Pengertian Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning (CL)
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar menurut Budi Usodo (2000 : 2). Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan temannya dengan tugas-tugas berstruktur (Lie, A, 1995 : 76).
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang asih, asah, asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan sebagai latihan hidup di masyarakat.
Adapun ciri pembelajaran kooperatif menurut Budi Usodo (2000 : 3) sebagai berikut :
1) Adanya saling ketergantungan positif dan saling membantunya.
2) Interaksi tatap muka, akan memaksa siswa saling tatap muka dalam kelompok sehingga dapat berdialog.
3) Adanya akuntabilitas individu yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok.
4) Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi (kelompok belajar heterogen).
5) Guru melakukan pemantauan melalui observasi dan intervensi antar kelompok.
6) Guru memperhatikan kelompok-kelompok besar.
7) Penekanan pada penyelesaian tugas dan hubungan interpersonal
Konsep cooperative learning (CL) :
- Manusia memiliki potensi, latar belakang, harapan masa depan yang berbeda.
- Menciptakan interaksi asah, asih, asuh sehingga tercipta masyarakat belajar (Learning Community)
- Siswa tidak hanya belajar dari guru tetapi juga dari sesame siswa.
Keuntungan dari pembelajaran kooperatif Cooperative Learning (CL) sebagai berikut :
1) Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.
2) Memungkinkan siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi dan perilaku sosial
3) Memudahkan siswa menyesuaikan diri.
4) Memungkinkan terbentuknya perkembangan nilai-nilai sosial.
5) Menghilangkan sifat egois.
6) Membangun persabahatan
7) Meningkatkan rasa saling percaya.
8) Meningkatkan kegunaan berteman tanpa memandang perbedaan.
b. Good & Brophy (4m ed. : 448) menyatakan bahwa cooperative learning approaches involve assigning students to small group tasks (where the group members coprorate to procedure a single group product) or individual tasks (where the group members help one another complete individual assignments). (Good & Brophy, 4m ed. : 448).
Pendapat pembelajaran cooperative melibatkan penugasan siswa pada tugas-tugas kelompok kecil (dimana anggota-anggota kelompok bersama-sama pada prosedur satu hasil kelompok) atau tugas-tugas individu, (dimana anggota-anggota kelompok membantu satu dengan yang lain untuk melengkapi tugas-tugas individu)
c. Stavin (1994 : 2) menyatakan : cooperative learning refers to a variety of teaching methods in which students work in small groups to help one another learn academic content. In cooperative classrooms, students are expected to help each other, to discuss and argue with each other, to assess each other’s current knowledge and fill gaps in each other’s understanding.
Pembelajaran kooperatif menunjuk pada suatu ragam dari metode-metode pengajaran yang mana siswa bekerja dalam suatu kelompok kecil untuk membantu satu dengan yang lain mempelajari isi akademik. Pada ruang kelas kooperaif, siswa-siswa diharapkan untuk membantu siswa satu dengan yang lainnya, untuk berdiskusi dan berargumentasi dengan yang lain, untuk menerima aliran pengetahuan siswa satu dengan yang lain dan mengisi kesenjangan pemahaman satu dengan yang lain.
Dari uraian tersebut, dapat dinyatakan bahwa : cooperative learning merupakan model pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademis untuk sampai kepada pengalaman individual dan kelompok, saling membantu, berdiskusi, berargumentasi dan saling mengisi untuk memperoleh pemahaman bersama. Di sini selain terdapat tugas kelompok juga ada tugas individual. Anggota kelompok saling membatu satu dengan yang lain untuk melengkapi tugas individual. Senada dengan hal tersebut, Berliner (Journal of Teacher Education, 2000 : 367) menyatakan : “with regard to cooperative learning : student often benefit from working in pairs or small groups to construct understandings or help one another master skills”. Dengan memperhatikan pembelajaran kooperatif ssiwa-siswa seringkali memperoleh keuntungan dari bekerja berpasangan atau kelompok-kelompok kecil untuk menyusun pemahaman atau saling membantu penguasaan keterampilan siswa satu dengan yang lain.
Teknik pembelajaran kooperatif dengan teknik STAD adalah mengajar kepada siswa baik verbal maupun tertulis (Budi Usodo, 2000 : 1)
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
1) Siswa dibagi menjadi kelompok.
2) Tiap anggota menggunakan lembar kerja akademik kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui Tanya jawab/diskusi.
3) Tiap minggu/tiap 2 minggu guru mengevaluasi untuk mengetahui materi.
4) Tiap siswa/tim diberi skor penguasannya terhadap materi yang meraih prestasi tertinggi diberi penghargaan.
Menurut Edgar Dale yang dikutip oleh Das Salirawati (2007), pengalaman belajar manusia itu 75% diperoleh melalui indera penglihatan, 13% melalui indera pendengaran dan 12% melalui indera lainnya. Pendapat ini memberikan arti bahwa pembelajaran dengan alat Bantu (media) selain dapat menarik perhatian peserta juga sekaligus meningkatkan pemahaman karena melibatkan indera penglihatan.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar menurut Budi Usodo (2000 : 2). Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan temannya dengan tugas-tugas berstruktur (Lie, A, 1995 : 76).
