Terbaru

6/recent/ticker-posts

PTK SMA: PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SAINTIFIK MELALUI KEGIATAN IN HOUSE TRAINING BAGI GURU-GURU KELAS X

ABSTRAK
Permasalahan penelitian tindakan sekolah (PTS) ini adalah pembelajaran Saintifik di SMA Kota Surakarta masih rendah. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kualitas pembelajaran saintifik guru-guru kelas X melalui In House Training (IHT) peer teaching dan mengamati video pembelajaran. Subjek penelitian ini adalah guru-guru kelas X di SMA Kota Surakarta sejumlah 19 guru dari SMA Negeri dan SMA Swasta. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Maret 2014 ( 3 bulan) dengan tujuan meningkatkan kualitas pembelajaran saintifik dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013. Kegiatan penelitian ini meliputi (1) tahap persiapan proposal (2) membuat instrumen (3) pelaksanaan siklus I dan II (4) Menganlisa data (5) pembahasan (6) membuat laporan.Penelitian tindakan sekolah (PTS) termasuk jenis kuantitatif menggunakan Analisis Diskrptif Komparatif dengan membandingkan hasil kondisi awal dengan hasil siklus I kegiatan In House Training (Peer Teaching) dan hasil siklus II In House Training (mengamati tayangan video pembelajaran). Kondisi awal kemampuan pelaksanaan pembelajaran saintifik  rata-rata 77,11 (C). Setelah kegiatan In House Training peer teaching pada siklus I hasilnya meningkat rata-rata 82,26 (B) namun masih ada 5 guru yang mendapatkan C, maka perlu dilaksanakan tindakan siklus II yaitu kegiatan In House Training mengamati tayangan video pembelajaran. Hasil pembelajaran saintifik pada siklus II ini lebih meningkat lagi rata-rata 89,84 (B) dan sudah tidak ada guru yang mendapat nilai C sehingga tidak perlu diadakan siklus III. Berdasarkan hasil anlisis di atas dapat disimpulkan bahwa In House Training dapat meningkatkan kualitas pembelajaran saintifik  guru-guru kelas X SMA Kota Surakarta semester 2 tahun pelajaran 2013/2014.

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG MASALAH
Pada tahun pelajaran 2013/2014 mulai dilaksanakan piloting kurikulum 2013 untuk kelas X ( sepuluh ) di seluruh Indonesia. Untuk  Kota Surakarta ada 6 SMA yang digunakan untuk sekolah piloting. Hasil  dari sosialisasi guru kelas X ,  guru Mata Pelajaran Sejarah, Matematika dan Bahasa Indonesia, Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah pada awal bulan Juli 2013 secara bersamaan ditempat yang terpisah semua SMA yang digunakan untuk sekolah piloting semua kelas X  tahun pelajaran 2013/2014 harus mengimplementasikan kurikulum 2013.
Hasil pelatihan kami antara lain Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif , kreatif, inovatif dan efektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia. Olah karena itu materi Kurikulum 2013 diantaranya mencakup:
1.    Penyempurnaan pola pikir, penguatan tata kelola kurikulum, pendalaman dan perluasan materi, penguasaan proses pembelajaran, dan penyesuaian beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan. Proses pembelajaran dikembangkan atas prinsip pembelajaran siswa, mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.
2.     Materi bahan ajar pengelolaan pembelajaran saintifik adalah  materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
3.    Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.
4.    Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.
Peneliti sebagai pengawas sekolah yang mempunyai wilayah 5 sekolah binaan SMA sebagai Sekolah yang mengimplementasikan Kurikulum secara mandiri yaitu SMA Negeri 2, SMA Negeri 6, SMA Warga, SMA Muhamadiyah 2 dan SMA Yosodipuro Surakarta. Temuan di lapangan pada saat melaksanakan kegiatan supervisi guru kelas X  sebagian besar proses pembelajaran belum nampak pembelajaran saintifiknya karena belum mendapat pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah. Kondisi yang demikian diperparah dengan kurang kreatifnya guru pada saat proses pembelajaran, artinya guru dalam mengajar belum trampil membuka dan menutup pelajaran, ketrampilan bertanya rendah dan metode yang digunakan ceramah dan pemberian tugas sehingga kualitas pembelajarannya masih rendah. Hal ini memotivasi peneliti untuk memberikan pelatihan sendiri secara mandiri dengan bekal pelatihan yang penulis terima selama pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah terhadap guru-guru kelas X melalui kegiatan in house training agar kualitas pembelajaran saintifik dapat dilaksanakan secara maksimal, berkualitas dan kreatifitas guru meningkat.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa rendahnya kualiatas pembelajaran saintifik dipengaruhi kurang kreatifnya guru dalam pembelajaran secara  kontekstual,  mungkin juga disebabkan karena kurangnya pendampingan pengawas sekolah yang kurang  optimal. Dengan adanya kesenjangan tersebut penulis sebagai pengawas satuan pendidikan yaitu pengawas SMA mengadakan penelitian dengan Judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran Saintifik Melalui Kegiatan In House Training Bagi Guru - Guru Kelas X Di SMA Kota Surakarta Semester 2  Tahun Pelajaran 2013/2014”.

