Terbaru

6/recent/ticker-posts

UPAYA PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK TEKS CERITA WAYANG YANG DIBACAKAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DHALANG BAGI SISWA KELAS V SD

 Sumber: Jurnal Pendidikan Empirisme Edisi September 2012

UPAYA PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK TEKS CERITA WAYANG YANG DIBACAKAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DHALANG BAGI SISWA KELAS V SDN PENGKOL 02 KECAMATAN NGUTER SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Suci Prihati

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan proses pelaksanaan pembelajaran “upaya meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa pada materi pokok teks cerita yang dibacakan bagi siswa kelas V SDN pengkol 02 kecamatan nguter semester 1 tahun 2011/2012”Setelah melalui model pembelajaran dhalang.

    Penelitian dilaksanakan 4 bulan yaitu bulan Agustus 2011 sampai dengan bulan November 2011. Adapun yang menjadi subyek penelitian adalah minat dan prestasi belajar siswa pada materi pokok teks cerita yang dibacakan bagi siswa kelas V SDN pengkol 02,UPTD Pendidikan Kecamatan Nguter,Kabupaten Sukoharjo Provinsi Jawa Tengah dengan jumlah  12 siswa, terdiri dari empat siswa perempuan  dan delapan siswa laki -laki.
    Prosedur penelitian yang digunakan yaitu prosedur jenis penelitian tindakan yang dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menelaah semua data yang diperoleh melalui hasil tes tulis, observasi dan wawancara.  menggunakan analisis deskriftif dengan membandingkan siklus I dan siklus II, dari hasil belajar siswa dianalisis dengan menggunakan deskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai test kondisi awal nilai siklus I dan nilai silus II, kemudian direfleksi
Kata Kunci: Minat dan Prestasi Belajar, Pembelajaran Dhalang
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Bahasa Jawa sebagai salah satu bagian dari keragaman bahasa komunikasi menjadi bahasa ibu yang digunakan oleh masyarakat etnik Jawa. Sebagai bahasa ibu bahasa Jawa harus dilestarikan agar keberadaanya tetap terjaga, misalnya melalui jalur pendidikan dengan menetapkan kurikulum pembelajaran Bahasa Jawa di sekolah-sekolah. Upaya pelestarian bahasa Jawa ini bukan sekedar mempertahankan ciri budaya bangsa, tetapi diharapkan bahasa Jawa dapat tumbuh dan berkembang sebagai sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan secara implisit dalam pembelajaran bahasa Jawa terkandung budaya Jawa yang membentuk kepribadian dan budi pekerti yang luhur dalam membentuk akhlak yang mulia melalui tata krama dan sopan santun.
Dalam proses pembelajaran, bahasa Jawa merupakan kurikulum muatan lokal, sehingga sering kali pelajaran Bahasa Jawa ini kurang diperhatikan dan lebih mementingkan pelajaran bahasa yang masuk dalam ujian nasional, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa asing (Inggris). Di samping itu, sering kali peserta didik merasa bahwa pelajaran Bahasa Jawa itu sulit sehingga minat dan respon siswa terhadap pelajaran bahasa Jawa sebagai bahasa daerahnya masih disikapi kurang positif oleh siswa.
Berdasarkan pengamatan penulis dalam kegiatan pembelajaran di kelas V SDN Pengkol 02  Kecamatan Nguter  pada materi pokok tentang teks cerita wayang yang dibacakan, pencapaian kemampuan bahasa siswa sesuai indikator yang diharapkan masih belum belum optimal. Siswa masih merasakan kesulitan dalam hal menyimak (kemampuan mendengarkan) dan menyimpulkan kembali teks cerita wayang dibacakan (kemampuan menulis dan berbicara).
Belum optimalnya pencapaian hasil belajar siswa khususnya berkaitan dengan kemampuan mendengarkan dan menulis/berbicara diakui sendiri oleh guru kelas dari hasil wawancara langsung yang mengatakan bahwa: “Pencapaian hasil belajar siswa masih belum tercapai dengan optimal dikarenakan model pembelajaran yang disampaikan masih kurang efektif, sehingga siswa merasa kurang bersemangat dan konsentrasi siswa dalam mendengarkan teks yang dibacakan guru pun masih sulit diterima.”
Untuk itu penting bagi guru untuk menciptakan kegiatan pembelajaran bahasa Jawa menarik dan menyenangkan bagi siswa. Salah satunya adalah dengan menerapkan model pembelajaran dhalang dalam pembelajaran bahasa Jawa terutama pada materi pokok teks cerita wayang yang dibacakan. Melalui model pembelajaran dhalang, guru berperan sebagai dhalang dan menggunakan media (alat bantu) berupa wayang, kemudian teks cerita yang akan disampaikan oleh guru dikemas ke dalam suatu cerita.
Dari model pembelajaran dhalang inilah diharapkan teks yang dikemas dalam suatu cerita dapat dengan mudah disimak oleh siswa, selanjutnya siswa pun mampu menuangkan sesuatu yang disimaknya untuk mengembangkan kemampuan berbicaranya melalui kemampuan menulis maupun menyimpulkan cerita secara lisan.
    Rumusan Masalah
Dari penjelasan latar belakang masalah yang penulis kemukakan di atas, maka dikemukakan rumusun masalah sebagai berikut.
1.    Bagaimana skenario pelaksanaan pembelajaran bahasa Jawa menggunakan model pembelajaran dhalang dalam meningkatkan minat belajar siswa kelas V SDN Pengkol 02  Kecamatan Nguter  Semester I Tahun Pelajaran 2011-2012?
2.    Sejauhmana penggunaan model pembelajaran dhalang dapat meningkatkan kemampuan menyimak dan menulis siswa kelas V SDN Pengkol 02  Kecamatan Nguter  Semester I Tahun Pelajaran 2011-2012?
Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini tujuan yang  hendak dicapai adalah:
1.    Meningkatkan  minat belajar siswa kelas V SDN Pengkol 02 Kecamatan Nguter  Semester I Tahun Pelajaran 2011-2012 pada mata pelajaran Bahasa Jawa.
2.    Meningkatkan  kemampuan bahasa (menyimak dan menulis) siswa kelas V  SDN  Pengkol  02, Kecamatan Nguter Semester I Tahun Pelajaran 2011-2012.

