh idola. Tujuan penelitian ini
adalah (1) mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis cerpen siswa kelas IXB SMP Negeri 4 Selogiri setelah mengikuti pembelajaran dengan teknik
latihan terbimbing berdasarkan ilustrasi tokoh idola. (2) mendeskripsikan
pendapat siswa kelas IXB SMP Negeri 4 Selogiri terhadap
pembelajaran menulis cerpen, setelah mengikuti pembelajaran dengan teknik
latihan terbimbing berdasarkan ilustrasi tokoh idola.
Penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dengan menggunakan dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Tiap siklus terdiri
atas, (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Data
penelitian diambil melalui tes dan nontes. Data tes yaitu berupa penilaian
keterampilan menulis cerpen. Sedangkan alat pengambilan data nontes yang
digunakan berupa pedoman observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi foto. Selanjutnya data dianalisis secara
kuantitatif dan kualitatif.
Simpulan
dari penelitian ini yaitu peningkatan keterampilan menulis cerpen siswa kelas IXB
SMP Negeri 4 Selogiri setelah mengikuti pembelajaran dengan teknik
latihan terbimbing berdasarkan ilustrasi tokoh idola terlihat dari hasil tes
menulis cerpen siswa pada tahap prasiklus, siklus I, dan siklus II. Nilai
rata-rata siswa pada prasiklus mencapai 53 kemudian setelah dilakukan siklus I
meningkat menjadi 73 atau meningkat sebanyak 25,94% dari prasiklus. Setelah dilakukan siklus II meningkat
menjadi 78 atau meningkat sebanyak 7,58% dari siklus I dan meningkat sebanyak
49,22% dari prasiklus.
Kata kunci: Keterampilan menulis cerpen, teknik
latihan terbimbing, dan ilustrasi
tokoh idola.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Keterampilan menulis sebagai salah satu cara
berkomunikasi dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menyampaikan
maksud kepada orang lain atau pembaca dengan menggunakan bahasa tulis yang baik
dan benar sehingga apa yang ditulis dan disampaikan sesuai dengan apa yang
diinginkan penulis. Keterampilan menulis pada prinsipnya yaitu melihat adanya
hubungan antara keterampilan menulis dengan keterampilan membaca melalui
penulis dan pembaca. Bila penulis menuliskan sesuatu, maka orang lain atau
pembaca sedikit banyak akan telibat di dalamnya (Chusnul Ni'mah 2006:6).
Salah satu cara membuat kelas lebih hidup dan siswa lebih
aktif, yakni dengan mendorong siswa berlatih untuk menulis kreatif. Ini
dilakukan dengan memberikan tema-tema yang bersifat umum agar dapat
dikembangkan sendiri oleh para siswa, berdasarkan pengamatan dan pengalaman
mereka. Tema yang diberikan dapat diambil dari karya-karya sastra yang pernah
dibaca oleh siswa, atau dapat diambil dari berbagai karya sastra yang pernah
dikenalnya. Dalam kajian ini dipilih cerpen sebagai objek penelitian. Pemilihan
cerpen dalam penelitian karena ada beberapa alasan. Pertama, menulis cerpen
tidak memerlukan waktu yang lama disebabkan cerpen lebih pendek dibanding
dengan novel. Kedua, bahasa yang digunakan dalam cerpen merupakan bahasa yang sederhana,
lebih sederhana dibandingkan bahasa dalam puisi yang dengan bahasa yang singkat
mampu merangkum semua ide cerita dalam satu rangkaian tema.
B. Identifikasi Masalah
Beberapa faktor
yang mempengaruhi keterampilan menulis cerpen antara lain; Faktor dari guru
yaitu (1) guru kurang menguasai materi yang disampaikan, (2) guru enggan
mengevaluasi hasil tulisan siswa yang berupa cerpen, (3) guru dalam pembelajaran
menulis masih bersifat teoretis dan terkesan monoton sehingga peserta didik
merasa bosan. Faktor dari siswa yaitu (1) Siswa kurang tertarik terhadap materi
yang diberikan atau materi menulis, (2) siswa terkesan enggan diberi tugas
menulis, (3) siswa kesulitan dalam menentukan ide untuk tulisannya, dan (4)
siswa menganggap menulis sebagai keterampilan yang sulit dilakukan. Faktor
kurikulum yaitu : sering terjadinya perubahan kurikulum.
C. Rumusan Masalah
1) Bagaimana peningkatan keterampilan
menulis cerpen siswa kelas IXB SMP Negeri 4 Selogiri setelah mengikuti pembelajaran dengan teknik latihan
terbimbing berdasarkan ilustrasi tokoh idola?
