Terbaru

6/recent/ticker-posts

UPAYA PENINGKATAN BUDAYA SEKOLAH MELALUI PENERAPAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DI SDN 1 SAMBONG KECAMATAN SAMBONG KABUPATEN BLORA SEMESTER II TAHUN AJARAN 2010/2011

UPAYA  PENINGKATAN  BUDAYA  SEKOLAH  MELALUI  PENERAPAN  KEPEMIMPINAN  TRANSFORMASIONAL  DI  SDN 1  SAMBONG KECAMATAN  SAMBONG   KABUPATEN BLORA SEMESTER II TAHUN AJARAN 2010/2011
Oleh. Suharno
          ABSTRAK
Suharno;2011. Upaya Peningkatan Budaya Sekolah  Melalui penerapan Kepemimpinan Transpormasional  di SDN 1 Sambong Kecamatan  Sambong Kabupaten Blora Semester II Tahun  ajaran 2010/2011..
Kerja sama diantara semua warga  sekolah diharapkan dapat  meningkatkan hubungan baik  yang dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap tugas  dan fungsinya sebagai pendidik. Lahirnya Undang – Undang Guru  dan Dosen mengamanatkan  bahwa  guru tersebut harus memenuhi tiga standar kompetensi, diantaranya : (1) kompetensi pengelolaan pembelajaran dan wawasan kependidikan, (2) kompetensi akademik/vokasional sesuai materi pembelajaran, dan (3) pengembangan profesi. Ketiga kompetensi tersebut bertujuan agar guru bermutu, menjadikan pembelajaran bermutu juga, yang akhirnya meningkatkan pendidikan Indonesia. Untuk meningkatkan mutu pendidikan tersebut bisa dilakukan upaya di antaranya melalui kultur atau budaya  positif transpormasional dalam memimpin sebuah lembaga pendidikan baik sebagai kepala sekolah, guru dan karyawan lainnya, begitu pula halnya yang terjadi di SDN 1 Sambong Kecamatan  Sambong Kabupaten Blora Semester II Tahun  ajaran 2010/2011.
Penelitian ini bertujuan ingin mendeskripsikan bagaimana  yang seharusnya dilakukan oleh semua warga sekolah dalam memajukan pendidikan di sekolahnya, yaitu dengan adanya kerja sama diantara  warga  sekolah dengan memahami dan melaksanakan tugas  dan fungsinya masing-masing.
Penelitian tindakan ini dilakukan terhadap Kepala sekolah, guru dan karyawan  SDN 1 Sambong Kecamatan  Sambong Kabupaten Blora Semester II Tahun  ajaran 2010/2011. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian tindakan yang alurnya, yaitu membuat siklus  yaitu dari rencana tindakan, melaksanakan tindakan, observasi dan refleksi pelaksanaan tindakan  selama tiga  siklus. Hasil refleksi tersebut digunakan sebagai pedoman untuk pengambilan keputusan mengambil keputusan melanjutkan atau menghentikan penelitian. Penelitian dilakukan secara spiral dalam siklus-siklus sampai siklus ketiga. Data pendidikan berupa catatan hasil pengamatan, catatan lapangan, dokumentasi perencanaan, dan hasil supervise. Instrumen pengumpulan data utama adalah peneliti, sedangkan instrumen penunjangnya adalah pedoman observasi dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan teknik kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja kepala sekolah, guru dan karyawan meningkat setelah dilakukan tindakan yang berupa penerapan budaya sekolah positip kepemimpinan transpormasional dari siklus I sampai ke siklus III. Peningkatan tersebut meliputi peningkatan dalam Menyusun program sekolah, melaksanakan, membuat administrasi, melaksanakan evaluasi hingga pada  output atau tingkat keberhasilan dalam  melaksanakan UAS/UASBN, melaksanakan pembelajaran, menilai prestasi belajar, dan melaksanakan tindak lanjut penilaian prestasi belajar siswa. Berdasarkan hasil kerja edukatif siklus I dan siklus II, sampai  siklus III,kinerja kepala sekolah, guru dan karyawan dalam siklus I mencapai 55,6% sedangkan siklus II 73,5 % dan pada siklus III telah mencapai 79 %. Kinerja Kepala Sekolah, guru dan karyawan dalam melaksanakan pembelajaran siklus I  mencapai 65% sedangkan siklus II mencapai 74% sedang pada siklus III  mencapai  85%. Kinerja guru dalam melaksanakan tindak lanjut penilaian prestasi belajar siswa pada siklus I mencapai 54% sedangkan siklus II 85%. Dengan demikian, tindakan sampai pada siklus III rata-rata sudah di atas 75%.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja Kepala sekolah,guru dan karyawan, prestasi siswa  atau seluruh warga sekolah  dalam penerapan budaya positif kepemimpinan Transpormasional dapat meningkat . Untuk itu, peneliti menyarankan agar penerapan kepemimpinan transpormasional tersebut dapat dikembangkan.