Manfaat Penelitian
1.    Bagi Guru
a.    Meningkatkan kompetensi guru khususnya dalam mengembangkan kompetensi kepribadian guru.
b.    Menambah pengalaman dan wawasan dalam menciptakan kegiatan belajar mengajar di kelas yang aktif, kreatitif, efektif dan menyenangkan.
2.    Bagi siswa
a.    Menambah pengalaman belajar siswa dalam kegiatan belajarnya guna meningkatkan kemampuan bahasa (menyimak dan menulis).
b.    Meningkatkan peran aktif siswa dalam pembelajaran agar dapat dikembangkan sebagai sikap yang harus dimiliki oleh siswa.
3.    Bagi Sekolah
a.    Memberikan masukan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran di kelas.
b.    Sebagai acuan dan referensi guna menciptakan lingkungan pembelajaran di sekolah yang lebih efektif dan efisien dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
4.    Bagi Peneliti lain
Menjadi bahan pustaka dan referensi dalam mengembangkan penelitian-penelitian selanjutnya.

Kajian Teori
Hakikat Belajar Bahasa Jawa
Menurut Kamus Bahasa Indonesia (1983), belajar berasal dari kata dasar ajar yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut). Sedangkan belajar memiliki arti yaitu, berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Proses belajar merupakan jalan yang harus ditempuh seorang pelajar untuk mengetahui suatu hal yang sebelumnya tidak diketahui. Seseorang yang telah melakukan kegiatan belajar dapat disebut telah mengerti suatu hal, bila ia juga dapat menerapkan apa yang telah ia pelajari.
Menurut Rooijakkers dalam bukunya Mengajar Dengan Sukses (1991), keberhasilan seorang pengajar akan tejamin, bila ia dapat mengajak para peserta didiknya mengerti suatu masalah melalui semua tahap proses belajar, karena dengan cara begitu siswa akan memahami hal yang diakarkan. Dengan begitu berarti pengajar tersebut melakukan tugasnya dengan berhasil.
Pembelajaran adalah kegiatan interaksi edukatif antara peserta didik dengan guru. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan tatap muka sebagaimana dimaksud dalam, PP No. 74 tahun 2008, yang isinya antara lain merupakan kegiatan bimbingan dan latihan kepada peserta didik yang belum menguasai kompetensi yang harus dicapai (Pedoman Pelaksanaan Tugas Guru dan Pengawas, 2009:10)
Budaya diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir, nilai, moral, norma dan keyakinan (belief) manusia yang dihasilkan masyarakat. Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebijakan (virtues) yang diyakininya dan digunakannya sebagai landasan untuk cara pandang berpikir dan bertindak. Pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah usaha bersama sekolah dan oleh karenanya dilakukan secara bersama oleh semua guru dan pimpinan sekolah, melalui semua mata pelajaran dan menajdi bagian yang tak terpisahkan dari budaya sekolah. (Pusat Kurikulum Balitbank Kemendiknas, 2010: 2)
Ragam yang begitu banyak dan rumit akhirnya para pakar Bahasa Jawa menyederhanakan menjadi 4 ragam, yakni: ngoko lugu, ngoko alus, kromo lugu, dan  kromo alus (menurut kurikulum Berbahasa Jawa Tahun 2010).
Mengingat pentingnya peranan guru dalam menentukan keberhasilan pengajaran dengan demikian penting juga peranannya dalam pembinaan budi pekerti dan pendidikan karakter bangsa, maka seorang guru harus senantiasa mencari cara terbaik dalam menyajikan pembelajaran. Cara yang baik dalam menyajikan pembelajaran baiknya didukung oleh kreatifitas, kompetensi, dan performansi yang baik pula. Maka guruakan mampu menumbuhkembangkan minat murid dan membangkitkan kecintaan murid kepada mata pelajaran bahasa Jawa. (Sumarlam, 2011: 29)
Pengertian dhalang dalam Kegiatan Belajar Mengajar
   
Beberapa  ahli berpendapat  bahwa arti istilah dalang dalam konteks banyak dalang adalah salah satu dari macam alat peralatan  tradisional keratin Jawa, Pror Winter menerangkan tentang dhalang anteban ialah sebagai dalang peneranganing laki rabi tau tanda perkawinan berupa emas.
Dalam buku Renungan Pertunjukan Wayang Kutit karya Seno Sastromijoyo disebutkan bahwa kata dhalang berasal dari kata wedha dan wulang.Adapun yang dimaksud Wedha  adalah kitab suci  agama  Hindu yang memuat ajaran agama. Peraturan hidup dan kehidupan manusia di dalam masyarakat, terutama yang menuju kearah  kesempurnaan hidup. Wulang berarti ajaran atau petuah , mulang berarti mengajar. Istilah dalang adalah seorang ahli  yang mempunyai  kejujuran dan  kewajiban memberi pelajaran wejangan, uraian atau tafsiran tentang kitab suci wedha beserta maknanya kepada masyarakat.
Dalang juga berasal dari kata dalung atau disebut blencong, yaitu alat penerang tradisional. Dengan adanya pendapat tersebut  fungsi dalang di masyarakat adalah sebagai juru penerang. Dalang berasal dari kata Angudal Piwulang.Angudal artinya menceritakan, membeberkan, mengucapakan dan menerangkan seluruh isi hatinya. Piwulang artinya petuah atau nasehat. Dengan pendapat tersebut maka dalang adalah seorang pendidik atau pembibing masyarakat atau guru masyarakat.
istilah dalang berasal darin kata Talang  artinya saluran air pada atap. Jadi kata dalang disamakan dengan talang yang dapat diartikan sebagai saluran air. Dalam hal ini , dalang dimksud sebagai penghubung  atau penyalur antara dunia manusia dan dunia roh.
Tugas dalang yang dimaksud dalam uraian di atas adalah tugas dalam  pakeliran atau pergelaran  wayang. Baik dalang gaya lama atau  zaman sekarang. Berikut ini akan diuraikan  pengertian – pengertian istilah  yang dapat dipergunakan sebagai pengetahuan dasar yang lazim disebut sanguning dalang. Seorang dalang yang baik dan  pandai, mengerti dan terampil, berkewajiban menguasai renggep, menguasai antawacana, enges, greget, regu, sem , tutug, banyol, kawi, radya, sabet, amardisaba, paramasastra,dodogan, keprakan, awicarita, amardawalagu.
        Dalang harus memiliki kemampuan sabet, Artinya ia harus mempunyai ketrampilan dalam olah krida wayang, tidak ceroboh, hidup dan memiliki teknik menggerakkan wayang , paham akan parama kawi, artinya dalang harus mengerti bahasa kawi dan kesusasteraannya sehingga ia dapat mengartikan kata – kata yang akan diucapkan. Amardisaba  artinya dalang harus mengerti dan mengetahui bahasa pedalangan, misalnya bahasa dewa, raksasa, punakawan dan lainnya.paham akan paramasatra artinya dalang harus mengerti tata bahasa  dan harus banyak menyelami kasusastran untuk mengetahui urutan percakapan yang baik.
Metode dan Media Dalam Pembelajaran di Kelas
Metode berasal dari bahasa Yunani “Greek”, yakni “Metha”, berarti melalui, dan “Hadas” artinya cara, jalan, alat atau gaya. Dengan kata lain, metode artinya “jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu” (H. Muzayyin Arifin, 1987: 97). Dalam Kamus Besar  Bahasa Indonesia (1990:580) metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.
Anthony, Subyakto dalam Hasanah (2008:12) mendefenisikan bahwa: “metode pengajaran adalah tingkat yang menerapkan teori-teori pada tingkat asumsi atau falsafah tentang pengajaran bahasa”.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode pengajaran adalah cara yang digunakan untuk pengajaran, dalam proses pembelajaran kegiatan belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Banyak metode yang digunakan dalam mengajar, menurut Nana Sujana, “Metode-metode yang digunakan dalam pengajaran yaitu:  Metode Ceramah; Metode Tanya jawab; Metode Diskusi; Metode Pemberian tugas dan Resitasi; Metode Kerja kelompok; Metode Demonstrasi dan Eksperimen; Metode Sosio drama; Problem solving; Metode Sistem regu; Metode Latihan; Metode Karyawisata; Metode Survey masyarakat dan Simulasi” (1986, 77-89).
Lain halnya dengan Supriadi Saputro (1993, 43), bahwasanya ada beberapa metode interaksi belajar mengajar, antara lain: metode ceramah; tanya jawab, diskusi, kooperatif, demonstrasi, karya wisata, penugasan, eksperimen, dan metode bermain.