Rumusan Masalah
Berdasar identifikasi masalah dan pembatasan masalah diatas peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : Apakah melalui kegiatan In House Training dapat meningkatkan kualitas pembelajaran saintifik guru kelas X di SMA Kota Surakarta Semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014?
Tujuan Penelitian
Tujuan umum: Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran saintifik.
Tujuan khusus:
1.    Meningkatkan kualitas pembelajaran saintifik melalui kegiatan In House Training (IHT)
2.    Meningkatkan kreatifitas guru dalam pembelajaran saintifik melalui kegiatan In House Training (IHT)
Manfaat Penelitian
a)    Bagi Sekolah    : Meningkatkan kompetensi Guru dalam proses   pembelajaran.
b)    Bagi Guru    :
1) Meningkatkan kreativitas guru
 2) Meningkatkan kualitas pembelajaran saintifik
 3) Meningkatkan kreativitas guru dan kualitas pembelajaran  saintifik.
c) Bagi Siswa : meningkatkan prestasi   
d). Bagi Pengawas    :
1)    Meningkatnya kreativitas guru melalui kegiatan In House Training
2)    Meningkatnya kualitas pembelajaran saintifik melalui kegiatan In House Training
e)    Manfaat bagi perpustakaan : menambah daftar sumber belajar

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS TINDAKAN
KAJIAN TEORI
1.    Konsep Dasar Pendekatan Saintifik
a.    Definisi Pendekatan Saintifik
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar  peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami  berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa.
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan  pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah:
1)    untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
2)    untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.
3)    terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.
4)    diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
5)    untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah.
6)    untuk mengembangkan karakter siswa.
b.    Prinsip-prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik
Beberapa prinsip  pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut:1) Pembelajaran berpusat pada siswa. 2) Pembelajaran membentuk students’ self concept.3) Pembelajaran terhindar dari verbalisme.4) Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip.5) Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa.6) pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru.7) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi
c.    Langkah-langkah  pembelajaran dengan pendekatan saintifik
Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Pendekatan saintifik  dalam pembelajaran disajikan  sebagai berikut:
1). Mengamati (observasi)
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Kegiatan  mengamati dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor  81a, hendaklah  guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.
2).    Menanya
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor  81a Tahun 2013, adalah  mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.
3)         Mengumpulkan Informasi
Kegiatan “mengumpulkan informasi”  merupakan tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan  dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Dalam Permendikbud Nomor  81a Tahun 2013, aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan  melalui eksperimen,  membaca sumber lain selain buku teks,  mengamati objek/ kejadian/, aktivitas wawancara dengan nara sumber dan sebagainya. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah  mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.
3)    Mengasosiasikan/ Mengolah Informasi/Menalar
Kegiatan “mengasosiasi/ mengolah informasi/ menalar” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor  81a Tahun 2013, adalah memproses  informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah  mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan. Aktivitas ini juga diistilahkan sebagai kegiatan menalar, yaitu proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. 
4)      Menarik kesimpulan
Kegiatan menyimpulkan  dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan kelanjutan dari kegiatan  mengolah data atau informasi. Setelah menemukan keterkaitan antar informasi dan menemukan berbagai pola dari keterkaitan tersebut, selanjutnya secara bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau  secara individual membuat kesimpulan.
5)       Mengkomunikasikan
Pada pendekatan scientific guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor  81a Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.
d.    Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran
Kegiatan pembelajaran meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Kegiatan pendahuluan bertujuan untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Sebagai contoh ketika memulai pembelajaran, guru menyapa anak dengan nada bersemangat dan gembira (mengucapkan salam), mengecek kehadiran para siswa dan menanyakan ketidakhadiran siswa apabila ada yang tidak hadir. Dalam metode saintifik tujuan utama kegiatan pendahuluan adalah memantapkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang telah dikuasai yang berkaitan dengan materi pelajaran baru yang akan dipelajari oleh siswa.
Kegiatan inti merupakan kegiatan utama dalam proses pembelajaran atau dalam proses penguasaan pengalaman belajar (learning experience) siswa. Kegiatan inti dalam metode saintifik ditujukan untuk terkonstruksinya konsep, hukum atau prinsip oleh siswa dengan bantuan dari guru melalaui langkah-langkah kegiatan yang diberikan di muka.
Kegiatan penutup ditujukan untuk dua hal pokok. Pertama, validasi terhadap konsep, hukum atau prinsip yang telah dikonstruk oleh siswa. Kedua, pengayaan materi pelajaran yang dikuasai siswa.
e.    Strategi Pembelajaran Saintifik
Dalam penerapan pembelajaran saintifik ada beberapa strategi pembelajaran yang dapat mendukung keterlaksanaannya diantaranya strategi pembelajaran discovery learning, project based learning, dan problem based learning.
1)    Discovery learning.
Strategi discovery learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Bruner memakai strategi yang disebutnya discovery learning, dimana murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir (Dalyono, 1996:41). Strategi discovery learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery dilakukan melalaui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan.
2)    Project Based Learning.
Kleil, et al (2009) mendefinisikan pembelajaran berbasis proyek (Project-based learning) sebagai “the instructional strategy of empowering learners to pursue content knowledge on their own and demonstrate their new understandings through a variety of presentation modes”. Mengacu pada beberapa definisi di atas, dapat dipahami bahwa pembelajaran berbasis proyek (PBP) merupakan strategi pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai sarana pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Secara umum, langkah-langkah Pembelajaran berbasis proyek (PBP) dapat dijelaskan sebagai berikut.