Kata kunci : Budaya sekolah, Kepemimpinan transpormasional.

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Profesionalisme tenaga kependidikan mutlak diperlukan untuk keberhasilan pembelajaran dan peningkatan mutu pendidikan. Tanpa profesionalisme, proses pembelajaran dan pendidikan hanya akan jalan di tempat saja. Guru ibarat pedang dalam medan perang pembelajaran di sekolah. Perjalanan seorang guru dan pengawas yang profesional pada dasarnya dirintis oleh diri sendiri yang peka terhadap situasi kebutuhan masyarakat yang menuntut proses pembelajaran dan hasil pendidikan yang sesuai dengan perkembangan dunia kependidikan.
Seorang pemimpin dibutuhkan dalam lembaga formal kependidikan. Seperti misalnya seorang kepala sekolah diperlukan untuk mengatur jalannya manajemen kependidikan di sekolah. Semua gerak yang terjadi dalam lingkungan sekolah terpusat karena pengelolaan seorang kepala sekolah dalam memimpin semua ketetapan, aturan, sanksi, peningkatan prestasi siswa, prestasi guru, dan tata aturan yang mengharuskan kedisiplinan, keteraturan, dan kesopanan harus terjalin di lingkungan tersebut, mulai dari tingkat paling bawah. Sebagai pemimpin dalam sebuah lembaga formal yang bergerak dalam bidang pendidikan, kepala sekolah memiliki tanggung jawab yang besar dalam pelaksanaan jalannya kegiatan keseharian di dalam sekolah.
Sebagai sebuah sistem, sekolah terdiri dari berbagai komponen yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya. Bila ada satu komponen yang “error“, maka bukan tidak mungkin sistem tersebut juga akan “error“. Selama ini, peningkatan kualitas pendidikan terus berputar-putar pada permasalahan guru, peningkatan kinerja kepala sekolah serta kurikulum siswa yang senantiasa berubah.
Budaya sekolah merupakan salah satu aspek penting bagi keberhasilan penyelenggaraan sekolah yang bermutu. Budaya sekolah yang bermutu mendukung pelaksanaan proses pembelajaran yang bermutu. Sebaliknya, budaya sekolah yang negatif justru menghambat pelaksanaan proses pembelajaran yang berkualitas. Dengan demikian, sudah sewajarnya jika setiap sekolah berupaya untuk menciptakan budaya sekolah yang positif.
Budaya sekolah yang positif tersebut di antaranya dapat terlihat dari adanya sikap saling menghargai dan menghormati di antara sesama siswa, sesama guru, sesama karyawan, guru dengan siswa, guru dengan karyawan, dan semua warga sekolah dengan kepala sekolah, dan sebaliknya. Budaya sekolah yang positif juga dapat terlihat dari antusiasme semua warga sekolah dalam menjalankan peran dan tugas masing-masing, dalam saling mendukung dan membantu pelaksanaan tugas dan kewajibannya. Nurkholis (2006: 266) menyatakan bahwa upaya pembentukan budaya sekolah yang kuat dan baik mengharuskan adanya kepemimpinan yang efektif.
Identifikasi Masalah
Latar belakang masalah tersebut di atas mengidentifikasikan adanya beberapa permasalahan yang dihadapi  oleh SDN 1 Sambong Kecamatan  Sambong Kabupaten Blora Semester II Tahun  ajaran 2010/2011, di antaranya adalah sebagai berikut:
1.    Pelaksanaan budaya sekolah yang positif di SDN Bulu 01  Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo masih belum maksimal.
2.    Pelaksanaan budaya sekolah positif yang belum maksimal tersebut cenderung memunculkan konflik di antara warga sekolah.
3.    Sifat  keteladanan yang dilakukan oleh seorang pemimpin  belum dapat dilaksanakan secara maksimal .
4.    Belum terbentuknya tim kerja atau  job delegation pada masing-masing warga sekolah.
Perumusan Masalah
Permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian tindakan sekolah ini adalah: Apakah kepemimpinan transformasional dapat meningkatkan pelaksanaan budaya sekolah yang positif oleh warga sekolah SDN 1 Sambong Kecamatan  Sambong Kabupaten Blora Semester II Tahun  ajaran 2010/2011 ?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sampai  sejauhmana efektivitas kepemimpinan transformasional dalam meningkatkan pelaksanaan budaya sekolah yang positif oleh warga sekolah SDN 1 Sambong Kecamatan  Sambong Kabupaten Blora Semester II Tahun  ajaran 2010/2011.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat baik bagi sekolah, bagi guru, dan bagi siswa sebagai berikut.
