Terbaru

6/recent/ticker-posts

PTK IPA SD KElas V: PENINGKATAN KOMPETENSI ALAT PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS- ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA PESERTA DIDIK KELAS V SD


Metode penelitian ini teknik pengumpulan datanya dengan menggunakan dialog awal, metode observasi, metode tes. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa sebelum pelaksanaan tindakan rata-rata hasil belajar siswa aspek kognitif sebesar 62,1, dan rata-rata hasil belajar pada siklus I aspek kognitif  70, meningkat sebesar 7,9 dari nilai awal, aspek afektif rata-rata 38,42 menjadi 52,88 (siswa cukup berminat). Rata-rata hasil belajar siklus II aspek kognitif 80, meningkat sebesar 10 dari siklus I; aspek afektif meningkat menjadi 86,62 siswa berminat atau meningkat sebesar 33,74 
Kata kunci: kompetensi alat peredaran darah manusia,model pembelajaranSTAD
PENDAHULUAN
Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.Nasution (2003:36-38) menyebutkan bahwa tujuan proses belajar mengajar secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari dapat dikuasai sepenuhnya oleh peserta didik.Pembelajaran IPA atau Sains di sekolah dasar  sangat ditentukan oleh berbagai hal antara lain : kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, sarana dan prasarana, dan juga kemampuan peserta didik itu sendiri dalam menerima dan menelaah materi pelajaran. Di sisi lain guru-guru kurang menggunakan media pembelajaran secara efektif, sehingga banyak peserta didik yang verbalistis terhadap materi pelajaran dan kurang menyerap materi pelajaran secara maksimal, apalagi kurangnya pengetahuan guru dalam menggunakan metode pembelajaran yang menarik minat peserta didik dalam belajar.
Kenyataan itu juga dihadapi oleh peneliti dalam mengajar IPA kelas V di SD Negeri Karanganyar 01 Weru, Sukoharjo banyak menjumpai peserta didik yang tidak mampu menjawab soal-soal yang diberikan secara benar terutama untuk materi alat peredaran darah pada manusia . Dikarenakan selama ini pembelajaran IPA masih menekankan pada konsep-konsep yang terdapat di dalam buku, dan juga belum memanfaatkan media pembelajaran serta pendekatan lingkungan dalam pembelajaran. Jarang sekali mengajak peserta didik  berinteraksi langsung dengan lingkungan. Hal ini membuat pembelajaran tidak efektif, karena peserta didik  kurang merespon terhadap pelajaran yang disampaikan sehingga cenderung  kurang berminat dalam mempelajari materi tersebut dan mudah bosan , dan hal itu menyebabkan hasil evaluasi masih kurang memuaskan. Dilihat dari hasil rata-rata tes kemampuan awal yang dilakukan ternyata hasilnya masih dibawah KKM sebesar 68,00. Persentase peserta didik yang tuntas hanya 29,41 % dari 17 peserta didik dengan kata lain hanya 5 anak yang mendapatkan nilai lebih dari 68 sedangkan yang 12 (70,59 %) maksimal mendapat 65. Padahal materi ini sangat penting untuk dipelajari peserta didik karena sesuai dengan keputusan Kemdiknas untuk IPA siswa harus bisa mencapai SKL yang sudah ditentukan. Untuk sekolah tempat peneliti mengajar SKL untuk IPA tahun ini adalah 3,5. Selain dari itu peneliti berharap setelah penelitian tindakan kelas ini dalam pembelajaran IPA peserta didik mempunyai pengalaman belajar yang nyata, bisa mengambil inisiatif, dan mampu bekerja sama mencari cara untuk memecahkan masalah yang ditemukan
Melihat kenyataan tersebut peneliti berusaha untuk memperbaikinya. Caranya adalah mengubah sistem pembelajaran yang lama dan mencoba menggunakan pendekatan pembelajaran yang lebih baik .Untuk menarik minat peserta didik agar menyukai belajar IPA ditempuh dengan mengajak peserta didik berdiskusi secara kelompok tentang alat  peredaran darah manusia dengan kata lain dapat menggunakan model pembelajaran STAD dan diharapkan peserta didik dapat mengapresiasikan hasil diskusinya dalam mengerjakan tes yang diberikan guru.karena dalam pembelajaran kooperatif STAD ada lima komponen utama yaitu presentasi kelas, kerja kelompok, kuis, peningkatan nilai individu dan penghargaan kelompok(Safi’i. 2011:23).
 Model pembelajaran STAD merupakan model pembelajaran kooperatif yang mempunyai banyak keunggulan antara lain adanya kerjasama dalam kelompok dan dalam menentukan keberhasialn kelompok tergantung keberhasilan individu. Tipe STAD juga menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara peserta didik untuk salaing memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai hasil belajar maksimal Dengan Model pembelajaran tipe STAD diharapkan peserta didik mendapatkan lebih banyak kecakapan daripada pengetahuan yang dihapal. Mulai dari kecakapan  berfikir kritis, bekerja kelompok , interpersonal dan komunikasi serta mencari dan mengolah informasi(Sugianto, 2012) 
 Rumusan  Masalah: berdasarkan latar belakang di atas , dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti yaitu: 1) Bagaimanakah proses pelaksanaan  pembelajaran dengan menggunakan model STAD untuk meningkatkan kompetensi alat peredaran darah pada manusia  pada peserta didik kelas V SD Negeri Karanganyar 01 Kecamatan Weru , Kabupaten Sukoharjo semester I Tahun Pelajaran 2013/2014 2)Seberapa banyak peningkatan kompetensi alat peredaran darah pada manusia  setelah diberikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran STAD pada peserta didik kelas V SD Negeri Karanganyar 01 Kecamatan Weru , Kabupaten Sukoharjo semester I Tahun Pelajaran 2013/2014 3)Bagaimana perubahan perilaku yang menyertai peningkatan kompetensi alat peredaran darah pada manusia setelah diberikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran STAD pada peserta didik kelas V SD Negeri Karanganyar 01 Kecamatan Weru , Kabupaten Sukoharjo semester I Tahun Pelajaran 2013/2014
Tujuan Penelitian: berdasarkan rumusan masalah di atas , tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan :1)Mendeskripsikan proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran STAD untuk meningkatkan kompetensi alat peredaran darah pada manusia pada peserta didik kelas V SD Negeri Karanganyar 01 Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo semester I Tahun Pelajaran 2013/2014. 2)Mendeskripsikan peningkatan kompetensi alat peredaran darah pada manusia setelah diberikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran STAD pada peserta didik kelas V SD Negeri Karanganyar 01 Kecamatan Weru , Kabupaten Sukoharjo semester I Tahun Pelajaran 2013/2014.
Manfaat Penelitian
Manfaat teoritis: a)Mendapatkan teori baru tentang kompetensi alat peredaran darah pada manusia setelah diberikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran STAD. b)Sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya
Manfaat Praktis: a)Manfaat bagi peserta didik , dalam proses belajar mengajar peserta didik lebih aktif dan minat belajarnya meningkat, sehingga hasilnya juga relatif lebih baik. b)Manfaat bagi guru,temuan hasil penelitian ini dapat dipakai untuk bahan rujukan bagi teman sejawat dalam rangka meningkatkan kinerjanya. c)Manfaat bagi pimpinan sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar pengembangan kebijakannya dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah dan dalam memberi dorongan  guru untuk meningkatkan kinerjanya.
LANDASAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Hakekat Kompetensi