2) Bagaimana perubahan sikap dan
perilaku siswa kelas IXB SMP Negeri 4 Selogiri terhadap
pembelajaran menulis cerpen, setelah mengikuti pembelajaran dengan teknik
latihan terbimbing berdasarkan ilustrasi tokoh idola?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan kedua rumusan masalah yang ada di atas, maka
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Mendeskripsikan peningkatan
keterampilan menulis cerpen siswa kelas IXB SMP Negeri 4 Selogiri setelah mengikuti
pembelajaran dengan teknik latihan terbimbing berdasarkan ilustrasi tokoh
idola.
2) Mendeskripsikan pendapat siswa kelas
IXB SMP Negeri 4 Selogiri terhadap
pembelajaran menulis cerpen, setelah mengikuti pembelajaran dengan teknik
latihan terbimbing berdasarkan ilustrasi tokoh idola.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat,
yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis.
1) Manfaat
teoretis
Manfaat teoretis setelah dilakukannya pembelajaran
menulis cerpen dengan teknik latihan terbimbing berdasarkan ilustrasi tokoh
idola adalah berupa ditemukannya pendekatan dan teknik pembelajaran yang dapat
meningkatkan pembelajaran tersebut.
2) Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu
manfaat bagi siswa, guru, dan peneliti yang lain.
Bagi siswa, dengan adanya penelitian siswa mendapat
suatu pengalaman baru yang bermakna dengan adanya pembelajaran menulis cerpen
dengan teknik latihan terbimbing berdasarkan ilustrasi tokoh idola.
Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan
pedoman dan pertimbangan dalam upaya meningkatkan keterampilan menulis cerpen
bagi siswa.
Bagi peneliti yang lain, hasil penelitian ini dapat
dijadikan sebagai pembanding dalam hal cara meningkatkan keterampilan menulis
cerpen.
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Landasan Teori
1. Hakekat Menulis
Astuti (2004) dengan judul Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi dengan Pendekatan
Kontekstual Komponen Pemodelan pada Siswa Kelas II PS 4 SMK Negeri 8 Semarang membahas masalah upaya peningkatan
keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas II PS 4 SMK Negeri 8 Semarang
Tahun ajaran 2003/2004. Dengan menghadirkan model dalam pembelajaran, ternyata
kemampuan siswa menulis karangan narasi mengalami peningkatan. Hal ini dapat
dilihat setelah membandingkan hasil tes pratindakan, hasil tes siklus 1, dan
hasil tes siklus 2. Hasil pratindakan siswa mencapai nilai rata-rata sebesar 60
masuk kategori kurang. Hasil tes siklus I mencapai nilai rata-rata sebesar 68
atau meningkat 8% dari pratindakan dalam kategori cukup. Pada siklus II hasil
tes mencapai nilai rata-rata sebesar 75 atau meningkat sebesar 7% dari siklus I
dan masuk dalam kategoi baik. Hasil penelitian nontes juga menunjukkan
perubahan perilaku siswa ke arah yang lebih positif.
2.
Menulis Kreatif Cerpen
Dasar penulisan kreatif atau creatif writing sama dengan menulis biasa,pada umumnya. Unsur kreativitas
mendapat tekanan dan pehatian besar karena dalam hal ini sangat penting
peranannya dalam pengembangan proses kreatif
seorang penulis/pengarang dalam karya-karyanya, kreativitas ini dalam
ide maupun akhirnya (Titik 2003:31). Untuk memulai menulis memang memerlukan
proses kreatif yaitu dimulai dengan adanya ide (kekayaan batin/intelektual)
sebagai bahan tulisan. Ide itu bisa diperoleh setiap saat, kapan mau menulis.
Sumber utamanya adalah bacaan, pergaulan, perjalanan (traveling), kontemplasi, monolog, konflik dengan diri sendiri (internal) maupun dengan di luar kita (external), pemberontakan (rasa tidak puas), dorongan mengabdi (berbagi ilmu),
kegembiraan, mencapai prestasi, tuntutan profesi dan sebagainya.
Trianto (dalam Kholifah 2006:19) menyebutkan bahwa
tulisan yang bersifat kreatif merupakan tulisan yang bersifat apresiatif dan
ekspresif. Apresiatif
maksudnya melalui
kegiatan menulis kreatif orang dapat mengenali, menyenangi, menikmati, dan
mungkin menciptakan kembali secara kritis berbagai hal yang dijumpai dalam
teks-teks kreatif karya orang lain dengan caranya sendiri dan memanfaatkan
berbagai hal tersebut ke dalam kehidupan nyata. Ekspresif dalam arti bahwa kita
dimungkinkan mengekspresikan atau mengungkapkan berbagai pengalaman/berbagai
hal yang menggejala dalam diri kita untuk dikomunikasikan kepada orang lain
melalui tulisan kreatif sebagai sesuatu yang bermakna. Salah satu teks bersifat
kreatif adalah teks cerpen.
3.
Cerita Pendek
a.