1. Bagi sekolah
a.Meningkatkan mutu sekolah
b.Memperbaiki iklim dan lingkungan sekolah sehingga lebih kondusif bagi terselenggaranya proses pembelajaran yang bermutu dan berkualitas.
c.Menumbuhkan rasa tanggungjawab terhadap tugas pokok dan fungsinya masing-masing.
d.Terbentuknya kerja sama antar sesama  warga  sekolah.
e.Bangkitnya rasa hormat menghormati baik kepala sekolah, guru dan  sesama karyawan lain.
2.Bagi Siswa
a.Menciptakan kondisi sekolah yang kondusif bagi proses pembelajaran.
b.Memberikan kesempatan kepada siswa untuk ikut terlibat secara aktif dalam peningkatan kualitas sekolah.
3. Bagi Guru
a. Meningkatkan kinerja dan profesionalitas guru dalam menjalankan tugasnya.
b.Memberikan suasana kerja yang nyaman dan kondusif.
c. Membangkitkan  motivasi kerja danmenumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap tugasnya.
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
Landasan Teori
1. Konsep Kedisiplinan
Disiplin adalah sikap hidup dan perilaku yang mencerminkan tanggung jawab terhadap kehidupan, tanpa paksaan dari luar. Konsep disiplin merupakan sikap ketaatan terhadap suatu aturan atau ketentuan yang berlaku dalam organisasi. Pendapat lain mengatakan bahwa suatu kedisiplinan penting bagi suatu organisasi, sebab dengan adanya kedisiplinan akan dapat ditaati oleh sebagian besar karyawan. Dengan demikian, keberadaan kedisiplinan tersebut diharapkan pekerjaan akan dilakukan secara efektif.
2. Pengertian Tentang Moral
Moral yang berasal dari kata mos (mores) yaitu kesusilaan, tabiat, kelakuan. Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut tingkah laku dan perbuatan manusia. Seorang pribadi yang taat kepada aturan-aturan, kaidah-kaidah dan norma yang berlaku dalam masyarakatnya, dianggap sesuai dan bertindak benar secara moral.
3. Guru dan Warga sekolah
Jika mencermati visi pendidikan, semuanya mengarah pada mutu pendidikan yang akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Mutu pendidikan ternyata dipengaruhi oleh banyak komponen. Menurut Syamsuddin (2005: 66), ada tiga komponen utama yang saling berkaitan dan memiliki kedudukan strategis dalam kegiatan belajar-mengajar. Ketiga komponen tersebut adalah kurikulum, guru, dan pembelajar (siswa).
4. Kepengawasan Sekolah
Pembina sekolah juga berperan sebagai pengawas sekolah. Karena tugas pengawas adalah memberikan penilaian dan pembinaan dalam pelaksanaan pendidikan sekolah. Pengawas sekolah adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan penilaian dan pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan pendidikan pra sekolah, sekolah dasar, dan sekolah menengah sesuai dengan Keputusan Mendikbud RI Nomor 20 tahun 1998.
5. Gaya Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah salah satu faktor yang menentukan kesuksesan sebuah organisasi termasuk di dalamnya organisasi sekolah. Kepemimpinan adalah terjemahan dari bahasa Inggris leadership yang berasal dari kata leader.
Dalam definisi secara luas kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, motivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
6. Budaya  Sekolah
Zamroni (2000: 149) mendefinisikan budaya sekolah sebagai pola nilai-nilai, norma-norma, sikap, ritual, mitos, dan kebiasaan-kebiasaan yang dibentuk dalam perjalanan panjang sekolah. Salah satu fungsi sekolah adalah mentransmisikan budaya (Latif, 2007: 30).
Kerangka Berpikir.
Budaya sekolah terbentuk melalui suatu sistem kebersamaan di antara warga sekolah. Norma-norma, nilai-nilai, keyakinan dan asumsi-asumsi dasar yang diakui dan dianut serta diterapkan sebagai suatu kebijakan yang dianggap baik dan benar ini berbeda antara sekolah yang satu dengan sekolah yang lainnya.
Kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah memiliki peranan yang sangat penting dalam terciptanya dan dalam pelaksanaan budaya sekolah yang positif. Kepala sekolah selain sebagai pemimpin yang memberi teladan juga menjadi pembimbing yang mengarahkan bawahannya untuk melaksanakan budaya saekolah yang positif.
Berdasarkan uraian tersebut dapat digambarkan dalam kerangka pemikiran sebagai berikut.



















Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran
C. Hipotesis Tindakan
Sesuai judul dan rumusan masalah yang ada maka  hipotesis  yang diajukan dalam penelitian ini adalah:  ”Kepemimpinan transformasional efektif dalam meningkatkan pelaksanaan budaya sekolah yang positif oleh warga sekolah SDN 1 Sambong Kecamatan  Sambong Kabupaten Blora Semester II Tahun  ajaran 2010/2011”.
METODOLOGI   PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 1 Sambong Kecamatan  Sambong Kabupaten Blora Semester II Tahun  ajaran 2010/2011 yang merupakan salah satu sekolah inti yang berada di Kecamatan Bulu. Penelitian dilaksanakan selama enam bulan yaitu mulai bulan Januari sampai dengan Juni 2011.
Karakteristik Subjek yang Dikenai Tindakan
Subjek yang dikenai tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah Kepala  Sekolah, guru, karyawan, dan siswa atau dengan kata lain semua warga  Sekolah di SDN 1 Sambong Kecamatan  Sambong Kabupaten Blora Semester II Tahun  ajaran 2010/2011.
Tabel 3.1 Tenaga Kependidikan SDN  1 Sambong Kecamatan  Sambong

No.    Nama    Gol/Ruang    Ijasah    Tugas/Jabatan      
1    R.P Susanto, S.Pd    IV/a    S1    Kep. Sekolah      
2    Hj. Sismi, A.Ma.Pd    IV/a    D2    Gr. Kls I      
3    Mulyoto,S.Pd    IV/a    S1    Gr. Kls V      
4    Mursih, A.Ma.Pd    IV/a    D2    Gr. Kls II      
5    Hetty Nur L A.Ma.Pd    II/b    D2    Gr. Kls III      
6    Asni, S.Pd    III/d    D.2    Gr. Kls  VI      
7    Sri Untarni,S.Pd    III/d    S1    Gr. Kls  IV      
8    Joko Sulistyo,S.Pd    III/d    S1    Gr. Penjas      
9    H. Mashudi, S.Pdi    IV/a    S1    Gr. PAI    
Sumber: Dokumentasi SDN 1 Sambong
Prosedur Penelitian
Karena penelitian ini merupakan penelitian tindakan Sekolah (PTS), pelaksanaan ini dilaksanakan secara siklus sebanyak tiga siklus dan setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan,tindakan, observasi dan refleksi.
Data dan Sumber Data
Data yang dibutuhkan dan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data pelaksanaan budaya mutu, dan data kedisiplinan warga sekolah. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru, karyawan, dokumen sekolah, artikel, jurnal, dan buku-buku lain yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian ini.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: observasi, wawancara, angket, dokumentasi.
Validitas Data
Teknik pemerikasaan keabsahan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi, yaitu melihat sesuatu realitas dari berbagai sudut pandang atau perspektif (Suparno, 2006: 71). Untuk melakukan triangulasi, peneliti mengoleksi tipe data yang berbeda-beda, menggunakan sumber data berbeda, dan dalam waktu yang berbeda-beda.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif. Analisis data kualitatif dimaksudkan untuk menganalisis data-data kualitatif yang terkumpul dalam penelitian ini, dimulai dari proses reduksi data, penyajian data, dan interprtasi data sehingga dapat diambil satu kesimpulan.
Indikator Kinerja
Indikator kinerja adalah salah satu ukuran pencapaian atau keberhasilan tindakan seluruh warga SDN 1 Sambong Kecamatan  Sambong Kabupaten Blora Semester II Tahun  ajaran 2010/2011. Indikator kinerja dalam penelitian tindakan sekolah ini adalah dinyatakan dalam prosentase  mencapai 75% dari program yang direncanakan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.    Deskripsi  Pra  Siklus
Sekolah Dasar Negeri 1 Sambong  didirikan pada tahun 1960 di atas tanah seluas 1500 m2 dengan luas bangunan 567 m2 dan luas halaman 600 m2,  yang dikepalai oleh Bapak R.P Susanto, S.Pd dengan  didukung oleh 9 orang  tenaga guru dan karyawan. Visi dan misi  SDN 1 Sambong kecamatan sambong  adalah, Visi :“Menjadikan sekolah sebagai pusat kegiatan belajar yang dapat mengantarkan siswa untuk hidup mandiri,terampil,cerdas, sehat berwawasan luas dan berbudi pekerti  luhur sesuai dengan ajaran agama”. Misi SDN 1 Sambong kecamatan sambong  kabupaten blora adalah sebagai berikut:
1.    Membiasakan hidup berdisiplin dalam segala tindakan.
2.    Mengoptimalkan proses belajar mengajar  yang bermutu.
3.    Menjalin hubungan yang harmonis antara warga sekolah dan lingkungan.
4.    Menanamkan keyakinan  agar selalu  taat beribadah.