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang asih, asah, asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan sebagai latihan hidup di masyarakat.
Adapun ciri pembelajaran kooperatif menurut Budi Usodo (2000 : 3) sebagai berikut :
1) Adanya saling ketergantungan positif dan saling membantunya.
2) Interaksi tatap muka, akan memaksa siswa saling tatap muka dalam kelompok sehingga dapat berdialog.
3) Adanya akuntabilitas individu yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok.
4) Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi (kelompok belajar heterogen).
5) Guru melakukan pemantauan melalui observasi dan intervensi antar kelompok.
6) Guru memperhatikan kelompok-kelompok besar.
7) Penekanan pada penyelesaian tugas dan hubungan interpersonal
Konsep cooperative learning (CL) :
- Manusia memiliki potensi, latar belakang, harapan masa depan yang berbeda.
- Menciptakan interaksi asah, asih, asuh sehingga tercipta masyarakat belajar (Learning Community)
- Siswa tidak hanya belajar dari guru tetapi juga dari sesame siswa.
Keuntungan dari pembelajaran kooperatif Cooperative Learning (CL) sebagai berikut :
1) Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.
2) Memungkinkan siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi dan perilaku sosial
3) Memudahkan siswa menyesuaikan diri.
4) Memungkinkan terbentuknya perkembangan nilai-nilai sosial.
5) Menghilangkan sifat egois.
6) Membangun persabahatan
7) Meningkatkan rasa saling percaya.
8) Meningkatkan kegunaan berteman tanpa memandang perbedaan.
b. Good & Brophy (4m ed. : 448) menyatakan bahwa cooperative learning approaches involve assigning students to small group tasks (where the group members coprorate to procedure a single group product) or individual tasks (where the group members help one another complete individual assignments). (Good & Brophy, 4m ed. : 448).
Pendapat pembelajaran cooperative melibatkan penugasan siswa pada tugas-tugas kelompok kecil (dimana anggota-anggota kelompok bersama-sama pada prosedur satu hasil kelompok) atau tugas-tugas individu, (dimana anggota-anggota kelompok membantu satu dengan yang lain untuk melengkapi tugas-tugas individu)
c. Stavin (1994 : 2) menyatakan : cooperative learning refers to a variety of teaching methods in which students work in small groups to help one another learn academic content. In cooperative classrooms, students are expected to help each other, to discuss and argue with each other, to assess each other’s current knowledge and fill gaps in each other’s understanding.
Pembelajaran kooperatif menunjuk pada suatu ragam dari metode-metode pengajaran yang mana siswa bekerja dalam suatu kelompok kecil untuk membantu satu dengan yang lain mempelajari isi akademik. Pada ruang kelas kooperaif, siswa-siswa diharapkan untuk membantu siswa satu dengan yang lainnya, untuk berdiskusi dan berargumentasi dengan yang lain, untuk menerima aliran pengetahuan siswa satu dengan yang lain dan mengisi kesenjangan pemahaman satu dengan yang lain.
Dari uraian tersebut, dapat dinyatakan bahwa : cooperative learning merupakan model pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademis untuk sampai kepada pengalaman individual dan kelompok, saling membantu, berdiskusi, berargumentasi dan saling mengisi untuk memperoleh pemahaman bersama. Di sini selain terdapat tugas kelompok juga ada tugas individual. Anggota kelompok saling membatu satu dengan yang lain untuk melengkapi tugas individual. Senada dengan hal tersebut, Berliner (Journal of Teacher Education, 2000 : 367) menyatakan : “with regard to cooperative learning : student often benefit from working in pairs or small groups to construct understandings or help one another master skills”. Dengan memperhatikan pembelajaran kooperatif ssiwa-siswa seringkali memperoleh keuntungan dari bekerja berpasangan atau kelompok-kelompok kecil untuk menyusun pemahaman atau saling membantu penguasaan keterampilan siswa satu dengan yang lain.
Teknik pembelajaran kooperatif dengan teknik STAD adalah mengajar kepada siswa baik verbal maupun tertulis (Budi Usodo, 2000 : 1)
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
1) Siswa dibagi menjadi kelompok.
2) Tiap anggota menggunakan lembar kerja akademik kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui Tanya jawab/diskusi.
3) Tiap minggu/tiap 2 minggu guru mengevaluasi untuk mengetahui materi.
4) Tiap siswa/tim diberi skor penguasannya terhadap materi yang meraih prestasi tertinggi diberi penghargaan.
Menurut Edgar Dale yang dikutip oleh Das Salirawati (2007), pengalaman belajar manusia itu 75% diperoleh melalui indera penglihatan, 13% melalui indera pendengaran dan 12% melalui indera lainnya. Pendapat ini memberikan arti bahwa pembelajaran dengan alat Bantu (media) selain dapat menarik perhatian peserta juga sekaligus meningkatkan pemahaman karena melibatkan indera penglihatan.
0 Komentar