Gambar 1:  Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Proyek
Diadaptasi dari Keser & Karagoca (2010)

3)    Problem Based Learning ( PBL )
Pembelajaran Berbasis Masalah adalah pembelajaran yang menggunakan masalah nyata (autentik) yang tidak terstruktur (ill-structured) dan bersifat terbuka sebagai konteks bagi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta sekaligus membangun pengetahuan baru. Kurikulum 2013 menurut Permendikbud nomor 81a tahun 2013 tentang implementasi kurikulum, menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke peserta didik. Tahapan-tahapan PBM tersebut dapat diintegrasikan dengan aktivitas-aktivitas pendekatan saintifik sesuai dengan karakteristik pembelajaran dalam Kurikulum 2013 sebagaimana tertera pada Permendikbud No. 81a Tahun 2013. Aktivitas-aktivitas tersebut adalah mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/eksperiman, mengasosiasikan/mengolah informasi, dan mengkomunikasikan.
f.    Teknik Penilaian dalam Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik.
    Penilaian pada pembelajaran dengan pendekatan saintifik meliputi :
      1). Penilaian Proses, dilakukan melalui: a) Observasi saat siswa bekerja kelompok ,b) Bekerja individu, c) Berdiskusi, d) Presentasi dengan menggunakan lembar observasi kinerja.
   2). Penilaian Produk atau Pengetahuan. Pemahaman Konsep, Prinsip, Dan Hukum Dilakukan Dengan Tes Tertulis.
3). Penilaian Sikap; a) Observasi Saat Siswa Bekerja Kelompok,b) Bekerja Individu, c) Berdiskusi, d) Saat Presentasi Dengan Menggunakan Lembar Observasi Sikap.
g.   Muatan Materi Pembelajaran (Pengetahuan) meliputi :
1)    Fakta, yaitu kejadian atau peristiwa yang dapat dilihat, didengar, dibaca, disentuh, atau diamati
2)    Konsep, merupakan ide yang mempersatukan fakta-fakta atau dengan kata lain konsep merupakan suatu penghubung antara fakta-fakta yang saling berhubungan
3)    Prinsip, merupakan generalisasi tentang hubungan antara konsep-konsep yang berkaiatan.
Dari uraian pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan kreatifitas guru dapat disimpulkan bahwa kualitas pembelajaran saintifik bisa baik jika pembelajaraannya saintifik dan gurunya kreatif ditunjukkan pada kegiatan inti dan guru memfasilitasi siswa untuk mengamati, bertanya, menalar dan memanfaatkan media alat dan sumber belajar.
2.    Kegiatan In House Training
a.    Pengertian In House Training
In House Training adalah program pelatihan / training yang diselenggarakan oleh suatu perusahaan atau organisasi dengan menggunakan tempat pelatihan sendiri, peralatan sendiri, menentukan peserta dan dengan mendatangkan Trainer sendiri.
b.    Macam-macam Kegiatan In House Training
1)    Peer teaching. 2) Menagamati video pembelajaran. 3) Diklat. 4) Workshop. 5) Seminar. 6) Diskusi mengenai pendidikan. 7) Membuat alat peraga.8) Penelitian. 9) Penulisan buku/ bahan ajar. 10) Pembuatan media pembelajaran 11) Pembuatan karya teknologi/ karya seni
Pada penelitian ini kegiatan In House Training (IHT) yang digunakan adalah peer teaching dan mengamati video pembelajaran tempat kegiatan IHT di SMA yang merupakan Sekolah Binaan.
c.    Tujuan In House Training
In House Training (IHT) biasanya diselenggarakan dengan berbagai tujuan dan target tertentu. Tujuan In House Training diantaranya : Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang bekerja atau diberdayakan oleh instansi terkait. Hal ini diharapkan dapat mendukung target organisasi dalam upaya mencapai sasaran yang telah ditetapkan . bekerja sesuai misi dan visi organisasi.
d.    Manfaat In House Training
1)    Menciptakan interaksi antara peserta. Dengan In House Training peserta dapat bertukar informasi sehingga bukan tidak mungkin ini cara yang paling efektif untuk menciptakan standarisasi kinerja yang paling efektif.
2)    Mempererat rasa kekeluargaan dan kebersamaan antara karyawan.
3)    Meningkatkan motivasi dan budaya belajar berkesinambungan.
Pada penelitian ini tujuan in house training adalah meningkatkan kualitas pembelajaran saintifik melalui peer teaching dan mengamati video pembelajaran pada kegiatan MGMP.
e.    Keuntungan Menyelenggarakan In House Training
Keuntungan dari In House Training ini, diantaranya :
1)    Biaya lebih murah. 2) Hasil bisa lebih maksimal. 3) Peserta dari 1 organisasi sehingga tidak perlu khawatir bocornya rahasia penting / masalah intern yang terjasi di perusahaan anda. 4) Materi lebih spesifik.
KERANGKA BERPIKIR
Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan dalam kajian teori di atas dapat dibuat pemikiran yang merangkaikan teori-teori tersebut sehingga dapat menghasilkan kerangka berpikir sebagai berikut :
1.    Untuk meningkatakan kualitas pembelajaran scientific kepada guru kelas X perlu diadakan kegiatan In House Training (IHT) di MGMP.
2.    Kegiatan In House Training (IHT) bermacam-macam, yang sesuai untuk penelitian ini kegiatan peer teaching dan mengamati tanyangan video pembelajaran.
3.    Dengan kegiatan peer teaching guru bisa bebas bertanya dan menyampaikan hasil resume yang sangat bermanfaat bagi yang melakukan peer teaching karena dengan disampaikan hasil pengamatan (resume) teman sejawat  akan meningkatkan kualitas pembelajaran saintifik.
4.    Setelah mendapat masukan pada kegiatan peer teaching selanjutnya mengamati tayangan video pembelajaran. Dengan mengamati dan membawa instrumen guru dapat meresume pembelajaran pada tayangan video, sehingga dapat mengetahui bagaimana pembelajaran saintifik  yang baik
5.    Setelah mengetahui pembelajaran saintifik yang baik maka akan diimplementasikan pada pembelajaran saintifik di kelasnya sehingga kualitas pembelajaran saintifik meningkat.
6.    Dengan melalui In House Training (peer teaching dan mengamati tayangan video pembelajaran saintifik ) dapat meningkatkan kualitas pembelajaran saintifik guru-guru kelas X SMA Kota Surakarta tahun pelajaran 2013/2014