Tabel 4.1 Keadaan Siswa dalam Enam Tahun Terakhir

No.    Tahun    Laki-Laki    Perempuan    Jumlah    Kelulusan (%)      
1    2005/2006    60    66    126    Lulus 100 %      
2    2006/2007    63    66    129    Lulus 100 %      
3    2007/2008    60    65    125    Lulus 100 %      
4    2008/2009    60    63    123    Lulus 100 %      
5    2009/2010    59    63    122    Lulus 100 %      
6    2010/2011    59    63    122    Lulus 100 %   
Sumber: Dokumentasi SDN 1 Sambong
    Penelitian tindakan sekolah ini difokuskan pada Kepemimpinan  transpormasional menigngkatkan budaya sekolah positif bagi warga SDN 1 Sambong Kecamatan Sambong  Kabupaten Blora. Berdasarkan identifikasi yang dilakukan di awal penelitian adalah masih rendahnya kerjasama, kedisiplinan guru dan pegawai di sekolah tersebut.
B.    Hasil  Penelitian 
1. Siklus I
Tindakan pada siklus I dilaksanakan selama satu bulan, yaitu pada bulan Juli. Hal pertama yang dilakukan oleh kepala sekolah adalah menyelenggarakan rapat atau musyawarah kerja guru dan karyawan untuk membahas mengenai pelaksanaan budaya sekolah yang positif. Dalam rapat ini, kepala sekolah hanya bertindak selaku fasilitator dan memberikan kesempatan penuh kepada guru dan karyawan untuk membentuk tim-tim yang antara lain membahas mengenai budaya sekolah positif, pelaksanaan budaya sekolah positif, peraturan dan sanksi bagi pelanggaran budaya positif, tim pembuat daftar evalusi dan pelaksanaan evaluasi, dan lain sebagainya.
Hasil musyawarah tersebut selanjutnya ditindaklanjuti dengan membentuk tim penilai bagi pelaksanaan budaya positif, baik tim penilai untuk guru, tim penilai untuk karyawan, dan tim penilai untuk siswa. Tim penilai tersebut berasal dari guru, karyawan dan siswa. Hal ini dimaksudkan agar setiap pihak, baik guru, karyawan, dan siswa merasa memiliki tanggung jawab yang sama untuk melaksanakan tugasnya. Kepala sekolah juga menjadi salah satu pihak yang dinilai.
Selain pembentukan tim penilai, dibuat juga kotak saran dan kritikan bagi guru, karyawan, dan siswa. Pengadaan kotak saran ini dimaksudkan agar setiap warga sekolah memiliki hak memberikan usulan bagi pelaksanaan budaya sekolah positif dan juga memiliki hak untuk mengkritik pelaksanaan budaya tersebut.
Pada akhir bulan, dilakukan evaluasi pelaksanaan program. Masing-masing tim penilai melaporkan hasil penilaian pelaksanaan budaya positif kepada forum musyawarah guru, karyawan, dan siswa. Selanjutnya diadakan diskusi untuk membahas hasil temuan di lapangan dan hasil penilaian. Setiap pihak berhak untuk mengajukan usulan dan saran bagi pelaksanaan program. Hasil kotak saran yang terkumpul juga direkap untuk diketahui oleh semua anggota rapat.
2. Siklus II
Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilakukan selama satu bulan yaitu pada bulan Agustus. Pertama peneliti kembali mengumpulkan guru dan karyawan dalam musyawarah sekolah. musyawarah ini dimaksudkan untuk mengevaluasi pelaksanaan program dan menindaklanjuti hasil temuan dalam musyawarah teradahulu.
Peneliti memutuskan untuk membentuk tim kerja untuk menggalakkan budaya gemar membaca bagi siswa dan guru dan juga gemar berdiskusi bagi guru. Tim ini diberi wewenang untuk merumuskan program-program untuk menarik minat baca siswa dan guru. Untuk guru, tim kerja ini membuat daftar buku yang wajib dibaca oleh guru, dan daftar buku anjuran serta daftar buku yang sudah dibaca dan isian rangkuman buku tersebut. Untuk siswa, tim ini membuat program membaca berhadiah bagi setiap siswa. Pada setiap akhir pekan, siswa diharuskan membawa satu buku untuk dibawa pulang dan dikembalikan ke sekolah pada hari senin. Siswa juga diminta membuat rangkuman isi buku yang sudah dibaca.