    Istilah kompetensi dalam bahasa Indonesia merupakan serapan dari bahasa Inggris yaitu competence yang berarti kecakapan atau kemampuan (Echols dan Shadily, 2002 : 132). Kompetensi dapat diperoleh melelui pendidikan, pelatihan, dan belajar mandiri dengan memanfaatkan sumber belajar.makna lain dari kompetensi mengacu pada hasil kerja seseorang, baik secara individu maupun kelompok. Dalam hal ini kompetensi berarti kemampuan seseorang dalam mewujudkan sesuatu, secara individu maupun kelompok sesuai tugas yang diberikan. Kompetensi juga terkait dengan standar atau ukuran yang hendak dicapai. Seseorang dianggap berkompeten dalam bidangnya apabila pengetahuan, ketrampilan, dan sikapnya, serta hasil kerjanya sesuai standar yang ditetapkan(Sofyan Anif, 2012:36,37)               
 Kompetensi mencakup melakukan sesuatu, tidak hanya pengetahuan yang pasif. Seorang karyawan mungkin pandai, tetapi jika mereka tidak meterjemahlkan kepandaiannya ke dalam perilaku di tempat kerja yang efektif, kepandaian tidak berguna. Jadi kompetensi tidak hanya mengetahui apa yang harus dilakukan.Suatu kompetensi adalah apa yang seseorang yang mampu kerjakan untuk mencapai hasil yang diinginkan dari satu pekerjaan. Kinerja atau hasil yang diinginkan dicapai dengan perilaku ditempat kerja yang didasarkan pencapaian hasil akhir. Kompetensi  yang merupakan kemampuan, kemauan, dan sikap untuk mencapai strandar kinerja yang telah dietapkan dalam setiap pekerjaan spesifik. Kemampuan, kemauan, dan sikap ini dapat diamati dalam perilaku di tempat kerja dalam seseorang melaksanakan pekerjaan (Morgan, 1986: 184) .Dalam bidang pendidikan mulai dari pendidikan dasar, menengah sampai pendidikan tinggi memerlukan adannya keterkaitan dan kesesuaian antara lembaga pendidikan dan dunia kerja (link antara University & Industry). Sebagai konsekwensinya, kurikulum-berbasiskan-kompetensi harus dirancang berdasarkan pada praktik-praktik dalam industri, sebaliknya praktik-praktik dalam industri seharusnya didasarkan pada KSAs yang telah diperoleh dari lembaga pendidikan. Di Indonesia, ini berarti perlu adanya kerjasama antara badan yang mempunyai otoritas dalam penyusunan kurikulum berbasiskan kompetensi deangan badan yang mempunyai otoritas menentukan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia, yang berwewnang memberikan sertifikat profesi..
Hakekat Alat Peredaran Darah Bagi Manusia    
 Alat Peredaran Darah dan Fungsinya
Alat peredaran darah manusia meliputi pembuluh darah dan jantung. Pembuluh darah dan jantung mempunyai fungsi khusus.
1. Jantung :terletak di dalam rongga dada sebelah kiri. Ukuran jantung kira-kira sebesar kepalan tangan pemiliknya. Jantung tersusun atas kumpulan otot-otot yang sangat kuat dan disebut miokardia. Jantung terdiri atas empat ruang, yaitu serambi kanan, serambi kiri, bilik kanan, dan bilik kiri. Antara bagian kanan dan kiri jantung dibatasi oleh sekat jantung. Fungsi sekat ini adalah mencegah bercampurnya darah yang mengandung banyak oksigen dan karbon dioksida. Otot penyusun bilik jantung lebih tebal daripada otot pada serambi jantung. Hal ini disebabkan tugas bilik jantung lebih berat, yaitu memompa darah keluar dari jantung ke seluruh bagian tubuh. Kontraksi dan relaksasi pada jantung mengakibatkan terjadinya denyut jantung atau denyut nadi. Ketika jantung memompa darah ke dalam pembuluh nadi, pembuluh tersebut ikut berdenyut. Dengan demikian, melalui denyut nadi kita dapat mengetahui denyut jantung. Denyut nadi dapat terasa dengan jelas dengan menekan pembuluh nadi pada pergelangan tangan dan bagian leher di bawah telinga. Kecepatan denyut jantung tergantung kegiatan yang dilakukan. Ketika sedang beristirahat, jantung berdenyut kira-kira 60 sampai 80 kali setiap menit. Denyut jantung semakin cepat jika tubuh kita semakin aktif.
2. Pembuluh Darah :Pembuluh darah merupakan saluran tempat mengalirnya darah dari jantung ke seluruh tubuh dan sebaliknya. Ada dua macam pembuluh darah, yaitu pembuluh nadi (arteri) dan pembuluh balik (vena). Pembuluh nadi atau arteri yaitu pembuluh yang membawa darah kaya oksigen keluar dari jantung ke seluruh tubuh. Pembuluh nadi yang paling besar disebut aorta.
Pembuluh balik yaitu pembuluh darah yang membawa darah kaya karbon dioksida dari seluruh tubuh menuju jantung. Pembuluh nadi dan pembuluh balik  bercabang-cabang. Ujung cabang pembuluh yang terkecil disebut pembuluh kapiler. Panjang seluruh pembuluh darah manusia jika dihubungkan dari ujung ke ujung kurang lebih 160.000 km. Gangguan pada Sistem Peredaran Darah dan Cara Pencegahannya
Alat-alat peredaran darah dapat mengalami gangguan. Gangguan pada peredaran darah antara lain sebagai berikut
 1)   Gangguan pada Darah dan Alat Peredaran Darah.
a)Pelebaran pembuluh darah, dapat dibedakan menjadi ambeien (wasir) dan varises. Ambeien terjadi karena adanya pelebaran pembuluh darah balik di sekitar anus. Sementara itu, varises terjadi karena adanya pelebaran pembuluh darah balik di bagian kaki. b)Anemia (kekurangan darah), dapat disebabkan oleh luka yang mengeluarkan banyak darah, kekurangan zat besi, atau adanya penyakit seperti kanker tulang. 3Hipertensi (tekanan darah tinggi), ditunjukkan dengan tingginya tekanan darah. Besar kecilnya tekanan darah seseorang dapat diukur menggunakan tensimeter. c)Penyakit jantung koroner, terjadi karena adanya penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh arteri koroner sehingga menyumbatnya. d)Stroke, disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di otak sehingga saraf-saraf yang ada di otak tidak memperoleh cukup oksigen. Keadaan ini menyebabkan kerja saraf terganggu.
2)  Menjaga Kesehatan Alat Peredaran Darah
Menjaga kesehatan alat peredaran darah dapat dilakukan dengan berolahraga secara teratur. Berolahraga dapat membantu melancarkan peredaran darah. Berolahraga sebaiknya diawali dengan pemanasan. Pemanasan membuat kecepatan denyut jantung bertambah secara bertahap. Menjaga kesehatan alat peredaran darah juga dapat dilakukan dengan menjaga kebiasaan makan sehari-hari. Makanan berlemak tinggi tidak baik bagi kesehatan jantung. Kandungan lemak yang berlebihan dalam tubuh dapat mengakibatkan penyempitan pembuluh darah.
Model Pembelajaran
Winataputra (2001:3) (dalam Wahyuningsih) mendefinisikan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yanng sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis. Senada dengan uraian tersebut Joyce (2011:7) mendefinisikan model pembelajaran adalah rancangan pembelajaran yang membantu peserta didik memperoleh informasi, gagasan, skill, nilai, cara berpikir, dan tujuan mengkespresikan diri mereka sendiri, serta mengajari mereka untuk belajar.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa model pembelajaran merupakan rancangan yang sifatnya konseptual sebagai pedoman untuk menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Model pembelajaran yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah model STAD
Hakekat Model Pembelajaran STAD
1)  Pengertian  Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Model pembelajaran STAD di kembangkan oleh Robert Slavin dan kolega-koleganya di Universitas Jhon Hopkin. STAD adalah model pembelajaran yang paling sederhana, merupakan model yang baik digunakan untuk siswa yang baru mengenal tentang pembelajaran kooperatif.
Menurut Slavin (2008: 50) menyatakan bahwa STAD adalah: Pembelajaran dimana siswa di tempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat atau lima siswa yang merupakan campuran dari kemampuan akademik yang berbeda, sehingga dalam setiap kelompok terdapat siswa yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah atau variasi jenis kelamin, kelompok ras dan etnis atau kelompok sosial lainnya.