                                      Gambar 2. Kerangka Berpikir
B.    Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah melalui kegiatan In House Training (IHT) dapat meningkatkan kualiatas pembelajaran saintifik guru-guru kelas X SMA Kota Surakarta Semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014.

METODOLOGI PENELITIAN
Setting dan Subyek Penelitian
1.    Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari  s/d Maret 2013, karena penelitian ini merupakan tindak lanjut dari hasil supervisi kelas X (pelaksanaan pembelajaran scientifik) di Sekolah Binaan yang digunakan untuk piloting maupun mandiri dalam implementasi Kurikulum 2013 pada semester 1..
2.    Tempat Penelitian
Lokasi yang digunakan dalam penelitian tidakan sekolah ini di SMA Kota Surakarta terdiri dari SMA Negeri 2 dan SMA Negeri 6 dan SMA Muhammadiyah2 Surakarta.. Kegiatan In House Training di Lokasi Sekolah masing-masing. Peneliti memilih tempat penelitian sesuai dengan tugas binaan dan peneliti mendapat tugas dinas sebagai pengawas SMA di wilayah tersebut sehingga hasil penelitian ini tidak menganggu pembelajaran justru membantu guru memecahkan masalah pembelajaran.
Subjek Penelitian
Subjek Penelitian Tindakan Sekolah ( PTS ) ini adalah semua guru kelas X SMA Kota  Surakarta sejumlah 19 guru khusus mata pelajaran Bahasa Indonesia, Sejarah dan Matematika karena Buku Siswa dan Buku Guru yang sudah ada pada mata pelajaran tersebut. Adapun jumlah subjek masing-masing SMA dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 3. Subjek Penelitian
No     Nama SMA    Jumlah Guru Kelas X
1    SMA Negeri 2  Surakarta    8
2    SMA Negeri 6  Surakarta    8
3    SMA Muhammadiyah 2 Surakarta    3
    Jumlah    19

Sumber Data
1). Sumber data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian yaitu guru kelas X  SMA  Kota  Surakarta semester 2 tahun pelajaran 2013/2014.
2)    Sumber data sekunder merupakan data pendukung yang digunakan untuk mendukung sumber data primer yang diperoleh dari peneliti sendiri dan dari teman sejawat.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1)    Teknik pengumpulan data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang penulis pergunakan adalah dengan angket dan obsevasi. Angket digunakan untuk mengetahui kondisi awal.
2)    Alat pengumpulan data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat pengumpulan data instrumen penilaian pembelajaran saintifik yang digunakan kepala sekolah untuk menilai pembelajaran saintifik, dan instrumen keaktifan siswa. Karena guru yang kreatif akan membuat siswa aktif. Guru yang kreatif pelaksanaan pembelajarannya pasti kualiatasnya baik.
Indikator - indikator yang ada pada instrumen observasi pelaksanaan pembelajaran guru sesuai pada pendampingan pada Kurikulum 2013dan kesesuaian antara pelaksanaan pembelajaran dengan RPP .
Validasi Data
Validitas merupakan ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidasian suatu instrumen. Uji validasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas instrumen lembar observasi. Diharapkan setelah diuji cobakan instrumen dapat menunjukkan valid dan dapat digunakan sebagai alat penelitian.
Analisa Data
Analisa data yang peneliti gunakan adalah analisis diskriptif komparatif dengan membandingkan kondisi awal, hasil siklus I kegiatan In House Traing (peer teaching) dan hasil siklus II In House Training (mengamati video pembelajaran). Analisa nilai yang digunakan sebagai berikut :
Rubrik Penilaian
        Skor yang diperoleh
    Nilai = -------------------------- X 100
            36
     