Menurut Marshall Mcluhan dalam Harjanto (2005:246)  “Media adalah suatu ekstensi manusia yang memungkinkannya  mempengaruhi orang lain yang tidak mengadakan kontak langsung  dengan orang tersebut”. Melalui media pendidikan dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran, yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya.
Menurut Sudjana dalam Fiktiany (2007:13) bahwa “Penggunaan media dalam pengajaran memiliki nilai dan manfaat antara lain adalah supaya pengajaran lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar, selain itu bahan pengajaran akan semakin jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik. Media pendidikan juga bermanfaat sebagai metode mengajar yang lebih bervariasi, dan tidak hanya semata-mata sebagai komunikasi verbal penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, dan melakukan demonstrasi”.

Dhalang Sebagai Pembelajaran Bahasa Jawa di Sekolah
Metode pembelajaran bermain mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Nur (2000), semua metode pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan  dan struktur  penghargaan. Struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan pada metode pembelajaran bermain berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan serta struktur penghargaan metode pembelajaran yang lain. Tujuan metode pembelajaran (learning) bermain adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.
Dalam pembelajaran bahasa Jawa, metode permainan dhalang sangat cocok diterapkan khususnya pada materi teks cerita wayang


yang dibacakan. Melalui pembelajaran dhalang ini, aspek perkembangan bahasa (menyimak dan berbicara) siswa akan lebih mudah berkembang karena timbulnya rasa senang dan minat siswa dalam kegiatan belajarnya.
Keunggulan penggunaan metode pengajaran melalui permainan dhalang ini di antaranya: 1) Melalui permainan dhalang, anak didik dapat termotivasi; 2) Biaya untuk latihan dapat dikurangi dengan adanya permainan; 3) Permainan dhalang dapat memberikan pengalaman-pengalaman yang nyata dan dapat diulangi sebanyak yang dikehendaki.