Pengertian Cerita Pendek
Pengertian cerpen diungkapkan oleh sastrawan kenamaan
dari Amerika yang bernama Edgar Alan Poe (dalam Nurgiantoro 2005:10). Dia
mengatakan bahwa cerita pendek (cerpen) adalah sebuah cerita yang dibaca dalam
sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam.
b.
Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek
Menurut Rahmanto (dalam Fariqoh 2002:11) cerpen tersusun
atas unsurunsur cerita yang saling berkaitan erat antara satu dengan yang
lainnya. Keterkaitan unsur-unsur pembangun cerita tersebut membentuk totalitas
yang bersifat abstrak.
4.
Teknik Latihan Terbimbing
Pada dasarnya teknik yang digunakan dalam suatu
pembelajaran mengacu pada cara-cara atau alat-alat yang digunakan seorang guru
dalam kelas sebagai taktik untuk mencapai tujuan langsung dalam pelaksanaan
pengajaran di kelas pada waktu itu. Teknik latihan terbimbing pada penelitian
ini adalah suatu cara untuk memperoleh ketangkasan melalui suatu proses
pemberian bantuan yang terus menerus secara sistematis kepada individu dalam
memecahkan masalah yang dihadapinya agar tercapai keterampilan untuk dapat
memahami dirinya, keterampilan untuk menerima dirinya, keterampilan untuk
mengarahkan dirinya, dan keterampilan untuk merealisasikan dirinya.
5.
Ilustrasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesi ilustrasi diartikan sebagai penjelasan
tambahan berupa contoh, bandingan, dsb untuk lebih memperjelas paparan (tulisan
dsb).
6.
Tokoh Idola
Tokoh idola merupakan seseorang yang sangat dikagumi oleh
penggemarnya. Kekaguman itu dapat ditimbulkan oleh beberpa hal antara lain kekagumannya
terhadap kepandaian atau kecerdasan yang dimiliki, kebaikannya, prestasi-prestasi
yang dimiliki, hasil karya yang diciptakan dan sebagainya. Tokoh idola adalah
bagian penting dari identitas yang paling sejati dari seseorang.
Teknik menulis cerpen dengan latihan terbimbing
berdasarkan ilustrasi tokoh idola dalam penelitian ini diartikan sebagai
menulis cerpen berdasarkan kisah nyata yang berupa pengalaman orang lain, dalam
hal ini dapat diambil dari kisah nyata tokoh idolanya yang paling menarik untuk
dijadikan ide untuk dikembangkan menjadi sebuah cerpen dengan bimbingan dari
seorang guru.
B. Kerangka Berpikir
Keterampilan menulis cerpen bukanlah suatu pekerjaan yang
mudah untuk dilakukan. Pada umumnya siswa mengalami kesulitan untuk menentukan
ide atau gagasan untuk dituangkan ke dalam sebuah cerpen. Oleh karena itu, agar kesulitan
tersebut dapat
diatasi perlu diterapkan teknik pembelajaran yang tepat serta menarik perhatian
siswa. Salah satu teknik
yang digunakan adalah teknik latihan terbimbing berdasarkan ilustrasi tokoh
idola. Teknik latihan terbimbing berdasarkan ilustrasi tokoh idola di dalam
menulis cerpen diharapkan dapat memberikan kemudahan untuk membantu siswa dalam
menentukan ide atau gagasan dalam menulis cerpen. Dengan adanya permasalahan
tersebut peneliti melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilakukan
melalui dua siklus yang terdiri atas empat tahap yaitu: perencanaan, tindakan,
observasi, dan refleksi.
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan masalah yang terdapat pada kelas IXB SMP
Negeri 4 Selogiri, penelitian mengenai pembelajaran
menulis cerpen dilaksanakan oleh peneliti maka hipotesis dalam penelitian
tindakan kelas ini dengan teknik latihan terbimbing berdasarkan
ilustrasi tokoh idola akan meningkatkan
keterampilan siswa kelas IXB SMP Negeri 4 Selogiri dalam menulis cerpen.
METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IXB yang
berjumlah 42 siswa, sedang obyeknya adalah Kemampuan Menulis Cerpen Siswa Kelas
IXB SMP Negeri 4 Selogiri. Kelas ini merupakan salah satu kelas
dari tujuh kelas di tingkat kelas IX. Penulis mengambil subjek penelitian kelas
IXB dengan alasan bahwa kemampuan menulis cerpen siswa masih kurang jika
dibandingkan dengan kelas yang lain, peneliti adalah guru bahasa indonesia di
kelas ini.
B. Variabel Penelitian
1. Keterampilan menulis cerpen kelas IXB,
yaitu kemampuan siswa dalam menulis (membuat) unsur-unsur pembangun cerpen.