PERINGKAT    NILAI
Amat Baik ( AB )    90  < AB < 100
Baik           ( B  )    80  <  B  <  89
Cukup        ( C  )    70  <  C  <  79
Kurang       ( K )              < 70
Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Sekolah. Peneliti menggunakan prosedur yang dinilai paling efektif, melalui IHT kegiatan peer teaching dan mengamati tayangan video untuk meningkatkan kreatifitas dan kualitas pembelajaran saintifik. Peneliti melaksanakan penelitian sejak 1) perencanaan tindakan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) Hasil Pengamatan dan 4) Refleksi.
Siklus I
a)    Perencanaan Tindakan (planning)
Setelah peneliti mengadakan supervisi kelas X hasilnya kualitas pembelajaran saintifik rendah disampaikan ke semua kepala sekolah pada sekolah binaan masing-masing. Kemudian peneliti menyampaikan rencana penelitian untuk meningkatkan kreatifitas dan kualitas pembelajaran saintifik kelas X. Rencana ini diterima oleh semua kepala sekolah. Kemudian Peneliti menginformasikan proses pelaksanaan penelitian pada kegiatan Siklus I tahap perencanaan, tindakan, (peer teaching) pengamatan pembelajaran dan refleksinya. Kegiatan tindakan melalui In House Training (IHT) di sekolah binaan masing-masing maka oleh peneliti pembelajaran dilakukan oleh semua kepala sekolah masing-masing (sebagai kolabolator) hasilnya diserahkan ke peneliti untuk refleksi. Peneliti membagi instrumen observasi pembelajaran dan  menjelaskan isi instrumen tersebut.
b)    Pelaksanaan tindakan (action)
1.    Peneliti mengawali kegiatan IHT pada sekolah binaan ini dengan menyampaikan materi tentang “peer teaching” yang diikuti oleh semua guru dan kepala sekolah (kolaborator).
2.    Semua guru kelas X membuat RPP untuk praktek peer teaching
3.    Kegiatan Peer teaching guru kelas X diamati semua guru dan kepala sekolah menggunakan instrumen yang sudah disiapkan peneliti.
4.    Membacakan hasil pengamatan peer teaching dan pemberian masukan/saran dari peneliti dan guru kelas X sampai jelas tentang pembelajaran saintifik.
c)    Pengamatan (observation)
Semua kepala sekolah (kolaborator) mengadakan penilaian mengunakan instrumen dari peneliti. Kegiatan pengamatan pembelajaran dimulai dari jam pertama sampai jam terakhir karena pembelajarannya saintifik. Mengamati dari kegiatan awal sampai penutup. Hasil pengamatan instrumen diserahkan kepada peneliti untuk direfleksi.
d)    Refleksi (reflection)
Berdasarkan hasil data dari kolaborator hasil pembelajaran saintifik pada siklus I lebih meningkat dibanding hasil kondisi awal namun masih ada guru yang mendapat nilai cukup. Maka perlu adanya tindakan siklus II.
Siklus II
a)    Perencanaan Tindakan (planning)
Hasil pengamatan pembelajaran setelah direfleksi disampaikan kepada semua kepala sekolah (kolaborator) . Kemudian peneliti menyampaikan kegiatan siklus II. Diharapkan pada siklus II hasilnya meningkat. Peneliti melalui kegiatan IHT (MGMP) menyampaikan hasil siklus I dan menyampaikan rencana kegiatan “Mengamati video Pembelajaran” serta membagi instrumen observasi pembelajaran.
b)    Pelaksanaan Tindakan (action)
1.    Pemutaran video pembelajaran, semua guru mengamati dan meresume dengan menggunakan instrumen observasi pembelajaran.
2.    Guru menyampaikan hasil resume
3.    Peneliti menyimpulkan bersama guru kelebihan dan kekurangan guru dalam video pembelajaran yang selesai diamati.
c)    Pengamatan (observation)
Pada minggu berikutnya semua guru kelas X  melaksanakan pembelajaran disupervisi sehari penuh oleh kepala sekolah mulai jam pertama sampai jam terakhir untuk mengamati dan mengisi instrumen observasi pembelajaran.
Hasil pengamatan instrumen yang sudah diserahkan kepada peneliti.
d)    Refleksi
Diharapkan hasil siklus II melalui kegiatan mengamati video pembelajaran guru dapat lebih kreatif dan lebih meningkatkan mutu dibanding pembelajaran siklus I. Diharapkan pada siklus II ini semua guru ( 19 guru) kelas X  mendapat nilai observasi pembelajaran minimal B.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah melalui kegiatan In House Training artinya kegiatan dilaksanakan pada saat pelaksanaan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Sekolah. Penelitian ini melalui dua siklus. Siklus yang pertama kegiatan In House Training peer teaching dan pada siklus ke dua kegiatan In House Training mengamati video pembelajaran. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kreatifitas dan kualitas pembelajaran saintifik di kelas X.
Deskripsi Kondisi Awal
Hasil supervisi kelas X yang dilakukan oleh pengawas sekolah di SMA Kota Surakarta atau khususnya seklah binaan  kualitas pembelajaran saintifiknya rendah hal ini ditunjukkan dengan rata-rata nilai pembelajaran saintifik kelas X  77,11 (C). Dari guru kelas X yang berjumlah 19 orang yang mendapat nilai B ( Baik ) 4 orang ( 21,05 %) , yang mendapat nilai C ( Cukup )  ada 12 orang ( 63,16 %) dan yang mendapat nilai K ( Kurang ) ada 3 orang ( 15,79 % ). Maka guru kelas X  harus segera diberi pendampingan agar kualitas pembelajaran saintifiknya meningkat.
Tabel 4. Kondisi Awal
NO    Kode Nama Guru    Mapel    HASIL
1    A    B.Indonesia    72 ( C )
2    B    B.Indonesia    77 ( C )
3    C    B.Indonesia    77 ( C )
4    D    Sejarah    77 ( C )
5    E    Sejarah    83 ( B )
6    F    Matematika    86 ( B )
7    G    Matematika    75 ( C )
8    H    Matematika    77 ( C )
9    I    Matematika    77 ( C )
10    J    Matematika    89 ( B )
11    K    Matematika    77 ( B )
12    L    Matematika    83 ( B )
13    M    Sejarah    77 ( C )
14    N    Sejarah    77 ( C )
15    O    B.Indonesia    69 ( K )
16    P    B.Indonesia    69 ( K )
17    Q    B.Indonesia    77 ( C )
18    R    Sejarah    69 ( K )
19    S    Matematika    77 ( C )
        Rata-rata    77,11 ( C )