Menurut Iskandar (2009: 128) tipe STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas. Terdapat lima komponen utama yaitu : presentasi kelas, kerja tim, kuis, memberikan evaluasi dan penghargaan individu.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini adalah model yang menekankan pada aktivitas dan interaksi siswa untuk saling memotivasi dan membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai hasil yang maksimal melalui kerja tim atau kelompok. STAD merupakan pendekatan pembelajaran yang paling sederhana. Dalam pelaksanaanya siswa dikelompokan ke dalam 4-5 orang tiap kelompoknya. Setiap kelompok harus heterogen terdiri dari laki-laki dan perempuan, memiliki kemampuan berbeda. Setiap anggota kelompok saling membantu satu sama lain.
2) Keunggulan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Suatu model pembelajaran mempunyai keunggulan dan kelemahan. Demikian pula dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai beberapa kelebihan. 1). Siswa bekerjasama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok, 2). Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama, 3). Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok, 4). Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.
Dari pendapat di atas dapat di simpulkan keunggulan dari model STAD adalah dengan menggunakan model ini akan meningkatkan norma-norma sosial yang di miliki siswa, membantu siswa dalam memecahkan masalah secara bersama dalam mencapai tujuan pembelajaran, melatih siswa menjadi tutor sebaya serta meningkatkan kemampuan siswa dalam menyampaikan pendapat
Supriyono (2009: 133-134) menjelaskan langkah-langkah pembelajaran STAD (Student Teams- Achievement Divisions) yaitu sebagai berikut: 1) membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dan lain-lain). 2) guru menyajikan pelajaran, 3)guru memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok, anggota yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti. 4) guru member kuis/ pertanyaan kepada seluruh siswa, pada saat menjawab kuis tidak boleh saling bantu. 5) evaluasi dan 6) kesimpulan
Kerangka Berpikir
Berdasarkan pada landasan teori yang diuraikan di atas, dapat dijelaskan kerangka berpikir dalam penelitian sebagai berikut:
Model pembelajaran STAD bermuatan nilai-nilai pendidikan karakter materi alat peredaran darah manusia di SD dilakukan secara kolaboratif dengan media torso dan juga memanfaatkan media gambar alat peredaran darah manusia.
Model pembelajaran STAD selain untuk menyampaikan substansi materi alat peredaran darah manusia sesuai dengan kompetensi dasar yang diharapkan, juga bermuatan nilai-nilai pendidikan karakter. Nilai-nilai pendidikan karakter yang akan diterapkan dalam model pembelajaran STAD ini didasarkan pada 18 nilai yang ditetapkan oleh Kemdiknas. Secara ekplisit nilai karakter: kerja sama, komunikatif, dan percaya diri.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir tersebut, peneliti berasumsi bahwa: 1) pemanfaatan model pembelajaran STAD materi alat peredaran darah manusia diduga meningkatkan aktivitas belajar peserta didik, 2) model pembelajaran STAD diduga efektif untuk merubah perilaku belajar peserta dalam peembelajaran alat peredaran darah manusia, dan 3) pemanfaatan model pembelajaran STAD diduga efektif meningkatkan kompetensi peserta didik kelas V SD Negeri Karanganyar 01  semester 1 tahun pelajaran 2013/2014.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada semester 1 tahun pelajaran 2013/2014. Masing-masing siklus dilakukan kegiatan pembelajaran sebanyak dua kali pertemuan. Siklus 1 dilaksanakan pada hari Kamis, 17 Oktober 2013 dan hari Selasa, tanggal 22 Oktober 2013 sedangkan siklus 2 dilaksanakan pada hari Kamis, 7 Nopember 2013 dan Selasa tanggal 12 Nopember 2013.
Subjek penelitian adalah kompetensi alat peredaran darah manusia pada peserta didik kelas V  SD Negeri Karanganyar 01 tahun pelajaran 2013/2014. Adapun sumber data dari penelitian ini: 1) peserta didik yang jumlahnya sebanyak 17 siswa, yang terdiri atas 13 peserta didik laki-laki dan 4 peserta didik perempuan, 2) guru kelas, dan teman sejawat.
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data berbentuk tes dan nontes. Tes digunakan untuk mengetahui kompetensi alat peredaran darah manusia pada peserta didik. Teknik nontes berupa observasi dengan lembar observasi dan catatan harian digunakan untuk menilai aktivitas, keaktifan, dan perubahan tingkah laku peserta didik selama kegiatan dilakukan.
Analisis data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk analisis kualitatif dengan metode pemaparan secara deskriptip komparatif, yakni mendeksripsikan semua temuan dalam penelitian disertai dengan data-data kuantitatif yang dianalisis secara sederhana (persentase).
Indikator kinerja penelitian ini adalah: (1) adanya peningkatan perolehan nilai rata-rata ulangan harian dari 62,1 menjadi minimal rata-rata 68. (2) perubahan perilaku peserta didik dari tidak aktif menjadi aktif dalam pembelajaran alat peredaran darah manusia dengan model pembelajaran STAD, dan 3) tingkat ketuntasan minimal (KKM) dari yang lulus KKM 68 sebanyak 5 peserta didik (29,4%) menjadi sedikitnya 16 peserta didik ( 94,1%).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA   
Tahapan Pelaksanaannya
Penelitian tindakan kelas dilakukan dalam dua siklus. setiap siklus diawali dengan perencanaan (planning), penerapan tindakan (acting) dan observasi (observing), serta diakhiri dengan refleksi dan diskusi (reflecting) . Tahap-tahap penelitian dirinci sebagai berikut:   
Observasi awal ( Pra Tindakan )
Tahap ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh siswa kelas V yang berkaitan dengan pembelajaran IPA. Kegiatan tersebut diantaranya: a)Observasi terhadap pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas V, buku-buku yang digunakan dan alat-alat bantu pembelajaran yang digunakan. b)Meneliti siswa-siswa kelas V secara individual dan mencatat semua kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa. c)Melakukan diskusi dengan para pengamat kemudian menentukaan alat bantu pembelajaran dan metode yang tepat, mudah didapat dan tidak memerlukan beaya yang mahal untuk mendapatkannya serta dapat menarik perhatian siswa. d)Memilih dan menentukan topik dari pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas V yang akan digunakan untuk Penelitian Tindakan Kelas. e)Menentukan waktu pelaksanaan Penelitian Tindakan
Hasil Penelitian
Kondisi awal peserta didik kelas V SDN Karanganyar 01 semester 1 tahun pelajaran 2013/2014 adalah peserta didik kurang memiliki kompetensi alat peredaran darah manusia terbukti dengan banyaknya peserta didik yang tidak mendapatkan nilai tuntas dalam evaluasi, beberapa peserta didik kurang semangat ketika kegiatan pembelajaran. Kompetensi peserta didik cukup rendah. Mereka masih banyak yang asyik dengan dirinya sendiri dan tidak berminat dalam belejar. Berikut adalah perilaku peserta didik ketika pembelajaran alat peredaran darah manusia.
Aktivitas proses kegiatan pembelajaran siklus 1 dapat dilihat dalam gambar berikut:   
Gb. 1 dan 2 Kondisi Awal Peserta Didik ketika                       Gb. 2 Peserta Didik Banyak yang  
belajar Alat peredaran darah manusia                bermain dan bercerita sendiri              
Tabel 1, Perilaku peserta didik pada kondisi awal
Skor nilai    Persiapan siswa mengikuti pelajaran    Kerjasama dalam kelompok    Kreatifitas bertanya    Keaktipan menjawab pertanyaan    Memperhatikan penjelasan guru
     F             %
 F                %
 F              %
 F             %
 F                %