Minat Belajar
Secara  bahasa minat  berarti “kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu.” (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990: 583). Minat merupakan sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat besar sekali pengaruhnya terhadap kegiatan seseorang sebab dengan minat ia akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu.
Sedangkan pengertian minat secara istilah telah banyak dikemukakan oleh para ahli, di antaranya Sardiman A. M. berpendapat bahwa “minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri.” (Sardiman, 1988: 76). Sedangkan  menurut I. L. Pasaribu dan Simanjuntak (1983: 92) mengartikan  minat sebagai “suatu motif yang menyebabkan individu berhubungan secara aktif dengan sesuatu yang menariknya.”Selanjutnya menurut Zakiah Daradjat, dkk. (1995: 133), mengartikan minat adalah “kecenderungan jiwa yang tetap ke jurusan sesuatu hal yang berharga bagi orang.”
Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli seperti yang dikutip di atas dapat disimpulkan bahwa, minat adalah kecenderungan seseorang terhadap obyek atau sesuatu kegiatan yang digemari yang disertai dengan perasaan senang, adanya perhatian, dan keaktifan berbuat.
Hurlock (1978: 422) mengatakan “minat merupakan hasil dari pengalaman atau proses belajar”. Lebih jauh ia mengemukakan bahwa minat memiliki dua aspek yaitu: aspek kognitif dan aspek afektif. Aspek kognitif didasarkan atas konsep yang dikembangkan seseorang mengenai bidang yang berkaitan dengan minat. Konsep yang membangun aspek kognitif di dasarkan atas pengalaman dan apa yang dipelajari dari lingkungan. Sedangkan aspek afektif ini adalah konsep yang membangun konsep kognitif dan dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan atau objek yang menimbulkan minat. Aspek ini mempunyai peranan yang besar dalam memotivasikan tindakan seseorang.

Prestasi Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997: 787) “Prestasi diartikkan sebagai hasil yang telah dicapai dari usaha yang telah dilakukan dan dikerjakan”. atau dalam definisi yang lebih singkat bahwa prestasi adalah “hasil yang telah di capai (dilakukan dan dikerjakan)” (Purdamimta, 1987: 768).
Senada dengan pengertian di atas yang dikutip dari Kamus Umum Bahasa Indonesia (Badudu dan M.Zein, 1994: 1088, pengertian prestasi adalah “hasil yang telah di capai dari apa yang dikerjakan/ yang sudah diusahakan”.
Dengan demikian, dapat dinyatakan beberapa rumusan dari pengertian prestasi belajar, diantaranya bahwa “prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau materi yang dikembangkan oleh mata pelajaran” (Habeyh, 1974: 139). Hasil belajar menurut Nana Sudjana adalah “kemampuan yang dimiliki siswa, setelah ia menerima pengalaman belajarnya” (1992: 22). Sedangkan menurut Hadari Nawawi prestasi belajar adalah “tingkat keberhasilan murid untuk mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi”.(1981: 100)
Kerangka Berpikir
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila materi   pembelajaran yang dipelajari oleh siswa tidak sesuai dengan minat maka siswa tidak dapat belajar dengan sebaik-baiknya, siswa merasa segan untuk belajar dan tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Kegiatan pembelajaran yang menarik minat siswa, akan menambanh kegiatan belajar siswa sehingga lebih mudah dipelajari dan dipahami.
Untuk itulah dalam setiap kegiatan pembelajaran, hendaknya guru mampu mengelola kegiatan belajar mengajar dengan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Mata pelajaran bahasa Jawa, sebenarnya tidak sulit dipelajari, namun karena guru kurang mampu memicu minat (motivasi) siswa dalam pembelajaran, menyebabkan siswa merasa kesulitan dalam menerima materi yang dipelajarinya.
Dalam upaya menciptakan kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan, maka dalam pembelajaran Bahasa Jawa hendaknya digunakan metode dan juga media yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Salah satu metode yang efektif dalam meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa adalah dengan metode pengajaran dhalang.
Melalui metode ini, siswa diajak untuk belajar melalui permainan dhalang, dari teks cerita wayang yang ada guru mengembangkannya dengan mengemas kedalam sebuah cerita yang diperagakan dengan alat bantu wayang. Dhalang berperan sebagai pembawa cerita yang melakonkan wayang-wayang tersebut sehingga menjadi cerita yang menarik. Selanjutnya siswa secara berkelompok diberi tugas melakonkan cerita wayang dari teks cerita wayang yang telah disiapkan oleh guru.
Metode pengajaran dhalang ini diharapkan mampu meningkatkan minat siswa dalam kegiatan pembelajaran bahasa Jawa sehingga prestasi belajar siswa pun dapat meningkatkan lebih baik, khususnya bagi di kelas V SDN Pengkol 02 Kecamatan Nguter Semester  I tahun 2011/2012. Untuk lebih jelasnya, kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan pada skema berikut ini:

Gambar 1. Kerangka Berpikir
Hipotesis Tindakan
Dari uraian berdasarkan kajian teori dan dirumuskan dalam kerangka skema kerangka pemikiran di atas, maka dalam penelitian tindakan kelas ini hipotesis tindakan yang penulis kemukakan adalah: “Diduga melalui penerapan metode pengajaran dhalang dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa kelas  V SDN Pengkol 02  Kecamatan  Nguter Semester  I Tahun Pelajaran 2011/2012.”
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan mulai bulan Agustus 2012 sampai dengan bulan November 2012.Penelitian ini dilaksanakan  Sekolah Dasar Negeri Pengkol 02 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo, tepatnya di kelas V SDN Pengkol 02 Kecamatan Nguter Semester I Tahun Pelajaran 2011/2012.
Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas V SDN Pengkol 02 Kecamatan Nguter Semester I Tahun 2011/2012 yang berjumlah 12 siswa, terdiri dari empat siswa putri dan delapan siswa putra.
Data dan Sumber Data
Sumber data dalam penelitian tindakan kelas ini berasal dari subyek penelitian atau dari siswa yang merupakan sumber data primer yaitu nilai ulangan harian siswa baik nilai ulangan harian sebelum tindakan kelas maupun setelah dilakukanya tindakan kelas oleh guru.
Data yang dikumpulkan dari observasi terhadap siswa meliputi : 1) Proses dan hasil belajar siswa pada matapelajaran Bahasa Jawa dengan kompetensi dasar mendengarkan cerita tokoh wayang werkudara; 2) Kegiatan Belajar Mengajar melalui model pembelajaran dalang baik siswa maupun guru (peneliti).
Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik yang digunakan dalam pengumpulan data meliputi:
Tes Tulis
Tes tulis ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar (prestasi) siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran di setiap siklusnya. Tes ini berisikan soal-soal yang berkaitan dengan materi yang telah dipelajari sebelumnya. Tes dikerjakan oleh setiap siswa dalam bentuk soal uraian pada masing-masing siklusnya.
Observasi
Observasi dilakukan selama proses pembelajaran untuk memperoleh informasi tentang pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran dalang dan pengaruhnya pada hasil belajar siswa.
Wawancara
Wawancara diberikan kepada siswa pada akhir pembelajaran untuk memperoleh informasi tentang kendala yang muncul dalam pelaksanaan proses pembelajaran dengan model pembelajaran dalang. Dalam wawancara yang dilakukan dengan siswa, peneliti melakukan komunikasi secara langsung (lisan).
Validasi Data
Untuk mendapatkan data yang valid maka dalam penelitian ini menggunakan teknik trianggulasi data, yaitu suatu teknik pemeriksaan validitas data dengan memanfaatkan sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau perbandingan data itu (Sarwiji, 2009: 60). Dengan demikian dalam penelitian ini validasi data yang dilakukan adalah  pada aktivitas  siswa yang diperoleh dari rekan sejawat dan observer.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menelaah semua data yang diperoleh melalui hasil tes, observasi dan wawancara.
Indikator Kinerja
Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu peningkatan minat dan hasil belajar (prestasi) siswa kelas V SDN pengkol 02 Kecamatan Nguter Semester I Tahun Pelajaran 2011-2012 melalui pembelajaran dalang, maka indicator kinerja yang ditetapkan adalah 85% dari jumlah siswa mendapat nilai lebih dari sama dengan 6,5.
Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan ini dilakukan dalam dua siklus, adapun pada masing-masing siklus terdiri dari empat kegiatan, 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) pengamatan, dan 4) refleksi tindakan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal (Pra Tindakan)
Sebelum menjelaskan hasil yang telah dilaksanakan dalam tindakan penelitian ini, perlu dijelaskan secara ringkas deskripsi minat dan hasil belajar siswa kelas V SDN Pengkol 02 Kecamatan Nguter Semester I Tahun pelajaran 2011 / 2012 sebelum dilaksanakan tindakan. Pada kondisi awal, guru masih melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan membacakan teks bacaan dari buku pelajaran Bahasa Jawa kelas V.