2. Penggunaan teknik latihan terbimbing
berdasarkan ilustrasi tokoh idola dalam pembelajaran menulis cerpen, yaitu
menulis cerpen berdasarkan kisah nyata yang berupa pengalaman orang lain, dalam
hal ini dapat diambil dari kisah nyata tokoh idolanya yang paling menarik untuk
dijadikan ide atau gagasan untuk dikembangkan menjadi sebuah cerpen dengan
bimbingan dari seorang guru.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini menggunakan bentuk dan uji
instrumen berupa tes dan non tes. Bentuk
nontes antara lain observasi, jurnal,pedoman wawancara, dokumentasi foto.
D. Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan prosedur
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan dua siklus yaitu siklus I
dan siklus II. Siklus I terdiri atas, (1) perencanaan, (2) tindakan, (3)
observasi, dan (4) refleksi.
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data-data tersebut diperoleh melalui
langkah-langkah berikut:
1. Variabel keterampilan menulis cerpen
diperoleh dari tes siswa selama mengikuti pembelajaran.
2. Variabel penggunaan teknik latihan
terbimbing berdasarkan ilustrasi tokoh idola diperoleh dari observasi,
wawancara, jurnal, dan dokumentasi foto.
F. Teknik Analisis Data
Teknik yang digunakan untuk menganalisis data penelitian
ini adalah teknik kuantitatif dan teknik kualitatif.
Tes kuantitatif dipakai untuk menganalisis hasil tes
subjektif siswa yang dilakukan pada setiap siklus. Nilai masing-masing siswa
pada setiap akhir siklus dijumlahkan, kemudian jumlah tersebut dihitung dalam
presentase dengan menggunkan rumus:

keterangan:
NP= Nilai dalam presentase
NK= Nilai kumulatif
R = Jumlah responden
2. Teknik
Kualitatif
Teknik kualitatif dipakai untuk menganalisis data-data
nontes, yaitu data observasi, data hasil wawancara, jurnal, dan dokumentasi
foto.
G. Indikator Keberhasilan
Peneliti menetapkan indikator untuk mengetahui
tingkat keberhasilan siswa dalam pemahaman
menulis cerpen dengan kategori
Sangat baik (> 85 ), Baik (76 – 85), Cukup ( 65- 75 ), kurang
(< 65 ).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian
1.
Hasil Prasiklus
Tabel 1 Hasil Tes Keterampilan Menulis Cerpen
Prasiklus
No
|
Kategori
|
Rentang Skor
|
Frekuensi
|
Bobot Skor
|
Presentase (%)
|
Rata-rata nilai
|
1.
2.
3.
4.
|
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
|
> 85
76 – 85
65 – 75
< 65
|
0
0
6
36
|
0
0
398
1810
|
0
0
14,29
85,71
|
2208
42
= 52,57
( Kurang )
|
|
Jumlah
|
|
42
|
2208
|
100
|
|
Data pada tabel 1 menunjukkan bahwa tidak ada siswa yang
mencapai nilai >85 dalam kategori sangat baik dan tidak ada juga siswa yang
mencapai skor 76 – 85 dalam kategori baik. Siswa yang mendapat nilai 65 – 75
dengan kategori cukup sebanyak 6 siswa atau 14,29% dan siswa yang mendapat
nilai <65 dengan kategori kurang sebanyak 36 siswa atau 85,71%. Perolehan
nilai menulis cerpen pada tahap prasiklus masih dalam kategori kurang dengan
rata-rata nilai hanya mencapai 52,57.
2.
Hasil Penelitian Siklus I
a.
Hasil Tes
Data hasil tes ini merupakan data penentu keterampilan
menulis cerpen siswa dan peningkatan keterampilan menulis cerpen siswa. Dari
hasil tes ini dapat
diketahui tingkat
keterampilan menulis cerpen siswa. Hasil tes siklus I dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 2 Perolehan Nilai Menulis Cerpen Siklus I
No
|
Kategori
|
Rentang Skor
|
Frekuensi
|
Bobot Skor
|
Presentase (%)
|
Rata-rata nilai
|
1.
2.
3.
4.
|
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
|
> 85
76 – 85
65 – 75
< 65
|
0
18
24
0
|
0
1412
1651
0
|
0
42,86
75,14
0
|
3063
42
= 72,92
( Cukup )
|
|
Jumlah
|
|
42
|
3063
|
100
|
|
Data pada tabel 2 menunjukkan bahwa tidak ada siswa yang
mendapat nilai dengan kategori sangat baik dan kurang. Siswa
yang mendapat nilai 76 – 85 dengan kategori baik sebanyak 18 siswa atau 42,86%
dan siswa yang mendapat nilai 65 – 75 dengan kategori cukup sebanyak 24 siswa
atau 57,14%. Perolehan nilai menulis cerpen pada siklus I masih dalam kategori
cukup dengan rata-rata nilai mencapai 72,92.
b.
Hasil Nontes
Hasil penelitian nontes diperoleh dari hasil
observasi, wawancara, jurnal, dan dokumentasi foto.