1    5               -       4             -      5           -       5          -       6           -
2    5               -       4              -      4           -       3           -       3            -
3    2               -       2              -      3            -       2           -       1            -
4    3          17,6       4           23,5      3         17,6       4         23,5       4          23,5
5     2         11,8       3          17,6      2         11,8       3         17,6       3          17,6
Jumlah      17       29,4     17          41,1      17       29,4      17        41,1       17        41,1
Keterangan :
    Skor nilai 1: kriteria tidak baik
    Skor nilai 2 : kriteria kurang baik
    Skor nilai 3 : kriteria cukup baik
    Skor nilai 4 : kriteria baik
    Skor nilai 5 : kriteria sangat baik
Tabel.2  Data hasil analisis aspek kognitif pra siklus sebelum penerapan
 metode pembelajaran STAD
NILAI    BANYAK SISWA    TUNTAS    %    BELUM TUNTAS    %
41-50    4    _                23,6
51-60    5    _                29,4
61-70    3             _                 17,6
71-80    3            17,6    _   
81-90    1            5,9    _   
91-100    1            5,9    _   
JUMLAH    17    5    29,4    12    70,6

Hasil Penelitian Siklus 1
Proses Pembelajaran dengan Model STAD
Berdasarkan identifikasi permasalahan yang telah dideskripsikan, peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Setelah RPP disusun, maka kegiatan selanjutnya adalah menyiapkan media yang akan digunakan dalam penelitian yaitu torso dan gambar-gambar alat peredaran darah manusia. Pelaksanaan tindakan siklus pertama ini dilakukan pada hari Kamis tanggal 17 Oktober 2013 untuk pertemuan pertama, dan pertemuan ke dua dilaksanakan hari Selasa tanggal 22 Oktober 2013. Kegiatan pembelajaran dengan model STAD ini dilakukan di dalam kelas oleh guru kelas sebagai peneliti dan teman sejawat untuk berkolaborasi.
Perencanaan (planning): Berdasarkan kesepakatan peneliti sebagai guru kelas V dan Kepala Sekolah sebagai observer tindakan dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam aspek kognitif dan afektif dengan menggunakan metode pembelajaran STAD. Adapun perencanaan tindakan untuk siklus I meliputi hal-hal sebagai berikut: a)Penyusunan silabus dengan materi alat peredaran darah manusia. b)Penyusunan rencana RPP pertemuan I dan pertemuan II dengan . RPP ini disusun sesuai dengan materi  dengan tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran alat peredaran darah manusia menggunakan  metode STAD dengan cara berkelompok, dimana urutan tahapan pelaksanaan selengkapnya dapat dilihat pada RPP c) Mempersiapkan materi pembelajaran dan media berupa gambar-gambar alat  peredaran darah manusia  dan metode STAD yang akan ditampilkan pada saat pembelajaran.
     Pelaksanaan (acting):Pelaksanaan tindakan kelas siklus I dilaksanakan pada tanggal  dan 17 Oktober  2013 mulai pukul 07.00-08.10, siswa yang hadir 17 orang terdiri dari 13 siswa putra dan 4 siswa putri. Dalam penelitian ini yang bertindak sebagai pelaksana terhadap tindakan belajar siswa kelas V SD Negeri Karanganyar 01 dengan penerapan strategi pembelajaran STAD adalah peneliti sendiri, sedangkan kepala sekolah bertindak sebagai pengamat terhadap berlangsungnya proses tindakan kelas.
Pada tindakan I, guru menggunakan pembelajaran dengan metode STAD, yang terdiri dari 2 kali tatap muka dengan alokasi waktu 4 jam pelajaran  dengan materi pokok alat peredaran darah manusia yang pada akhir siklus I atau pertemuan II  diadakan post test.
 Observai (observing) Hasil Tindakan Kelas Siklus I: Selama pelaksanaan tindakan siklus I dilakukan observasi tehadap proses pembelajaran. Hasil observasi siklus I dapat diketahui persentase respon siswa terhadap pembelajaran. Pada saat proses pembelajaran berlangsung dilakukan pengamatan terhadap siswa dalam mengikuti kegiatan kelompok, serta keaktifan siswa dalam kelompoknya.
Hasil yang diperoleh dapat disampaikan beberapa hal, yaitu: hasil analisa aspek kognitif dan aspek afektif. Hasil aspek kognitif dengan kriteria ketuntasan minimal yaitu 68,00. Data nilai siswa aspek kognitif siklus I penerapan metode pembelajaran STAD dapat dilihat pada tabel
Tabel tersebut mengungkap data pengukuran hasil penelitian yang diperoleh pada siklus I ini menunjukkan rata-rata hasil belajar pada ranah kognitif pada siklus I sebesar 70 ,0. Siswa yang mendapat nilai di atas KKM adalah sebanyak 11 siswa dari 17 siswa atau sebesar 64,7% sedangkan siswa yang belum tuntas sebanyak 6 siswa atau sebesar 35,3%. Siswa yang mendapatkan nilai terendah (50) sebanyak 2 siswa  dan nilai tertinggi (100) sebanyak  1 siswa.
Aktivitas proses kegiatan pembelajaran siklus 1 dapat dilihat dalam gambar berikut ini:
   