Berdasarkan data hasil penilaian minat tersebut, rata-rata siswa masih kurang dari aspek sikap rasa senang dan perhatian. Sedangkan dari aspek keaktifan sudah menunjukkan sikap yang baik.
Sedangkan dari segi prestasi (hasil belajar siswa), dari tes tertulis yang telah dilaksanakan siswa dalam pelajaran bahasa jawa dengan materi teks cerita wayang yang dibacakan menunjukkan hasil yang kurang baik, nilai hasil rata-rata secara klasikal dari tes tersebut baru mencapai 5,7 dimana dari 12 siswa, baru 4 siswa (33,3 %) yang mencapai nilai ketuntasan, 8 siswa (66,7 %) belum mencapai ketuntasan.
Deskripsi Siklus I
Berdasarkan hasil penilaian minat siswa dari 12 siswa kelas V, SDN Pengkol 02 Kecamatan Nguter Semester I tahun pelajaran 2011/2012 pada pelajaran Bahasa Jawa dengan materi teks  “ Bima Suci “, Sebanyak 2 siswa ( 16.7% )  penilaian  minat  belajarnya memperoleh skor 2 dengan kriteria cukup baik, dan10 siswa ( 83.3%)  minat  belajarnya memperoleh skor 3 dengan kriteria baik.
        Sedangkan dari segi hasil ( prestasi ) hasil belajar siswa, dari data-data yang telah dikumpulkan berdasarkan penilaian hasil tes tertulis yang dilaksanakan oleh siswa, menunjukkan adanya peningkatan kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai tes tertulis siswa yang sudah semakin meningkat, dari 12 siswa yang melaksanakan tes tertulis, 2 siswa (16,7%) belum mencapai ketuntasan, 10 siswa (83,3%) sudah mencapai ketuntasan. Secara klasikal rata-rata nilai yang diperoleh adalah 7,1, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas V SDN Pengkol 02 Kecamatan Nguter Semester I tahun pelajaran 2011/2012 pada pelajaran Bahasa Jawa dengan materi ajar teks cerita wayang “Bima Suci” sudah menunjukkan adanya peningkatan setelah pelaksanaa pembelajarn dilaksanakan dengan metode pelajaran dhalang.
C.    Deskripsi Siklus II
Berdasarkan penilaian pengamatan minat belajar siswa di atas dapat ketahui bahwa dari 12 siswa kelas V SDN Pengkol 02 Kecamatan Nguter Semester I tahun pelajaran 2011-2012 setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran dhalang menunjukkan 5 siswa (41,7%) minat belajar siswa mencapai indikator baik, dan 7 siswa (58,3%) mencapai indikator penilaian baik sekali.
Dengan demikian bila diberi penilaian pencapaian minat belajar siswa dalam pelajaran bahasa Jawa mengindikasikan bahwa siswa kelas V SDN Pengkol 02 Kecamatan Nguter Semester I tahun pelajaran 2011-2012 telah menunjukkan minat belajar yang baik.
Berdasarkan hasil penilaian terhadap kemampuan siswa setelah melaksanakan tugas individu berupa tes tertulis yang dilaksanakan pada kegiatan akhir dalam pelaksanaan tindakan, menunjukkan hasil yang baik. Seluruh siswa kelas V SDN Pengkol 02 Kecamatan Nguter Semester I tahun pelajaran 2011/2012 telah mencapai perolehan nilai di atas ketuntasan (KKM).
 Perolehan nilai hasil belajar siswa secara klasikal telah mencapai rata-rata 7,8 dan seluruh siswa (12 siswa atau 100%) telah mencapai ketuntasan yang telah ditetapkan.
4)    Refleksi Tindakan
Dalam mengemukan simpulan dari tindakan yang telah dilaksanakan pada tahap siklus II ini maka peneliti menindaklanjuti dengan melaksanakan refleksi tindakan. Hal ini sebagai kilas balik dari pelaksanaan tindakan siklus II, kemudian dicari hal-hal apa saja yang telah dicapai baik keberhasilan maupun kegagalan. Dengan demikian, dalam tindakan refleksi ini dapat dikemukan simpulan sebagai berikut:
a)    Perencanaan pembelajaran sudah dapat dilaksanakan dengan baik, guru perlu menerapkan langkah-langkah perencanaan ini pada kegiatan-kegiatan pembelajaran yang lain.
b)    Meningkatnya minat belajar siswa dan hasil belajar siswa telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dari segi proses pembelajaran, siswa kelas V SDN Pengkol 02 Kecamatan Nguter telah menunjukkan minat belajar yang baik, yaitu dari 12 siswa 5 siswa (41,7%) minat belajarnya baik, dan 7 siswa (58,3%) baik sekali. Adapun hasil belajar siswa juga menunjukkan peningkatan yang menggembirakan, dari 12 siswa: seluruh siswa telah mencapai nilai di atas rata-rata ketuntasan, yaitu 7,8.

