Terbaru

6/recent/ticker-posts

Pembelajaran dengan Pendekatan Strategi Deep Dialogue

Pendekatan secara umum memiliki arti yang sangat kompleks. Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya tentang pengertian pendekatan, diantaranya yaitu :
 Pendekatan belajar mengajar dapat merupakan suatu konsep atau prosedur yang digunakan dalam membahas suatu bahan pelajaran untuk mencapai tujuan belajar mengajar.
b. Pendekatan dalam belajar mengajar yang menekankan pentingnya belajar melalui proses menjalani untuk memperoleh pemahaman (Tabrani Rusyan, 1994 : 1).
c. Basis pendekatan yang telah diubah terhadap pengajaran dan pembelajaran adalah bahwa pemikir dunia pendidikan perempat abad 20 yang terakhir memusatkan perhatiaanya agar para siswa dapat belajar dengan berhasil dalam konteks pembelajaran yang baru.
Deep Dialogue (dialog mendalam), dapat diartikan sebagai percakapan antara orang-orang (dialog) yang harus diwujudkan dalam hubungan yang interpersonal, saling keterbukaan, jujur dan mengandalkan kebaikan (GDI, 2001). Beberapa prinsip yang harus dikembangkan dalam Deep Dialogue, antara lain adalah: adanya komunikasi dua arah dan prinsip saling memberi yang terbaik, menjalin hubungan kesederajatan dan keberadaban serta empatisitas yang tinggi dari setiap pelakunya. Dengan demikian, Deep Dialogue mengandung nilai-nilai demokrasi dan etis.
Deep Dialogue, pada dasarnya bukanlah sebuah pendekatan yang baru sama sekali, akan tetapi telah diadaptasikan dari berbagai metode yang telah ada sebelumnya (GDI, 2001: 16). Oleh karena itu, Deep Dialogue bisa menggunakan semua metode pembelajaran yang telah digunakan sebelumnya seperti Multiple Intelligences, inkuiri, Belajar Aktif, Keterampilan Proses ataupun Parthnership Learning Method, sebagaimana yang dikembangkan oleh Eisler. Dengan demikian, filosofi Deep Dialogue adalah melakukan penajaman-penajaman terhadap seluruh metode pembelajaran yang telah ada, baik yang bersifat konvensional maupun yang bersifat inovatif.
Fokus kajian pendekatan Deep Dialogue dalam pembelajaran dikonsentrasikan dalam mendapatkan pengetahuan dan pengalaman, melalui dialog secara mendalam, tidak saja menekankan keaktifan peserta didik pada aspek fisik, akan tetapi juga aspek intelektual, sosial, mental, emosional dan spiritual. Peserta didik yang telah belajar di kelas yang menggunakan pendekatan Deep Dialogue, diharapkan akan memiliki perkembangan koqnisi dan psikososial yang lebih baik. Mereka juga diharapkan dapat mengembangkan ketrampilan hidup tentang Deep Dialogue yang akan meningkatkan pemahaman terhadap dirinya dan terhadap orang lain yang berbeda dari diri mereka, dan oleh karena itu akan memperkuat penerimaan dan toleransi terhadap perbedaan-perbedaan.
Global Dialogue Institute (2001: 17) mengindetifikasi ciri-ciri pembelajaran yang menggunakan Deep Dialogue, yaitu: 1) peserta didik dan Guru nampak aktif, 2) mengoptimalisasikan potensi intelligensi peserta didik, 3) berfokus pada mental, emosional dan spiritual, 4) menggunakan pendekatan dialog mendalam dan berpikir kritis, 5) peserta didik dan guru dapat menjadi pendengar, pembicara, dan pemikir yang baik, 6) dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, 7) lebih menekankan pada nilai, sikap dan kepribadian.
Agar deep dialogue dapat diimplementasikan dalam pembelajaran perlu diperhatikan kaidah-kaidah deep dialogue sebagai berikut: Pertama, keterbukaan, langkah awal untuk melakukan dialog mendalam individu harus membuka diri terhadap mitra dialog, karena sifat terbuka dalam diri akan membuka peluang untuk belajar, mengubah dan mengembangkan persepsi. Dialog sebagai suatu kegiatan memiliki dua sisi yakni dalam masyarakat dan antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya. Hal ini dilakukan mengingat bahwa dialog pada hakekatnya bertujuan untuk saling berbicara, belajar dan mengubah diri masing-masing pihak yang berdialog. Kedua, kejujuran, bersikap jujur dan penuh kepercayaan diperlukan dalam deep dialogue, sebab dialog hanya akan bermanfaat manakala pihak-pihak yang melakukan bersikap jujur dan tulus. Artinya masing-masing mengemukakan tujuan, harapan, kesulitan dan cara mengatasinya melalui berpikir kritis secara apa adanya, serta saling percaya diantara mereka. Dengan demikian kejujuran merupakan prasyarat terjadinya dialog. Ketiga, kerjasama, untuk menanamkan kepercayaan antara personal, langkah awal yang perlu dilakukan adalah dengan menyamakan persepsi dengan cara bekerjasama dengan orang lain, selanjutnya memilih pokok-pokok permasalahan yang memungkinkan memberi satu dasar berpijak yang sama. Setelah terjadi kesamaan persepsi selanjutnya melangkah pada permasalahan umum yang dapat dihadapi bersama atau mencari solusinya.
3. Pengertian IPA
 Belajar  IPA menurut Carin (1993:3) mendefinisikan science sebagai The activity of questioning and exploring the universe and finding and expressing it’s hidden order, yaitu “ Suatu kegiatan berupa pertanyaan dan penyelidikan alam semesta dan penemuan dan pengungkapan serangkaian rahasia alam.”
IPA mengandung makna pengajuan pertanyaan, pencarian jawaban, pemahaman jawaban, penyempurnaan jawaban baik tentang gejala maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis (Depdiknas,2002a: 1). Berdasar pada definisi yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa sains selain sebagai produk juga sebagai proses tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
IPA merupakan salah satu disiplin ilmu yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistemetis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pembelajaran IPA dapat membantu peserta didik memperoleh pengalaman langsung dan pemahaman untuk mengembangkan kompetensinya agar dapat menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

Posting Komentar

0 Komentar