1).
Hasil Observasi
Aspek yang menjadi sasaran dalam kegiatan observasi
adalah 1) antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran, 2) perhatian siswa
terhadap penjelasan yang diberikan guru, 3) keseriusan siswa dalam kegiatan
pembelajaran, 4) keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran, 5) respon atau
sikap siswa selama mengikuti pembelajaran, dan 6) komentar yang diberikan siswa
selama pembelajaran menulis cerpen berlangsung.
2).
Hasil Jurnal
Berdasarkan hasil jurnal, sebagian besar siswa menyatakan
bahwa mereka merasa kesulitan dalam menerima penjelasan yang diberikan oleh guru, penyebab dari kesulitan
mereka dalam menulis cerpen yaitu 1) kurangnya pengetahuan tentang cara-cara
menulis cerpen dan belum dapat mengembangkan ide pikiran yang ada, 2) sulit
untuk menentukan dan mengembangkan ide ke dalam bentuk cerpen, 3) kesulitan
untuk mengawali cerita dalam sebuah cerpen, 4) memilih dan menggunakan bahasa
yang baik dan tepat, 5) sulit berkonsentrasi saat menulis cerpen yang
disebabkan suasana kelas yang ramai, dan lain-lain.
3).
Hasil Wawancara
Wawancara dilakukan setiap akhir siklus di luar jam
pelajaran. Wawancara tidak dilakukan pada semua siswa, tetapi dilakukan kepada siswa yang terlihat menonjol
dalam peningkatan hasil menulis cerpen bagi siswa yang mendapat nilai
tertinggi, penurunan hasil menulis cerpen bagi siswa yang mendapat nilai
terendah, bersikap positif dalam kegiatan pembelajaran, dan bersikap negatif
dalam kegiatan pembelajaran.
4).
Dokumentasi Foto
Dokumentasi foto merupakan data yang cukup penting
sebagai bukti terjadinya suatu peristiwa. Dalam penelitian ini, penulis memandang perlu juga menggunakan
dokumentasi foto sebagai salah satu data instrumen nontes.Contoh dokumen yang
disajikan berupa kegiatan awal
pembelajaran, kegiatan siswa memperhatikan contoh cerpen dan guru memberi
penjelasan pada siswa.



3.
Hasil Penelitian Siklus II
a.
Hasil Tes
Tabel 3 Perolehan Nilai Menulis Cerpen
Siklus II
No
|
Kategori
|
Rentang Skor
|
Frekuensi
|
Bobot Skor
|
Presentase (%)
|
Rata-rata nilai
|
1.
2.
3.
4.
|
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
|
> 85
76 – 85
65 – 75
< 65
|
4
30
8
0
|
347
579
2369
0
|
9,52
71,43
19,05
0
|
3295
42
= 78,45
( Baik )
|
|
Jumlah
|
|
42
|
3295
|
100
|
|
Data pada tabel 3 menunjukkan bahwa siswa yang mendapat
nilai >85 dengan kategori sangat baik ada 4 siswa atau 9,52%. Siswa yang
mendapat nilai 76 – 85 dengan kategori baik sebanyak 30 siswa atau 71,43% dan
siswa yang mendapat nilai 65 – 75 dengan kategori cukup ada 8 siswa atau 19,05%.
Perolehan nilai menulis cerpen pada siklus II sudah mencapai kategori baik
yaitu dapat mencapai rata-rata 78,45.
b.
Hasil Nontes
Hasil penelitian nontes pada siklus
II diperoleh dari data observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi foto.Secara
umum tindakan yang dilakukan pada
pelaksanaan non tes sama denngan pada siklus I, akan tetapi pada siklus II ini
merupakan kelanjutan dari siklus I
karena pada siklus I belum dapat mencapai indikator yang ditentukan.
B. Pembahasan
1.
Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen
Siswa Kelas IXB SMP
Negeri 4 Selogiri
Persoalan
peningkatan keterampilan menulis cerpen dapat dijawab dengan deskripsi data
secara kuantitatif untuk mengetahui peningkatan rata-rata keterampilan siswa
menulis cerpen dari tahap prasiklus, siklus I, dan siklus II.
Lebih rinci peningkatan keterampilan menulis cerpen
setelah mendapatkan pembelajaran dengan teknik latihan terbimbing berdasarkan
ilustrasi tokoh idola untuk tiap aspek penilaian disajikan pada tabel berikut.