PENUTUP
Simpulan
Dari pencapaian hasil tersebut maka dapat disimpulkan hasil tindakan sebagai berikut.
Penerapan model pembelajaran dhalang pada pelajaran bahasa Jawa dengan materi teks cerita yang dibacakan mampu meningkatkan minat belajar siswa kelas V SDN Pengkol 02 Kecamatan Nguter Semester I tahun pelajaran 2011-2012. Meningkatnya minat belajar siswa dan hasil belajar siswa telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dari segi proses pembelajaran, siswa kelas V SDN Pengkol 02 Kecamatan Nguter telah menunjukkan minat belajar yang baik, yaitu dari 12 siswa 5 siswa (41,7%) minat belajarnya baik, dan 7 siswa (58,3%) baik sekali.
Penerapan model pembelajaran dhalang pada pelajaran bahasa Jawa dengan materi teks cerita yang dibacakan mampu meningkatkan prestasi (hasil belajar) siswa kelas V SDN Pengkol 02 Kecamatan Nguter Semester I tahun pelajaran 2011/2012. Adapun hasil belajar siswa juga menunjukkan peningkatan yang menggembirakan, dari 12 siswa: seluruh siswa telah mencapai nilai di atas rata-rata ketuntasan, yaitu 7,8.
Saran-saran