Gambar 4,5 dan 6. Siswa mulai ada yang bertanya, aktif dalam pembelajaran, nilai meningkat.
Tabel 3  Data hasil analisis aspek kognitif siklus I penerapan metode pembelajaran STAD
NILAI    BANYAK SISWA    TUNTAS    %    BELUM TUNTAS    %
50    2    _                11,8
60    4    _                23,5
70    6            35,2    _   
80    3            11,8    _   
90    1            11,8    _   
100    1            5,9    _   
JUMLAH    17    11    64,7    6    35,3
Hasil yang diperoleh pada aspek afektif dengan kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan oleh guru kelas V dan peneliti dapat ditunjukkan pada tabel di bawah ini
Tabel 4. Data hasil analisis aspek afektif tiap indikator siklus I
penerapan metode pembelajaran STAD
Skor nilai    Persiapan siswa mengikuti pelajaran    Kerjasama dalam kelompok    Kreatifitas bertanya    Keaktipan menjawab pertanyaan    Memperhatikan penjelasan guru
     F             %
 F                %
 F              %     F             %
 F                %

1    5               -       3              -      5            -       4          -       5           -
2    3               -       2              -      2            -       2           -       1            -
3    2               -       2              -      1            -       2           -       1            -
4    4           23,5       6           35,2      7          41,2       6         35,2       7          41,2
5       3        17,6       4         23,5      2          11,8       3         17,6       3          17,6
Jumlah      17        41,1    17          58,7      17      53,0      17        52,8       17        58,8

    Keterangan :
    Skor nilai 1: kriteria tidak baik
    Skor nilai 2 : kriteria kurang baik
    Skor nilai 3 : kriteria cukup baik
    Skor nilai 4 : kriteria baik   
    Skor nilai 5 : kriteria sangat baik
Hasil yang diperoleh siklus I, skor nilai 1 dengan kriteria tidak baik, skor nilai 2 dengan kriteria kurang baik, skor nilai 3 dengan kriteria cukup baik, skor nilai 4 dengan kriteria baik, dan skor nilai 5 dengan kriteria sangat baik. Penilaian aspek afektif indikator kesiapan proses belajar dilihat dari kesadaran siswa membawa buku refrensi sebanyak 7 orang (41,1%); indikator kerjasama dalam kelompok siswa yang tuntas sebanyak 10 orang (58,7%); indikator keaktifan bertanya siswa yang tuntas sebanyak 9 orang (52,9%); indikator keaktifan menjawab pertanyaan siswa yang tuntas sebanyak 9 siswa (52,9%); indikator memperhatikan penjelasan guru dan teman yang berbicara 10 siswa yang tuntas sebanyak  orang (58,8%). Data pengukuran hasil belajar siswa aspek  kognitif siklus I terdapat pada tabel di atas. Rata-rata hasil belajar aspek afektif pada siklus I adalah sebesar 52,88  (termasuk dalam kriteria cukup berminat). Perubahan perilaku peserta didik setelah menerapkan model pembelajaran STAD
 Berdasarkan penelitian siklus I diketahui siswa sudah menunjukkan peningkatan hasil belajar dibanding nilai awal, disepakati antara guru kelas dan peneliti yaitu:  1)Meminta siswa untuk lebih mempersiapkan diri dalam menghadapi pelajaran 2)Memotivasi kepada siswa agar banyak memperhatikan penjelasan guru, jangan takut dalam mengajukan pertanyaan ataupun menjawab pertanyaan. 3) Meminta siswa untuk lebih aktif baik dalam diskusi kelompok serta bertanya jika ada materi yang belum dimengerti. 4)Hasil belajar siklus I harus diperbaiki lagi karena terdapat 6 siswa yang nilainya di bawah KKM yaitu di bawah 68,00 sehingga nilai kognitif siswa harus meningkat  dengan nilai di atas KKM dan dengan rata-rata nilai kognitif kelas diatas 68,00 sehingga semua siswa mendapatkan nilai tuntas.
 Refleksi (reflecting) : Refleksi ini mendiskusikan hasil observasi yang dilakukan oleh guru kelas V pada saat pelaksanaan tindakan siklus I. Pelaksanaan tindakan siklus I sudah berjalan sesuai dengan langkah-langkah perencanaan siklus I, dan diperoleh beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dicatat sebagai masukan untuk perbaikan pada tindakan yang selanjutnya, yaitu: 1)Kerjasama dalam masing-masing kelompok belum sepenuhnya terbangun dengan baik. Masih banyak siswa enggan kerjasama dalam pelajaran. 2)Beberapa siswa masih terlihat pasif dalam diskusi kelompok dan enggan dalam mengemukakan pendapatnya. 3)Beberapa siswa masih terlihat bingung dalam penerapan metode pembelajaran STAD dalam proses pembelajaran. 4)Hanya sedikit  siswa yang aktif baik dalam mengajukan pertanyaan ataupun menjawab pertanyaan guru. 5)Ada beberapa siswa yang belum memperhatikan guru saat diberi penjelasan.
1.    Deskripsi Tindakan Pada Siklus II
 Perencanaan (planning): Berdasarkan hasil refleksi siklus I, pada siklus II guru memperbaiki kekurangan siklus I dengan harapan siswa menjadi lebih siap dalam menghadapi pelajaran, kemampuan berpikir siswa meningkat, lebih aktif, dan berani menyampaikan pendapatnya. Adapun perencanaan tindakan untuk siklus II meliputi hal-hal sebagai berikut: 1)Penyusunan silabus dengan materi alat peredaran darah manusia. 2)Penyusunan  RPP dengan materi alat peredaran darah manusia. RPP ini disusun sesuai dengan tahap-tahap pelaksanaan metode pembelajaran STAD dengan cara berkelompok, dengan urutan tahapan pelaksanaan selengkapnya dapat dilihat pada RPP. 3)Mempersiapkan materi pembelajaran dan media berupa gambar-gambar alat peredaran darah manusia dan juga metode pembelajaran STAD yang akan ditampilkan pada saat pembelajaran .
 Pelaksanaan (acting): Tindakan kelas siklus II dilaksanakan kamis, 7 dan 12 Nopember 2013 pukul 07.00 – 08.10 WIB dan jumlah siswa yang hadir 17 orang. Pelaksanaan tindakan pada siklus II masih sama seperti halnya dengan pelaksanaan tindakan pada siklus I, yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran STAD . Pelaksanaan tindakan siklus II merupakan hasil refleksi dari siklus I. Penelitian tindakan siklus II dilakukan dalam dua kali pertemuan dengan alokasi waktu 4jam  pelajaran atau 4x35 menit. Pada akhir siklus II atau pertemuan keempat diadakan post test. Sebelum memulai pembelajaran terlebih dahulu disusun RPP
 Observai (observing): Selama pelaksanaan tindakan siklus II dilakukan observasi tehadap proses pembelajaran yaitu penilaian afektif masing-masing siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Pada saat proses pembelajaran berlangsung dilakukan pengamatan terhadap siswa dalam mengikuti kegiatan kelompok, serta keaktifan siswa dalam kelompoknya. Hasil yang diperoleh dapat disampaikan beberapa hal, yaitu hasil aspek kognitif dan aspek afektif. Hasil aspek kognitif dengan kriteria ketuntasan minimal yaitu 68. Data nilai siswa aspek kognitif siklus II penerapan metode pembelajaran STAD dapat dilihat pada .
Aktivitas proses kegiatan pembelajaran siklus 1 dapat dilihat dalam gambar berikut ini:
     
