Terbaru

6/recent/ticker-posts

Asal Mula Minangkabau

Pada jaman dahulu di daerah Pariangan, Sumatra Barat terdapat sebuah kerajaan besar yang kaya akan hasil emas dan rempah-rempahnya. Begitu melimpah emas di kerajaan itu hingga banyaknya seperti batu-batu yang berserakan. Kemakmuran dan kekayaan kerajaan di Pariangan ini akhirnya tercium juga oleh raja dari Jawa. Raja dari tanah Jawa itu segera mengirimkan armada angkatan lautnya yang kuat untuk menguasai kerajaaan penghasil emas di tanah Sumatra itu.
Ketiga orang Datuk, yaitu Datuk Katumanggungan, Datuk Parpatih dan Catri Bilang Pandai yang menjadi pemimpin kerajaan Pariangan itu segera berunding untuk menghadapi ancaman kerajaan dari Jawa itu.
“Apa yang harus kita perbuat? Angkatan perang dari tanah Jawa itu sangat kuat,” keluh Datuk Katumanggungan dan Datuk Parpatih dengan wajah cemas.
Mendengar keluhan Datuk Katumanggungan dan Datuk Parpatih itu, Catri Bilang Pandai yang menjadi penasehat kerajaan segera berfikir keras untuk mencari jalan keluarnya.
“Kita melawannya dengan kecerdikan,” jawab Catri Bilang Pandai dengan yakin.
“Apa maksudmu melawan dengan kecerdikan, Catri ?” bertanya kedua orang datuk itu kurang mengerti.
Catri Bilang Pandai pun segera mengutarakan rencananya kapada Datuk Katumanggungan dan Datuk Parpatih. Meskipun kedua orang itu kurang begitu yakin akan rencana Catri Bilang Pandai, tetapi mereka juga tidak mempunyai cara yang lain. Maka kedua orang datuk itu menyerahkan sepenuhnya kepada Penasehat Kerajaan yang selama ini  tidak  pernah gagal dalam setiap rencananya.
Catri Bilang Pandai dengan berani mendatangi panglima perang kerajaan Jawa yang sedang bersiap untuk mengadakan penyerangan.
“Panglima, saya datang mewakili kerajaan yang hendak panglima serang, dan kami tidak akan melawan,” berkata Catri setelah mengenalkan siapa dirinya.
“Namun ketahuilah Panglima, dalam adat kami seorang raja yang berhasil mengalahkan musuhnya melalui adu kekuatan atau perang, bukanlah seorang raja yang besar,” lanjut Catri lagi.
“Apa sebenarnya maksudmu Catri, aku tidak mengerti,” kata Panglima itu tidak sabar.
“Panglima, dalam adat kami yang pantas adu kekuatan dan berkelahi itu hanya binatang. Nah, kenapa tidak hewan milik kita saja yang kita adu?” kata Catri mulai menjalankan siasatnya.
“Adu hewan? Lalu bagaimana dengan masalah perang ini, Catri?”
“Panglima tidak perlu berperang dengan kami, asal hewan milik panglima menang, maka kerajaan kami akan tunduk kepada kerajaan Jawa,” berkata Catri lagi.
Panglima kerajaan dari Jawa itu akhirnya setuju usulan Catri, apalagi dia meniliki hewan tunggangan yang bisa dijadikan pula sebagai hewan aduan yaitu kerbau seperti yang diusulkan Catri.
Akhirnya pada hari yang telah disepakati, dibukalah gelanggang aduan di sebuah tanah lapang yang luas. Acara adu kerbau itu juga dimeriahkan dengan aneka macam hiburan dan bahkan para prajurit dari tanah Jawa itu dijamu dengan makan dan minum sampai puas.
Pada acara puncak, panglima perang dari kerajaan Jawa itu segera melepaskan kerbau tunggangannya ke tengah gelanggang. Rakyat kerajaan Pariangan menjadi gempar dan menggigil ketakutan ketika kerbau tunggangan panglima dari Jawa itu dilepaskan. Kerbau milik panglima itu sangat besar, ganas, dan menyeramkan. Kerbau itu lebih mirip banteng hutan yang liar. Dengan beringas kerbau itu berputar-putar di gelanggang mencari lawannya.
Namun setelah sekian lama tidak mendapatkan musuhnya, kerbau besar itu justru merumput dengan tenangnya. Dan pada saat itulah Catri Bilang Pandai memerintahkan untuk melepaskan kerbau yang menjadi lawan kerbau dari tanah Jawa itu. Anehnya kerbau andalan dari Priangan itu hanyalah seekor anak kerbau. Bahkan anak kerbau itu tampak sangat kelaparan karena sudah beberapa hari tidak menyusu induknya. Akan tetapi  yang tidak diketahui oleh panglima dan pasukannya dari Jawa itu, di ujung hidung anak kerbau itu telah diikatkan taji yang sudah diasah tajam sekali.
Melihat ada kerbau besar di tengah gelanggang, anak kerbau itu langsung menyeruduk ke perutnya. Ia mengira kerbau besar itu adalah ibunya. Dengan bernafsu kerbau kecil itu terus menyeruduk kesana-kemaridi bawah perut kerbau besar untuk menyusu. Akibatnya pun fatal, perut kerbau besar itu menjadi penuh luka terkena tusukan taji. Kerbau besar itu pun lari tunggang langgang tak tahan menanggung kesakitan di  perutnya.
Namun ketika memasuki sebuah kampung, kerbau besar itupun ambruk karena semua isi perutnya terburai keluar semua. Menurut bahasa penduduk isi perut kerbau itu tersimpurut, maka sejak saat itu kampung itu dinamakan Simpurut. Sedangkan gelanggang tempat untuk mengadu kerbau itu kemudian dinamakan Minangkabau. Nama Minangkabau itu kemudian justru dipakai oleh ketiga datuk untuk memperingati hari kemenangan itu.
Sedangkan panglima perang dan pasukan dari Jawa yang kalah dalam taruhan itu oleh ketiga datuk tidak dipandang sebagai kerajaan yang kalah, mereka tetap dihormati dan bahkan salah seorang putra kerajaan dari Jawa itu kemudian dijadikan menantu oleh salah seorang datuk itu.

Posting Komentar

0 Komentar