1.    Bagi guru kelas
a.    Memberikan kesempatan kepada siswa dalam mengoptimalkan kemampuan untuk bisa berekspresi dan berkreasi
b.    Mengetahui masalah yang dihadapi siswa sehingga mengakibatkan hasil belajar rendah
c.    Selalu memberikan penguatan kepada siswa yang mencapai keberhasilan

2.    Bagi sekolah
a.    Pihak sekolah sebaiknuya mengikutsertakan guru dalam pelatihan-pelatihan kegiatan pembelajaran agar dapat diterapkan kepada siswa di sekolah.
b.    Perlu,melakukan monitoring terhadap kinerja guru dalam mengajar di kelas.
3.    Bagi peneliti selanjutnya
Masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan metode bermain peran., dengan cara mencari sumber dari permasalahan-permasalahan yang ada agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan.


DAFTAR PUSTAKA

Gazalba, S. (1974). Antropologi Budaya II. Jakarta: Bulan Bintang.

Gottschlak, L. (1986). Mengerti Sejarah. Jakarta: Universita Indonesia Press.

Harjawirogo. (1962). Sejarah Wayang Purwa. Jakarta: Perpustakaan Keguruan Kementrian PP&K.

Ismaun. (2005). Pengantar Belajar Sejarah Sebagai Ilmu dan Wahana Pendidikan. Bandung: Historia Utama Press.

Kartodirdjo, S. (1993). Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Trimo dkk( 2010) Remen Basa Jawa  Erlangga


Biodata Penulis:

Nama    : Suci Prihati,S.Pd
NIP        : 19600301 197911 2 001
Unit Kerja    : SD Negeri Pengkol 02 UPTD Pendidikan Kecamatan Nguter Sukoharjo































Posting Komentar

0 Komentar