Tabel 4 Peningkatan
Keterampilan Menulis Cerpen
Aspek
|
Nilai rata-rata
kelas
|
Peningkatan
|
|||||||
PS
|
S I
|
S II
|
PS-SI
|
%
|
SI-SII
|
%
|
PS-SII
|
%
|
|
1
|
10,21=51
|
13,76=69
|
14,40=72
|
3,55
|
34,77
|
0,64
|
4,65
|
4,19
|
41,04
|
2
|
10,14=51
|
15,07=75
|
16,54=83
|
4,93
|
48,61
|
1,47
|
9,75
|
6,4
|
63,12
|
3
|
10,10=53
|
12,67=63
|
13,52=68
|
2,57
|
25,44
|
0,85
|
6,70
|
3,42
|
33,86
|
4
|
7,99=53
|
11,17=74
|
13,00=87
|
3,18
|
39,80
|
1,83
|
16,80
|
5,01
|
62,70
|
5
|
7,71=51
|
11,14=74
|
11,85=79
|
3,43
|
44,49
|
0,71
|
6,37
|
4,14
|
53,69
|
6
|
6,42=64
|
9,11=91
|
9,14=91
|
2,69
|
41,90
|
0,03
|
0,33
|
2,72
|
42,37
|
Rata-2
|
53
|
73
|
78
|
20,35
|
25,94
|
7,58
|
7,58
|
25,88
|
49,22
|
Keterangan:
1. penggunaan alur atau plot
2. penggambaran tokoh dan penokohan
3. pendeskripsian latar
4. penggunaan gaya bahasa
5. penggunaan sudut pandang
6. kesesuaian tema dengan ceritanya
Data pada tabel 4 di atas merupakan rekapitulasi hasil
tes keterampilan menulis cerpen prasiklus, siklus I, dan siklus II. Uraian
tabel di atas dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut. Hasil prasiklus
nilai rata-rata kelas mencapai 53 termasuk kategori kurang. Nilai rata-rata
tersebut berasal dari jumlah rata-rata masing-masing aspek yang dinilai. Pada
prasiklus, aspek penggunaan alur mencapai nilai rata-rata sebesar 51 masuk
kategori kurang. Aspek penggambaran tokoh dan penokohan sebesar 51 masuk kategori
kurang. Aspek pendeskripsian latar sebesar 51 masuk kategori kurang. Aspek
penggunaan gaya bahasa sebesar 53 masuk kategori kurang. Aspek penggunaan sudut
pandang sebesar 51 masuk kategori kurang. Aspek tema cerita sebesar 64 masuk
kategori kurang. Katerampilan siswa dalam menulis cerpen yang masih tergolong
rendah disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri siswa sendiri
yaitu minat siswa
terhadap
pembelajaran menulis cerpen. faktor eksternal berasal dari penggunaan teknik
yang kurang tepat dan kurang menarik perhatian siswa. Hasil tes menulis cerpen pada siklus I mencapai
rata-rata 73 termasuk kategori cukup. Dengan demikian, hasil tersebut belum
memenuhi rata-rata nilai yang diharapkan. Nilai rata-rata tersebut
diakumulasikan dari beberapa aspek penilaian. Pada siklus I, aspek penggunaan
alur sebesar 69 masuk kategori cukup dan mengalami peningkatan sebesar 3,55
atau 34,77% dari nilai rata-rata prasiklus. Aspek penggambaran tokoh dan
penokohan sebesar 75 masuk kategori cukup dan mengalami peningkatan sebesar
4,93 atau 48,61% dari nilai rata-rata prasiklus . Aspek pendeskripsian latar
sebesar 63 masuk kategori kurang dan mengalami peningkatan sebesar 2,57 atau 25,44%
dari nilai rata-rata prasiklus. Aspek penggunaan gaya bahasa sebesar 74 masuk
kategori cukup dan mengalami peningkatan sebesar 3,18 atau 39,80% dari nilai
rata-rata prasiklus. Aspek penggunaan sudut pandang sebesar 74 masuk kategori
cukup dan mengalami peningkatan sebesar 3,43 atau 44,49% dari nilai rata-rata
prasiklus. Aspek tema cerita sebesar 91 masuk kategori sangat baik dan
mengalami peningkatan sebesar 2,69 atau 41,90% dari nilai rata-rata prasiklus.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis cerpen siswa
mengalami peningkatan sebesar 20,35 atau 29,94% dari nilai rata-rata prasiklus.
Hasil tes menulis cerpen pada siklus II diperoleh rata-rata nilai siswa sebesar
78 dalam kategori baik. Pencapaian nilai tersebut telah mencapai rata-rata yang
telah ditentukan. Nilai masing-masing aspek diuraikan sebagai berikut.