Kondisi awal diatas agar lebih jelas peneliti sajikan diagram batang untuk melihat nilai pembelajarannya masing-masing sekolah  A (amat baik) nilai                    90 < AB < 100, B (baik) nilai 80 < B < 89,  C (cukup)  70 < C < 79, atau D (kurang)      < 70. Nilai rata-ratanya 77,11(C).
Gambar 3.Grafik kondisi awal

Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran saintifik pada penelitian ini kegiatan IHT pada MGMP adalah Peer Teaching. Diharapkan dengan adanya kegiatan peer teaching pada siklus I ini kualitas pembelajaran saintifik kelas X SMA Kota Surakarta  tahun pelajaran 2013/2014 meningkat.
Deskripsi Hasil Siklus I
1.    Perencanaan Tindakan
Dalam kegiatan perencanaan tindakan ini peneliti mengadakan pertemuan dengan kepala sekolah di sekolah binaan  untuk membahas persiapan penelitian. Peneliti membagi lembar pembelajaran saintifik dengan petunjuk teknisnya kemudian membahasnya. Peneliti kemudian menyampaikan rencana langkah-langkah penelitian, kemudian menyampaikan ke subjek.
Perencanaan tindakan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
2.    Pelaksanaan Tindakan (action)
a.    Kegiatan In House Training yang pertama ini adalah peer teaching, Untuk peer teaching ini perlu RPP pembelajaran saintifik, maka kegiatan ini diawali dengan workshop penyusunan RPP pembelajaran saintifik. Kegiatan In House Training dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
b.    Pelaksanaan Peer Teaching, semua guru kelas X melaksanakan peer teaching. Pada saat salah satu guru melaksanakan pembelajaran, yang lain mengamati kemudian menyampaikan hasil resume. Kegiatan In House Training Peer Teaching dapat dilihat pada gambar dibawah ini
c.    Peneliti menyampaikan indikator-indikator yang ada pada instrumen observasi pelaksanaan pembelajaran saintifik. Dengan tujuan pada saat pelaksanaan pembelajaran nanti guru dapat memenuhi indikator yang diharapkan.
3.    Hasil Pengamatan (Observation)
Semua kepala sekolah (kolabolator) mengadakan penilaian menggunakan instrumen dari peneliti. Kegiatan pengamatan pembelajaran dimulai dari jam pertama sampai jam terakhir karena pembelajarannya scaintifik terintegrasi dalam satu hari mulai dari kegiatan awal sampai penutup. Hasil pengamatan instrumen diserahkan kepada peneliti untuk direfleksi.
Kegiatan Observasi pelaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
4.    Refleksi
Hasil pelaksanaan pembelajaran setelah peer teaching sebagai berikut:
Tabel 5. Hasil Siklus I
NO    Kode Nama Guru    Mapel    HASIL
1    A    B.Indonesia    72 ( C )
2    B    B.Indonesia    83 ( B )
3    C    B.Indonesia    77 ( C )
4    D    Sejarah    83 ( B )
5    E    Sejarah    92 ( AB )
6    F    Matematika    92 ( AB )
7    G    Matematika    83 ( B )
8    H    Matematika    83 ( B )
9    I    Matematika    83 ( B )
10    J    Matematika    92 ( AB )
11    K    Matematika    83 ( B )
12    L    Matematika    92 ( AB )
13    M    Sejarah    83 ( B )
14    N    Sejarah    83 ( B )
15    O    B.Indonesia    72 ( C )
16    P    B.Indonesia    72 ( C )
17    Q    B.Indonesia    83 ( B )
18    R    Sejarah    72 ( C )
19    S    Matematika    83 ( B )
            82,26 ( B )