Gambar 7,8 dan 9: hampir semua anak aktif, pembelajaran lebih menarik dan
hasil evaluasi rata-rata di atas KKM.
Tabel 5 Data hasil analisis aspek kognitif siklus II penerapan metode pembelajaran STAD
NILAI    BANYAK SISWA    TUNTAS    %    BELUM TUNTAS    %
60    1    _    _            5,9
70    5            29,4    _    _
80    6            35,3    _    _
90    3            17,6    _    _
100    2            11,8    _    _
JUMLAH    17    16    94,1    1    5,9

Data pengukuran hasil penelitian yang diperoleh pada siklus II ini menunjukkan rata-rata hasil belajar pada ranah kognitif pada siklus II sebesar 80,0 Siklus II  jumlah siswa yang tuntas dalam pembelajaran IPA sebanyak 16 siswa (94,1%), Siswa yang mendapat nilai terendah (60) sebanyak 1 siswa dan nilai tertinggi (100), sebanyak 2 siswa.  Hasil yang diperoleh pada aspek afektif dengan kriteria ketuntasan minimal yang ditenetukan oleh guru kelas V dan peneliti.(Tabel .6).
Tabel 6 Data hasil analisis aspek afektif tiap indikator siklus II
penerapan metode pembelajaran STAD
Skor nilai    Persiapan siswa mengikuti pelajaran    Kerjasama dalam kelompok    Kreativitas bertanya    Keaktipan menjawab pertanyaan    Memperhatikan penjelasan guru
    F    %    F    %    F    %    F    %    F    %
1                                       
2            1                           
3    3        2        2        2        1   
4    5    29,4    4    23,5    5    29,4    5    29,4    5    29,4
5    9    52,9    10    58,8    10    58,8    10    58,8    11    64,7
Jumlah    17    82,3    17    82,3    17    87,2    17    87,2    17    94,1
Keterangan :
    Skor nilai 1: kriteria tidak baik
    Skor nilai 2 : kriteria kurang baik
    Skor nilai 3 : kriteria cukup baik
    Skor nilai 4 : kriteria baik   
    Skor nilai 5 : kriteria sangat baik
Dari hasil observasi siklus II dapat diketahui persentase respon siswa terhadap pembelajaran yaitu: Persiapan siswa mengikuti pelajaran (82,3%), kerjasama siswa dalam kelompok (82,3%), keaktifan siswa dalam mengajukan pertanyaan (87,2%), keaktifan  siswa dalam menjawab pertanyaan (87,2%), perhatian siswa saat guru atau teman lain saat memberikan penjelasan (94,1%), dapat dilihat pada tabel 4.5. Dari hasil observasi siklus II dapat diketahui rata-rata hasil belajar pada afektif sebesar 87,22%.  Hal ini menunjukkan bahwa siswa berminat dalam mengikuti pembelajaran. Dari hasil tersebut, dapat diketahui adanya peningkatan respon siswa pada saat pembelajaran dari siklus  I terhadap siklus II. Perhitungan presentase afektif siklus II bisa dilihat pada table
Perubahan perilaku peserta didik setelah menerapkan model pembelajaran STAD
.  Berdasarkan pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus II, hasil mengalami peningkatan baik aspek kognitif maupun afektifnya. Penerapan metode pembelajaran  dapat meningkatkan STAD hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Karanganyar 01 Weru Sukoharjo pokok materi alat peredaran darah manusia pada semester 1 tahun pelajaran 2013/2014. Dari pengukuran hasil penelitian yang diperoleh pada siklus II ini menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada ranah kognitif sebesar 80,0. Hal tersebut meningkat sebesar 10,0 dari rata-rata hasil belajar siklus I (70.0). Siswa yang mendapat nilai di atas KKM ada 16 atau sebesar 94,1%. Data pengukuran hasil belajar siswa pada ranah kognitif siklus II terdapat pada tabel sedangkan  perhitungan rata-rata hasil belajar siklus II  rata-rata hasil belajar pada ranah afektif siklus II adalah sebesar 21,48 (termasuk dalam kategori berminat) . Data pengukuran persentase hasil belajar siswa ranah afektif siklus II terdapat  peningkatan ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah rata-rata dari siklus I hingga siklus II.
d. Refleksi (reflecting) )
Refleksi ini mendiskusikan hasil observasi yang dilakukan oleh guru kelas V  pada saat pelaksanaan tindakan kelas siklus II. Pelaksanaan siklus sudah berjalan sesuai dengan langkah-langkah perencanaan siklus II adalah sebagai berikut:
a.    Kerjasama dalam kelompok sudah terbangun dengan baik.
b.    Siswa tertarik dengan penerapan metode pembelajaran STAD  terlihat dari antusiasme siswa saat diskusi terlihat dari siswa yang mengajukan dan menjawab pertanyaan meningkat.
c.    Perhatian siswa terhadap guru atau teman yang sedang berbicara meningkat.
Data pengukuran hasil penelitian yang diperoleh pada siklus II menunjukkan rata-rata hasil belajar pada ranah kognitif pada siklus II sebesar 81,67 atau  meningkat sebesar 5,15 dari nilai siklus I. Siswa yang mendapat nilai di atas KKM adalah sebanyak 16 siswa atau sebesar 94,1%, Data pengukuran hasil belajar siswa pada ranah kognitif siklus II terdapat pada  di atas  sedangkan perhitungan rata-rata hasil belajar siklus II terdapat pada lampiran 11 rata-rata hasil belajar pada ranah afektif pada siklus II adalah sebesar 21,48 (termasuk dalam kategori berminat). Data pengukuran hasil belajar siswa pada ranah afektif siklus II terdapat pada tabel 6