Aspek penggunaan alur sebesar 72 masuk kategori cukup
dan mengalami peningkatan sebesar 0,64 atau 4,65% dari nilai rata-rata siklus I
atau meningkat sebesar 4,19 atau 41,14% dari nilai rata-rata prasiklus. Aspek
penggambaran tokoh dan penokohan sebesar 83 masuk kategori baik dan mengalami
peningkatan sebesar 1,47 atau 9,75% dari nilai rata-rata siklus I atau
meningkat sebesar 6,4 atau 63,12% dari nilai rata-rata prasiklus. Aspek
pendeskripsian latar sebesar 68 masuk kategori cukup dan mengalami peningkatan
sebesar 0,85 atau 6,70% dari nilai rata-rata siklus I atau meningkat sebesar
3,42 atau 33,86% dari nilai rata-rata prasiklus. Aspek penggunaan gaya bahasa
sebesar 87 masuk kategori sangat baik dan mengalami peningkatan sebesar 1,83
atau 16,38% dari nilai rata-rata siklus I atau meningkat sebesar 5,01 atau
62,70% dari nilai rata-rata prasiklus.
Aspek penggunaan sudut pandang sebesar 79 masuk
kategori baik dan mengalami peningkatan sebesar 0,71 atau 6,37% dari nilai
rata-rata siklus I atau meningkat sebesar 4,14 atau 53,69% dari nilai rata-rata
prasiklus. Aspek tema cerita sebesar 91 masuk kategori sangat baik dan
mengalami peningkatan sebesar 0,03 atau 0,33% dari nilai rata-rata siklus I
atau meningkat sebesar 2,72 atau 42,37% dari nilai rata-rata prasiklus. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis cerpen siswa mengalami
peningkatan sebesar 5,53 atau 7,58% dari nilai rata-rata siklus I atau
meningkat sebesar 25,88 atau 49,22% dari nilai rata-rata prasiklus. Dari uraian
tersebut, dapat diketahui peningkatan aspek terbesar dari prasiklus ke siklus I
yaitu penggambaran tokoh dan penokohan sebesar 48,61%, sedangkan aspek terkecil
pada pendeskripsian latar yaitu sebesar 25,44%. Pada prasiklus siswa lebih
mudah menggambarkan watak tokoh daripada
mendeskripsikan
latar yang sesuai dengan situasi yang digambarkan.
Peningkatan aspek terbesar dari siklus I ke siklus II
yaitu penggunaan gaya
bahasa sebesar
16,38%, sedangkan aspek terkecil pada tema cerita yaitu sebesar 0,03%. Siswa
merasa lebih mudah menggunakan gaya bahasa yang tepat untuk ungkapan yang dapat
mewakili sesuatu yang diungkapkan daripada memilih tema yang sesuai dengan
kejadian sehari-hari yang biasa terjadi dalam kehidupan masyarakat.
Peningkatan aspek terbesar dari prasiklus ke siklus II
dicapai oleh penggambaran tokoh dan penokohan yaitu sebesar 63,12%, sedangkan
aspek terkecil pada pendeskripsian latar yaitu sebesar 33,86%. Pada siklus II
siswa lebih mudah menggambarkan watak tokoh yang dapat menghidupkan sebuah cerita
daripada mendeskripsikan latar yang sesuai dengan situasi yang digambarkan pada
sebuah cerita. Peningkatan
keterampilan menulis cerpen ini merupakan prestasi siswa yang memuaskan.
Sebelum diberlakukannya tindakan siklus I dan siklus II ini, keterampilan siswa
masih kurang dan belum memuaskan. Setelah diadakan pembelajaran dengan teknik
latihan terbimbing berdasarkan ilustrasi tokoh idola keterampilan menulis
cerpen siswa meningkat. Hasil keterampilan menulis cerpen dari tiap-tiap siklus
dapat dilihat pada diagram batang berikut.

Gambar 1 Diagram Batang Hasil Keterampilan Menulis
Cerpen
Prasiklus, Siklus I, dan
Siklus II
Keterangan: PS = Prasiklus, S I = Siklus I, dan S II =
Siklus II
2.
Perubahan Perilaku Siswa Kelas IXB SMP Negeri 4 Selogiri
Dari hasil nontes yaitu melalui
observasi pada siklus I kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan
teknik latihan terbimbing berdasarkan ilustrasi tokoh idola belum terlihat dan
sikap siswa dalam menerima materi yang diberikan guru juga belum terfokus. Hal
ini dibuktikan dengan masih banyaknya siswa yang mengobrol sendiri dengan teman
sebangkunya atau teman lain, adanya siswa yang suka melamun saat guru sedang menjelaskan
materi, masih ada siswa yang kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran, dan
lain-lain.
Pada siklus II Sudah ada perubahan perilaku siswa. Kesiapan
untuk mengikuti pembelajaran sudah mulai terlihat pada saat guru menjelaskan
manfaat yang dapat siswa peroleh pada pembelajaran menulis cerpen, siswa sangat
bersemangat dan berantusias saat pembelajaran berlangsung, siswa dapat
berkonsentrasi.Perubahan yang terlihat
semakin positif sikap siswa dari siklus I ke siklus II kriteria yang diukur antara lain:
1. Antusias siswa dalam kegiatan pembelajaran
2. Perhatian siswa terhadap penjelasan yang diberikan
guru
3. Keseriusan siswa dalam kegiatan pembelajaran
4. Keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran
5. Respon atau sikap siswa selama mengikuti pembelajaran
6. Komentar yang diberikan siswa selama pembelajaran
menulis cerpen
Berlangsung.