Dalam kerangka untuk memperbaiki tingkat pelaksanaan budaya sekolah positif oleh siswa, peneliti meminta semua wali kelas berkumpul beserta dengan pengurus kelas. Dalam pertemuan tersebut, setiap guru dan siswa berhak mengajukan usulan peraturan dan sangsi bagi pelanggaran aturan oleh siswa, guru, dan kelas yang harus ditaati berasama oleh siswa, dan guru. Tim penilai masing-masing kelas diserahkan kepada wali kelas dan pengurus kelas dengan dibentuk petugas yang bekerja secara bergantian.
3. Siklus III
Tindakan dalam siklus III ini dilakukan selama satu bulan, yaitu bulan September. Pertama, kepala sekolah mengumpulkan semua warga sekolah dan memberikan penghargaan kepada semua warga sekolah atas partisipasinya dalam menjalankan budaya sekolah yang positif, baik budaya gemar membaca, budaya kebersihan, budaya saling menghargai dan budaya disiplin. Selanjutnya kepala sekolah juga mengumumkan nama-nama guru, karyaawan, dan siswa yang memperoleh penghargaan sebagai penggemar baca terbaik dan kelas terbersih. Kepala sekolah juga menegaskan bahwa pada setiap bulan akan dipilih kembali kelas terbersih dan penggemar baca terbaik. Kepala sekolah juga mendorong setiap guru, karyawam, dan siswa untuk berlomba-lomba bersaing menjadi yang terbaik tetapi dengan mengedepankan semangat kebersamaan, dan semangat untuk maju bersama.
Dalam hal ini, kepala sekolah memberikan teguran yang ditujukan bukan untuk orang-perorangan atau kelas tertentu tetapi untuk semua warga sekolah agar dalam setiap persaingan selalu dilakukan dengan persaingan yang positif dan tidak disertai dengan kecurangan atau hal-hal yang negatif.
Kepala sekolah selanjutnya mengadakan musyawarah kecil dengan tim penilai untuk mengevaluasi pelaksanaan budaya positif yang sudah berjalan. Dalam hal ini seperti yang sudah berlangsung sebelumnya, semua pihak diberi kebebasan dan hak untuk menyampaikan pendapatnya.
Dalam hal pelaksanaan diskusi guru, kepala sekolah selanjutnya mengusulkan untuk membuat jadwal diskusi dengan menentukan pembicara melalui mekanisme undian. Pada giliran pertama kepala sekolah memberi contoh menjadi pembicara, selanjutnya ditentukan sesuai dengan jadwal undian.
C.    Pembahasan
Kepemimpinan transformasional yang dijalankan oleh kepala sekolah di SDN 1 Sambong kecamatan sambong  kabupaten blora telah cukup berhasil dalam meningkatkan pelaksanaan budaya sekolah yang positif. Kepemimpinan transformasional secara umum dapat diketahui dari adanya upaya pelibatan semua warga sekolah dalam proses pengambilan keputusan dan dalam proses pelaksanaan dan pengevaluasiannya. Keterlibatan tersebut mampu menumbuhkan semangat dan rasa memiliki sehingga setiap warga sekolah berupaya untuk menjalankan peraturan yang sudah ditetapkan sekolah.
Wawancara dengan karyawan menunjukkan bahwa penghargaan terhadap karyawan melalui pelibatan karyawan dalam pembuatan aturan telah menyebabkan mereka memiliki rasa tanggung jawab untuk melaksanakan aturan  tersebut. Demikian halnya dengan guru, dan siswa.
Pertauran kelas dibuat bersama oleh guru dan siswa. Karena peraturan tersebut dibuat secara bersama-sama, maka pelaksanaannya berjalan sangat baik. Siswa dan guru sama-sama memiliki rasa tanggung jawab untuk menjalankan peraturan yang sudah dibuat bersama.