Berdasarkan data dari kolabolator hasil pembelajaran saintifik pada siklus I rata-rata 82,26 (B) guru yang mendapatkan nilai C ada  5 orang yang mendapatkan nilai B ada 10  orang dan yang mendapatkan nilai A ada 4 orang. Kegiatan pelaksanaan pembelajaran melalui peer teaching menunjukkan meningkat dibanding hasil kondisi awal yang rata-ratnya 77,11  (C) peningkatannya 5,15 % namun masih ada guru yang mendapat nilai cukup 4 orang maka perlu adanya tindakan siklus II. Agar lebih jelasnya peneliti membuat diagram batang untuk mengetahi rata-rata hasil siklus I dan diagram lingkaran untuk mengetahui jumlah guru dengan hasil pembelajaran saintifik  AB, B, C, atau K.
Gambar 4 .Grafik hasil siklus I
Diskripsi Hasil Siklus II
1.    Perencanaan Tindakan
a.    Perencanaan yang pertama menyampaikan hasil pelaksanaan observasi pembelajaran melalui IHT Peer Teaching di sekolah binaan  kepada semua kepala sekolah, masih ada menyampaikan rencana kegiatan Siklus II yaitu IHT yang ke dua yaitu mengamati video pembelajaran.
b.    Menyampaikan instrumen untuk observasi pelaksanaan pembelajaran setelah selesai mengamati tayangan video pembelajaran kepada kepala sekolah (kolabolator)
2.    Pelaksanaan tindakan
a.    Pelakasanaan IHT (mengamati tayangan video pembelajaran)
Peneliti menjelaskan kegiatan yang harus dikerjakan guru yaitu mengamati pembelajaran saintifik yang akan ditayangkan
b.    Semua guru meresume pelaksanaan pembelajaran saintifik menggunakan petunjuk instrumen yang sudah disiapkan peneliti.
c.    Guru membacakan hasil resume
d.    Peneliti menegaskan hasil resume agar gutu mengetahui dengan jelas apa yang seharusnya dilaksanakan pada kegiatan pembelajaran
e.    Tanya jawab atau diskusi
Pelaksanaan tindakan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
3.    Hasil Pengamatan (observation)
Semua kepala sekolah (kolabolator) mengadakan penilaian menggunakan instrumen dari peneliti. Kegiatan pengamatn pembelajaran pada siklus II ini sama dengan pada siklus I dimulai dari jam pertama sampai jam terakhir karena pembelajarannya saintifik dilaksanakan satu hari mulai dari kegiatan awal sampai penutup. Hasil pengamatan instrumen diserahkan kepada peneliti untuk direfleksi. Kegiatan IHT pada siklus II “Mengamati Tayangan Video Pembelajaran Saintifik” Kegiatan observasi Pelaksanaan Pembelajaran dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
4.    Refleksi
Hasil pelaksanaan pembelajaran setelah mengamati tayangan video pembelajaran saintifik sebagai berikut :

Tabel 6. Hasil Siklus II
NO    Kode Nama Guru    Mapel    HASIL
1    A    B.Indonesia    89 ( B )
2    B    B.Indonesia    94 ( AB )
3    C    B.Indonesia    86 ( B )
4    D    Sejarah    92 ( AB )
5    E    Sejarah    94 ( AB )
6    F    Matematika    94 ( AB )
7    G    Matematika    89 ( B )
8    H    Matematika    89 ( B )
9    I    Matematika    89 ( B )
10    J    Matematika    94 ( AB )
11    K    Matematika    89 ( B )
12    L    Matematika    94 ( AB )
13    M    Sejarah    89 ( B )
14    N    Sejarah    89 ( B )
15    O    B.Indonesia    83 ( B )
16    P    B.Indonesia    83 ( B )
17    Q    B.Indonesia    89 ( B )
18    R    Sejarah    89 ( B )
19    S    Matematika    92 ( AB )
            89,84 ( B )

Berdasarkan data dari kolabolator hasil pembelajaran saintifk  pada siklus II rata-rata 89,84 ( Baik ) guru yang mendapatkan nilai Amat Baik (AB) ada 7 orang dan yang mendapatkan nilai Baik ( B )  ada 12 orang. Kegiatan pelaksanaan pembelajaran melalui kegiatan In House Training (IHT) mengamati tayangan video pembelajaran saintifik  lebih meningkatkan kualitas pembelajaran saintifik dibanding kegiatan IHT melalui peer teaching. Pada Siklus II ini menunjukkan meningkat dibanding hasil siklus I yang rata-ratanya 89,84  yaitu Baik (B) peningkatannya 12,73 %.
Gambar 5. Grafik Hasil Siklus II
Pembahasan
Hasil penelitian melalui kegiatan In House Training (IHT) dapat meningkatkan pada siklus I melalui In House Training (Peer Teaching) guru mengetahui kekurangan dalam melaksanakan pembelajaran saintifik dan diimplentasikan pada pengamatan pembelajaran saintifik sehingga kualitas dan kreativitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran saintifik  sehingga kualitas dan kreativitas guru dalam pelakasanaan pembelajaran saintifik  meningkat. Pada siklus II melalui In House Training ( mengamati tayangan video) diimplementasikan pada pembelajaran saintifik pada pengamatan siklus II sehingga pelaksanaan pembelajaran guru lebih kreatif dan lebih inovatif sehingga kualitas pembelajaran saintifiknya lebih meningkat. Hasil akhir penelitian pelaksanaan pembelajaran saintifik Nilai rata-rata 89,84 yaitu Baik  ( B ) dan tidak ada guru yang memperoleh nilai Cukup ( C ) dari 19 guru yang memperoleh Amat Baik ( AB ) 7 guru, Baik ( B ) 12 guru. Hasil akhir penelitian dibuat diagram lingkaran untuk mengetahui jumlah guru dengan hasil pembelajaran saintifiknya Amat Baik (AB), Baik (B), Cukup (C), atau Kurang (K).
Gambar 6.Diagram Hasil Sikus II dan jumlah guru yang mendapatkan nilai AB, B, C atau K

Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan melalui kegiatan In House Training dapat meningkatkan kualitas pembelajaran saintifik guru kelas X SMA Kota Surakarta Semester 2 Tahun Pelajaan 2013/2014. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I kegiatan In House Training melalui “Peer Teaching” rata-rata 82,26 meningkat 5,15 %, guru yang memperoleh nilai A ada 4 orang, memperoleh nilai Baik (B) 10 orang dan yang memperoleh nilai Cukup (C) ada 5 orang sehingga membutuhkan kegiatan siklus II. Hasil dibanding kondisi awal 77,11. Pembelajaran saintifik pada siklus II NIlai rata-rata 89.84 Baik ( B ) lebih meningkat lagi dibanding hasil siklus I rata-rata 82.26  naik 12,73 %. Guru yang mendapatkan nilai Baik (B) ada 12 orang dan yang mendapatkan nilai Amat Baik (AB) ada 7 orang. Kegiatan pelaksanaan pembelajaran melalui kegiatan In House Training (IHT) mengamati tayangan video pembelajaran saintifik lebih meningkatkan kualitas pembelajaran saintifik dibanding kegiatan IHT melalui peer teaching. Peningkatan rata-rata dari kondisi awal, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada grafik di bawah ini
Gambar 7. Grafik rata-rata hasil penelitian




PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan teori yang telah dijawab melalui hipotesis pada bab II maupun secara empirik berdasarkan hasil tindakan pada bab IV dapat disimpulkan bahwa melalui kegiatan In House Training dapat meningkatkan kualitas pembelajaran saintifik guru-guru kelas X SMA Kota Surakarta Semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014
Implikasi
Berdasar pada landasan teori pada hasil penelitian ini maka penulis akan menyampaikan implikasi yang berguna secara teoritis maupun praktis dalam upaya mengoptimalkan kualitas pembelajaran saintifik.
1.    Implikasi Teoritis; Dengan In House Training guru akan mengetahu kekurangan dalam pembelajaran sehingga dapt meningkatkan kualitas pembelajarannya saintifik.
2.    Implikasi Praktis ; Dari urutan pada implikasi teoritis tampak bahwa kualitas pembelajaran saintifik memerlukan ketrampilan sehingga dengan adanya tindak lanjut dari supervisi kelas / observasi pembelajaran kepala sekolah dan pengawas sekolah guru dapat mengoptimalkan kualitas pembelajaran saintifik.
Saran
Berdasar hasil penelitian, analisis data dan simpulan dalam penelitian ini, ada beberapa hal yang perlu disarankan yaitu :
1.    Saran bagi guru; a)
a.    Hendaknya guru melaksanakan pembelajaran saintifik sesuai RPP saintifik yang telah dibuat.
b.    Apabila ada masalah/ kesulitan segeralah minta bantuan teman guru/KS/ Pengawas Sekolah untuk memecahkannya, sehingga kualitas pembelajaran saintifik  bisa maksimal.
c.    Kreativitas dalam melaksanakan pembelajaran saintifik  akan terwujud bila guru ada kemauan untuk aktif dan kreatif.
2.    Saran bagi para pengawas sekolah
a.    Pengawas sekolah sebaiknya menjalin hubungan yang baik sebagai patner kerja bukan sebagai atasan dan bawahan ( pengawas sekolah sahabat guru)
b.    Kegiatan IHT perlu diimplementasikan juga di sekolah yang lain guru di sekolah lain agar kreativitas dan kualitas pembelajaran di tiap sekolah  meningkat semua.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar Nasional Pendidikan (2006) Naskah Akademik Tentang Standar Pengawas Satuan Pendidikan, Direktorat Pendidikan, Jakarta.
Depdiknas (2001) Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka. Jakarta.
.......... (2008) Pedoman Penelitian Tindakan Sekolah Peningkatan Kompetensi Supervisi Pengawas Sekolah SMA/SMK, Dirjen PMPTK, Jakarta.
.............. (2013), Panduan Teknis Penyusunan Rencan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) di Sekolah Menengah, Jakarta.
..............     (2013) Pemendikbud No. 81 A tahun 2013, Jakarta
..............     (2013) Pemendikbud No. 65 tahun 2013, Jakarta
Fathurrohman Pupuh & Sutikno Sobry (2007) Strategi Belajar Mengajar, Bandung PT Rafika Aditama.
Gijselaers, W.H.  1996. “Connecting problem-based practices with educational theory.” Dalam Bringing problem-based learning to higher education: Theory and Practice (hal 13-21).  San Francisco: Jossey-Bass.
https://www.google.com/search Surakarta 2 Nopember 2013 Kegiatan IHT
Ibrohim (2011) Makalah Program Induksi Guru Pemula, FMIPA Universitas Malang
Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan Badn Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjamin Mutu Pendidikan Kementrian Mutu Pendidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013), Bahan Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013, Yogyakarta.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah (2013) Panduan Teknis Pembelajaran Pendekatan Saintifik di Sekolah Menengah, Jakarta.
Nur, M. 2011. Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: PSMS Unesa.
Nur, M. 1998. Teori-teori Perkembangan. Surabaya: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Nur, M. & Wikandari, P.R. 2000. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa Dan Pendekatan Konstruktivis Dalam Pengajaran. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya University Press.
Surono (2007) Supervisi, Monitoring dan Evaluasi, Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Jawa Tengah, Semarang
Tim Sertifikasi Unesa. 2010. Modul Pembelajaran Inovatif. Surabaya: PLPG Unesa.

Posting Komentar

0 Komentar