Pembahasan Hasil Penelitian
Proses Pembelajaran kompetensi alat peredaran darah manusia dengan Model Pembelajaran STAD
Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran STAD di kelas V  SDN Karanganyar 01, dengan materi pembelajaran alat peredaran darah manusia, menunjukkan aktivitas belajar peserta didik yang meningkat, perubahan perilaku belajar peserta didik, serta kompetensi peserta didik yang meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijono (2012:54) (dalam wahyuningsih) bahwa pembelajaran kooperatif atau kolaboratif dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa secara kelompok maupun individu.
Pembelajaran model STAD, ternyata dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik. Peserta didik yang biasanya perhatiannya kurang, tampak menjadi lebih antusias pada pembelajaran ini. Demikian pula peserta didik yang sudah mulai jenuh dengan pembelajaran yang monoton dan tidak bervariasi, kembali lebih berkonsentrasi dan motivasi belajar peserta didik untuk kompetensi alat peredaran darah manusia dalam pembelajaran ini karena dengan model STAD ini peserta didik yang biasanya melakukan kegiatan pembelajaran secara individu dilakukan secara kelompok (kolaboratif) dengan memanfaatkan media. Hal ini senada dengan manfaat dari media, menurut Hamalik (2000:108) antara lain adalah : 1) menarik minat, 2) memberi gambaran yang jelas, 3) mempunyai tinjauan yang luas dan 4) mendorong kreativitas peserta didik.
Berdasarkan deskripsi tersebut, maka hipotesis yang diajukan diterima, yakni proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan aktifitas dan kompetensi peserta didik terbukti adanya peningkatan keaktifan, semangat, ketepatan, kreatifitas, dan disiplin dalam proses pembelajaran alat peredaran darah manusia
Peningkatan Kompetensi Alat Peredaran Darah Manusia Pada Peserta Didik
Penerapan model pembelajaran STAD dalam dapat meningkatkan kompetensi alat peredaran darah manusia pada peserta didik. Hal ini terbukti bahwa hasil belajar peserta didik lebih baik dari pada kondisi awal sebelum penerapan model pembelajaran STAD
Tabel 7, Perbandingan Rata-rata hasil belajar IPA aspek kognitif siswa kelas V SD Karanganyar 01 Weru Sukoharjo dengan menggunakan strategi pembelajaran STAD tahun ajaran 2013/2014.
No    Kondisi Awal    Siklus I    Siklus II    Refleksi
1    Ulangan harian pada kondisi awal, nilai belum belum tuntas ada 12 orang (70,6%) yang tuntas 5 orang (29,4%). Nilai rata-rata kelas: 62,1    Ulangan harian siklus I diperoleh nilai belum tuntas sebanyak 6 orang (35,3%) yang tuntas 11 orang (64,7%). Nilai rata-rata 70,0    Ulangan harian pada siklus II diperoleh nilai belum tuntas 1 orang (5,9%) yang tuntas 16 orang (94,1%). Nilai rata-rata 80,0    Hasil ulangan harian siklus II mengalami peningkatan dibanding dengan kondisi awal, ketuntasan siswa pada siklus II mencapai (94,1%) nilai rata-rata juga meningkat dari 62,1 menjadi 80,0 meningkat 17,9

     Gambar  Diagram Rata-rata hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam aspek kognitif siswa kelas V SD Karanganyar 01 Weru Sukoharjo dengan menggunakan strategi pembelajaran STAD tahun ajaran 2013/2014.
        
Tabel 8,  Perbandingan Rata-rata hasil belajar IPA aspek afektip siswa kelas V SD Karanganyar 01 Weru Sukoharjo dengan menggunakan strategi pembelajaran STAD tahun ajaran 2013/2014
No     Kondisi Awal    Siklus I    Siklus II    Refleksi
1    Penilaian aspek afektip:kesiapan siswa mengikuti pelajaran hanya 5 orang (29,4%)
Kerjasama kelompok yang  tuntas  ada 7 orang (41,1%)
Kreatifitas bertanya ada 5 orang (29,4%)
Keaktifan menjawab pertanyaan 7 orang (41,1%) sedangkan yang memperhatikan penjelasan guru 7 orang (41,1)
 Rata-rata aspek afektif pada pra siklus sebesar adalah sebesar 36,42 (termasuk dalam kriteria kurang berminat)
    Penilaian aspek afektif indikator: kesiapan  siswa mengikuti pelajaran7orang, (41,1%); kerjasama kelompok  yang tuntas sebanyak 10 orang (58,7%); kreatifitas bertanya  yang tuntas  9 orang (52,9%); keaktifan menjawab pertanyaan siswa yang tuntas sebanyak 9 siswa (52,9%) memperhatikan penjelasan guru  yang tuntas  ada 10 (58,8%). Rata-rata hasil belajar aspek afektif  pada siklus I adalah sebesar 52,88  (termasukdalam kriteriacukup berminat).    Penilaian aspek afektip: Persiapan siswa mengikuti pelajaran (82,3%), kerjasama siswa dalam kelompok (82,3%), keaktifan siswa dalam mengajukan pertanyaan (87,2%), keaktifan  siswa dalam menjawab pertanyaan (87,2%), perhatian siswa saat guru atau teman lain saat memberikan penjelasan (94,1%), dapat dilihat pada tabel 4.5. Dari hasil observasi siklus II dapat diketahui rata-rata hasil belajar pada afektif sebesar 87,22%.  Hal ini menunjukkan bahwa siswa berminat dalam mengikuti pembelajaran.    Aktifitas belajar siswa dari kondisi awal ke siklus II terdapat peningkatan afektif yang cukup signifikan dari kurang berminat menjadi sangat berminat