Selain pelibatan semua warga sekolah, keteladanan yang ditunjukkan oleh kepala sekolah dapat menjadi salah satu upaya untuk menggerakkan semangat semua warga sekolah dalam menjalankan budaya sekolah yang positif. Apabila kepala sekolah datang pagi ke sekolah, maka selanjutnya karyawan dan guru akan merasa malu jika datang lebih siang dibandingkan dengan kepala sekolah. hal ini juga berlaku untuk pelaksanaan budaya gemar membaca dan budaya bersih. Jumlah buku yang dibaca oleh kepala sekolah dan juga ruang kepala sekolah serta meja yang selalu tertata rapi menjadi satu keteladanan bagi karyawan dan guru.
Keteladanan dalam forum diskusi juga menjadi semangat bagi para guru untuk dapat tampil makasimal dalam mempersiapkan tema dan pada waktu mepresentasikan tema dalam diskusi yang menjadi tugasnya. Keteladanan tanpa sikap menggurui cukup menjadi salah satu daya penggerak bagi para guru untuk lebih maju dan berkembang.
Selain keteladanan, upaya penguatan yang dilakukan oleh kepala sekolah cukup mendorong semua warga sekolah berlomba-lomba menjalankan budaya sekolah yang positif. Kepala sekolah membuat terobosan baru dengan memberikan penghargaan bagi warga sekolah terbaik untuk setiap bulan, misalnya dari kriteria gemar membaca, dari kriteria kebersihan dan lain sebagainya. Hal ini mampu memicu dan memotivasi setiap warga sekolah untuk menjalankan budaya sekolah yang positif.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian tersebut  di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Pelaksanaan kepemimpinan transformasional efektif dalam meningkatkan pelaksanaan budaya sekolah yang positif di SDN 1 Sambong Kecamatan Sambong  Kabupaten Blora .
2. Pelaksanaan budaya sekolah yang positif terlihat dari pengurangan jumlah keterlambatan oleh guru, karyawan maupun siswa, penurunan jumlah pelanggaran aturan sekolah dan aturan kelas.
3. Pelaksanaan budaya sekolah yang positif juga terlihat dari peningkatan jumlah buku yang dibaca oleh guru, karyawan, dan jumlah kunjungan siswa ke perpustakaan.
4. Budaya sekolah yang bersih terlihat dari tingkat kebersihan sekolah, ruang kelas, ruang kantor, perpustakaan, dan berbagai fasilitas sekolah lainnya.
5.Kepala sekolah bukan hanya menjadi fasilitator dari program pelaksanaan budaya sekolah positif, tetapi juga menjadi contoh dalam melaksanakannya, dan memperkuat upaya warga sekolah untuk melaksanakannya, misalnya daengan melakukan evaluasi, penilaian, dan memberikan penghargaan.
Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan di atas dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut.
1.Pelaksanaan kepemimpinan transformasional efektif dalam meningkatkan pelaksanaan budaya sekolah yang positif. Kepala sekolah selanjutnya dianjurkan untuk secara berkesinambungan menjalankan gaya kepemimpinan tersebut sehingga pengelolaan sekolah menjadi lebih efisien dan efektif.
2.Kepala sekolah dianjurkan bertindak inovatif dalam membuat program-program untuk kemajuan sekolah dengan tetap melibatkan semua warga sekolah. keterlibatan semua warga sekolah dapat menjadi salah satu faktor keberhasilan pelaksanaan program tersebut.
3.Kepala sekolah dianjurkan untuk melibatkan komite sekolah dan orang tua murid agar pelaksanaan program dapat berjalan lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA


Engkoswara. 2004. Mutu Pendidikan Masih Rendah: Belum Mampu Mendukung Kualitas Bangsa yang Terpuruk. Diambil pada tanggal 27 Februari 2006 dari www.pikiran-rakyat.com

Latif, Abdul. 2007. Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan. Bandung : Refika Aditama

Moeljono, Djokosantoso. 2005. Cultures: Budaya Organisasi dalam Tantangan. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Ndraha, Taliziduhu. 2004. Budaya Organisasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Nurkholis. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah: Teori, Model, dan Aplikasi. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Stolp, S. 2008. Leadership for School Culture. ERIC Clearinghouse on Educational Management Eugene. Number 91. Diambil pada tanggal 3 Mei 2008, dari www.service.bfast.com

Stover, Del. 2005. Climate and Culture. Alexandria: National School Boards Association.

Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:  CV. Alfabeta.

Suparno, Paul. 2006. Riset Tindakan untuk Pendidik. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.


Syamsuddin. 2003. Budaya Sekolah di SLTP Negeri 11 Banjarmasin Kecamatan Banjarmasin Selatan Kota Banjarmasin. Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta.

Triguno. 2004. Budaya Kerja: Menciptakan Lingkungan yang Kondusif untuk Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta: PT. Golden Terayon Press.

Wardoyo, Susilo. 2000. Budaya Sekolah di SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta.

Zamroni. 2005 Mengembangkan Kultur Sekolah Menuju Pendidikan yang Bermutu. Seminar Nasional Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Pengembangan Budaya Sekolah. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Zein, Sulaeman. 2008. Konsep Budaya Sekolah. Diambil pada tanggal 3 Mei 2008. www.pakguruonline.com

Posting Komentar

0 Komentar