PENUTUP
A.
Simpulan
Berdasarkan hasil analisi dan pembahasan data penelitian
ini, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis cerpen dengan teknik latihan terbimbing
berdasarkan ilustrasi tokoh idola ternyata sangat efektif dalam meningkatkan
keterampilan menulis cerpen pada siswa kelas IXB SMP Negeri 4 Selogiri. Peningkatan keterampilan menulis cerpen siswa kelas IXB SMP Negeri 4 Selogiri setelah mengikuti
pembelajaran dengan teknik latihan terbimbing berdasarkan ilustrasi tokoh idola
terlihat dari hasil tes menulis cerpen siswa pada tahap prasiklus, siklus I,
dan siklus II. Nilai rata-rata siswa pada prasiklus mencapai 53 (pembulatan ke
atas dari 52,57) kemudian setelah dilakukan siklus I meningkat menjadi 73
(pembulatan ke atas dari 72,92) atau meningkat sebanyak 25,94% dari prasiklus.
Setelah dilakukan siklus II meningkat menjadi 78 (pembulatan ke bawah dari
78,45) atau meningkat sebanyak 7,58% dari siklus I dan meningkat sebanyak
49,22% dari prasiklus.
B.
Saran
Berdasarkan simpulan hasil penelitian di atas, penulis
menyampaikan saran sebagai berikut.
1. Seharusnya para Guru Bahasa Indonesia dalam membelajarkan menulis cerpen
menggunakan teknik atau metode yang sesuai agar siswa menjadi lebih tertarik
dalam mengikuti pembelajaran menulis cerpen sehingga dapat tujuan pengajaran bahawsa
indonesia dapat tercapai. Penggunaan teknik latihan terbimbing berdasarkan
ilustrasi tokoh idola merupakan alternatif yang dapat mewujudkan pembelajaran
tersebut.
2. Hendaknya siswa dapat mengambil
pengalaman tokoh idola yang paling menarik dan mempunyai nilai positif untuk
dikembangkan ke dalam bentuk cerpen karena banyak manfaat yang dapat diperoleh
dari cerpen, misalnya sebagai bekal kehidupan sekarang ataupun kehidupan yang
akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Ariadinata,
Joni. 2006. Aku Bisa Nulis Cerpen. Jakarta: Gema Insani.
Arikunto, Suharsini. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.
Diponegoro, Mohammad. 1994. Yuk, Nulis Cerpen Yuk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Endraswara, Suwardi. 2003. Membaca, Menulis, Mengajarkan Sastra. Yogyakarta: Kota Kembang.
Jabrohim dkk.
2003. Cara Menulis
Kreatif. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Kholifah, Ummi. Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi
Berbasis Pengalaman
Pribadi melalui Pendekatan Kontekstual Komponen
Pemodelan
pada Siswa Kelas VIIIA SMP Negeri 11 Semarang. SKRIPSI UNNES
Madya, Suwarsih. 1994.
Panduan Penelitian
Tindakan. Yogyakarta:
Lembaga
Penelitian IKIP Yogyakarta.
Maulana, Samsul.
2005. Peningkatan
Keterampilan Menulis Iklan dengan
Menggunakan Metode Latihan Terbimbing pada Siswa
kelas 2B SMP Cinde Semarang Tahun Ajaran 2004/2005. SKRIPSI UNNES.
Pranoto, Naning. 2006. Proses Kreatif dan Mengolah Kata.
http://rayakultura.net/wmview.php?ArtID=100. (8 Maret 2007).
Setyaningsih, Nas
Haryati. 2003. Apresiasi
Prosa. Diktat Kuliah.
Suharianto, S.,
1982. Dasar-dasar Teori
Sastra. Surakarta: Widya
Duta.
Sujanto, J. Ch.,
1988. Keterampilan
Berbahasa Membaca - Menulis - Berbicara
Untuk Mata Kuliah Dasar Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.
Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. 1986. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
Tim Penyusun.
2002. Kamus Besar Bahasa
Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka.
Titik, dkk. 2003. Teknik Menulis Cerita Anak. Yogyakarta: PUSBUK.
Wiyanto, Asul.
2005. Kesastraan Sekolah
Penunjang Pembelajaran Bahasa
Indonesia SMP dan SMA. Jakarta: Grasindo.
DATA
DIRI PENULIS
NAMA : SUKAMTI, SPd,M.Pd
NIP :
19600504 198102 2 002
PEKERJAAN : GURU BAHASA INDONESIA
UNIT KERJA : SMP NEGERI 4 SELOGIRI
KABUPATEN WONOGIRI
0 Komentar