Untuk dapat melihat peningkatan hasil belajar aspek afektif dari Siklus I - Siklus II dapat dilihat dengan jelas menggunakan diagaram di bawah ini:

Peningkatan penilaian afektif meliputi kesiapan  siswa dalam belajar dilihat dari kesadaran siswa membawa  buku referensi,  kerjasama siswa dalam kelompok, keaktifan siswa dalam mengajukan pertanyaan, keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan dan juga perhatian siswa saat guru atau teman lain saat memberikan penjelasan  mengalami peningkatan yang baik dari menjadi baik sekali. Hasil belajar peserta didik yang lolos KKM 68 sebanyak 16 peserta didik (94,1%), dan hanya 1 peserta didik yang belum mencapai KKM. Rata-rata kelas dari prasiklus, siklus 1, hingga siklus 2, meningkat dari 62,1 menjadi siklus 1 70, dan pada siklus 2 menjadi 80
Dengan demikian, hipotesis ketiga diterima, yakni pembelajaran dengan model pembelajaran STAD terbukti efektif untuk meningkatkan kompetensi alat peredaran darah manusia pada peserta didik kelas V SD Negeri Karanganyar 01 Semester 1 tahun pelajaran 2013/2014.
Perubahan Perilaku Peserta Didik dalam kompetensi alat peredaran darah manusia dengan Model Pembelajaran STAD
Pemanfaatan model pembelajaran STAD pada mata pelajaran IPA yang dilakukan, terlihat bahwa peserta didik belajar dengan antusias dan semangat yang tinggi, sehingga tujuan yang diharapkan tercapai dan penanaman nilai-nilai pendidikan karakter sesuai dengan program pemerintah secara eksplisit maupun emplisit dapat diterapkan. Maka dari pembelajaran dengan model STAD materi alat peredaran darah manusia ini dapat mencapai tujuan instruksional yang ditetapkan dan dapat mencapai dampak pengiring yang diharapkan yanng berupa nilai-nilai pendidikan karakter. Hal ini senada dengan pendapat dari Joyce (2011:8) (dalam Wahyuningsih) yang menyatakan bahwa model pembelajaran yang efektif selain mencapai tujuan instruksional juga dapat merumuskan dampak pengiring yang akan ditanamkan pada anak.
Berkaitan dengan pendapat tersebut, maka pemanfaatan media torso dan gambar, memang dapat menarik minat peserta didik untuk belajar IPA, sehingga peserta didik mempunyai tinjauan yang luas dalam menyelesaikan masalah mulai dari permasalahan yang mudah dan sederhana hingga yang kompleks. Dengan adanya keuntungan-keuntungan dari pemanfaatan model pembelajaran STAD ini, maka hipotesis yang dikemukakan diterima, yakni pembelajaran dengan memanfaatkan model pembelajaran STAD pada mata pelajaran IPA materi alat peredaran darah manusia terbukti dapat mengubah perilaku belajar peserta didik kelas V SDN Karanganyar 01, semester 1 tahun pelajaran 2013/2014
PENUTUP
Simpulan
Simpulan hasil penelitian ini: 1) proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik dalam kompetensi alat peredaran darah manusia pada  peserta didik kelas V  SD Negeri Karanganyar 01 semester 1 tahun pelajaran 2013/2014, 2) model pembelajaran STAD dapat meningkatkan kompetensi  alat peredaran darah manusia pada peserta didik mulai siswa sudah paham tentang permasalahan atau maksud dari soal yang sedang dikerjakannya, 2) siswa telah menguasai materi pelajaran, sehingga siswa mampu menjawab pertanyaan dengan baik dan tepat, 3) dengan menggunakan strategi pembelajaran yang baru menjadikan siswa lebih paham terhadap materi yang dipelajari serta siswa bersemangat dalam pembelajaran IPA dan 3) model pembelajaran STAD dapat merubah perilaku belajar peserta didik yang kurang semangat menjadi semangat, kurang aktif menjadi aktif, kurang kreatif menjadi kreatif, kurang disiplin menjadi disiplin. Selain itu juga dapat menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter kerja sama, komunikatif, dan rasa percaya diri.
Saran
Untuk mengintensifkan model pembelajaran STAD, dapat disarankan sebagai berikut: 1) Kepada Kepala Sekolah supaya lebih banyak memberikan motivasi kepada guru dalam kegiatan belajar dan mengajar agar memanfaatkan media yang bervariasi, khususnya media torso dan pembelajaran secara kolaboratif, 2) Kepada Guru supaya meningkatkan kemampuannya dalam kegiatan pembelajaran dan mengembangkan kreativitasnya di antaranya dengan memanfaatkan dengan media torso serta pembelajaran kolaboratif agar dapat meningkatkan kompetensi alat peredaran darah manusia pada peserta didik, dan 3) Sekolah sebagai tempat dan penyelenggara pendidikan hendaknya melengakapi fasilitas dan kebutuhan peserta didik dalam kegiatan belajar dan mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
Echols, J.M, dan Shadily, Hasan. 2002 Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT Gramedia. Cetakan
     XXVI.
Hamalik, Oemar. 2000. Media Pendidikan. Bandung: Citra Adi Karya.
Haryanto. 2007. Sains Untuk Sekolah Dasar Kelas V. Jakarta. Erlangga.
Iskandar. 2009. Strategi Belajar Mengajar. Refika Aditama: Bandung.
Joyce, Bruce. Marsha,Weil. Emily, Calhoun. 2011. Models of Teaching. Yogyakarta: Pustaka             Pelajar.
Kemendiknas. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta:         Kemendiknas.
Morgan, C T 1986. Introduction to Psychology, Toronto: Mc Graw-Hill
Nasution ,2003. Pendidikan IPA di SD. Universitas Terbuka: Jakarta.
Safi’I, M, 2011. Metode Pembelajaran STAD http://dunia mengajar. Blogspot.com/2011/02/
.            metode-pembelajaran-stad.html.diunduh: 11 Nopember 2013
Slavin, Robert 2008 Cooperatif Learning Teori,Riset dan Praktik (terjemahan). Bandung: Nusa
    media
Suprijono Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wahyuningsih, Rahayu. 2012 Meningkatkan Ketrampilan Menulis Karangan Deskriptif Melalui             Model Pembejaran  Kardilla Bagi Peserta Didik Kelas VI A SDN Batursari 5 Demak
Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/20102 . Demak
Wiranataputra, Udin S. 2001. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: PAU-PPAI         
            Universitas Terbuka   

Posting Komentar

0 Komentar